Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Mengidentifikasi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan Potensi


Wilayah Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah (Analisis Sektor Basis Dan Non
Basis) Kabupaten Asahan”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Geografi


Transportasi dan Permukiman, Yang Di AmpuOleh Dosen Pengampu:

Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si

Disusun oleh:
KELOMPOK
4

1 ayu dearmas purba ( 3193331009 )


2 nazwa saragih ( 3193131007 )
3 chania sirnip belinda ( 319 )

KELAS B

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Dra. Tumiar
Sidauruk, MSi selaku dosen pengampu mata kuliah Geografi Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan kami kesempatan untuk bekerja sama
dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat tantangan untuk mencari
sumber informasi sesuai materi yang diberikan. Akan tetapi, atas kerja sama
dari setiap anggota, tantangan tersebut teratasi. Oleh karena itu, kami
menyusun makalah ini sebaik mungkin. Kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami maupun kepada para pembaca.
Kami juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan
atau penulisan makalah ini. Kami senantiasa mengharapkan masukan, baik
berupa saran atau kritik demi penyempurnaan makalah ini.

Medan, September 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

Latar Belakang...........................................................................................................................4

Rumusan Masalah.....................................................................................................................4

Tujuan.........................................................................................................................................4

BAB II.........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.........................................................................................................................6

2.1 Pusat Pertumbuhan.............................................................................................................6

BAB III.....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

A. Kesimpulan..........................................................................................................................19

B. Saran....................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Pantai
Timur Sumatera Utara. Kabupaten Asahan menempati area seluas 3.732,97 km² yang terdiri
dari 25 Kecamatan, 204 Desa/Kelurahan Definitif. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge
merupakan Kecamatan yang terluas, dengan luasnya sebesar 713,63 km² atau sekitar 19,11 %
dari total luas Asahan, diikuti Kecamatan Sei Kepayang dengan luas 370,69 km² atau 9,93 %.
Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Kisaran Timur dengan luas 30,16 km² atau
sekitar 0,80% dari total luas wilayah Kabupaten Asahan.
Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara,
di sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir,
disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Malaka. Berdasarkan data badan pusat statistik kabupaten asahan jumlah
penduduk kabupaten Asahan pada bulan September 2020 menurut hasil SP2020 adalah
sebanyak 769.960 jiwa.
Wilayah ini memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar mulai dari perkebunan,
peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata alam, hingga industri. Namun kurangnya fokus
kerja pemerintah dalam pengembangan sektor unggulan mengakibatkan perekonomian
Kabupaten Asahan semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Asahan?
2. Apa saja teori pertumbuhan wilayah dan perwilayahan ?
3. Bagaimana pusat pertumbuhan ekonomi sesuai potensi wilayah dalam meningkatkan
pembangunan wilayah Kabupaten Asahan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Asahan
2. Untuk mengetahui teori pertumbuhan wilayah dan perwilayahan
3. Untuk menambah pemahaman mengenai pusat pertumbuhan ekonomi sesuai potensi
wilayah dalam meningkatkan pembangunan wilayah Kabupaten Asahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pusat Pertumbuhan


Pusat pertumbuhan adalah wilayah dengan tingkat pertumbuhan sangat cepat dan dapat
dijadikan pusat pembagunan sehingga memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah
sekitar. Pusat pertumbuhan dapat berupa unit terkecil dari setiap wilayah, khususny wilayah
pemerintahan misalnya dalam tingkat desa. Pusat pertumbuhan merupakan wilayah (region)
beserta ruang (spatial) yng mana didalamnya terdiri dari unsur-unsur fisik dan non fisik.
Seluruh unsur tersebut mampu mendukung kelangsungan hidup penduduk yang ada dan
mampu memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan wilayah sekitar.
Dilansir dari buku Pengembangan Wilayah: Teori dan Aplikasi (2016) karya Ali Kabul
Mahi, dijelaskan bahwa pusat pertumbuhan memiliki dua definisi, yaitu:

 Fungsional

Secara fungsional, pusat pertumbuhan merupakan suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha
atau cabang industri yang sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga
mampu mendorong kehidupan ekonomi, baik ke dalam maupun ke luar.

 Geografis

Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas
dan kemudahan. Sehingga lokasi tersebut menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai
kalangan tertarik untuk membuka usaha. 

Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi perkembangan dalam wilayah pusat
pertumbuhan, antara lain:
 Lokasi, Wilayah strategis memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan.
Terlebih lagi jika kawasan tersebut mempunyai aksesibilitas tinggi dan fasilitas yang
memadai. Sumber daya alam, Kawasan yang mempunyai SDA melimpah dan dikelola
dengan baik, tentunya bisa menjadi pusat pertumbuhan dan membawa dampak besar
bagi daerah itu sendiri serta sekitarnya.
 Sumber daya manusia, berperan penting untuk memanfaatkan dan mengelola SDA,
serta melakukan kegiatan usaha lainnya.
 Topografi, Wilayah dataran rendah cenderung lebih mudah berkembang pesat dibanding
dataran tinggi. Salah satu alasannya karena faktor jalan yang mudah diakses.
 Fasilitas penunjang, suatu wilayah harus mempunyai berbagai fasilitas penunjang,
seperti jalan, listrik, telekomunikasi, transportasi, dan lain sebagainya
 Industri, Biasanya semakin banyak kegiatan industrinya, maka daerah tersebut bisa
menjadi pusat pertumbuhan.
 Sosial budaya masyarakat, Misalnya kehidupan sosial, budaya, adat istiadat, dan
lainnya.

2.1.1 Teori pertumbuhan wilyah dan pewilayahan


Pertumbuhan wilayah berawal dari sebuah pusat pertumbuhan. Wilayah adalah Wilayah
merupakan suatu area yang punya karakteristik atau sifat khas tertentu yang membedakannya
dengan wilayah lainnya. Sedangkan, Perwilayahan (regionalisasi) merupakan proses
penggolongan wilayah berdasarkan ciri-ciri dan kriteria tertentu. Ada beberapa teori yang
membahas tentang pusat pertumbuhan wilayah yaitu teori pusat sentral (central place
theory) dan teori kutub pertumbuhan (growth pole theory).
1. Teori Tempat Sentral (Central Place Theory)
Teori Tempat Sentral pertama kali dikemukakan oleh Walter Cristaller seorang ahli
geografi berkebangsaan Jerman pada tahun 1933. Menurut Christaller (dalam Jiang, period 6)
terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold). Range adalah jarak
yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu
tertentu saja. Treshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan
keseimbangan suplai barang. Dalam teori ini diasumsikan sebagai kota utama yang menjadi
pusat pelayanan barang dan jasa untuk daerah sekitarnya, sehingga kota utama bertumbuh
karena adanya permintaan barang dan jasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi barang oleh masyarakat, diantaranya adalah
penduduk (distribusi, kepadatan dan struktur), permintaan dan penawaran serta harga barang
dan kondisi wilayah dan transportasi. Kondisi seperti itulah yang menjadi dasar dalam
penemuan teori ini. Teori Tempat Sentral menjelaskan mengenai tempat sentral yang bertindak
sebagai suatu lokasi yang memberikan pelayanan terhadap berbagai kebutuhan penduduk dan
terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi
manusia dalam jumlah besar baik yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi
konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya. Menurut teori ini, tempat
sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi
enam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang
sentral tersebut. Berikut adalah daerah segi enam cakupan tempat sentral tersebut:
Keterangan :
a. Titik berwarna merah adalah kota besar.
b. Titik berwarna kuning adalah kota kecil/kabupaten.
c. Titik berwrna biru adalah pasar di kota-kota kecil.
d. Titik berwarna hijau adalah pedesaan.
e. Garis adalah batasan-batasan

2. Teori Lokasi
Teori ini dipelopori oleh Alfred Weber seorang ahli ekonomi Jerman ini khusus untuk
kegiatan industri pengolahan. Sehingga sangat terkait dengan pengembangan kawasan industri.
Perusahaan cenderung untuk meminimumkan biaya-biaya dengan cara memilih lokasi yang
strategis dan mendekati pasar. Strategis dalam arti mudah dalam mendapatkan bahan baku dan
mudah dalam distribusi barang atau jasa. Banyak variabel yang mempengaruhi kualitas atau
suitabilitas suatu lokasi misalnya upah tenaga kerja, biaya energi, ketersediaan pemasok,
komunikasi, fasilitas pendidikan dan kualitas pemerintah daerah dan tanggungjawabnya.
Keterbatasan dari teori lokasi pada saat ini adalah bahwa teknologi dan komunikasi modern
telah mengubah signifikansi suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.
(Lincolin Arsyad, 2004).
3. Teori Model Daya Tarik
Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah bahwa suatu masyarakat
dapat memperbaiki posisi pasarnya terhadap industrialis melalui pemberian subsidi dan
insentif. (Arsyad, 2004).
2.2 Mengindentifikasi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan
Potensi Wilayah Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah

2.2.1 Teori basis ekonomi


Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu
daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja
dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang
kerja (Arsyad, 2004).
Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan-kegiatan basis dan
kegiatan-kegiatan bukan basis. Kegiatan-kegiatan basis adalah kegiatan-kegiatan yang
mengekspor barang-barang atau jasa-jasa ke tempat di luar batas-batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan atau yang memasarkan barang-barang atau jasa-jasa mereka
kepada orang-orang di luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-
kegiatan bukan basis adalah kegiatan-kegiatan yang menyediakan barang-barang yang
dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian
masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi
luas lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal
(Glasson, 1990).
Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasikan apakah suatu sektor
atau sub sektor ekonomi tergolong kategori basis atau non basis adalah dengan menggunakan
metode Location Quotient (LQ), yaitu dengan membandingkan antara pangsa relatif
pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah
dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total
nasional.
Apabila nilai LQ suatu sektor ekonomi ≥ 1, maka sektor ekonomi tersebut merupakan
sektor basis dalam perekonomian daerah yang bersangkutan, sedangkan bila nilai LQ suatu
sektor atau sub sektor ekonomi < 1, maka sektor atau sub sektor ekonomi tersebut merupakan
sektor non basis dalam perekonomian daerah yang bersangkutan. Menurut Widodo (2006)
logika dasar LQ adalah teori basis ekonomi yang intinya adalah karena industri basis
menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar daerah yang
bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah
tersebut.
Selanjutnya, adanya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan
konsumsi (consumption, C) dan investasi (investment, I) di daerah tersebut. Hal terebut
selanjutnya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan
pendapatan tersebut tidak hannya menaikkan permintaan terhadap industri basis, tetapi juga
menaikkan permintaan akan industri non basis (lokal). Kenaikan permintaan (demand) ini akan
mendorong kenaikan investasi pada industri yang bersangkutan dan juga industri lain. Metode
Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relative pendapatan (tenaga
kerja) sektor i pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja) total wilayah dengan
pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan
(tenaga kerja) nasional. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:
vi = pendapatan sektor i pada tingkat wilayah
vt = pendapatan total wilayah
Vi = pendapatan sektor i pada tingkat nasional
Vt = pendapatan total nasional
Apabila LQ suatu sektor (industri) ≥ 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.
Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor (industri) < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor
non-basis. Asumsi model LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai
pola permintaan wilayah yang sama dengan pola permintaan nasional. Asumsi lainnya adalah
bahwa permintaan wilayah akan sesuatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi
wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain (Budiharsono, 2005).
Menurut Widodo (2006) teknik LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri)
dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu
dengan peranan kegiatan atau sektor sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua yaitu LQ statis (static Location Quotient, SLQ) dan
LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ), teknik LQ ini membantu untuk menentukan
kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat suatu sektor. Dalam metode ini kegiatan
ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan yaitu:
a. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri maupun di luar daerah.
Sektor ini dinamakan sektor basis
b. Kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri. Sektor ini dinamakan
sektor non basis atau sektor lokal.
Kelemahan dari metode LQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis karena hanya
memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya bahwa sektor basis (unggulan) tahun ini
belum tentu akan menjadi unggulan pada masa yang akan datang, sebaliknya sektor yang belum
menjadi basis pada saat ini mungkin akan unggul pada masa yang akan datang.
Tabel Contoh Analisis Sektor Basis dan Non Basis Peranan PDRB Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha, 2016─2020 (persen)

Lapangan Usaha/ Industry 2016 2017 2018 2019* 2020

(1 (2 (3) (4) (5) (6)


) )
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 19,33 19,32 19,03 18,78 19,51

