Anda di halaman 1dari 13

ASEAN

Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara

Dosen :

Dr. Abd. Razak., M.M

Disusun Oleh :

Dini Muliani

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2024
ASEAN

Dini Muliani

Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia

Abstrak

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) telah menjadi salah satu


organisasi regional yang paling penting dalam hubungan internasional, khususnya
di Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 1967 oleh lima negara pendiri, ASEAN
bertujuan untuk meningkatkan kerjasama politik, ekonomi, sosial, dan budaya di
antara anggota-anggotanya. Artikel ini membahas sejarah, struktur, tujuan, dan
dampak ASEAN dalam dinamika regional dan global. Melalui integrasi ekonomi,
diplomasi, dan penyelesaian konflik, ASEAN telah membawa dampak positif
dalam meningkatkan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Asia
Tenggara. Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, ASEAN terus berupaya
untuk memperkuat peran dan relevansinya dalam konteks regional dan global.
Dengan komitmen yang kuat dari negara-negara anggotanya, ASEAN diharapkan
dapat terus menjadi kekuatan yang mendorong kemajuan dan kesejahteraan bagi
seluruh kawasan Asia Tenggara.

Kata kunci : ASEAN, kerjasama regional, Asia Tenggara, perdamaian, stabilitas,


kemakmuran, integrasi ekonomi, diplomasi, penyelesaian konflik, dinamika
global.

1. Pendahuluan

1.1 Sejarah ASEAN

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations/ Perhimpunan Bangsa-


bangsa Asia Tenggara) adalah organisasi kawasan (region) yang mewadahi
kerjasama antar negaranegara di Asia Tenggara sejak tahun 1967. ASEAN hingga
saat ini adalah satu-satunya organisasi regional di Asia Tenggara dan berperan
sebagai aktor internasional mewakili negara-negara anggotanya dalam
memperjuangkan kepentingan mereka di tingkat global berhadapan dengan
organisasi kawasan lain. ASEAN didirikan pada tgl 8 Agustus 1967 di Bangkok
(Ibu Kota Thailand) oleh indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand,
yang pendiriannya ditandai dengan penandatanganan Deklarasi Bangkok dan
diperingati setiap tahun sebagai hari ASEAN.

Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh lima orang perwakilan dari masing-


masing negara pendiri yaitu Menteri Luarnegeri Indonesia Adam Malik, Wakil
Perdana Menteri dan Menteri Luarnegeri Malaysi Tun Abdul Razak, Menteri
Luarnegeri Filipina Narciso Ramos, Menteri Luarnegeri Singapura S. Rajaratnam,
dan Menteri Luarnegeri Thailand Thanat Khoman.

Tabel 1. Keanggotaan ASEAN saat ini

NO NEGARA ANGGOTA ASEAN MASA KEANGGOTAAN


1 Indonesia 8 Agustus 1967
2 Malaysia 8 Agustus 1967
3 Singapura 8 Agustus 1967
4 Thailand 8 Agustus 1967
5 Filipina 8 Agustus 1967
6 Brunei Darussalam 7 Januari 1984
7 Vietnam 29-30 Juli 1995
8 Laos 23 Juli 1997
9 Myanmar 23 Juli 1997
10 Kamboja 30 April 1999
11 Timor Leste 11 November 2022

Pada perinsipnya gerakan politik negara-negara ASEAN terutama pembentukan


Komunitas ASEAN (ASEAN Community) adalah untuk menghadapi dominasi
politik dan ekonomi kawasan lainnya seperti Uni Eropa, Asia Timur, Amerika
Serikat dan lain-lain. Komunitas ASEAN adalah wadah utk mempererat integrasi
dan menyesuaikan cara pandang masyarakat ASEAN dalam menghadapi
globalisasi. Komunitas ASEAN memiliki tiga pilar yaitu politik-keamanan,
ekonomi, dan sosial budaya. Memlalui pilar ekonomi ASEAN kemudian
membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) atau AEC (ASEAN Economic
Community), dan komunitas ini adalah komunitas yang juga dipersiapkan untuk
bekerjasama guna memperdalam dan memperluas ekonomi terpadu dalam
kawasan ASEAN dengan kawasan di luar ASEAN. KEA bertujuan membentuk
ASEAN sebagai pasar tunggal berbasis produksi, dinamis, berdaya saing, setara
dalam pembangunan, dan mempercepat integrasi dengan ekonomi global. Tujuan
akhir dari KEA adalah membentuk pasar tunggal ASEAN dengan ciri khas adanya
aliran barang, jasa, investasi/modal, dan tenaga kerja terampil secara lebih bebas.

