Anda di halaman 1dari 6

APAKAH ASEAN MERUPAKAN SEBUAH KOMUNITAS

TERBAYANG?
(Sebuah Telaah Mengenai Terbentuknya ASEAN Jika Merujuk
Kepada Pemikiran Benedict Anderson)

OLEH
Muhammad Kasyfi Arsyan

UAS MATA KULIAH ASEAN AND REGIONALISM IN SOUTHEAST ASIA

MAGISTER HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

2016
Pembahasan mengenai akar terbentuknya komunitas internasional memang seperti
tidak ada habisnya dalam dunia Hubungan Internasional. Akan tetapi penulis melihat
bahwasanya pembahasan dari para penstudi Hubungan Internasional hanya berkutat di dalam
sebuah konsensus dari negara-negara yang kini eksis dalam percaturan politik global tanpa
menyangkut pautkan akar filosofis dibalik terbentuknya sebuah komunitas internasional.

Melalui essay ini penulis ingin menjabarkan akar filosofis dari terbentuknya sebuah
komunitas internasional yakni ASEAN. Jika merujuk kepada pemikiran Benedict Anderson,
ASEAN (Tanpa keraguan) adalah suatu komunitas terbayang. Sebelum membahas ASEAN
sebagai suatu komunitas Internasional yang terbayang, ada baiknya penulis ingin
menjabarkan secara singkat mengenai pemikiran Benedict Anderson tentang “Imagined
Community” (Komunitas Terbayangkan).

Walaupun penjelasan Benedict Anderson dalam bukunya Imagined Community.


Membahas tentang proses terjadi negara dan nasionalisme, akan tetapi hal ini dapat penulis
sangkut-pautkan pula dengan proses berdirinya sebuah komunitas internasional. Benedict
Anderson dalam bukunya bahwa Bangsa adalah “Sebuah komunitas politis dan dibayangkan
terbatas secara inheren dan memiliki kedaulatan”.1 Jika penulis dilihat dari penjelasan
Benedict Anderson, sebuah bangsa maupun sebuah komunitas kawasan merupakan suatu
komunitas yang terbayang dimana sebelum terjadinya terjadi sebuah proses pembayangan
dari para perwakilan negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk mendapatkan kehidupan
yang lebih baik jika sama-sama bernaung dibawah suatu komunitas kawasan. Contoh lebih
kecilnya adalah Negara Indonesia yang sebelum terbentuknya hanyalah berupa sebuah
bayangan atau secara kasar hanyalah sebuah mimpi dari para founding father kita untuk
memiliki sebuah Komunitas (Baca:Negara) yang berdaulat yang didalamnya dapat diterapkan
nilai-nilai asli yang telah sama-sama disepakati.

Dalam buku Anderson memnyajikan proses kesadaran nasional muncul melalui


bantuan kapitalisme percetakan. Percetakan massal ini menjadi media pembentukan bahasa
nasional yang bisa berasal dari bahasa administratif atau bahasa ibu. Ini berkebalikan dengan
pendapat Renan bahwa bahasa bukanlah basis bagi pembentukan bangsa. Jika dilihat hal ini
pun terjadi saat pertama kali ASEAN terbentuk dimana berita-berita mengenai pentingnya
ber-komunitas dalam suatu kawasan sangat penting dan disebarkan melalui media cetak

1
Anderson, Benedict (2002). Imagined Communities: Reflection on the Origin and Spread of Nationalism.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Insist Press. Hal 16
bahkan hingga saat ini. Perbedaan masa yang lampau ketika terbentuknya ide tentang
komunitas interasional dengan pada era modern sekarang ini adalah jika pada masa itu
penyebaran berita dan penanaman ide tentang pentingnya sebuah komunitas internasional
disebarkan melalui media cetak karena pada saat itu terjadi (Seperti yang dikatakan Benedict
Anderson) Revolusi Percetakan, sedangkan pada masa ini pemberitaan serta pembentukan
opini tentang pentingnya sebuah komunitas internasional disebarkan oleh media elektronik.
Dari fenomena ini dapat kita lihat terbentuknya sebuah Komunitas Internasional justru tidak
dapat dilepaskan dari Revolusi pada ranah Komunikasi. 2

Dalam bukunya lebih lanjut, Benedict Anderson membahas tentang proses munculnya
nasionalisme dalam sebuah komunitas. Anderson membuat model kemunculan nasionalisme
dengan mengandalkan pengalaman historis berbagai bangsa, termasuk Indonesia. Dalam
kasus Indonesia, tentu Indonesia tidak mengalami sejarah nasionalisme yang sama tuanya
dengan Amerika maupun Eropa. Namuan pernyataan Anderson bahwa model nasionalisme
ada untuk ditiru bangsa-bangsa berlaku juga untuk Indonesia. Dari penjelasan diatas, dapat
penulis dapat mengasumsikan bahwasanya pada kasus ASEAN Sebagai suatu komunitas di
kawasan Asia Tenggara juga ingin menamkan nasionalisme kawasan. Hal ini dibuktikan
dengan adanya lagu kebangsaan ASEAN yang diberi judul “The ASEAN Way”. Hal ini juga
senada dengan Eropa, dimana identitas kawasan terbentuk di kawasan eropa melalui lagu
kebangsaan Uni Eropa dan jika ditanyakan kepada masyarakat dikawasan eropa, mereka
dengan bangga mengatakan bahwa “I’m European”.

