Anda di halaman 1dari 3

Tugas Ulasan Artikel

Putri Intan Permatasari, XII IPS 2 (27)

Guru Pengajar : M Bagus Aprilianto, S.Pd

Ulasan terhadap Artikel berjudul Perkembangan Regionalisme di


Asia Tenggara : Tinjauan Historis dan Teoretis tulisan A.R. Sutopo

Artikel berjudul Perkembangan Regionalisme di Asia Tenggara : Tinjauan Historis dan


Teoretis yang ditulis oleh A.R. Sutopo diawali dengan penggambaran betapa pentingnya
kerjasama regional dalam mengatasi persoalan dalam suatu negara maupun masalah regional di
Asia Tenggara. Kerjasama regional dan integrasi dapat membawa manfaat ekonomi, politik,
sosial, dan budaya bagi negara-negara di Asia Tenggara.

Artikel ini secara tidak langsung menjelaskan perjalanan pembentukan ASEAN hingga
masa kini yang ditandai adanya pembagian periode waktu beserta apa yang dihasilkan saat
periode tersebut. Pertama, periode 1950-1960 yang berjalan setelah berakhirnya Perang Dunia II
sehingga tak heran banyak sekali negara di Asia Tenggara yang ikut mengalami konflik akibat
isu kolonialisme bahkan dominasi asing. Pada periode ini, negara-negara dalam Asia Tenggara
masih dalam proses mencari bentuk kerjasama regional yang tepat dan spesifik dalam mengatasi
sebuah persoalan. Kedua, periode 1961-1966 yang ditandai dengan dibentuknya ASA (The
Association Of Southeast Asia) tahun 1961 dan Maphilindo tahun 1963. Periode ini
memperlihatkan pengalaman negara-negara regional dalam usaha mendorong kerjasama antar-
negara untuk menghadapi masalah bersama makin tercermin. Ketiga, periode 1967-1975. Pada
periode inilah dibentuknya ASEAN pada 8 Agustus 1967 melalui penandatanganan Deklarasi
Bangkok. Begitu banyak program yang telah direalisasikan oleh ASEAN salah satunya
menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality).
Walaupun begitu, pada periode ini wawasan pengetahuan masyarakat mengenai kerjasama masih
minim dan kegiatan seperti dalam bidang pariwisata, jurnalistik dan perbankan masih terbatas
pada tingkat elit negara anggota ASEAN. Lalu yang terakhir adalah peiode 1976 hingga
selanjutnya. Periode inilah yang menjadikan ASEAN memperluas cakupan kerjasamanya dan
adanya perubahan dalam struktur kelembagaan. ASEAN juga menyelenggarakan Konperensi
Tingkat Tinggi yang pertama kali di Bali pada bulan Februari 1976.
Dapat disimpulkan bahwa ASEAN telah mampu mengembangkan identitas regional
yang perlu dipertimbangkan oleh berbagai pihak dalam berbagai bidang entah itu politik, sosial
budaya, keamanan maupun ekonomi. Selain itu, ASEAN telah menunjukkan kesediaan untuk
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah yang terus berkembang di berbagai bidang. Upaya-
upaya bersama antar-negara dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi telah menjadi
bagian dari dasar pembentukan kerjasama regional dan integrasi di kawasan tersebut. Dengan
demikian, ASEAN telah menunjukkan kemajuan dalam mengembangkan identitas regional dan
kerjasama antar-negara anggotanya, meskipun masih terdapat tantangan dalam mencapai
integrasi penuh di kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan konteks yang dituangkan oleh penulis pada artikel tersebut menimbulkan
suatu pertanyaan bahwa “Apakah ada kebutuhan untuk mengembangkan mekanisme dan
lembaga yang dapat mendukung upaya kerjasama regional di Asia Tenggara?” dan “Bagaimana
negara-negara di kawasan ini dapat mengembangkan konsep dan pemikiran yang diperlukan
untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam kurun waktu saat ini dan di masa
depan?” Penulis tidak secara terperinci memberikan jawaban langsung terhadap pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Guna menjawab pertanyaan itu, sang penulis mengemukakan bahwa
mekanisme dan lembaga yang diperlukan untuk menjalankan upaya kerjasama regional di Asia
Tenggara meliputi pembentukan struktur yang efektif, pengambilan keputusan yang transparan,
serta rencana jangka panjang yang memungkinkan untuk koordinasi dan kolaborasi antar negara-
negara anggota. Sementara itu, konsep maupun pemikiran yang perlu dikembangkan oleh
negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi berbagai masalah selama ini melibatkan
wawasan yang luas mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi, pembuatan strategi bersama
serta meningkatkan kualitas dalam hal hubungan politik, perdagangan, keamanan, dan
pembangunan ekonomi. Menurut saya, gagasan yang dituangkan dalam artikel ini tidak
sepenuhnya bersifat historis. Meskipun artikel tersebut membahas sejarah perkembangan
kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara, fokus utamanya lebih pada pentingnya kerjasama
regional saat ini dan kebutuhan akan mekanisme, lembaga, serta konsep maupun pemikrian yang
diperlukan untuk menjalankan upaya kerjasama regional yang efektif dalam menghadapi
tantangan kontemporer dimana mengacu pada isu-isu, tantangan, dan kebutuhan yang relevan
dengan kondisi saat ini.
Berbeda pada gagasan di paragraf sebelumnya, disini saya akan menjelaskan beberapa
konsep maupun pemikiran yang saya temukan dalam menghadapi serta memahami dinamika
ASEAN. Pertama, ada yang memperkenalkan konsep "compartmentalized regionalism" di mana
negara-negara anggota ASEAN lebih memprioritaskan kerja sama dengan negara-negara di luar
kawasan ASEAN daripada dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya. Hal ini dapat
menghambat upaya ASEAN dalam membangun sense of community dan memperkuat integrasi
regional di kawasan Asia Tenggara. Konsep kedua justru berbeda dan cenderung melemahkan
konsep pertama yaitu "sense of community" atau perasaan kekitaan. Konsep ini juga membahas
upaya ASEAN dalam membangun "People Centered ASEAN" sebagai strategi yang paling
realistis dalam membangun sense of community. Lalu konsep terakhir adalah konsep
“interregionalisme” yang melibatkan kerjasama antara dua atau lebih wilayah atau blok
regional. Konsep ini menyoroti bagaimana interregionalisme dapat mempengaruhi integrasi
regional ASEAN, baik sebagai pendorong maupun sebagai tantangan. Terlepas dari konsep
maupun pemikiran dalam menghadapi dinamika ASEAN, ASEAN perlu terus memperkuat
kerjasama antara negara-negara anggotanya untuk mewujudkan komunitas ASEAN yang lebih
terintegrasi dan kuat.

Referensi :

Chiruzzad, Shofwan Al Banna. (2017). ASEAN as “Compartmentalized Regionalism’ : A


Preliminary Discussion,“ Global: Jurnal Politik Internasional: Vol. 19 : No. 1, Article 4.

Yuniarti, Anik. (2012). Strategi ASEAN membangun “Sense of Community,” :Jurnal Prodi
Ilmu Hubungan Internasional:

Hermawan Ph, Yulius Purwadi. (2012). Interregionalisme dan Tantangan Pembentukan


Komunitas ASEAN, :Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: Universitas Katolik
Prahayangan

Anda mungkin juga menyukai