1.2 Tujuan Terbentuknya Asean

Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan persahabatan dan kerjasama di


bidang pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan
negara- negara anggotanya. Sehubungan dengan latar belakang negara-negara
anggota ASEAN yang beraneka ragam, bentuk dari kerjasama yang ada harus
dilandasi dengan faktor-faktor kebersamaan supaya ASEAN dapat berkembang
menjadi organisasi internasional regional yang efektif.

Pada dasarnya dibentuknya ASEAN adalah untuk menciptakan kawasan Asia


Tenggara dalam suasana persahabatan, kemakmuran dan kedamaian. Lebih
penting lagi secara politis, ASEAN menegaskan dirinya sebagai organisai yang
menghormati serta bertekad untuk menjujung tinggi hak asasi manusia (HAM)
dan nilai-nilai demokrasi. Hal ini sesuai dengan isi Deklarasi Bangkok yang
berbunyi :

Pertama, pembentukan Asosiasi Kerjasama Regional antara negara-negara


Asia Tenggara dikenal sebagai Asosiasi Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).

Kedua, bahwa maksud dan tujuan dari Asosiasi adalah:

1. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan


pengembangan kebudayaan di kawasan melalui usaha bersama dalam
semangat kesetaraan dan kemitraan untuk memperkuat dasar bagi
masyarakat yang makmur dan damai Bangsa Asia Tenggara;
2. Untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional dengan
menghormati keadilan dan supremasi hukum dalam hubungan antara
negaranegara di kawasan dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Piagam
PBB;
3. Untuk mempromosikan kerjasama aktif dan saling membantu dalam
masalah kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis,
ilmiah dan administratif;
4. Memberikan bantuan satu sama lain dalam bentuk fasilitas pelatihan dan
penelitian dibidang pendidikan profesional, teknis dan administratif;
5. Untuk berkolaborasi secara lebih efektif untuk pemanfaatan lebih besar
dari pertanian dan industri, perluasan perdagangan mereka, termasuk
studi tentang masalah perdagangan komoditas internasional, perbaikan
transportasi dan fasilitas komunikasi dan peningkatan standar hidup
rakyat mereka;
6. Untuk mempromosikan studi Asia Tenggara;
7. Untuk mempertahankan kerjasama yang erat dan menguntungkan dengan
organisasi internasional dan regional yang ada dengan tujuan yang sama
dan tujuan, dan menjelajahi semua jalan untuk kerjasama lebih dekat
antara mereka sendiri.

Ketiga, bahwa untuk melaksanakan maksud dan tujuan, kegiatan berikut


harus ditetapkan:

(A) Pertemuan Tahunan Menteri Luar Negeri, yang harus dengan rotasi dan
disebut Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN. Pertemuan Khusus Menteri
Luar Negeri dapat diselenggarakan sesuai kebutuhan.
(B) Berdiri komite, di bawah pimpinan Menteri Luar Negeri dari negara tuan
rumah atau wakilnya dan memiliki sebagai anggotanya Duta terakreditasi
dari negara-negara anggota lain, untuk melanjutkan karya Asosiasi di
antara Rapat Menteri Luar Negeri.
(C) Ad-Hoc Komite dan Komite Tetap spesialis menjabat pada bidang
tertentu.
(D) Sekretariat Nasional di masing-masing negara anggota untuk
melaksanakan pekerjaan asosiasi atas nama negara itu dan untuk melayani
Pertemuan Tahunan atau khusus dari Menteri Luar Negeri.
Keempat, bahwa Asosiasi ini terbuka bagi partisipasi pada semua Negara di
Wilayah Asia Tenggara untuk melaksanakan prinsip dan tujuan. Kelima, bahwa
Asosiasi mewakili kehendak kolektif dari bangsa-bangsa di Asia Tenggara untuk
mengikat diri bersama-sama dalam persahabatan dan kerja sama dan, melalui
upaya bersama dan pengorbanan, aman bagi masyarakat mereka dan untuk anak
cucu berkat-berkat kedamaian, kebebasan dan kemakmuran.