B Pertambangan dan Penggalian/ 0,13 0,14 0,14 0,14 0,14

C Industri Pengolahany 48,01 47,09 47,16 46,36 45,62


D Pengadaan Listrik dan Gas 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05
Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,
Limbah
E dan Daur Ulang 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

F Konstruksi 6,26 7,07 7,20 7,43 7,14


Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi
G Mobil dan Sepeda Motor 16,39 16,56 16,75 17,48 17,96

H Transportasi dan Pergudangan 3,76 3,65 3,58 3,53 3,39

I Penyediaan Akomodasi dan Makan 1,21 1,22 1,21 1,23 1,13


Minum

J Informasi dan Komunikasi/ 0,44 0,45 0,45 0,46 0,49

K Jasa Keuangan dan Asuransi/ 0,32 0,32 0,31 0,30 0,29


L Real Estat 1,20 1,27 1,28 1,29 1,32
M,N Jasa Perusahaan 0,10 0,10 0,10 0,11 0,11
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan
O Jaminan Sosial Wajib 1,95 1,93 1,91 1,96 1,96

P Jasa Pendidikan 0,43 0,42 0,42 0,43 0,44


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial/ 0,29 0,29 0,30 0,31 0,32
R,S,T, Jasa lainnya 0,09 0,09 0,09 0,10 0,10
U
PDRB/ GRDP 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
2.2.2 Pusat Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Yang Sesuai Dengan Potensi Wilayah Dalam
Meningkatkan Pembangunan Wilayah (Kabupaten Asahan)

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Pantai
Timur Sumatera Utara. Wilayah ini memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar mulai dari
perkebunan, peternakan, perikanan, hidroenergi, wisata alam, hingga industri. Namun
kurangnya fokus kerja pemerintah dalam pengembangan sektor unggulan mengakibatkan
perekonomian Kabupaten Asahan semakin tahun semakin menurun (Hutasoit, 2013).
Kabupaten Asahan menempati area seluas 3.732,97 km² yang terdiri dari 25 Kecamatan,
204 Desa/Kelurahan Definitif. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge merupakan Kecamatan yang
terluas, dengan luasnya sebesar 713,63 km² atau sekitar 19,11 % dari total luas Asahan, diikuti
Kecamatan Sei Kepayang dengan luas 370,69 km² atau 9,93 %. Sedangkan luas daerah terkecil
adalah Kecamatan Kisaran Timur dengan luas 30,16 km² atau sekitar 0,80% dari total luas
wilayah Kabupaten Asahan.
Wilayah Kabupaten Asahan di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara,
di sebelah Selatan dengan Kabupaten Labuhan batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir,
disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Malaka. Berdasarkan data badan pusat statistik kabupaten asahan jumlah
penduduk kabupaten Asahan pada bulan September 2020 menurut hasil SP2020 adalah
sebanyak 769.960 jiwa.
Adapun potensi yang terdapat di Kabupaten Batu Bara yaitu:
A. wisata
Adapun potensi wisata kabupaten asahan yang dapat dikembangkan yaitu:
1. Danau Teratai
2. Air Terjun Unong Sisapa
3. Air Terjun Simonang Monang
4. Air Terjun Ponot
5. Bedeng
6. Arung Jeram Sungai Asahan
7. Pelabuhan bagan asahan
8. Danau di kelurahan kisaran naga
9. Pasiran

