Anda di halaman 1dari 23

MINI RISET

PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR
GEOGRAFI
PRODI S1 FIS – PEND
GEO B

SKOR NILAI :

“MENGANALISIS BAHAN AJAR DI SMAN 1 PERCUT SEI TUAN”

NAMA KELOMPOK 3
Ayu Dearmas Purba 3193331009
Ezra Marpaung 3193131013
Haryanti Sinaga 3191131014
Hikal Fahrian 3191131003
Siti Nurjalila 3193131018

DOSEN PENGAMPU : Dra. Elfayetti, M.P

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun tugas Mini Riset ini tepat pada
waktunya. Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “ANALISIS BAHAN AJAR DI
SMAN 1 PERCUT SEI TUAN”.

Mini Riset ini telah dibuat dengan dari beberapa sumber dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan tugas ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunantugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada Mini Riset ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dankritik yang dapat
membangun penelitian kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas selanjutnya.

Akhir kata semoga tugas yang kami buat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
dan dapat memberikan nilai lebih pada proses pembelajaran mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar
Geografi.

Medan , 19 Mei 2021

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 5
BAB III....................................................................................................................................................... 16
METODE SURVEY ................................................................................................................................. 16
BAB IV ....................................................................................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................................. 17
BAB V ........................................................................................................................................................ 22
PENUTUP.................................................................................................................................................. 22
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 22
B. Saran .............................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan ajar merupakan komponen penting dalam proses pembelajaran, karena melalui bahan
ajar ini membantu siswa dalam mempelajari sesuatu. Di samping itu bahan ajar sebagai sarana
untuk mencapai kompetensi dasar dan hasil belajar yang ditampilkan. Dalam menyusun bahan
ajar, harus sudah mempertimbangkan media yang mungkin dapat disediakan, penilaian yang
akan dilakukan, keberadaan sumber untuk menyusun bahan ajar. Mengingat pentingnya bahan
ajar tersebut, maka diperlukan pemilihan (selecting), penataran urutan (sequencing), dan mencari
keterkaitannya (sinthyzising) antara materi dengan kompetensi dasar maupun indikator yang
telah ditetapkan. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai kompetensi secara utuh dan terpadu.

Wenno (dalam Komang 2017:41) mengungkapkan bahwa untuk menyediakan bahan ajar
yang sesuai dengan perkembangan zaman, maka bisa dibantu dengan pemberian modul ajar,
sebuah modul ajar akan bermakna, jika siswa dapat dengan mudah menggunakannya. Adapun
modul ajar yang sekarang sesuai dengan perkembangan teknologi adalah berbasis elektronik
yang sering disebut e-module.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Bagaimana bahan
ajar di SMAN 1 Percut Sei Tuan?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Analisis
Bahan ajar di SMAN 1 Percut Sei Tuan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan
sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo,
2011:17). Menurut Lestari (2013:2) bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang
mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditentukan Berdasarkan dua efinisi bahan ajar diatas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat materi pelajaran yang disusun secara
sistematis sesuai dan mengacu kepada kurikulum yang berlaku dalam rangka untuk mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.

Prastowo (2011:28-30) menjelaskan bahwa terdapat unsur-unsur bahan ajar yang harus
dipahami, antara lain:

a) Petunjuk belajar
Petunjuk belajar meliputi petunjuk bagi guru maupun siswa. Didalamnya
dijelaskan tentang bagaimana guru sebaiknya mengajarkan materi kepada siswa
dan bagaimana pula guru sebaiknya mempelajari materi yang ada didalam
bahan ajar tersebut.
b) Kompetensi yang akan dicapai
Bahan ajar diharuskan untuk menjelaskan dan mencantumkan standar
kompetensi maupun kompetensi dasar sehingga tujuan yang harus dicapai oleh
peserta didik menjadi jelas.
c) Informasi pendukung
Informasi pendukung merupakan berbagai informasi pendukung yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan didalam
bahan ajar.

5
d) Latihan-latihan Latihan-latihan merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan
kepada siswa untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan
ajar.
e) Petunjuk kerja atau lembar
kerja Lembar kerja adalah satu atau lebih lembar kertas yang berisi sejumlah
prosedur pelaksanaan aktifitas atau kegiatan tertentu yang harus dilakukan oleh
siswa berkaitan dengan praktik dan lain sebagainya.
f) Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu bagian dari proses penilaian, di dalam evaluasi
terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada siswa untuk mengukur
seberapa jauh penguasaan kompetensi yang berhasi mereka kuasai setelah
melalui proses pembelajaran.