Sebagai payung kerjasama antar negara di Asia Tenggara, ASEAN mempunyai


tanggung jawab yang besar dalam perkembangan dan kehidupan hubungan
diplomatik antar negara di Asia Tenggara. Tidak hanya dalam hubungan
diplomatik yang menguntungkan dalam wilayah regional, ASEAN juga
diharapkan mampu menjadi penghubung dan mediator bagi persengketaan yang
timbul diantara para anggota ASEAN itu sendiri. Dalam perkembangannya,
banyak konflik dan persengketaan yang terjadi antar anggota ASEAN sendiri yang
belum terselesaikan. ASEAN diharapkan mampu menjadi jembatan bagi negara-
negara anggota yang terlibat sengketa untuk menyelesaikan persengketaannya
tersebut. Karena, apabila ada hubungan yang kurang harmonis antar anggota
ASEAN sendiri dapat mengakibatkan terhambatnya tujuan dan fungsi dari
pembentukan ASEAN. Apabila persengketaan antar negara anggota dapat
diselesaikan dengan baik, maka akan tercipta kondisi yang harmonis dalam
hubungan antar negara di Asia Tenggara. Sehingga, cita-cita ASEAN untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan politik sosial, dan pengembangan
kebudayaan negara-negara kawasan Asia Tenggara dapat tercapai.

2. Pembahasan

2.1 Membangun Daya saing

KEA pada perinsipnya dibentuk untuk membangun daya saing negara-negara


anggota ASEAN sehingga mampu tampil sebagai sosok negara yang “perkasa”
dalam menghadapi perkembangan ekonomi global. Ciri daya saing itu adalah
masing-masing negara ASEAN memiliki produk unggulan yang dapat saling
mengisi kebutuhan ekonomi negara-negara anggota, pertumbuhan industri yang
mendukung hadirnya produk unggulan, tingginya tingkat perdagangan dan
investasi diantara sesama negara ASEAN, ketergantungan dengan kawasan lain
semakin kecil atau berkurang dan diganti dengan saling ketergantungan dengan
negara sekawasan. Daya saing menuntut ASEAN secara kelembagaan (melalui
mekanisme KEA) dan negara-negara anggota ASEAN tampil menjadi aktor
ekonomi yang tangguh dalam melindungi kepentingan ekonomi dan pada saat
yang sama memiliki sistem ekonomi terbuka yang menunjukkan kesiapan
ASEAN bersaing dengan kekuatan ekonomi dari seluruh kawasan di dunia. Daya
saing juga secara umum akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang
tercermin dari kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Tingkat kesejahteraan
secara umum dapat dilihat dari capaian Gross Domestic Product (GDP) masing-
masing negara anggota, sementara daya beli masyarakat akan dipengaruhi
ketersediaan lapangan kerja dan serapan tenaga kerja kedalam sektor-sektor
pekerjaan yang tersedia. Inovasi bukan saja tampil dalam bentuk variasi produk
unggulan tetapi juga dari aspek mekanisme dan pengaturan kerjasama
perdagangan dan investasi yang diberlakukan diantara sesama negara ASEAN.
Mekanisme dan pengatruan kerjasama ini akan mendorong terbukanya lapangan
kerja baru secara luas sehingga memberi peluang dan pilihan bagi tenaga kerja di
seluruh negara-negara ASEAN. Ketersediaan lapangan kerja yang bervariasi
sesuai perkembangan dan inovasi teknologi menuntut keahlian tertentu sehingga
mendorong tenaga kerja di seluruh negara-negara anggota ASEAN untuk
meningkatkan keterampilan mereka dan kesiapan mereka untuk bersaing secara
positif. KEA dengan demikian menjadi wahana hubungan kerjasama perdagangan
dan investasi, serta arus pergerakan barang, jasa, dan tenaga kerja. Mekanisme
dan pengaturan hubungan dalam kerangka KEA ini menjadi generator penggerak
bagi pertumbuhan ekonomi yang kerangka kerjanya disesuaikan dengan
perbedaan tingkat pembangunan negara anggota. KEA dalam posisi ini
memainkan dua peran sekaligus yaitu sebagai dinamisator hubungan ekonomi
sesama negara-negara anggota ASEAN dan antara ASEAN dengan kekuatan
ekonomi lain di luar kawasan. Pembentukan KEA atau AEC (ASEAN Economic
Community) adalah usaha untuk membesarkan perdagangan intra ASEAN melalui
ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) dari penghapusan rintangan-rintangan
tarif menuju ke penghapusan rintangan non tarif. Penghapusan rintangan non-tarif
memang merupakan syarat untuk mencapai suatu pasar tunggal yag merupakan
salah satu sasaran utama AEC (Luhulima, 2015, hlm.55).