B. Ekonomi
Asahan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Dulunya
kabupaten Asahan meliputi daerah kabupaten Batu Bara dan Pemko Tanjungbalai dan
kabupaten Asahan sendiri. Namun dengan seiringnya berjalannya waktu, daerah ini dimekarkan
menjadi dua kabupaten dan satu pemerintahan kota.
Daerah komersil dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan berada di wilayah
kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Sedangkan kawasan pusat pertanian berada
dimana kecamatan Rawang Panca Arga merupakan pusat penghasil padi terbesar, lalu di ikuti
oleh Bandar Pasir Mandoge penghasil jagung. Sedangkan kawasan perikanan berpusat di Silau
Laut dan Air Joman. Untuk kawasan perusahaan perindustrian skala besar/sedang berada di
kecamatan Silau Laut, dan Kisaran Barat merupakan kawasan perindustrian skala kecil/rumah
tangga. Karena di kecamatan Kisaran Barat terkenal dengan usaha pembuatan sepatu (Bunut).
Secara umum ada empat sektor yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB
Kabupaten Asahan. Sektor pertanian yang memberikan kontribusi paling besar kemudian sektor
industri lalu di ikuti dengan sektor perdagangan, jasa dan hotel.
Kabupaten Asahan merupakan salah satu tempat transit bagi orang yang ingin menuju
ke Tanjungbalai dan Labuhan Batu. Sarana transportasi di dalam Kabupaten Asahan adalah
becak mesin dan mobil angkutan umum. Untuk sarana transportasi ke luar kota selain jalur
darat menggunakan Bus atau yang lainnya dapat menggunakan kereta api. Kisaran merupakan
ibukota Kabupaten Asahan yang merupakan jalur lalu lintas Medan – Tanjungbalai dan Medan-
Rantau Prapat. Jalan merupakan saran yang sangat penting untuk memperlancar dan
mendorong roda perekonomian. Sarana jalan yang baik dapat meningktkan mobilitas penduduk
dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke daerah yang lain. Kondisi jalan yang
ada di kabupaten Asahan kondisinya masih rusak, terutama untuk jalam kabupaten.
2.2.3 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kabupaten Asahan (Hasil
Analisis Location Quotient (Lq))

Analisis ini pada umumnya digunakan untuk menentukan sektor basis di suatu daerah.
Dalam hal ini hasil LQ diperoleh dari perbandingan besarnya peranan antar sektor
dalam pembentukan PDRB di daerah penelitian dengan didaerah referensi. Nilai LQ
berkisar dari nol hingga dengan positif tak terhingga. Jika nilai LQ lebih besar dari satu
(LQ>1), maka maknanya adalah bahwa output pada sektor yang bersangkutan lebih
berorientasi ekspor dan sektor tersebut dikategorikan sebagai sektor basis. Apabila nilai
LQ kurang dari satu (LQ<1), maka sektor diklasifikasikan sebagai sektor non-basis.

Dari hasil perhitungan LQ pada Sembilan sektor yang terdapat dalam


perekonomian Asahan selama kurun waktu 2007-2016 hanya terdapat dua sektor basis
dan tujuh sektor lainnya adalah sektor non basis. Dua sektor yang menjadi sektor basis
adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sementara itu tujuh sektor yang menjadi
sektor non basis adalah sektor pertambangan & penggalian, sektor Industri pengolahan,
sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan,asuransi dan jasa
perusahaan.

Berdasarkan Tabel 4.4 yang menjadi sektor basis yaitu sektor pertanian yang
mendominasi dalam pembentukan PDRB Asahan dari tahun ketahun selalu mengalami
peningkatan nilai LQ. Sejak 2007 sampai 2016 kisaran nilai LQ sektor pertanian
berturut-turut adalah sebesar 2,1241; 2,2073; 2,2479; 2,2831; 2,3071;2,3882; 2,4161;
2,4314;2,4580.Walaupun secara kontribusi terhadap perekonomian daerah selalu
mengalami penurunan namun sektor pertanian masih tetap menjadi kontributor terbesar
dan tetap memiliki kisaran nilai LQ tertinggi serta cenderung meningkat. Hal ini membuat
sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki nilai LQ terbesar di Kabupaten Asahan yaitu
rata-rata nilai LQ nya adalah 2,3281.
Tabel 4.4
Nilai Location Quotient Kabupaten Asahan Tahun 2007-2016
No Sektor Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
1 Pertanian 2,1241 2,2073 2,2479 2,2831 2,3071
2 Pertambangan dan penggalian 0,2277 0,2172 0,2295 0,2824 0,2871
3 Industri pengolahan 0,7615 0,7314 0,7188 0,7054 0,6981
4 Listrik, gas, dan air minum 0,5063 0,5081 0,5186 0,5383 0,5277
5 Bangunan 0,2921 0,3083 0,3038 0,2956 0,2788
6 Perdagangan hotel dan 0,4551 0,4547 0,4598 0,4546 0,4545
restoran

7 Pengangkutan dan 0,3141 0,3011 0,3049


Komunikasi

8 Keuangan, asuransi dan sewa 0,2981 0,2789 0,2803


Perusahaan

9 Jasa-jasa 0,8567 0,9472 1,0331

No Sektor Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian 2,3882 2,4161 2,4181 2,4314 2,458
2 Pertambangan dan penggalian 0,3146 0,3028 0,3015 0,3096 0,3083
3 Industri pengolahan 0,6764 0,6634 0,6681 0,6664 0,6727
4 Listrik, gas, dan air minum 0,5637 0,6191 0,6543 0,6756 0,6811
5 Bangunan 0,2626 0,2559 0,2525 0,2493 0,2496
6 Perdagangan hotel dan 0,4425 0,4373 0,4404 0,4401 0,4444
Restoran
7 Pengangkutan dan 0,3196 0,2996 0,2681 0,2643 0,2583
Komunikasi
8 Keuangan, asuransi dan sewa 0,2911 0,3004 0,2681 0,2716 0,2697
Perusahaan
9 Jasa-jasa 1,1268 1,2148 1,2186 1,2084 1,203
Sumber: Data diolah dari lampiran

Sementara itu, sektor jasa-jasa yang terdiri dari beberapa sub sektor seperti, jasa

pemerintahan umum, sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan

dan rumah tangga, juga menjadi sektor basis dalam perekonomian daerah Asahan. Sejak

2007 sampai 2016, kisaran nilai LQ sektor jasa-jasa adalah menunjukkan trend kenaikan

yg cukup tinggi walaupun pada akhirnya antara tahun 2015-2016 mengalami penurunan

yg kecil. Kisaran nilai LQ sektor jasa-jasa sepanjang 2007-2016 adalah berturut-turut


sebesar 0,8567; 0,8501; 0,9001; 0,9472; 1,0331; 1,1268; 1,2148; 1,2186; 1,2084;

1,2030. Pada periode tahun 2007-2010 sektor ini belum bisa dikategorikan sebagai

sektor basis karena kisaran nilai LQ nya masih di bawah 1. Sejak tahun 2005 sektor

jasa-jasa sudah dapat dikategorikan sebagai sektor basis karena kisaran nilai LQ yang

lebih besar dari 1 dan terus meningkat. Namun nilai LQ sektor ini pada tahun 2009-

2010 mengalami penurunan tipis. Dilihat dari perananannya dalam perekonomian

wilayah Asahan, kontribusi sektor ini adalah selalu meningkat dari tahun ketahun.

Berdasarkan hasil analisis LQ, terdapat beberapa sektor yang nilai kisaran LQ-nya

selalu berfluktuasi atau mengalami trend yang berubah ubah, dan ada yang tetap. Sektor

yang mengalami fluktuasi nilai LQ itu adalah sektor yg dalam kurun waktu tertentu

meningkat serta dalam kurun waktu berikutnya menurun dan sebaliknya. Sektor tersebut

adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan kisaran nilai LQ sepanjang 2007-

2016 adalah 0,2277; 0,2172; 0,2295; 0,2824; 0,2870; 0,3164; 0,3028; 0,3015;

0,3096 0,3083. Sementara itu sektor pengangkutan dan komunikasi yang awalnya

meningkat tetapi pada akhirnya mengalami penurunan, dengan kisaran nilai LQ

sepanjang 2007-2016 berturut- turut sebesar 0,3141; 0,3156; 0,3043; 0,3010; 0,3049;

0,3196; 0,2996; 0,2681;0,2643; 0,2583. Begitu juga dengan sektor keuangan, asuransi

dan jasa perusahaan dengan kisaran nilai LQ nya sepanjang 2007-2016 adalah sebesar

0,2981: 0,3127; 0,2771; 0,2789; 0,2803; 0,2911; 0,3004; 0,2681; 0,2716; 0,2697.

Sementara itu, sektor yang menunjukkan penurunan nilai LQ secara terus menerus

adalah sektor industri pengolahan, dengan kisaran nilai LQ sepanjang 2007-2016 adalah

sebesar 0,7615; 0,7314; 0,7188; 0,7054; 0,6981; 0,6764;0,6634; 0,6681; 0,6664;

0,6727. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kisaran nilai LQ periode

2007-2016 adalah 0,4551; 0,4547; 0,4598; 0,4546; 0,4545; 0,4425; 0,4373; 0,4404;

0,4401; 0,4444. Serta sektor bangunan dan konstruksi dengan kisaran nilai LQ selama

periode 2007-2016 adalah sebesar 0,3921; 0,3083; 0,3038; 0,2956; 0,2788; 0,2626;
0,2559; 0,2525; 0,2493; 0,2496.

Sedangkan sektor non basis yang nilai LQ nya terus mengalami peningkatan

adalah sektor listrik, gas dan air minum dengan kisaran nilai LQ sepanjang 2004- 2010

adalah sebesar 0,5063; 0,5081; 0,5186; 0,5383; 0,5277; 0,5637; 0,6191;0,6543; 0,6756;

0,6811.Dan sektor yang paling kecil nilai LQ-nya diantara sembilan sektor pembentuk

PDRB Kabupaten Asahan adalah sektor bangunan dan konstruksi dengan rata-rata nilai

LQ tahun 2007-2016 pada kisaran sebesar 0,2749.

Walaupun secara analisis LQ di Kabupaten Asahan hanya ada dua sektor yang

menjadi sektor unggulan, namun tidak dapat diabaikan bagaimana peranan sektor-sektor

lainnya. Karena sebagai sektor-sektor dalam pembentukan PDRB maka kemajuan satu

sektor akan sangat dipengaruhi oleh sektor lain.

Dalam hal ini, sektor basis yaitu sektor dengan kisaran nilai LQ yang tertinggi

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor-sektor non basis.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian dan sector industri

pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB Asahan.

2.3 Arahan Pembangunan Wilayah

Dari hasil uraian diatas, maka sektor pertanian dan sektor jasa-jasa merupakan

sektor unggulan dalam perekonomian Kabupaten Asahanmenurut hasil penelitian antara

tahun 2007-2016 hasilnya menunjukkan bahwa kedua sektor ini merupakan sektor basis

di Kabupaten Asahan. Oleh sebab itu diperlukan suatu kebijakan dan dorongan dari

Pemerintah, terutama dari pemerintah daerah sebagai penanggung jawab wewenang

pengelolaan atas wilayah Asahan untuk lebih mengembangkan potensi-potensi yang ada

didaerah ini.

Sektor pertanian, sebagai sektor dengan kontribusi terbesar dalam perekonomian


Asahan harus tetap dipertahankan dan dikembangkan lagi hasil- hasil produknya, baik

melalui pengembangan produk turunan, perluasan lahan pertanian, peningkatan

infrastruktur yang berhubungan langsung dengan pertanian serta dengan berbagai cara

lainnya. Sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan pangan, subsektor

tanaman perkebunan, subsektor peterakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan, serta

perikanan mengalami peningkatan secara keseluruhan dari tahun ketahun.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kabupaten asahan merupakan nama salah satu kabupaten yang ada di Sumatera
Utara. Daerah komersil dan pusat perekonomian serta pusat pemerintahan berada di
wilayah kecamatan Kisaran Barat dan Kisaran Timur. Sedangkan kawasan pusat
pertanian berada dimana kecamatan Rawang Panca Arga merupakan pusat penghasil
padi terbesar, lalu di ikuti oleh Bandar Pasir Mandoge penghasil jagung. Sedangkan
kawasan perikanan berpusat di Silau Laut dan Air Joman. Untuk kawasan perusahaan
perindustrian skala besar/sedang berada di kecamatan Silau Laut, dan Kisaran Barat
merupakan kawasan perindustrian skala kecil/rumah tangga. Karena di kecamatan
Kisaran Barat terkenal dengan usaha pembuatan sepatu (Bunut). Adapun eektor unggul
yang ada di Kabupaten Asahan adalah sektor pertanian dan sector industri pengolahan
merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar dalam PDRB Asahan.

B. Saran
Dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan baik dari penggunaan kata, penyusunan
makalah maupun kesalahan lainnya, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membnagun dari pembaca untuk perbaikan pembuatan makalah yang lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, A. J. (2017). Analisis Sektor Unggulan Di Kabupaten Asahan.


Abidin, T. Z. (2012). Analisis pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sektor potensial di
kabupaten asahan (pendekatan model basis ekonomi dan SWOT) (Doctoral dissertation,
UNIMED).
Badan Pusat Statistik Asahan (https://asahankab.bps.go.id/) diakses pada 26 september 2021
Tempat Wisata Kabupaten Asahan (https://asahankab.go.i) diakses pada 26 september 2021

Anda mungkin juga menyukai