Bahan ajar merupakan susunan atau sekumpulan bahan-bahan yang dikumpulkan dari
beberapa sumber belajar sehingga untuk mempermudah dalam penyusunan bahan ajar, guru
diharuskan untuk memperhatikan unsur-unsur bahan ajar tersebut.

Menurut Widodo & Jasmadi (2008:50) bahan ajar memiliki lima karakter sebagai berikut:

1) Self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri
sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Dalam rangka untuk memenuhi karakter
tersebut, maka didalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas.
Selain itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan
memberikan pembelajaran yang dikemas kedalam unit-unit atau kegiatan yang lebih
spesifik.
2) Self contained, yaitu seluruh materi pelajaran dari saru unit kompetensi atau
subkompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu bahan ajar secara utuh.
3) Stand alone, yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain
atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.
4) Adaptive, yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.

6
5) User friendly, yaitu setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu
dan bersahabat dengan pemakainya.

Widodo & Jasmadi (2008:50) menambahkan bahwa terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk mempunyai
motivasi lebih dalam belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran.
Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar adalah sebagai berikut:

1) Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung


pemaparan materi pembelajaran.
2) Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik atau mengukur
penguasaanya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan,
tugas, dan sejenisnya.
3) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan
lingkungan siswa.
4) Bahasa yang digunakan cukup sederhana untuk memudahkan siswa memahami bahan
ajar secara mandiri.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mempersiapkan


bahan ajar guru diharuskan untuk mampu memenuhi beberapa hal dan karakteristik yang
harus termuat dalam bahan ajar. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah dalam
penyampaian materi pelajaran, sehingga siswa mudah dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru serta mampu memudahkan siswa dalam belajar mandiri.

2. Jenis-jenis Bahan Ajar

Pengelompokan bahan ajar berdasarkan jenisnya dilakukan dengan berbagai cara oleh
beberapa ahli dan masing-masing ahli mempunyai justifikasi sendiri-sendiri pada saat
mengelompokkannya. Heinich, dkk. (1996) mengelompokkan jenis bahan ajar berdasarkan cara
kerjanya. Untuk itu ia mengelompokkan jenis bahan ajar ke dalam 5 kelompok besar, yaitu:

1. bahan ajar yang tidak diproyeksikan seperti foto, diagram, display, model;
2. bahan ajar yang diproyeksikan, seperti slide, filmstrips, overhead transparencies,

7
proyeksi komputer;
3. bahan ajar audio, seperti kaset dan compact disc;
4. bahan ajar video, seperti video dan film;
5. bahan ajar (media) komputer, misalnya Computer Mediated Instruction
(CMI), Computer based Multimedia atau Hypermedia.

Ellington dan Race (1997) mengelompokkan jenis bahan ajar berdasarkan bentuknya.
Mereka mengelompokkan jenis bahan ajar tersebut ke dalam 7 jenis.

1. Bahan Ajar Cetak dan duplikatnya, misalnya handouts, lembar kerja siswa, bahan
belajar mandiri, bahan untuk belajar kelompok.
2. Bahan Ajar Display yang tidak diproyeksikan, misalnya flipchart, poster, model,
dan foto.
3. Bahan Ajar Display Diam yang diproyeksikan, misalnya slide, filmstrips, dan
lain-lain.
4. Bahan Ajar Audio, misalnya audiodiscs, audio tapes, dan siaran radio.
5. Bahan Ajar Audio yang dihubungkan dengan bahan visual diam, misalnya
program slide suara, program filmstrip bersuara, tape model, dan tape realia.
6. Bahan Ajar Video, misalnya siaran televisi, dan rekaman videotape.
7. Bahan Ajar Komputer, misalnya Computer Assisted Instruction (CAI) dan
Computer Based Tutorial (CBT).
Rowntree (1994) di sisi lain, memiliki sudut pandang yang sedikit berbeda dengan kedua ahli
di atas dalam mengelompokkan jenis bahan ajar ini. Menurut Rowntree, jenis bahan ajar dapat
dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan sifatnya, yaitu:
1. bahan ajar berbasiskan cetak, termasuk di dalamnya buku, pamflet, panduan
belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto, bahan dari
majalah dan koran, dan lain-lain;
2. bahan ajar yang berbasiskan teknologi, seperti audiocassette, siaran radio, slide,
filmstrips, film, video cassette, siaran televisi, video interaktif, Computer Based
Tutorial (CBT) dan multimedia;
3. bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, seperti kit sains, lembar
observasi, lembar wawancara, dan lain-lain;

8
4. bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama dalam
pendidikan jarak jauh), misalnya telepon dan video conferencing.