Pembentukan AFTA pada prinsipnya adalah untuk mempermudah dan


memperlancar hubungan perdagagan sesama anggota didalam linkup ASEAN.
Kemudahan dan kelancaran ini akan menjadi faktor pendorong bagi terbentuknya
ASEAN sebagai kekuatan pasar yang mampu melindungi kepentingan ekonomi
para negara anggotanya terutama ketika berhadapan dengan kekuatan pasar dari
kawasan lain dalam persaingan ekonomi global. Kekuatan pasar ASEAN tentu
tidak akan menjadikan ASEAN sebagai kawasan ekonomi tertutup melainkan
sebaliknya akan menjadi kawasan ekonomi yang terbuka dan dinamis,
berkembang seimbang dengan kekuatan pasar dari kawasan lainnya. Tujuan utama
pemberlakuan AFTA adalah sebagai usaha menghilangkan hambatan-hambatan
tarif yang diwujudkan melalui sekema Common Effective Preferential Tariff
(CEPT). Penyelesaian sekema ini telah mencapai 90 persen, dan sekitar 65 persen
produk negaranegara ASEAN yang tercantum dalam Inclusion List (IL) sudah
dihapus tarifnya (Luhulima, 2015, hlm.55).

ASEAN juga memberlakukan sekema selain CEPT, yang dikenal sebagai


ASEAN Single Window (ASW) yaitu sistem elektronik satu pintu untuk melayani
arus perdagangan barang dan informasi ekspor-impor di kawasan ASEAN.
Pemberlakuan sekema ini didukung dengan pembentukan sistem National Single
Window (NSW) di setiap negara anggota. Hingga tahun 2010 baru diterpakan di
empat negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, dan Singapura.

2.2 ASEAN Connectivity dan Pendidikan

Konektivitas merupakan kunci kesuksesan dalam mencapai ASEAN


Community. Oleh karena itu master plan ASEAN Connectivity 2025 ditujukan
untuk meningkatkan kehidupan penduduk ASEAN memberikan kesempatan bagi
masyarakat serta mendorong kemakmuran melalui pembangunan ekonomi dan
perkembangan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, Master Plan for ASEAN
Connectivity (MPAC) 2025 menjadi panduan yang dikembangkan untuk dan
difokuskan kepada tiga dimensi: Physical Connectivity (konektivitas fisik) yang
meningkatkan infrastruktur guna mengembangkan system transportasi yang
terintegrasi serta memperluas jaringan teknologi informasi dan komunikasi;
Institutional Connectivity (konektivitas institusional) yang bertujuan untuk
mewujudkan kebijakan secara efektif terutama dalam hal fasilitas perdagangan
barang dan jasa serta aliran investasi; dan People-to-People Connectivity
(konektivitas antar masyarakat) yang memperluas kesempatan pendidikan, inovasi
dan kewirausahaan serta mendorong pertukaran budaya guna mengembangkan
kualitas sumber daya manusia (Riana, 2018, hlm 4).

Implementasi ASEAN Connectivity dalam ruang bidang pendidikan dapat


berfokus pada Pertama, konektivitas fisik yang dilakukan antara lain dengan
membangun sistem transportasi dan jalan raya bersama tentu saja akan
memudahkan mobilitas generasi muda dalam menempuh pendidikan di negara
anggota ASEAN. Selain itu, universitas sebagai institusi pendidikan yang
berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas perlu
ditingkatkan kualitas sarana dan prasarana agar dapat mendukung dalam proses
pembelajaran.

Kedua, pemanfaatan inovasi digital dengan sepenuhnya untuk kepentingan


pendidikan, penelitian dan publikasi. Inovasi teknologi digital akan
memungkinkan proses belajar mengajar dilakukan secara online sehingga mampu
mendekatkan ruang dan waktu. Selain itu, pemanfaatan sarana digital oleh para
akademisi dan peneliti untuk mempublikasikan hasil peneitian dan mengakses
jurnal yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Konektivitas
institusional diharapkan universitas perlu didorong membangun konektivitas
antara industri, pemerintah dan masyarakat. Universitas sebaiknya selalu terbuka
dengan berbagai jenis kemitraan bersama pemangku kepentingan.