Selain itu, pembentukan identitas nasionalisme kawasan di ASEAN juga


termanifestasi dalam 3 komunitas ASEAN yakni:

1. ASEAN Security Community-ASC


Dalam ASC, Indonesia mengusulkan agar ASEAN memajukan
demokrasi serta memerhatikan perlindungan HAM, antara lain dengan
mendirikan mekanisme regional perlindungan HAM. Ide orisinil lainnya
adalah pembentukan pasukan perdamaian regional sehingga ASEAN memiliki
kemampuan untuk memainkan peran aktif dalam pemeliharaan perdamaian
dan membangun perdamaian pasca konflik.

2
Anderson, Benedict (2002). Imagined Communities: Reflection on the Origin and Spread of Nationalism.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar & Insist Press. Hal 24
Namun, dalam pertemuan di Bali usul-usul Indonesia tersebut
ditentang oleh sebagaian Negara anggota lainnya yang menilai Indonesia telah
melangkah terlalu jauh. Mengingat perbedaan system politik yang tajam di
ASEAN, yang terbagi di antara Negara-negara demokratis, semi-demokratis,
dan otoriter, dapat dipahami bahwa pengungkapan komitmen untuk
memajukan demokrasi dan perlindungan HAM secara terbuka seperti yang
diusulkan Indonesia sulit untuk diterima. Kemudian, ASC melakukan rencana
aksi yang dikembangkan secara lebih detail dalam Vientine Action Program
(VAP) yang disetujui pada November 2004. VAP mengenai ASC berhasil
meyelipkan beberapa butir tentang demokrasi dan HAM yang telah diusulkan
oleh Indonesia secara lebih terbuka.3
2. Masyarakat Ekonomi ASEAN ( ASEAN Economic Community-AEC).
Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan pilar kedua yang menjadi
landasan dalam membangun komunitas ASEAN. Dimana yang menjadi
tantangan dalam Komunitas Ekonomi ASEAN ini adalah Negara India dan
Cina, dimana kedua Negara ini dikenal semakin memainkan peran strategis
dalam perekonomian global, dan ini merupakan ancaman bagi Negara-negara
ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Masyarakat Ekonomi
oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari
deklarasi Bali Concord II mengenai konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN/
Komunitas Ekonomi ASEAN:
 Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari
integrasi ekonomi yang digariskan dalam ASEAN vision 2020
untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil,
sejahtera dan berdaya saing tinngi.
 Landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah
kepentingan bersama diantara Negara anggota ASEAN untuk
memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi
melalui kerjasama yang sedang berjalan dan inisiatif baru
dalam kerangka waktu yang jelas.
 Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN
sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan

3
asean.org/storage/2016/01/ASCC-Blueprint-2025.pdf di akses pada tanggal 10/12/2016 pada pukul 23.32 wib
menguba keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan
menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi.
 Komuitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasn
dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi dengan
kerjasama teknk dan pembangunan dalam usaha mengatasi
jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi
anggota baru (Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam).
 Untuk mencapai Komunitas Ekonomi yang terintegrasi secara
penuh, ASEAN perlu menerapkan langkah-langkah liberalisasi
dan kerjasama.4

Dalam membangun Komunitas Ekonomi ASEAN, hal yang tidak kalah


penting yang harus dilakukan adalah dimana ASEAN yang selama ini banyak
melibatkan actor Negara harus menggeser orientasinya sehingga actor non-negara
terlibat dalam membangun komunitas. Khusus untuk integrasi di bidang ekonomi,
aktor non Negara semestinya lebih diperankan oleh pelaku ekonomi. Komunitas
Ekonomi ASEAN akan sulit untuk dicapai apabila pelaku ekonomi tidak
mengenal ASEAN, tidak mengenal program-program ekonomi ASEAN yang
dihasilkan dari negosiasi panjang dan yang penting juga adalah bila pelaku
ekonomi tidak terlibat dalam perumusan arah dan langkah-langkah mencapai
suatu komunitas.

3. Komunitas Sosial Budaya ASEAN


Kerjasama di bidang sosial- budaya menjadi salah satu titik tolak
utama untuk meningkatkan integrasi ASEAN melalui terciptanya “a caring
and sharing community”, yaitu sebuah masyarakat ASEAN yang saling peduli
dan berbagi. Kerjasama sosial-budaya mencakup kerjasama di bidang
kepemudaan, wanita, kepegawaian, penerangan, kebudayaan, pendidikan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam,
kesehatan, pembangunan sosial, pengentasan kemiskinan, dan ketenagakerjaan
serta Yayasan ASEAN.5

4
asean.org/storage/2016/01/ASCC-Blueprint-2025.pdf di akses pada tanggal 10/12/2016 pada pukul 23.40 wib
5
asean.org/storage/2016/01/ASCC-Blueprint-2025.pdf di akses pada tanggal 10/12/2016 pada pukul 00.32 wib
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwasanya ASEAN merupakan
sebuah komunitas yang hampir berbentuk negara. ASEAN memiliki identitas yang
independen dimana hal ini adalah sebuah hasil dari proses pembayangan yang dilakukan oleh
para founding father ASEAN pada saat itu. Hal ini memang dapat dikatakan bahwasanya
pemikiran Benedict Anderson dapat menjelaskan secara terperinci bagaimana ASEAN
memiliki sifat-sifat seperti Komunitas terbayang.

Anda mungkin juga menyukai