Mengacu pada pendapat ketiga ahli tersebut di atas maka dalam modul ini penulis
akan mengelompokkan bahan ajar ke dalam 2 kelompok besar, yaitu jenis bahan ajar
cetak dan bahan ajar noncetak. Jenis bahan ajar cetak yang dimaksud dalam buku
materi pokok ini adalah modul, handout, dan lembar kerja. Sementara yang termasuk
kategori jenis bahan ajar noncetak adalah realia, bahan ajar yang dikembangkan dari
barang sederhana, bahan ajar diam dan display, video, audio, dan overhead
transparencies (OHT).

1. Bahan Ajar Cetak

Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi
untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi (Kemp dan Dayton, 1985). Saat ini
bahan ajar cetak masih menjadi bahan ajar yang sangat baku untuk dipergunakan secara luas di
sekolah- sekolah. Bahan ajar cetak pada umumnya digunakan baik oleh guru maupun siswa,
dan saat ini produksi dan penggandaannya dapat dilakukan langsung oleh sekolah-sekolah
dengan menggunakan mesin cetak, mesin fotokopi ataupun mesin duplikator. Fasilitas dan
sarana untuk mengembangkan bahan ajar cetak saat ini secara praktis tersedia di sekolah-
sekolah. Sebagai bagian dari media pembelajaran, bahan ajar cetak mempunyai kontribusi
yang tidak sedikit dalam proses pembelajaran.

Hampir sebagian besar proses pembelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan


menggunakan bahan ajar cetak sebagai buku utama. Salah satu alasan mengapa bahan ajar
cetak masih merupakan media utama dalam paket bahan ajar di sekolah- sekolah karena
sampai saat ini bahan ajar cetak masih merupakan media yang paling mudah diperoleh dan
lebih standar dibanding program komputer (Bates, 1995). Di samping itu, bahan ajar cetak
dalam bentuk buku pada umumnya dapat dibaca dan dipelajari di mana saja, seperti di sekolah,
di rumah, dan di dalam bis kota. Membaca buku juga dapat dilakukan di mana dan kapan saja
kita mau melakukannya, apakah di pagi hari, siang hari, sore hari, malam atau bahkan dini
hari, tergantung pada kebiasaan masing-masing orang.

Kelebihan lain dari bahan ajar cetak adalah tidak diperlukannya alat yang khusus dan
mahal untuk memanfaatkannya. Dalam hal pengiriman, bahan ajar cetak ini relatif lebih

9
mudah, efisien, dan cepat serta ongkosnya relatif lebih murah dibanding ongkos pengiriman
jenis media-media lainnya. Dari sudut pembelajaran, bahan ajar cetak lebih unggul dibanding
bahan ajar jenis lain. Hal ini karena bahan ajar cetak merupakan media yang sangat canggih
dalam hal mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu belajar tentang fakta dan mampu
mengerti prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis.
Dalam hal kualitas penyampaian, bahan ajar cetak dapat menyajikan kata-kata, angka-
angka, notasi musik, gambar dua dimensi serta diagram. Selain itu, apabila biaya tidak
menjadi masalah, media cetak juga dapat dipresentasikan dengan dilengkapi ilustrasi yang
berwarna. Dari segi penggunanya, bahan ajar cetak ini bersifat self-sufficient. Artinya, dapat
digunakan langsung atau untuk menggunakannya tidak diperlukan alat lain, mudah dibawa ke
mana-mana (portable) karena bentuknya relatif kecil dan ringan, informasi yang ingin
disampaikan dapat cepat diakses dan mudah dibaca secara sekilas (browsing) oleh
penggunanya.
Di samping memiliki beberapa kelebihan seperti di atas, bahan ajar cetak pun
tak luput dari kelemahan atau kekurangan. Kekurangannya antara lain adalah tidak
mampu mempresentasikan gerakan, penyajian materi dalam bahan ajar cetak bersifat
linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan, diperlukan biaya
yang tidak sedikit untuk membuat bahan ajar cetak yang bagus dan dibutuhkan
kemampuan membaca yang kuat dari pembacanya. Terakhir, kelemahan utama dari
bahan ajar cetak adalah sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang
mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar cetak tersebut dan sulit
memberikan umpan balik untuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya terutama
pertanyaan yang memiliki banyak jawaban atau yang membutuhkan jawaban yang
kompleks dan mendalam. yang termasuk kategori bahan ajar cetak yang dimaksud
dalam modul ini adalah sebagai berikut