Ketiga, konektivitas universitas dengan industri akan terlebih dahulu fokus


pada 8 Mutual Recognition Agreement (MRA) yang telah disepakati oleh ASEAN
yaitu MRA on Engineering Services, MRA on Nursing Services, MRA on
Architectural Services, MRA on Tourism Professional, MRA on Accountancy
Services, MRA on Medical Practitioners, MRA on Dental Practitioners, MRA on
Surveying Qualification. Kemitraan universitas dengan industri juga harus
berfokus pada Sektor Prioritas Integrasi (Priority Integration Sectors) yang
merupakan sektor-sektor yang bernilai strategis untuk terlebih dulu/dipercepat
pembukaan akses pasarnya menuju pasar tunggal dan basis produksi. Para menteri
ekonomi ASEAN dalam Special Informal AEM Meeting, 2003, di Jakarta,
menyepakati 11 sektor yang masuk kategori Sektor Prioritas Integrasi dan 1 sektor
lagi pada 2006 di Filipina. Adapun ke-12 sektor itu terdiri atas tujuh sektor
perdagangan barang yaitu produk pertanian, otomotif, elektronik, perikanan,
produk karet, tekstil & pakaian, produk kayu, dan logistik; serta lima sektor
perdagangan jasa yaitu transportasi udara, e-ASEAN, pelayanan kesehatan,
logistik, dan pariwisata.

Keempat, konektivitas universitas dengan pemerintah akan berfokus pada


pembenaham berbagai peraturan yang menghambat perkembangan dan kreativitas
universitas. Dengan adanya ASEAN Community tentunya memberikan pengaruh
bagi sektor pendidikan tinggi di Indonesia. Kompetisi pada perguruan tinggi tidak
lagi hanya sebatas perguruan tinggi di Indonesia, namun sudah meliputi perguruan
tinggi di regional ASEAN. Selain itu dengan adanya liberalisasi sektor jasa juga
membuka kesempatan bagi perguruan tinggi asing untuk masuk dan didirikan di
wilayah Indonesia. Hal ini secara peraturan perundang-undangan juga
dimungkinkan sesuai dengan Pasal 90 Undangundang no 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa Perguruan Tinggi Negara lain dapat
menyelenggarakan Pendidikan Tinggi di wilayah Indonesia dengan bekerjasama
dengan Perguruan Tinggi serta atas izin pemerintah Negara anggota ASEAN telah
menjadikan jaminan kualitas di bidang pendidikan sebagai agenda nasional.
Masing-masing Perguruan Tinggi menentukan kriteria kualitas pendidikan
masing-masing, dimana sebagian berkonsultasi dengan institusi lain di level 6
nasional atau internasional. Pada level regional, Insiatif ASEAN University
Network dalam pembentukan standar kualitas antar anggota AUN dapat dijadikan
sebagai tolak ukur standar kualitas Perguruan Tinggi di ASEAN.

Kelima, konektivitas universitas dengan generasi muda sebagai calon


pemimpin ASEAN di masa depan. Pada tahun 2016, total populasi masyarakat di
ASEAN mencapai lebih dari 600 juta orang, dan lebih dari setengahnya berusia di
bawah 30 tahun. Tingginya jumlah penduduk dengan usia muda ini menghadirkan
peluang sekaligus tantangan. Dominan usia produktif akan mendorong kemajuan
ekonomi ASEAN di masa mendatang, namun demikian di saat yang sama,
tantangan yang harus segera disikapi adalah membangun generasi muda yang
tangguh dan berdaya saing. Disinilah peran universitas di ASEAN untuk
menyediakan akses terhadap pendidikan dan pelatihan berkualitas guna
membangun sumber daya manusia yang unggul. Universitas sebagai institusi
pendidikan turut bertanggung jawab untuk membentuk arah dari pembangunan
regional, misalnya dengan meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap
budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada di wilayah ASEAN. Kerja sama dengan
universitas-universitas di ASEAN diharapkan tidak hanya untuk berbagi
pengetahuan, tetapi juga untuk saling membagikan pengertian dan menjunjung
nilai-nilai budaya. Budaya tidak perlu dianggap sebagai penghalang. Mengingat
ASEAN adalah kawasan multikultural, pendekatan budaya juga dibutuhkan antar
negara ASEAN untuk membangun jaringan universitas yang baik di ASEAN.
Fakta bahwa ASEAN adalah wilayah multikultural dengan berbagai bahasa,
dialek, agama, dan etnis telah membuat ASEAN sebagai wilayah yang unik.

