Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
 A.    Pengertian Manajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan dalam kamus bahasa Belanda-Indonesia disebutkan bahwa istilah
manajemen berasal dari administratie yang berarti tata-usaha. Pengertian lain dari manajemen
berasal dari bahasa Inggris administration sebagai the management of executive affairs.
Dalam pengertian Manajemen Pendidikan ini, manajemen bukan hanya pengaturan yang
terkait dengan pekerjaan tulis-menulis, tetapi pengaturan dalam arti luas Selain itu, Manajemen
berasal dari kata to manage  yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan
dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah
melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah atau organisasi yang
diantaranya adalah manusia, uang, metode,  material, mesin dan pemasaran yang dilakukan
dengan sistematis dalam suatu proses.
Manajemen pendidikan adalah suatu proses dari perencanaan pengorganisasian, pengarahan,
pengawasan, dan penilaian usaha-usaha pendidikan supaya dapat mencapai tujuan pendidikan
yang telah di tetapkan sebelumnya. Atau definisi manajemen pendidikan yang lainnya yaitu
merupakan suatu bentuk kerjasama antar pihak-pihak pendidikan demi pencapai target
pendidikan yang telah di tetapkan sebelumnya. Yang menjadi tujuan umum dalam manajemen
pendidikan adalah melaksanakan pembentukan kepribadian pelajar yang berdasarkan dengan
tujuan dari pendidikan nasional dan tingkat perkembangan maupun perbaikan untuk usia
pendidikan.

           
       B.     Tujuan, manfaat menejemen pendidikan
      Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:
1.      Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna (Pakemb)
2.      Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
3.      Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya kompetensi
manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)
4.      Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien
5.      Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan)
6.      Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya
7.      Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8.      Meningkatkan citra positif pendidikan.

     C. fungsi menejemen pendidikan


Fungsi manajemen yang sesuai dengan profil kinerja pendidikan secara umum adalah
melaksanakan fungsi planning, organizing, staffing, coordinating, leading (facilitating,
motivating, innovating), reporting, controlling. Pada dunia pendidikan, istilah directing lebih
tepat memakai istilah leading dengan perluasan facilitating, motivating, innovating. Selanjutnya
fungsi pengawasan dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan manajerial. Pada level sekolah,
pengawas lebih berperan sebagai ”quality assurance” dengan tugas supervise debagai upaya
pembinaan terhadap staf untuk memeprbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan
1.      Planning termasuk Budgeting
Planning sendiri berarti merencanakan atau perencanaan, perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai sesuatu hasil yang diinginkan terdiri dari 5, yaitu :
a)      Menetapkan tentang apa yang harus dikerjakan, kapan dan bagaimana melakukannya.
b)      Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai
efektivitas maksimum melalui proses penentuan target.
c)      Mengumpulkan dan menganalisa informasi
d)      Mengembangkan alternatif-alternatif
e)      Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.
2.      Organizing
Dengan ini dimaksudkan pengelompokan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan
susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi.
Dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan
orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian terdiri dari :
a)      Menyediakan fasilitas-fasilitas perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk
penyusunan rangka kerja yang efisien.
b)      Mengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.
c)      Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d)      Merumuskan dan menentukan metode serta prosedur.
e)      Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja dan mencari sumber-sumber
lain yang diperlukan.
3.      Staffing atau Assembling Resources
staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu
organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi daya guna
maksimal kepada organisasi.
4.      Directing atau Commanding
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-
masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju
kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Directing atau commanding merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan hanya
agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi
mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi agar dapat efektif tertuju kepada realisasi
tujuan yang telah ditetapkan.
5.      Leading
Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi manajemen, dikemukakan oleh Louis A.
Allen yang dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang-orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi 5 macam kegiatan, yaitu :
a)      Mengambil keputusan
b)      Mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan
c)      Memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak
d)      Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
e)      Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6.      Coordinating
Salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan,
menyatupadukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama
yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat
dilakukan untuk mencapai maksud, antara lain :
a)       Dengan memberi instruksi
b)         Dengan memberi perintah
c)       Mengadakan pertemuan-pertemuan dalam mana diberi penjelasan-penjelasan
d)       Memberi bimbingan atau nasihat
e)       Mengadakan coaching
f)       Bila perlu memberi teguran.
7.      Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa
pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan
kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.
8.      Controlling
Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi
manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi
sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.
9.      Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian
dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi baik secara lisan maupun secara
tulisan.
Sedangkan fungsi pokok manajemen pendidikan dibagi 4 macam:
a)      Perencanaan
Perencanaan program pendidikan sedikitnya memiliki dua fungsi utama, yaitu :
      Perencanaan merupakan upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga dengan
mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan.
      Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau menggunakan sumber-sumber
yang terbatas secara efisien, dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b)      Pelaksanaan
Pelaksana merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam
rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dan akan memiliki nilai jika dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
c)      Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan sebagai upaya untuk mengamati secara sistematis dan
berkesinambungan; merekam; memberi penjelasan, petunjuk, pembinaan dan meluruskan
berbagai hal yang kurang tepat; serta memperbaiki kesalahan, dan merupakan kunci keberhasilan
dalam keseluruhan proses manajemen.
d)      Pembinaan
Pembinaan merupakan rangkaian upaya pengendalian secara profesional semua unsur
organisasi agar berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat
terlaksana secara efektif dan efisien.
                  
       D.     Prinsip menejmen pendidikan
Douglas (1963:13-17) merumuskan prinsip-prinsip manajemen pendidikan sebagai berikut :
1.      Memprioritaskan tujuan diatas kepentingan pribadi dan kepentingan mekanisme kerja.

2.      Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab

3.      Memberikan tanggung jawab pada personil sekolah hendaknya sesuai dengan sifat-sifat
dan kemampuannya

4.      Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia

5.      Relativitas nilai-nilai

Prinsip-prinsip diatas memiliki esensi bahwa manajemen dalam ilmu dan praktiknya harus
memperhatikan tujuan, orang-orang, tugas-tugas, dan nilai-nilai. Tujuan dirumuskan dengan
tepat sesuai dengan arah organisasi, tuntutan zaman, dan nilai-nilai yang berlaku. Tujuan suatu
organisasi dapat dijabarkan dalam bentuk visi, misi dan sasaran-sasaran. Ketiga bentuk tujuan itu
harus dirumuskan dalam satu kekuatan tim yang memiliki komitmen terhadap kemajuan dan
masa depan organisasi.
Penerapan pada manajemen pendidikan pada tingkat sekolah, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan stakeholders duduk bersama membahas rencana
strategis sekolah dengan mengembangkan tujuh langkah MBO yaitu:
1.      Menentukan hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah

2.      Menganalisis apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah

3.      Berunding menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan

4.      Menetapkan kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran

5.      Menyusun tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran

6.      Menentukan batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh
atasan

7.      Lakukan monitoring dan buat laporan.

       E.    Faktor-faktor yang memengaruhi


Manajemen pendidikan merupakan salah satu cabang ilmu sosial yang intinya adalah
mempelajari tentang perilaku manusia dalam kegiatannya sebagai subjek dan objek. Secara
filosofis, perilaku manusia terbentuk oleh interaksi antarmanusia, iklim organisasi (konteks
organisasi) dan sistem yang dianut. Ketiga interaksi tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun
secara bersama-sama saling berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manajemen pendidikan adalah:
1.      interaksi antar manusia
2.      iklim organisasi
3.      sistem pendidikan yang dianut (sisdiknas)

F.   RUANG LINGKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN

Gambaran menyeluruh tentang ruang lingkup manajemen pendidikan sebagai proses tampak
pada tabel berikut ini:
BidangTugas Peserta Tenaga Keuanga Sarana Humas Layana Kurikulum
didik pendidik dan n dan n dan
kependidika prasarana khusus pembelajaran
n
Perencanaan V V V V V V V
Pengorganisasia
V V V V V V V
n
Pengarahan V V V V V V V
Pengendalian V V V V V V V

Secara yuridis, ruang lingkup manajemen pendidikan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah di
sekolah mengacu pada Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Sekolah/Madrasah adalah :
1)      Rencana program sekolah
2)      Pelaksanaan program sekolah
3)      Kepemimpinan
4)      Pengawasan/evaluasi
5)      Sistem informasi manajemen

A.     PENGERTIAN SUPERVISI PENDIDIKAN


istilah supervisi adalah sebuah kegiatan yang mengacu kepada sebuah perbaikan dalam
sebuah institusi. Banyak para pegawai yang berkecimpung dalam sebuah institusi merasa
ketakutan ketika mendengar bahwa institusi yang bersangkutan akan dikunjungi oleh supervisor.
Anggapan masyarakat institusi supervisor adalah yang diperintahkan oleh atasannya untuk
membentak dan memarahi para pegawai-pegawai yang sedang aktif di institusi.
Kata “Supervisi” diadopsi dari bahasa inggris “supervision” yang berarti pengawasan/
kepengawasan. Orang yang melaksanakan pekerjaan supervisi disebut supervisor. Supervisi
adalah sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru dalam bidanga instruksional, belajar, dan
kurikulum dalam usahanya untuk mencapai tujuan sekolah.
B.     PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI
Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor harus berpegang pada prinsip-prinsip yang
kokoh demi kesuksesan tugasnya atau memiliki pedoman bagi pelaksnaan tugasnya, yaitu:
1.       Prinsip Fundamental/ dasar (Foundamental/ basic principle)
Setiap pemikiran, sikap dan tindakan seorang supervisor harus berdasar/ berlandaskan sesuatu
yang kokoh/ kuat serta dapat dipulangkan kepadanya. Bagi bangsa indonesia Pancasila adalah
falsafah dan dasar negara kita, sehingga bagi supervisor, Pancasila adalah prinsip fundamental.
Setiap supervisor pendidikan Indonesia harus bersikap konsisten dan konsekuen dalam
pengamalan sila-sila Pancasila secara murni dan konsekuen.
2.         Prinsip Praktis
Sesuai prinsip fundamental sebagai pedoman seorang supervisor pendidikan Indonesia, maka
dalam pelaksanakan sehari-hari mereka berpedoman pada prinsip positif dan prinsip negatif.
a)       Prinsip positif merupakan pedoman yang harus dilakukan seorang supervisor agar berhasil
dalam pembinaannya.
         Supervisi harus konstruktif dan kreatif
Supervisi harus mampu membangun pendidikan dan pengajarn ke arah yang lebih baik dengan
mengembangkan aktivitas, daya kreasi dan inisitaif orang-orang yang disupervisinya.
         Supervisi harus dilakukan berdasarkan hubungan profesional, bukan berdasarkan
hubungan pribadi/ konco.
         Supervisi hendaklah progresif tekun, sabar, tabah dan tawakal.
         Supervisi hendaklah dapat mengembangkan potensi, bakat dan kesanggupan
untuk mencapai kemajuan.
         Supervisi hendaklah senantiasa memperhatikan kesejahteraan serta hubungan
baik yang dinamik.
         Supervisi hendaklah bertolak dari keadaan yang kini nyata ada (Das Sein)
menuju sesuatu yang dicita-citakan (Das Sollen).
         Supervisi harus jujur, objektif dan siap mengevaluasi diri sendiri demi kemajuan.
b)       Prinsip negatif merupakan pedoman yang tidak boleh dilakukan oleh seorang supervisorr
dalam pelaksanakan supervisi.
         Supervisi tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang
yang disupervisi. Berikan argumentasi/ alasan yang rasional tentang tindakan-tindakan serta
instruksi-instruksinya. Jangan menonjolkan jabatan/ kekuasaannya agar tidak menghambat
kreativitas bawahannya.
         Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi, keluarga,
persahabat-an dan sebagainya.
         Supervisi hendaklah tidak menutup kemungkinan terhadap perkembangan
dan hasrat untuk maju bagi bawwahannya dengan dalih apapun. Supervisi tidak boleh terlalu
cepat mengharapkan hasil, mendesak dan memperkuda bawahan.
         Supervisi tidak boleh menutup kemungkinan terhadap hasrat berkembang dan
ingin maju dari bawahannya dengan segala dalih apapun.
         Supervisi tidak boleh mengeksploitasi bawahan dan bersifat otoriter.
         Supervisi tidak boleh menuntut prestasi diluar kemampuan bawahannya/ cita-cita
muluk-muluk yang hampa.
         Supervisi tidak boleh egois. Tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan
saran dari bawahannya.
C.     TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
Semua kegiatan yang dilakukan tentu memiliki tujuan dan selalu mengarah kepada tujuan
yang ingin dicapai tersebut. Pendidikan merupakan salah satu bentuk kegiatan manusia yang
memiliki tujuan yang ingin dicapai dari proses pelaksanaanya. Merumuskan tujuan supervisi
pendidikan harus dapat membantu mencari dan menentukan kegiatan-kegiatan supervisi yang
lebih efektif. Tujuan supervisi pendidikan adalah:
         Membantu guru agar dapat lebih mengerti/ menyadari tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan itu.
         Membantu guru agar mereka lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan
masalah-masalah yang dihadapi siswannya supaya dapat membantu siswanya itu lebih baik lagi.
         Untuk melaksanakan kepemimpinan efektif dengan cara yang demokratis
dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan profesional di sekolah, dan hubungan antara staf
yang kooperatif untuk bersana-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.
         Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta
mengembang-kan kemampuan itu dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai
dengan kemampuannya.
         Membantu guru meningkatkan kemampuan penampilannya didepan kelas.
         Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat dapat menyesuaikan
diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan kemampuannya secara maksimal.
         Membantu guru menemukan kesulitan belajar murid-muridnya dan
merencanakan tindakan-tindakan perbaikannya.
         Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas atau tidak wajar
baik tuntutan itu datangnya ddari dalam (sekolah) maupun dari luar (masyarakat).1[3]
Menurut Hasbullah, fungsi dan tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Sebagai arah pendidikan. Dalam hal ini, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha,
sedangkan arah tadi menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang kepada situasi
berikutnya. Sebagai contoh, guru yang berkeinginan membentuk anak didikanya menjadi
manusia yang cerdas maka arah dari usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat
mengembangkan kecerdasan.
b.       Tujuan sebagai ttitik akhir. Dalam kaitan ini, apa yang diperhatikan adalah hal-hal yang
terletak pada jangkuan masa datang. Misalnya, jika seorang pendidik bertujuan agar anak
didiknya menjadi manusia yang berakhlak mulia, tentu menekannya di sini adalah deskripsi
tentang pribadi akhlakul karimah yang diinginkannya tersebut.
c.       Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain. Dalam hal ini, tujun pendidikan yang
satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
d.       Memberi nilai pada usaha yang dilakukan. Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan,
kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibanding yang lainnya
semua ini terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Tujuan supervisi pendidikan adalah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar.

1
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi adalah
memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu
meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar
mengajar.

D.     FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN


Menurut Swearingen terdapat 8 fungsi supervisi sebagai berikut:
1.       Mengkoordinasi semua usaha sekolah. Usaha-usaha sekolah meliputi:
a.       Usaha tiap guru
Guru ingin mengemukakan ide dan menguraikan materi pelajaran menurut pandanga-nnya ke
arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu tersebut perlu di koordinasi. Itulah fungsi
supervisi.
b.       Usaha-usaha sekolah
Sekolah dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap kegiatan sekolah,
termasuk program-program sepanjang tahun ajaran, perlu ada koordinasi yang baik.
c.       Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan setiap guru ingin bertumbuh dalam jabatan-nya.
Oleh karena itu, guru selalu belajar terus menerus, mengikuti seminar, workshop, dan lain-lain.
Mereka berusaha meningkatkan diri agar lebih baik. untuk itu, perlu ada koordinasi yang
merupakan tugas dari supervisi.
2.       Memperlengkapi kepemimpinan sekolah. Kepemimpinan merupakan suatu keterampilan
yang harus dipelajari dan membutuhkan latihan yang terus-menerus. Salah satu fungsi supervisi
adalah melatih dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keteram-pilan dalam
kepemimpinan disekolah.
3.       Memperluas pengalaman guru. Supervisi harus dapat memotivasi guru-guru untuk mau
belajar dari pengalaman nyata dilapangan. Melalui pengalaman baru ini mereka dapat belajar
untuk memperkaya pengetahuan mereka.
4.       Menstimukasi usaha-usaha sekolah yang kreatif. Seorang supervisi harus bisa memberi-
kan stimulus agar guru-guru tidak hanya berdasarkan instruksi atasan, tetapi mereka adalah
pelaku aktif dalam proses belajar mengajar.
5.       Memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus. Penilaian yang diberikan harus
bersifat menyeluruh dan kontinu. Mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi
utama dari supervisi pendidikan.
6.       Menganalisis situuasi belajar mengajar. Tujuan dari supervisi adalah untuk memperbaiki
situasi belajar mengajar. Penganalisisan memberi pengalaman baru dalam menyusun strategi dan
usaha ke arah perbaikan.
7.       Memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada setiap anggota staf supervisi befungsi
untuk memberikan dorongan stimulasi dan membantu guru agar dapat mengembangkan
pengetahuan dalam ketrampilan mengajar.
8.       Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.2[6]

E.      TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN


1.       Otokratis: supervisor penentu segalanya.
2.       Demokratis: mementingkan musyawarah mufakat dan bekerjasama atau gotong royong
secara kekeluargaan.
3.       Pseudo/ Quasai demokratis (demokratis semu). Dalam praktiknya sering terdapat seorang
supervisor yang berbuat seolah-olah demokratis, seperti mengadakan rapat untuk
memusyawarahkan sesuatu permasalahan tetapi dalam rapat tersebut supervisor berusaha
memaksakan rencanannya/ keinginannya untuk dituruti bawahannya dengan cara/ muslihat yang
halus dan licin.
4.       Manipulasi diplomatis: mengarahkan orang yang disupervisi untuk melaksanakan apa
yang dikehendaki supervisor dengan cara muslihat.
5.       Laissez-faire: memberikan kebebasan dan keleluasan kepada orang yang disupervisi untuk
melakukan apa yang dianggap mereka baik.

F.      JENIS-JENIS SUPERVISI


1.       Supervisi umum dan supervisi pengajaran.
Yang dimaksud dengan supervisi umum disini adalah supervisi yang dilakukan terhadap
kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha

2
perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiiatan pengelolaan bangunan dan
perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan pengelolaan
bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi terhadap kegiatan
pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan sekolah atau kantor
pendidikan.
Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan
kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personal maupun
material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
terciptanya tujuan pendidikan.
2.       Supervisi klinis
Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari
sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan kemudian secara
langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut.
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui
siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intesif
terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang
rasional. Adapun ciri-ciri supervisi klinis menurut La sulo adalah sebagai berikut : Bimbingan
supervisor kepada guru/ calon guru bersifat bantuan, bukan perintah atau intruksi. Jenis
ketrampilan yang akan di supervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan disupervisi
dan disepakati melalui pengkajian bersama antar guru dan supervisior.
Meskipun guru atau calon guru mempergunakan berbagai ketrampilan mengajar secara
terintegrasi, sasaran supervisi hanya pada beberapa ketrampilan tertentu saja. Instrumen supervisi
dikembangkan disepakati bersama antara supervisor dan guru berdasarkan kontrak. Balikan
diberikan dengan segera dan secara objektif. Meskipun supervisor telah menganalisis dan
menginterpretasi data yang direkam oleh instrumen observasi, di dalam diskusi atau pertemuan
balikan guru/ calon guru diminta terlebih dahulu menganalisis penampilannya.
Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau menga-
rahkan. Supervisi berlangsung dalam suasana terbuka dan supervisi berlangsung dalam siklus
yang meliputi perencanaan, observasi dan diskusi balikan. Supervisi klinis dapat dipergunakan
untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan ketrampilan mengajar.
G.     ALAT-ALAT BANTU SUPERVISI PENDIDIKAN
Agar kegiatan supervisi pendidikan berjalan dengan lancar, seorang supervisor dapat
menggunakan berbagai alat bantu. Alat-alat bantu itu dipergunakan dengan maksud untuk
memungkinkan pertumbuhan kecakapan dan perkembangan penguasaan pengetahuan oleh guru/
orang yang disupervisi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
pendidikan khususnya. Alat-alat bantu supervisi antara lain:

         Perpustakaan profesional dan perpustakaan sekolah


Dari perpustakaan baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan khusus mengenai profesi
guru (pendidikan dan pengetahuan), setiap guru dapat menambah pengetahuan dan
meningkatkan keterampilannya masing-masing. Supervisor harus mendorong agar dilingkungan
lembaga pendidikan/ sekolah diselenggarakan perpustakaan. Supervisor harus selalu
memberikan motivasi kepada guru-guru agar selalu berminat untuk membaca di perpustakaan
guna perkembangan ketrampilan dan pengetahuannya.
         Buku Kurikulum/ rencana pelajaran dan buku pegangan guru
Setiap guru yang bertugas pada sebuah lembaga pendidikan harus mengetahui program yang
akan dilaksankan baik secara mendetail tentang program yang berkenaan dengan bidangnya.
Program suatu lembaga pendidikan pada umumnya telah tersusun di dalam buku yang disebut
Kurikulum Pelajran yang berisi jenis kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
sekolah.
         Bulletin pendidikan dan bulletin sekolah
Bulletin pendidikan termasuk brosur-brosur dan majalah-majalah tentang pendidikan
merupakan salah satu sarana tertulis yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan ketrampilan
dan pengetahuan guru. Bulletin sekolah dapat juga dipergunakan untuk menyalurkan
kemampuan murid dan guru dalam membahas suatu persoalan, menyusun suatu kerangka dan
lain-lain agar diantara yang satu dengan yang lain terdapat komunikasi yang sehat. Dalam bentuk
yang lebih sempurna bulletin atau majalah pendidikan dapat diterbitkan oleh suatu badan yang
berusaha menghimpun berbagai tulisan tentang perkembangan pendidikan/ ilmu pengetahuan.
         Penasehat asli dan resource person
Pada sebuah sekolah atau kantor pendidikan perlu ada seorang atau sejumlah orang yang
tergabung dalam suatu cabang ilmu sebagai suatu staf ahli yang selalu siap memberikan bantuan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi sekolah atau guru. Seorang supervisor
dapat meminta bantuannya bilamana dipandang perlu, misalnya memberikan nasihat/ saran-
saran penyelesaian masalah.

H.     OBJEK SUPERVISI PENDIDIKAN


Menurut Piet A. Sahertian: Objek supervisi di masa yang akan datang mencakup:
1.       Pembinaan kurikulum
2.       Perbaikan proses pembelajaran
3.       Pengembangan Staff
4.       Pemeliharaan dan perawatan moral serta semangat kerja guru-guru3[9]
Adapun objek dari supervisi pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni pembinaan personil
dan pembinaan non personil.
1.       Pembinaan Personil
a.       Kepala sekolah
Kepala Sekolah sebagai bagian dari suatu sekolah juga menjadi objek dari supervisi
pendidik-an tersebut. Dan sebgai pemegang tertinggi dalam suatu sekolah juga perlu disupervisi,
karena melihat dari latar belakang perlunya supervisi pendidikan bahwa kepala sekolah itu juga
perlu tumbuh dan berkembang dalam jabatannya, maka kepala sekolah harus berusaha
mengembangkan dirinya, meningkatkan kualitas profesionalitasnya serta menumbuhkan
semangat dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah. Tidak jauh
berbeda dengan supervisi kepada guru, kepala sekolah disupervisi oleh seorang pengawas.
Sistem dan pelaksanaannya hampir sama dengan supervisi guru. Namun ada perbedaan jika guru
pada pelaksanaan pembelajaran kalau kepala sekolah pada bagaimana ia mampu melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan seperti
pengelolaan dan manajement sekolah.

b.       Guru
Guru sebagai agent of change yang merupakan ujuk tombak pelaksanaan pembelajaran,
dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya pengawasan oleh supervisor yakni kepala madrasah
yang menyuvervisi guru. Karena guru juga manusia yang setiap saat mengalami perkembagan

3
dan perlu adanya pengawasan secara berkala dan sistematis. Selain itu, guru juga perlu
meningkatkan kualitas profesionalitasnya, meningkatkan efektifitasnya sebagai seorang
pendidik. Karena guru harus mampu mengembangkan dan meningkatkan proses kegiatan belajar
mengajar siswa yang lebih baik lagi. Yakni dengan cara pembinaan tersebut. Pembinaan yang
dilakukan oleh supervisor kepada guru bisa berupa pembinaan secara individu maupun secara
kelompok. Terkadang guru juga memiliki permasalahan yang sama dan juga berbeda dengan
guru satu dan lainnya. Oleh karena itulah pembinaan guru harus disesuaikan dengan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru. Diluar itu guru juga dituntut mampu untuk
menata administrasi pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar
mengajar. Adapun point-point yang menjadi supervisi guru antara lain adalah: Kinerja Guru,
KBM Guru, Karakteristik Guru, Administrasi Guru dll.
c.       Staff sekolah
Staff Sekolah ataupun Tenaga Kependidikan Sekolah adalah sama. Pembinaan atau supervisi
terhadap staff sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah sama seperti guru, namun dalam staff
sekolah yang perlu disupervisi adalah tentang kinerja staff, penataan administrasi sekolah,
kemampuan dalam bekerja atau skill serta loyalitas terhadap pimpinan atau kepala sekolah.
d.       Peserta didik
Peserta didik atau siswa merupakan bagian dari sistem pendidikan sekolah yang saling terkait
satu sama lainnya. Dan siswa yang menjadi objek dari pelaksanaan kegitan belajar mengajar
tersebut, juga ikut disupervisi. Namun berbeda dengan supervisi yang dilakukan terhadap kepala
sekolah, guru, dan staff sekolah. Siswa disupervisi dalam tiga aspek yakni, aspek kognitif,
psikomotorik dan afektif oleh guru sebagai supervisornya.
1.       Pembinaan Non Personil
Pembinaan Non Perssonil menitik beratkan pada pembinaan Sarana dan Prasarana yaitu
semua komponen yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/1975, sarana pendidikan terdiri dari 3 kelompok besar
yaitu:
-          Bangunan dan perabotan sekolah
-          Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.
-          Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan
alat penampil.

J.       MANFAAT SUPERVISI PENDIDIKANs


1.       Mampu menemukan kegiatan yang sudah sesuai dengan tujuan
2.       menemukan kegiatan yang belum sesuai dengan tujuan
3.       Mampu memberikan keterangan tentang apa yang perlu dibenahi terlebih dahulu (yang
diprioritaskan)
4.       Mampu mengetahui petugas-petugas, seperti guru-guru, kepala sekolah, pegawai tata
usaha, dan penjaga sekolah yang perlu di tatar
5.       Mampu mengetahui petugas yang perlu diganti
6.       Mampu mengetahui buku-buku yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran
7.       Mampu mengetahui kelemahan kurikulum
8.       Mampu meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan
9.       Mampu mempertahankan sesuatu yang sudah baik.
Manfaat akhir dari proses supervisi adalah suatu hal yang tidak mudah dalam sistem
manajemen personalia diIndonesia, seperti untuk melakukan mutasi, demosi, apalagi pemecatan
petugas sekolah yang tidak becus. Begitu pula halnya dengan perubahan kurikulum yang sangat
bersifat sentralisasi yang kurang memperlihatkan perbedaan masing-masing sekolah, dan yang
membuat sebuah standard keberhasilan sulir di ukur secara merata, yang kalau dilaksanakan
akan menimbulkan frustasi pada pelaksana-pelaksana dilapangan, terutama bagi guru-guuru yang
berada di daerah-daerah terpencil, baik secara fisik maupun secra mental. Namun demikian
apapun halangannya kegiatan supervisi harus tetap dilaksanakan, walaupun hanya sampai pada
batas yang sangat bersahaja.
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.  Supervisi yaitu sebagai upaya yang dilakukan oleh para pengawas untuk melihat kinerja
personalia dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap salah satu bagian kerja yang tidak
masksimal dalam menunjukkan kinerjanya. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa supervisi merupakan suatu layanan dan bantuan yang diberikan oleh
supervisor kepda guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif.
2.  Tujuan supervisi pendidikan adalah Membantu guru agar dapat lebih mengerti/ menyadari
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan itu.Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi
adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut
mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses
belajar mengajar.
3.       Seorang supervisor dapat menggunakan berbagai alat bantu. Alat-alat bantu itu
dipergunakan dengan maksud untuk memungkinkan pertumbuhan kecakapan dan perkembangan
penguasaan pengetahuan oleh guru/ orang yang disupervisi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya.
4.       Manfaat akhir dari proses supervisi adalah suatu hal yang tidak mudah dalam sistem
manajemen personalia diIndonesia, seperti untuk melakukan mutasi, demosi, apalagi pemecatan
petugas sekolah yang tidak becus. Begitu pula halnya dengan perubahan kurikulum yang sangat
bersifat sentralisasi yang kurang memperlihatkan perbedaan masing-masing sekolah. Namun
demikian apapun halangannya kegiatan supervisi harus tetap dilaksanakan, walaupun hanya
sampai pada batas yang sangat bersahaja.

BAB III
PENUTUP

Simpulan
Manajemen Pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang tergabug dalam organisasi pendidikan
yang dilakukan dengan usaha bersama secara efektif dan efisien., untuk mendayagunakan semua
sumber dan potensi yang ada demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Tujuan dan manfaat manajemen pendidikan antara lain:

1.      Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan bermakna (Pakemb)

2.      Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

3.      Terpenuhinya salah satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan (tertunjangnya


kompetensi manajerial tenaga kependidikan sebagai manajer)

4.      Tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efesien


5.      Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau konsultan manajemen pendidikan)

6.      Teratasinya masalah mutu pendidikan, karena 80% masalah mutu disebabkan oleh
manajemennya

7.      Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel

8.      Meningkatkan citra positif pendidikan

1. Supervisi yaitu sebagai upaya yang dilakukan oleh para pengawas untuk melihat kinerja
personalia dan melakukan perbaikan-perbaikan terhadap salah satu bagian kerja yang tidak
masksimal dalam menunjukkan kinerjanya. Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa supervisi merupakan suatu layanan dan bantuan yang diberikan oleh
supervisor kepda guru dalam upaya memperbaiki pembelajaran sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif.
2. Tujuan supervisi pendidikan adalah Membantu guru agar dapat lebih mengerti/ menyadari
tujuan-tujuan pendidikan di sekolah, dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan itu.Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran. Tujuan umum supervisi
adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut
mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses
belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media, 2009, h 22-23


Baharuddin Harahap, Supervisi Pendidikan, Jakarta: CV Damai Jaya, 1985, h. 29-31
Brantas, 2009. Dasar-Dasar Manajemen.Alfabeta; Jakarta.
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1994, h. 113-115
Hasibuan, Malayu S.P. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bina Rupa Aksara; Jakarta.
Maryono, Dasar-dasar dan Teknik Menajadi Supervisor Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Moh Rifai, Supervisi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1982, h.39-46
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada Press,
2009, h. 116
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002, h. 89-91
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000,
h. 27
Siswanto, 2011 Pengantar Pendidikan.Bumi Aksara; Jakarta
Subari, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Belajar, Jakarta: Bumi Aksara,
1988, h. 1
Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Bina Aksara,
1988, h.134
Syafaruddin, dkk, Administras Pendidikan, Medan: Perdana Publishing, 2017, h.74-75

Anda mungkin juga menyukai