Jenis Bahan Ajar Karakter


Cetak istik

Modul Terdiri dari bermacam-


macam bahan tertulis

10
yang digunakan untuk
belajar mandiri.
Handout Merupakan macam-macam
bahan cetak yang dapat
memberikan informasi
kepada siswa. Handout ini
biasanya berhubungan
dengan materi yang
diajarkan.
Pada umumnya handout ini
terdiri dari catatan (baik
lengkap maupun
kerangkanya saja), tabel,
diagram, peta, dan materi-
materi tambahan lainnya.
Lembar Kerja Siswa Termasuk di dalamnya
adalah lembar kasus, daftar
bacaan, lembar praktikum,
lembar pengarahan tentang
proyek dan seminar,
lembar kerja, dan lain-lain.
Lembar Kerja Siswa
(LKS) ini dapat
dimanfaatkan untuk
berbagai macam situasi
pembelajaran.

11
1. Bahan Ajar Noncetak
Dalam beberapa tahun terakhir ini, berbagai jenis bahan ajar noncetak untuk
keperluan pembelajaran tersedia di pasaran dalam jumlah yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Di antara jenis bahan ajar noncetak ini di antaranya adalah bahan
ajar berbentuk program audio, bahan ajar display, model, overhead transparencies
(OHT), video dan bahan ajar berbantuan komputer.
a. Bahan ajar display
Jenis bahan ajar display agak berbeda sifat dan karakteristiknya dengan jenis
bahan ajar cetak maupun noncetak karena isinya meliputi semua materi tulisan
ataupun gambar yang dapat ditampilkan di dalam kelas, kelompok kecil ataupun
siswa secara perorangan tanpa menggunakan alat proyeksi. Pada umumnya, bahan
ajar jenis display ini digunakan oleh guru pada saat ia menyampaikan informasi
kepada siswanya di depan kelas. Contoh-contoh jenis bahan ajar display dalam
modul ini di antaranya adalah flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto, dan realia.
b.Overhead Transparencies (OHT)
Overhead Transparencies (OHT) merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak
yang tidak memasukkan unsur-unsur gerakan dan biasanya berupa imej tekstual dan
grafik dalam lembar transparan yang dapat dipresentasikan di depan kelas atau
kelompok dengan menggunakan Overhead Projector (OHP). OHT sangat populer
dan banyak digunakan guru dalam program pembelajaran, terutama bermanfaat
untuk bermacam-macam pembelajaran kelompok, dan juga memungkinkan siswa
untuk belajar mandiri.
c. Audio
Program audio adalah semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara
langsung yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok
orang. Namun, guru kadang memandang remeh kontribusi suara, musik, dan kata-
kata yang diucapkan dalam proses pembelajaran. Suara, musik, dan kata-kata dapat
digunakan untuk pengajaran langsung, terutama untuk pengajaran bahasa. Salah satu
contoh program audio, misalnya siaran radio

12
d. Video.
Video dan televisi merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi dan
lugas untuk dimanfaatkan dalam program pembelajaran karena dapat sampai ke
hadapan siswa secara langsung. Di samping itu, video menambah suatu dimensi baru
terhadap pembelajaran. Siswa dapat menemukan gambar di bahan ajar cetak dan
suara dari program audio, tetapi video dapat memberikan gambar bergerak kepada
siswa, di samping suara yang menyertainya sehingga siswa merasa, seperti berada di
suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video.

c.PERAN BAHAN AJAR


Bahan ajar sangat penting, artinya bagi guru maupun siswa dalam proses pembelajaran.
Tanpa bahan ajar akan sulit bagi guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Demikian
pula tanpa bahan ajar akan sulit bagi siswa untuk mengikuti proses belajar di kelas, apalagi
jika gurunya mengajarkan materi dengan cepat dan kurang jelas. Mereka dapat kehilangan
jejak, tanpa mampu menelusuri kembali apa yang telah diajarkan gurunya. Oleh sebab itu,
bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan, baik oleh guru maupun siswa,
sebagai salah satu instrumen untuk memperbaiki mutu pembelajaran.
Menghemat waktu guru dalam mengajar. Dengan adanya bahan ajar dalam berbagai
jenis dan bentuknya, waktu mengajar guru dapat dipersingkat. Artinya, guru dapat
menugaskan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan serta
meminta mereka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di bagian terakhir setiap
pokok bahasan. Sehingga, setibanya di kelas, guru tidak perlu lagi menjelaskan semua materi
pelajaran yang akan dibahas, tetapi hanya membahas materi- materi yang belum diketahui
siswa saja. Dengan demikian, waktu untuk mengajar bisa lebih dihemat dan waktu yang tersisa
dapat dimanfaatkan untuk diskusi, tanya jawab atau kegiatan pembelajaran lainnya.
Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. Dengan
adanya bahan ajar, proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif karena guru tidak hanya
berfungsi sebagai pengajar tetapi lebih berfungsi sebagai fasilitator yang mampu membimbing
siswanya dalam memahami suatu materi pembelajaran. Misalnya, dengan waktu yang
dimilikinya guru tidak hanya mengajar, tetapi dapat pula melakukan kegiatan-kegiatan lain,
misalnya melaksanakan tanya jawab dengan siswa atau antarsiswa tentang hal-hal pokok yang

13
masih belum dikuasai siswa, meminta siswa-siswanya untuk melakukan diskusi kelompok
dalam memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan topik yang dibahas, meminta
siswa untuk melaporkan hasil pengamatannya terhadap sesuatu yang sedang dibahas, dan lain-
lain. Dengan cara demikian, akan terjadi interaksi yang aktif antara guru dan siswa, dan guru
dalam hal ini lebih berfungsi sebagai fasilitator di dalam mengelola semua kegiatan tersebut.
Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. Dengan
adanya bahan ajar, guru akan mempunyai waktu yang lebih leluasa untuk mengelola proses
pembelajarannya sehingga dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Di samping itu,
metode pembelajaran yang dipilih tidak hanya metode ceramah satu arah, di mana guru
dianggap sebagai satu- satunya sumber informasi, tetapi lebih bersifat interaktif dengan
berbagai metode yang dapat dipilih oleh guru, seperti metode diskusi, simulasi, dan role
playing. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat diselesaikan tepat pada waktunya
karena guru tidak lagi harus menghabiskan waktunya untuk berceramah, tetapi ia hanya perlu
membahas hal-hal tertentu yang belum dikuasai siswa.

2.Peran Bahan Ajar bagi Siswa


Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain. Artinya, dengan adanya
bahan ajar yang dirancang dan ditulis dengan urutan yang baik dan logis serta sejalan dengan
jadwal pelajaran yang ada dalam satu semester, misalnya maka siswa dapat mempelajari bahan
ajar tersebut secara mandiri di mana pun ia suka. Dengan demikian, siswa lebih siap mengikuti
pelajaran karena telah mengetahui terlebih dahulu materi yang akan dibahas. Di samping itu,
dengan mempelajari bahan ajar terlebih dahulu paling tidak siswa telah mengetahui konsep-
konsep inti dari materi yang dibahas dalam pertemuan tersebut dan ia dapat mengidentifikasi
materi- materi yang masih belum jelas, untuk nanti ditanyakan kepada guru di kelas. Selain itu,
dengan bahan ajar yang telah dipelajari, siswa akan mampu mengantisipasi tugas apa yang akan
diberikan gurunya, setelah pelajaran selesai. Dengan demikian, siswa lebih siap lagi untuk
mengerjakan tugas- tugas tersebut.

Siswa dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki. Artinya, dengan adanya
siswa diberi kesempatan untuk menentukan sendiri kapan dan di mana ia mau belajar, tidak
hanya belajar di dalam kelas saja. Coba Anda bayangkan jika siswa tidak diberi bahan ajar, apa
yang dapat mereka baca dan pelajari di rumah atau di tempat lainnya? Tanpa bahan ajar yang

14
dibagikan kepada siswa, siswa akan sangat tergantung pada Anda dalam hal menimba ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Waktu luang siswa di luar kegiatan sekolah akan jadi sia-sia
jika tidak diisi oleh kegiatan-kegiatan yang positif. Dalam hal ini, bahan ajar merupakan
alternatif untuk dijadikan sebagai bahan bacaan, bahan belajar maupun bahan diskusi di luar
kegiatan formal sekolah. Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya sendiri. Artinya,
siswa dapat menentukan cara dan kecepatannya sendiri dalam belajar. Sebagaimana kita
ketahui kecepatan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat beragam, ada siswa yang
belajarnya cepat ada yang sedang dan ada juga siswa yang belajarnya lambat, bahkan sangat
lambat. Melalui bahan ajar keberagaman kecepatan belajar siswa dapat diakomodasi, dan
diatasi.

15
BAB III

METODE SURVEY

A. Tempat dan Waktu Survey


Observasi langsung kami lakukan saat PLP di SMAN 1 Percut Sei Tuan dan penelitian
juga kami lakukan dirumah yaitu dengan tinjauan pustaka data melalui internet.
B. Subject Survey
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Analisis bahan ajar di SMAN
1 Percut Sei Tuan.
C. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dilakukan secara observasi
langsung kesekolah pada saat plp dan juga menggunakan beberapa sumber dari internet

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan pada
1 April 2021, bahan ajar dalam proses pembelajaran masih terbatas. Siswa hanya menggunakan
buku paket pada saat proses pembelajaran. Buku paket tersebut merupakan buku terbitan
penerbit. Buku paket yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran merupakan bahan ajar yang
masih bersifat umum, belum disajikan secara rinci serta masih bersifat konvensional dalam
penggunaannya atau disajikan dalam bentuk cetak. Penyajian materi dan soal-soal latihan pada
buku paket masih banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi para siswa sehingga
menjadi hambatan bagi siswa dalam mengelola kemampuannya memahami pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan seorang guru bidang studi Ekonomi Ibu Desnawati
Ginting,S.Pd bahwa bahan ajar yang digunakan selama ini dalam pelajaran ekonomi di kelas X-
IPS adalah buku paket dari pemerintah atau dari dana BOS. Siswa tidak diberikan bahan ajar lain
seperti modul, lembar kerja siswa/ LKS dan handout sebagai sumber belajar. Hal ini membuat
hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan rendah. Kriteria ketuntasan minimal
(KKM) mata pelajaran ekonomi yaitu 75 (tujuh puluh lima). Persentase hasil belajar siswa yang
mencapai nilai di atas KKM atau ≥75 yaitu 40%, ini berarti menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa masih tergolong rendah.
SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan adalah sekolah yang telah mengimplementasikan kurikulum
2013. Sekolah ini juga terpilih menjadi salah satu sekolah rujukan.

Deskripsi Tahap Analisis (Analysis) 3.1.1. Analisis Kurikulum


Pada tahapan ini, analisis kurikulum yang dilaksanakan pada kelas X SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong peserta
didik lebih mampu melakukan observasi, bertanya, bernalar serta mempersentasikan apa yang
diperoleh atau diketahui setelah menerima materi pelajaran. Kurikulum 2013 merujuk pada
partisipasi murid secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual dan emosional, yang

17
diharapkan akan menghasilkan siswa yang poduktif, kreatif, inovatif, dan efektif. Siswa secara
aktif membentuk pengetahuannya sendiri.

Analisis kegiatan Pembelajaran


Pada tahap ini peneliti memperoleh data tentang kondisi kegiatan pembelajaran yang
selama ini terjadi. Kegiatan pembelajaran di kelas dimulai dengan guru menerangkan dan
mendemonstrasikan materi di depan kelas, kemudian siswa mendengarkan, mencatat, dan
mengerjakan tugas sesuai dengan perintah guru. Pembelajaran yang dilakukan cenderung
berpusat pada guru. Proses pembelajaran berdurasi 3 x 45 menit dalam satu kali pertemuan,
namun pemanfaatan waktu pembelajaran masih kurang maksimal.

Analisis Penggunaan Bahan Ajar


Adapun bahan ajar yang digunakan guru pada saat proses pembelajaran sebelumnya
adalah buku paket dari pemerintah atau dari dana BOS. Guru bidang studi tidak memiliki buku
pegangan lain. Demikian juga halnya dengan siswa, hanya diberikan buku paket dari dana BOS
pada saat pembelajaran. Satu buku paket digunakan oleh 2 orang siswa. Hal inilah yang
menimbulkan kurangnya pemahaman siswa pada materi yang disampaikan dan ketergantungan
siswa hanya pada perintah guru sehingga dinilai kurang mandiri dalam belajar. Guru bidang studi
menyatakan perlunya dikembangkan bahan ajar yang lebih menarik, dapat memperjelas materi
yang disampaikan, dan memudahkan siswa memahami materi secara mandiri.

Bahan ajar Jarak Jauh

Bahan ajar diartikan sebagai sarana menyampaikan materi atau substansi yang dapat
dipelajari oleh siswa. Sebuah bahan ajar memuat materi atau substansi yang dipelajari oleh
siswa. Menurut Pannen bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara
sistematis, yang digunakan tutor dan peserta dalam proses pembelajaran. Bahan ajar
atau instructional material dapat dimaknai sebagai bahan yang berisi informasi dan pengetahuan
yang dapat digunakan oleh peserta untuk melakukan proses belajar dalam mencapai kompetensi
spesifik. Selain digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan belajar, bahan ajar juga
senantiasa digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang bersifat perbaikan
(remedial) dan pengayaan (enrichment).

18
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh
(PJJ). Bahan ajar memiliki peran penting dalam penyelenggaraan program PJJ karena peserta
didik memiliki kontak yang relatif lebih sedikit dengan pengajar jika dibandingkan dengan
peserta didik yang mengikuti pembelajaran konvensional. Bahan ajar harus dapat merangsang
dan mendukung terbentuknya pengalaman belajar bagi peserta didik yang berkualitas secara
mandiri. Bahan ajar juga harus dapat menghidupkan imajinasi dan aktivitas mental, memicu
motivasi belajar, dan mendorong peserta untuk melakukan aktivitas belajar yang bermakna.

Tujuan dari penggunaan bahan ajar dan teknologi komunikasi dimaksudkan agar dapat
mengatasi keterbatasan akses peserta program PJJ terhadap kehadiran guru. Bahan ajar dan
teknologi informasi digunakan untuk menyampaikan isi pelajaran, yang dalam sistem
pembelajaran konvensional disampaikan secara langsung oleh narasumber. Hal ini sesuai dengan
makna penyelenggaraan program PJJ yaitu bentuk dan situasi pembelajaran dimana siswa
terpisah baik lokasi maupun waktu dengan sumber belajar. Karakteristik utama dari program
pendidikan jarak jauh adalah terbatasnya akses siswa untuk berjumpa dengan guru dan teman
sejawat.

Mengingat misi strategis yang diembannya, bahan ajar pada PJJ seyogyanya memiliki
sekurang-kurangnya dua karakteristik, yaitu lengkap dan membelajarkan diri pebelajar.
Karakteristik lengkap mengharuskan suatu bahan ajar PJJ menyediakan segenap materi ajar yang
perlu dikuasai peserta dan memungkinkannya untuk mencapai tujuan atau kompetensi suatu
mata pelajaran. Sifat bahan ajar yang digunakan dalam PJJ perlu diselaraskan dengan
karakteristik utama dari penyelenggaraan PJJ yaitu “keterpisahan secara fisik antara peserta didik
dengan sumber belajar”.

Bahan ajar yang dipergunakan dalam penyelenggaraan PJJ perlu dirancang sedemikian rupa
sehingga bersifat (1) modular, (2) self contained, dan (3) self instruction: Untuk selengkapnya
akan diuraikan berikut ini.
1. Modular, sistem modular mempunyai arti bahwa bahan ajar dalam PJJ terdiri dari
modul-modul yang memungkinkan peserta memiliki kompetensi spesifik jika dipelajari
secara menyeluruh. Dalam sistem modular, setiap modul berisi sejumlah subtopik yang

19
penting untuk dipelajari sehingga apabila peserta mempelajarinya dengan sistematis
dan komprehensif, ia akan menguasai kompetensi atau kemampuan tertentu. Bahan ajar
dengan sistem modular dapat dirancang dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu
berjenjang (hierarkis) dan berkelompok (kluster).
2. Self Contained, terbatasnya pertemuan tatap muka antara peserta dengan sumber
belajar dalam PJJ memerlukan aplikasi pendekatan lain dalam mendesain bahan ajar.
Sifat self contained mempunyai makna bahwa setiap bahan ajar perlu memuat secara
lengkap materi atau substansi materi keilmuan yang perlu dipelajari peserta sehingga
diaplikasikan secermat mungkin. Melalui bahan ajar yang bersifat self contained ini,
peserta akan dapat mempelajari seluruh substansi keilmuan secara utuh yang terdapat
dalam sebuah bahan ajar.
3. Self Instruction, istilah self instruction dalam bahan ajar PJJ diartikan bahwa bahan
ajar harus mampu membuat siswa belajar secara mandiri dengan bantuan yang relatif
minimum dari tutor. Bahan ajar yang bersifat self instruction, apapun jenisnya, harus
didesain agar berisi petunjuk-petunjuk yang dapat membelajarkan peserta yang
mengikuti program PJJ. Misalnya, petunjuk agar siswa mengerjakan latihan (exercise)
setelah mempelajari sebuah bahan ajar. Agar dapat memotivasi peserta untuk
mengerjakan latihan, perlu disusun petunjuk yang relevan di dalam bahan ajar.
Smaldino dan kawan-kawan mengemukakan beberapa jenis bahan ajar yang dapat digunakan
dalam penyelenggaraan program PJJ yaitu:

 Bahan ajar cetak (hand out, modul, dan bahan bacaan suplemen)
 Bahan ajar audio visual (program audio dan video)

 Bahan ajar berbasis komputer (bahan ajar on-line)


 Kit (bahan percobaan di laboratorium)

 Bahan pustaka (referensi dan dokumen pustaka)

Moore dan Kearsley juga mengemukakan klasifikasi media dan teknologi komunikasi yang
dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam penyelenggaraan program PJJ yaitu media cetak;
kaset audio dan video; radio dan televisi; telekonferensi; dan pembelajaran berbasis komputer.
Ragam media dan teknologi komunikasi yang digunakan memiliki peran sebagai sarana
pembelajaran dalam penyelenggaraan pembelajaran Jarak Jauh. Maka bahan ajar yang digunakan

20
dalam program PJJ sebagai sarana untuk menyajikan atau mempresentasikan materi pelajaran
dapat merupakan bahan ajar cetak dan non cetak.

Bahan ajar yang biasanya digunakan dalam penyelenggaraan PJJ dari bahan ajar utama dan
bahan ajar suplemen. Bahan ajar utama adalah bahan ajar yang dijadikan sebagai acuan utama
untuk mempelajari isi atau materi pelajaran. Bahan ajar utama merupakan sarana pokok dalam
mempelajari materi untuk menyampaikan materi atau isi pelajaran yang harus dipelajari oleh
peserta.

Bahan ajar juga digunakan sebagai sarana interaksi pembelajaran antara tutor dengan peserta.
Bahan ajar dalam program PJJ harus dapat mewakili kehadiran tutor dalam aktivitas
pembelajaran. Selain itu, bahan ajar juga dapat digunakan sebagai sarana interaksi pembelajaran
antara peserta dengan peserta lain yang mengikuti program PJJ. Peserta dapat mendiskusikan isi
atau materi dengan peserta lain.

Bahan ajar dalam program PJJ harus dapat diakses isi dari semua materi yang terdapat
didalamnya agar peserta memperoleh kompetensi yang diinginkan. Hal ini disebabkan bahan ajar
mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai pengganti tugas pembelajaran yang
dilaksanakan oleh tutor.

Bahan ajar yang digunakan dalam penyelenggaraan program PJJ perlu dirancang dengan
menggunakan desain sistem pembelajaran (instructional system design). Penggunaan desain
sistem pembelajaran diperlukan agar bahan ajar dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
melakukan proses belajar secara efektif dan efisien.
Sebagai penunjang kegiatan PJJ, bahan ajar di dalam web harus membantu pencapaian tujuan
pendikan jarak jauh, yaitu pendidikan berkualitas tanpa mempedulikan jarak dan waktu. Bahan
ajar juga memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang bersamaan) berbentuk teks.
Melalui model resources yang mendukung berbagai macam format (word, Power Point, Flash,
Video, Audio, dan sebagainya), file dapat diupload dan dikelola di dalam server.

21
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
SMAN 1 Percut Sei Tuan Bahan ajar yang digunakan di guru pada saat proses
pembelajaran sebelumnya adalah buku paket dari pemerintah atau dari dana BOS. Guru bidang
studi tidak memiliki buku pegangan lain. Demikian juga halnya dengan siswa, hanya diberikan
buku paket dari dana BOS pada saat pembelajaran. Satu buku paket digunakan oleh 2 orang
siswa. Hal inilah yang menimbulkan kurangnya pemahaman siswa pada materi yang
disampaikan dan ketergantungan siswa hanya pada perintah guru sehingga dinilai kurang
mandiri dalam belajar. Guru bidang studi menyatakan perlunya dikembangkan bahan ajar yang
lebih menarik, dapat memperjelas materi yang disampaikan, dan memudahkan siswa memahami
materi secara mandiri.

B. Saran
Sebaiknya sekolah Memperlengkapi bahan ajar untuk mendukung proses pembelajaran
disekolah. kami menyadari bahwasanya makalah ini mempunyai banyak kekurangan,kami
mengharapkan kritik yang dapat membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membanya.

22
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uny.ac.id/67160/4/04.%20BAB%20II.pdf

https://pgsd.binus.ac.id/2019/12/22/spesifikasi-bahan-ajar-untuk-pendidikan-jarak-jauh/

Hastutia,Pebri,dkk.2020. Pengembangan E-Module Berbasis Problem Based Learning Mata


Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Tahun Ajaran
2018/2019.Medan.Universitas Negeri Medan.

23

Anda mungkin juga menyukai