Bidang pendidikan yang merupakan dimensi kerja sama dalam Pilar Sosial
Budaya memiliki peranan yang penting guna membangun sumber daya yang
terdidik, kompetitif, inovatof dan berkualitas di era ASEAN Community. Negara-
negara anggota ASEAN akan memiliki daya saing dalam tingkat ASIA dan global
jika memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sejalan dengan ASEAN
Connectivity yang difokuskan pada tiga dimensi dapat diterapkan dalam bidang
pendidikan melalui lima langkah implementasi konektivitas ASEAN melalui
pendidikan. Perbaikan sarana dan prasarana dalam institusi pendidikan akan
mendukung suasana yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Konektivitas
infrastruktur akan mempermudah mobilitas para generasi muda ASEAN untuk
menempuh pendidikan lintas wilayah ASEAN. Konektivitas institusional juga
akan menghasilkan SDM yang bukan hanya memiliki pengetahuan namun juga
memiliki ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri di ASEAN. Pada
level regional, konektivitas melalui ASEAN University Network akan
membangun standar kualitas antar anggota AUN dapat dijadikan sebagai tolak
ukur standar kualitas Perguruan Tinggi di ASEAN.

3. Simpulan dan Saran


Simpulan:

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan organisasi


kawasan yang bertujuan untuk meningkatkan persahabatan, kerjasama ekonomi,
dan pembangunan sosial budaya di antara negara-negara anggotanya. Dalam
perkembangannya, ASEAN telah berhasil membentuk Komunitas ASEAN yang
terdiri dari tiga pilar utama: politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Salah
satu upaya utama ASEAN adalah membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN
(KEA) atau ASEAN Economic Community (AEC), yang bertujuan untuk
memperdalam integrasi ekonomi di kawasan ASEAN dan memperluas kerjasama
dengan kawasan di luar ASEAN.

Pembentukan KEA/AEC bertujuan untuk membangun daya saing negara-negara


anggota ASEAN di pasar global. Langkah-langkah seperti penghapusan hambatan
tarif dan non-tarif, implementasi ASEAN Single Window (ASW), dan promosi
kerjasama perdagangan dan investasi menjadi fokus utama dalam mewujudkan
pasar tunggal ASEAN yang dinamis dan terbuka.

Selain itu, ASEAN juga fokus pada pembangunan konektivitas fisik, institusional,
dan antar masyarakat sebagai bagian dari Master Plan for ASEAN Connectivity
(MPAC) 2025. Dalam konteks pendidikan, konektivitas tersebut mencakup
peningkatan infrastruktur pendidikan, pemanfaatan inovasi digital, kerjasama
antar universitas, dan keterlibatan generasi muda dalam membangun ASEAN
yang tangguh.

Saran:

1. Penguatan Implementasi Kebijakan: Negara-negara anggota ASEAN perlu


meningkatkan implementasi kebijakan yang telah disepakati dalam rangka
mewujudkan tujuan ASEAN Community, terutama dalam hal pembangunan
infrastruktur, penghapusan hambatan perdagangan, dan peningkatan konektivitas
pendidikan.

2. Pembinaan Kemitraan Strategis: ASEAN perlu memperkuat kemitraan strategis


antara universitas, industri, dan pemerintah dalam rangka mendukung
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
3. Penekanan pada Pendidikan Multikultural: ASEAN harus mengintensifkan
upaya dalam mempromosikan pendidikan multikultural yang memperkuat
pemahaman dan apresiasi terhadap keberagaman budaya di wilayah ASEAN,
sehingga dapat memperkuat persatuan dan solidaritas di antara negara-negara
anggota.

4. Peningkatan Akses Pendidikan: Negara-negara anggota ASEAN perlu


memastikan akses yang lebih luas dan merata terhadap pendidikan berkualitas
bagi seluruh masyarakat, termasuk generasi muda, sebagai upaya untuk
menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berdaya saing tinggi bagi kawasan
ASEAN.

4. Pustaka Acuan

AK. Syahmin SH., 1988, Masalah‐ Masalah Aktual Hukum Organisasi


Internasional (Bandung: Penerbit CV. ARMICO, 1988).

DR. Mhd. Saeri, M.Hum, 2013, ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF,
DAN DINAMIS. (PSA Universitas Riau).

Luhulima,2011, Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015, Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.

Yuliana Riana P, MM.,2018, PENDIDIKAN DALAM KONEKTIVITAS ASEAN,


Head of Centre For ASEAN Public Relation Studies, LSPR-Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai