TEKNIK
Instalasi tenaga listrik
Pembimbing 1 Pembimbing 2
DISUSUN OLEH :
MUAHAMMAD RINALDI
Kepala Personalia Pembimbing
MOTTO
1. Teknologi yang canggih adalah teknologi yang cepat guna.
2. Teknologi merupakan harapan bangsa dan Negara untuk membangun Negara secara modern.
4. Kegagalan merupakan jembatan emas untuk meraih suatu keberhasilan, serta kesulitan yang
timbul adalah suatu gejala yang wajar dari sebuah kehidupan yang berarti.
7. Orang yang cerdas akan memikirkan orientasi masa depan, tetapi orang yang bodoh akan
memikirkan kejadian yang telah berlalu.
Alhamdu lillahi rabbil-‘aalamiin. Segala puja dan puji hanya kepada Allah SWT. atas
segala nikmat yang selalu dilimpahkan kepada hamba-Nya, baik nikmat yang tanpa diminta
maupun yang dengan sengaja diminta dari-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan PRAKERIN.
Sholawat serta salam semoga senantiasa dianugerahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW., para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjalan di atas ajaran Allah dan
sunnah Nabi hingga hari akhir.
PRAKERIN yang dilaksanakan di Kantor PLN (Persero) Baso ini dilakukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan pendidikan SMK NEGERI 1 Tanjung Raya Jurusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik. Sekaligus melatih siswa bekerja dilapangan. Namun demikian, sangat
disadari bahwa program-program yang dilaksanakan dalam PRAKERIN ini tak lepas dari
kesalahan dan kekurangan, sehingga diharapkan dapat diperbaiki dan disempurnakan oleh siswa
PRAKERIN selanjutnya.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kegiatan ini masih terdapat kekurangan yang
tidak disadari oleh saya. Maka dari itu, saya berharap kepada semua pembaca untuk dapat
memberikan kritik dan sarannya yang tentunya bersifat membangun demi terciptanya
penyusunan laporan kegiatan yang baik dan benar.
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat.
Amin.
Muhammad rinaldi
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Lembar Pengesahan Sekolah i
Lembar Pengesahan Perusahaan ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Prakerin
1.3. Manfaat Prakerin
1.4. Waktu Pelaksanaan
1.5. Lokasi Prakerin
1.6. Sistematika Penulisan
BAB II. URAIAN
2.1. Kondisi Umum Perusahaan
2.1.1. Lokasi Perusahaan
2.1.2. Sarana dan Fasilitas Perusahaan
2.1.3. Tata Tertib Perusahaan
2.1.4. Keselamatan Kerja
2.1.5. Sejarah Singkat Perusahaan ________________
BAB III. LANDASAN TEORI
3.1. KWH Meter _____________________________
3.1.2. Jenis-jenis KWH Meter _________________
3.1.3. Fungsi dan Prinsip Kerja KWH Meter _____
3.1.4. Tips Menggunakan KWH Meter __________
3.1.5. Current Transformer CT ________________
BAB IV. URAIAN JURNAL PRAKERIN
4.1. Jurnal Kegiatan
4.1.2. Uraian Jurnal PRAKERIN di PLN (Persero)BASO
__________________
4.2. 3 Tugas dan Cara Kerjanya
1.3. Manfaat Prakerin
Adapun manfaat dari PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yaitu :
1. Dapat mengenali seperti apa pekerjaan industri di lapangan, sehingga setelah lulus taruna taruni
sudah tidak asing lagi dengan dunia kerja.
2. Dapat menambah keterampilan serta wawasan dalam dunia usaha.
3. Untuk mengasah keterampilan yang telah diberikan oleh sekolah, taruna taruni juga dapat
melatih jiwa mandiri, berani, bertanggung jawab, serta disiplin.
4. Meningkatkan kedisiplinan serta rasa tanggung jawabnya.
5. Memperoleh link and match antara perusahaan dengan sekolah.
1.4. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan Prakerin yang telah dilaksanakan oleh saya selama Prakerin di PLN
(Persero)BASO, yang dimulai pada tanggal 13 Maret 2016 sampai dengan tanggal 13 Juni 2016.
Dengan itu, maka saya telah menyelesaikan Prakerin selama 3 bulan di PLN (Persero)BASO.
Jadwal masuknya setiap hari senin s/d jum`at, pukul 0800-17:00 WITA. Berikut ini adalah
jadwal masuk yang penulis laksanakan selama PRAKERIN di PLN (Persero)BASO:
Jam Kerja
No. Hari
Masuk Istirahat Pulang
1 Senin 08.00 – 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 17.00
2 Selasa 08.00 – 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 17.00
3 Rabu 08.00 – 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 17.00
4 Kamis 08.00 – 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 17.00
BAB II
5 Jum’at 08.00 – 12.00 12.00 – 14.00 14.00 – 17.00
Sabtu & URAIAN
6 LIBUR
Minggu
Tabel 1.1
Jadwal masuk di PT. PLN (Persero) BASO
Lokasi prakerin
Lokasi tempat berlangsungnya penulis
melaksanakan Prakerin selama waktu yang telah
ditentukan yaitu di :
Nama Perusahaan : PLN (Persero) baso
Alamat : Jln. RAYA Payekumbuah
2.1. Kondisi Umum Perusahaan
(isi sendiri ajah sesuai keinginan :D )
2.1.1. Lokasi Perusahaan
Adapun lokasi perusahaan yang penulis masuki selama PRAKERIN yaitu :
Nama Perusahaan : PLN (Persero) Area Baso
Alamat : Jln. Raya payekumbuah
No. Tlp/Fax :
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. KWH Meter
kWH meter adalah alat untuk mengukur penggunaan daya listrik berdasarkan kilo Watt
dalam satuan waktu per jam.
Umumnya perhitungan dilakukan dengan semacam motor yang menggerakkan piring indikator
dan counter/penghitung mekanik yang sudah di kalibrasi sesuai dengan pemakaian daya.
Kalau misalnya daya yang digunakan 1 kilo Watt, maka piring akan berputar dan dalam 1 jam
akan memutar penghitung mekanik yang 1/10 an 10 kali dan mengakibatkan yang satuan naik 1
digit.
Piring KWH berputar bukan "digerakan" oleh motor, tetapi berputar dengan prinsip kerja seperti
motor induksi.
Piringannya sebagai rotor, sedangkan statornya merupakan kombinasi belitan antara Tegangan
dan Arus.
Belitan Tegangan = Trafo Potensial, dihubungkan parallel dengan jala2.
Belitan Arus = Trafo Arus (CT), dihubungkan SERIE dengan jala2.
Seperti kita ketahui bahwa P (watt) = I (arus/ampere) x E (tegangan/volt)
Ketika Arus=0, piring tidak berputar, ketika Arus membesar, putaran bertambah cepat.
KWH Meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ini bekerja menggunakan
metode induksi medan magnet dimana medan magnet tersebut menggerakan piringan yang terbuat
dari alumunium. Pengukur Watt atau Kwatt, yang pada umumnya disebut Watt-meter/Kwatt meter
disusun sedemikian rupa, sehingga kumparan tegangan dapat berputar dengan bebasnya, dengan
jalan demikian tenaga listrik dapat diukur, baik dalam satuan WH (watt Jam) ataupun dalam Kwh
(kilowatt Hour).
Pemakaian energi listrik di industri maupun rumah tangga menggunakan satuan kilowatt- hour
(KWH), dimana 1 KWH sama dengan 3.6 MJ. Karena itulah alat yang digunakan untuk
mengukur energi pada industri dan rumah tangga dikenal dengan watthourmeters. Besar
tagihan listrik biasanya berdasarkan pada angka-angka yang tertera pada KWH meter setiap
bulannya
Untuk saat ini. KWH meter induksi adalah satu-satunya tipe yang digunakan pada perhitungan daya
listrik rumah tangga.
Bagian-bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan tegangan, kumparan arus, sebuah
piringan aluminium, sebuah magnet tetap, dan sebuah gir mekanik yang mencatat
banyaknya putaran piringan. Jika meter dihubungkan ke daya satu fasa, maka piringan mendapat
torsi yang membuatnya berputar seperti motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi.
Semakin besar daya yang terpakai, mengakibatkan kecepatan piringan semakin besar;
demikian pula sebaliknya
Megger
Megger dipergunakan untuk mengukur tahanan isolasi dari alat-alat listrik maupun
instalasi-instalasi, output dari alat ukur ini umumnya adalah tegangan tinggi arus searah, yang
diputar olehtangan.Besar tegangan tersebut pada umumnya adalah : 500, 1000, 2000 atau 5000
volt dan bataspengukuran dapat bervariasi antara 0,02 sampai 20 meter ohm dan 5 sampai 5000
meter ohm danlain-lain sesuai dengan sumber tegangan dari megger tersebut.
2. Yang perlu diperhatikan dari KWH Meter tersebut adalah putaran dari piringan KWH.
Semakin banyak alat listrik yang kita gunakan, maka putaran KWH meter akan semakin cepat.
Itu artinya daya aktif (watt) yang kita pakai juga semakin banyak, itu berarti pula angka di stand
KWH meter akan semakin cepat bertambah.
3. Nah, kecepatan putaran piringan KWH meter inilah yang akan kita hitung dengan
stopwatch.
Untuk menghitung putaran piringan KWH meter kita harus memperhatikan tanda berwarna
hitam pada piringan KWH meter. Tanda hitam inilah yang menjadi patokan mulai dan berhenti
saat menghitung waktu putaran piringan KWH Meter.
4. Selain putaran piringan KWH meter, yang perlu kita catat adalah konstanta dari KWH
meter tersebut.
Coba dilihat di name plate KWH meter, disana akan ditemukan banyak spesifikasi dari meteran
listrik tersebut. Konstanta KWH meter selalu diikuti satuan PUTARAN/KWH atau PUT/KWH.
Sebagai contoh adalah konstanta 900 Put/KWH. Maksudnya, untuk menghasilkan angka 1 KWH
di stand meter piringan KWH harus berputar sebanyak 900 kali. Konstanta KWH meter berbeda-
beda, jadi harus melihat langsung di name plate KWH meter tersebut. Konstanta yang umum
adalah 900 put/KWH, 1250 put/KWH, 720 put/KWH dan 600 put/KWH.
5. Kalo sudah paham, langsung praktek aja…
1. Perhatikan name plate KWH meter di rumah Anda, carilah konstanta dari KWH
meter tersebut. Catat hasilnya. Misal : 900 put/KWH.
2. Siapkan Stopwatch, jika tidak memiliki bisa menggunakan stopwatch yang ada di
Hand phone.
3. Perhatikan putaran piringan KWH meter. Tunggu sampai muncul warna hitam di
piringan KWH meter.
4. Saat tanda hitam mucul dan posisi tepat di tengah, tekan tombol START pada
stopwatch.
5. Tunggu sampai tanda hitam itu muncul lagi, itu artinya piringan KWH Meter
sudah berputar 1 kali. Untuk perhitungan biasanya jumlah putaran minimal 3 kali.
6. Tekan tombol STOP pada stopwatch setelah Anda mendapatkan jumlah putaran
yang Anda inginkan.
7. Catat waktunya (dalam detik), misal dari pengukuran diperolah hasil 3
putaran=43,52 detik.
8. Kalo sudah, untuk menghitung besarnya WATT yang kita pakai adalah =
2. Artinya, pada saat pengukuran tadi kita sedang menggunakan daya listrik
sebanyak 275 Watt.
3. Untuk memperkirakan pemakaian satu bulan (dengan asumsi pemakaian adalah
sama seperti saat pengukuran sepanjang hari), tinggal dikalikan 0,72 (dari 24 jam x 30 hari
/1000), nanti munculnya dalam bentuk KWH. Misal untuk pengukuran di atas, 275 x 0,72 = 198
KWH/bulan.
Dengan melakukan pengukuran secara langsung kita baru benar-benar tahu
berapa perkiraan WATT yang sebenarnya kita gunakan.
Sebagai catatan, yang terukur disini adalah daya aktif (WATT) yang terukur oleh KWH meter,
bukan VA (daya semu) yang dijadikan patokan daya kontrak. Ketelitian pengukuran sangat
tergantung pada ketelitian kita saat mengukur waktu putaran dan tentu saja ketelitian dari KWH
meter itu sendiri.
Contoh:Jika kita dalam perhitungan besarnya I = 13 A dengan menggunakan rumus di atas, maka
kita pilih besarnya arus primer pada trafo arus (Current Transformer)= 15 A. Nilai 15 A ini dipilih
berdasarkan standar yang digunakan, seperti IEC atau lainya. Yang perlu diperhatikan adalah Nilai
yang dipilih selalu lebih besar dari nilai perhitungan dan nilai yang terdekat.
Dari contoh diatas, bisakan kita memilih arus primer pada trafo arus = 10 A setelah melakukan
perhitungan yang besarnya diperoleh, yaitu 13 A. Jawabannya tidak, karena jika kita kalikan dengan
1,2 x arus nominalnya (10A x 1,2 In) = 12 A, hasil ini lebih kecil dari pada perhitungan. kalo
besarnya arus nominal 1,2 In dengan In = 13 A maka, didapat 15,6 A. Dari nilai, sebaiknya dipilih
arus primer yang lebih tinggi dari maksimum nilai nominalnya, yaitu 15 A.
Berdasarkan standar IEC 60044-1, Level Arus Primer pada trafo arus (current transformer)
adalah : 10 – 12.5 – 15 –20 – 25 – 30 – 40 – 50 – 60 - 75 - 10x
P = R x I2
Dan juga mempengaruhi Cost pada CT, dengan nilai 1 A maka akan terjadi pengurangan Cable
Cross Section atau persilangan kabel pada saat instalasi, karena penggunaanya jauh lebih sedikit.
Hal ini menjadi keterkaitan dengan Burden CT itu sendiri. Kurangnya penggunaan kabel, maka
mempengaruhi kurangnya Burden, sehingga design Current Transformer atau Trafo Arus akan
lebih kecil dan nilai ALF (Accuracy Load Factor) yang lebih baik terdapat pada nilai arus
sekunder CT sebesar 1 A. Sehingga menyebabkan operasi dari Relay Proteksi (Protection
Relay’s) dan waktu trippingnya akan lebih sensitive dari pada arus sekunder 5 A.
Current transformer (CT) atau Trafo Arus adalah peralatan pada sistem tenaga listrik yang
berupa trafo yang digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya hingga ratusan ampere dan
arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi. Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus
juga digunakan untuk pengukuran daya dan energi, pengukuran jarak jauh, dan rele proteksi.
Kumparan primer trafo dihubungkan seri dengan rangkaian atau jaringan yang akan dikur arusnya
sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau dengan rele proteksi.
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Bila pada kumparan primer
mengalir arus I1, maka pada kumparan timbul gaya gerak magnet sebesar N 1I1. Gaya gerak ini
memproduksi fluks pada inti, dan fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik pada kumparan
sekunder. Bila terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus
I1. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N2I2 pada kumparan sekunder. Pada trafo arus biasa
dipasang burden pada bagian sekunder yang berfungsi sebagai impedansi beban, sehingga trafo
tidak benar-benar short circuit. Apabila trafo adalah trafo ideal, maka berlaku persamaan :
N1I1 = N2I2
I1/I2 = N2/N1
di mana, N1 : Jumlah belitan kumparan primer
N2 : Jumlah belitan kumparan sekunder
I1 : Arus kumparan primer
I2 : Arus kumparan sekunder
Dalam pemakaian sehari-hari, trafo arus dibagi menjadi jenis-jenis tertentu berdasarkan
syarat-syarat tertentu pula, adapun pembagian jenis trafo arus adalah sebagai berikut :
§ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Kumparan Primer
a. Jenis Kumparan (Wound)
Biasa digunakan untuk pengukuran pada arus rendah, burden yang besar, atau pengukuran yang
membutuhkan ketelitian tinggi. Belitan primer tergantung pada arus primer yang akan diukur,
biasanya tidak lebih dari 5 belitan. Penambahan belitan primer akan mengurangi faktor thermal dan
dinamis arus hubung singkat.
b. Jenis Bar (Bar)
Konstruksinya mampu menahan arus hubung singkat yang cukup tinggi sehingga memiliki faktor
thermis dan dinamis arus hubung singkat yang tinggi. Keburukannya, ukuran inti yang paling
ekonomis diperoleh pada arus pengenal yang cukup tinggi yaitu 1000A.
§ Jenis Trafo Arus Menurut Jumlah Rasio
a. Jenis Rasio Tunggal
Rasio tunggal adalah trafo arus dengan satu kumparan primer dan satu kumparan sekunder.
b. Jenis Rasio Ganda
Rasio ganda diperoleh dengan membagi kumparan primer menjadi beberapa kelompok yang
dihubungkan seri atau paralel.
c. Isolasi Koaksial
Jenis trafo arus dengan isolasi koaksial biasa ditemui pada kabel, bushing trafo, atau pada
rel daya berisolasi gas SF6. Sering digunakan inti berbentuk cincin dengan belitan sekunder yang
dibelit secara seragam pada cincin dan dimasukkan pada isolasi, dengan demikian terbuka jalan
untuk membawa lapisan terluar bagian yang di-ground keluar dari trafo arus.
CT atau Trafo Arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana keterbatasan kemampuan baca
alat ukur. Misal pada sistem saluran tegangan tinggi, arus yang mengalir adalah 2000A sedangkan
alat ukur yang ada hanya sebatas 5A. Maka dibutuhkan sebuah CT yang mengubah representasi
nilai aktual 2000A di lapangan menjadi 5A sehingga terbaca oleh alat ukur.
CT umumnya selain digunakan sebagai media pembacaan juga digunakan dalam sistem proteksi
sistem tenaga listrik. Sistem proteksi dalam sistem tenaga listrik sangatlah kompleks sehingga CT
itu sendiri dibuat dengan spesifikasi dan kelas yang bervariatif sesuai dengan kebituhan sistem yang
ada.
Spesifikasi pada CT antara lain:
1. Ratio CT, rasio CT merupakan spesifikasi dasar yang harus ada pada CT, dimana representasi nilai
arus yang ada di lapangan di hitung dari besarnya rasio CT. Misal CT dengan rasio 2000/5A, nilai
yang terukur di skunder CT adalah 2.5A, maka nilai aktual arus yang mengalir di penghantar adalah
1000A. Kesalahan rasio ataupun besarnya presentasi error (%err.) dapat berdampak pada besarnya
kesalahan pembacaan di alat ukur, kesalahan penghitungan tarif, dan kesalahan operasi sistem
proteksi.
2. Burden atau nilai maksimum daya (dalam satuan VA) yang mampu dipikul oleh CT. Nilai daya ini
harus lebih besar dari nilai yang terukur dari terminal skunder CT sampai dengan koil relay proteksi
yang dikerjakan. Apabila lebih kecil, maka relay proteksi tidak akan bekerja untuk mengetripkan
CB/PMT apabila terjadi gangguan.
3. Class, kelas CT menentukan untuk sistem proteksi jenis apakah core CT tersebut. Misal untuk
proteksi arus lebih digunakan kelas 5P20, untuk kelas tarif metering digunakan kelas 0.2 atau 0.5,
untuk sistem proteksi busbar digunakan Class X atau PX.
4. Kneepoint, adalah titik saturasi/jenuh saat CT melakukan excitasi tegangan. Umumnya proteksi
busbar menggunakan tegangan sebagai penggerak koilnya. Tegangan dapat dihasilkan oleh CT
ketika skunder CT diberikan impedansi seperti yang tertera pada Hukum Ohm. Kneepoint hanya
terdapat pada CT dengan Class X atau PX. Besarnya tegangan kneepoint bisa mencapai 2000Volt,
dan tentu saja besarnya kneepoint tergantung dari nilai atau desain yang diinginkan.
5. Secondary Winding Resistance (Rct), atau impedansi dalam CT. Impedansi dalam CT pada
umumnya sangat kecil, namun pada Class X nilai ini ditentukan dan tidak boleh melebihi nilai yang
tertera disana. Misal: <2.5Ohm, maka impedansi CT pada Class X tidak boleh lebih dari 2.5Ohm
atau CT tersebut dikembalikan ke pabrik untuk dilakukan penggantian.
Berdasarkan kriteria diatas, maka dapat dilakukan pengujian CT sebagai berikut:
Contoh-contoh beserta uraian dalam artikel kali ini saya ambil dari pengalaman-pengalaman saya
melakukan SAT CT dan HV Equipments pada Project: Cikarang Listrindo 4x60MW Gas Power Plant
Project, Inalum 275kV OHL Prot’n Panel Replacement Project, dan 2x250MW Muara Karang Gas
Power Plant Project.
Ratio Test
Pada saat transformator beroperasi ada beberapa pemeriksaan dan analisa yang harus dilakukan,
antara lain:
• Pemeriksaan dan analisa kandungan gas terlarut (Dissolved gas analysis, DGA), untuk mencegah
terjadinya:(partial) discharges, Kegagalan thermal (thermal faults), Deteriorasi / pemburukan kertas
isolasi/laminasi.
• Pemeriksaan dan analisa minyak isolasi secara menyeluruh, meliputi: power factor (cf. Tan δ),
kandungan air (water content), neutralisation number, interfacial tension, furfural analysis dan
kandungan katalisator negatif (inhibitor content)
Class 0,5 Security Factor (FS) < 20, maksimum %err. adalah 0.5%
Ratio 2000/5 A
Injeksi Arus sebesar 200A, arus terukur pada sisi primer CT adalah: 199,96A, tentu saja ada losses
di kabel dan sambungan pada sisi primer.
Arus terukur pada sisi skunder CT adalah: 501,55 mA
Dengan rumus diatas, maka nilai arus primernya adalah: 2000A dan nilai arus skundernya adalah
5,0165A
Sehingga %err. = 0,33% [OK]
Pengujian secondary burden CT merupakan pengujian untuk mengetahui nilai aktual beban yang
terpasang pada sisi sekunder CT, mulai dari kabel sampai dengan panel proteksi dan metering.
Pengujian ini tidak bisa menentukan nilai burden nominal ataupun maksimal CT, untuk melakukan
hal ini harus menggunakan metode tegangan atau dengan alat uji yang dikenal dengan nama CT
Analyzer.
Mengetahui nilai burden pada sisi sekunder CT pada dasarnya cukup sederhana, karena hanya
menggunakan perhitungan Hukum Ohm. Dimana VA = Arus x Tegangan.
Apabila CT mengeluarkan arus 1A nominal, maka kita bisa memberikan arus sebesar 1A untuk sisi
kabel yang terpasang pada CT. Terminal sekunder CT tidak boleh ikut dialiri arus karena akan
berdampak timbulnya arus besar pada sisi primer.
Di dalam pengujian ini pada dasarnya kita hanya ingin mengetahui berapa sih besarnya impedansi
loop tertutup pada beban CT (kabel + relay + metering + dst). Apabila nilai burden atau impedansi
terukur pada arus 1A melebihi rating burden nominal CT (dalam satuan VA), maka harus dilakukan
penggantian kabel yang lebih besar atau penggantian relay dengan burden yang lebih kecil.
Berikut ini adalah skema wiring pada saat dilakukan pengujian Secondary CT Burden:
Berikut ini adalah contoh perhitungan nilai Secondary Burden yang didapat, disini saya buat sistem
perhitungan otomatis dengan menggunakan Excel, dimana formulanya sangat mudah diingat (VA =
Volt x Ampere):
Pengujian Secondary Winding Resistance (Rct)
Pengujian Secondary Winding CT umumnya mengacu pada standar IEC 60076-1. Formula dan
sistem pengujian harus mengacu pada setandar tersebut. Pengujian diluar standar tersebut tidak
sah dan tidak memenuhi kriteria pengujian standar CT.
Berdasarkan pada IEC 60076-1, elemen-elemen pengukuran yang harus diambil saat pengujian
Secondary Winding CT adalah sebagai berikut:
IDC : Arus DC aktual yang diinjeksikan ke terminal sekunder CT. biasanya nilai arus yang saya
gunakan adalah 5A untuk CT tipe 5A nominal secondary output.
VDC : Tegangan terukur yang dihasilkan oleh injeksi arus DC pada sisi kumparan/winding CT.
R meas : Nilai winding resistance atau tahanan dalam CT, yang diperoleh dari hasil perhitungan
VDC/IDC (Hukum Ohm).
Time : Total waktu yang diperlukan dalam pengujian
Dev : Sudut deviasi yang dinyatakan dalam nilai % antara nilai maksimum dan minimum yang
terukur dan dievaluasi sekurang-kurangnya 10 detik dari pengukuran. Hasil dinyatakan stabil jika
Dev < 0.1%.
Tmeas : ambient temperature atau suhu ruang
Tref : operating temperature dari CT, biasanya nilai yang digunakan umumnya adalah 75°C.
Sebaiknya lihat data FAT pabrikan atau referensi manual dari CT.
Sehingga formulasi perhitungan Secondary Winding Burden CT dapat dibuat sebagai berikut ini:
Pengujian secondary burden ini cukup penting, mengingat bahwa test ini sekaligus merupakan
pengecekan terhadap rangkaian beban CT seperti panel relay, metering, buspro, logger, dsb.
Rangkaian CT harus selalu tertutup (short-circuit) agar dapat mengasilkan arus.
Rangkaian tidak boleh ada impedansi yang besar atau bahkan terpotong, apabila terjadi maka arus
tidak dapat mengalir dan CT menjadi panas dan overload. Alhasil CT bisa rusak, pecah, atau
bahkan meledak. Pengujian ini sekaligus memastikan kondisi rangkain CT layak dioperasikan
ataukah belum.
Pengujian Eksitasi CT atau CT Kneepoint
Di dalam pengujian titik saturasi CT atau kneepoint ada tiga jenis Standar yang mengatur, ketiganya
memiliki nilai kneepoint yang berbeda namun ketiganya dianggap sah, bergantung dari Standar apa
yang hendak digunakan setidaknya Produsen CT dan End-User menggunakan Standar yang sama.
IEC/BS - According to IEC 60044-1, the knee point is defined as the point on the curve where a
voltage increment of 10% increases the current by 50%.
ANSI 45° - According to IEEE C57.13, the knee point is the point where, with a double logarithmic
representation, the tangent line to the curve forms a 45° angle.Applies to current transformer cores
without an air gap.
ANSI 30° - Like ANSI 45° but forming a 30° angle.Applies to current transformer cores with an air
gap.
Di Indonesia umumnya mengacu pada Standar IEC, sebagai standar intalasi tegangan tinggi dan
menengah.
Untuk melakukan pengujian CT, maka diperlukan sebuah sumber tegangan AC yang mampu
digunakan untuk menguji CT Class X, dimana nilai kneepoint-nya bisa mencapai 2000Volts.
Tegangan eksitasi diberikan pada terminal skunder CT di tiap Core-nya, kemudian tegangan
dinaikan perlahan sampai mencapai nilai arus nominal CT. Pengukuran arus bisa dilakukan dengan
cara memasang Ampere-meter yang dihubung seri dengan alat injeksi atau penggunakan clamp
meter pada kabel output alat injeksi teg
angan.
Model pengujian yang umumnya saya gunakan adalah seperti di bawah ini:
Setiap perubahan arus signifikan atau setiap kelipatan berapa volts dari tegangan, bisa dilakukan
pengukuran dan pencatatan secara simultan agar di dapat grafik yang halus dan presisi. Contoh
grafik tersebut adalah seperti berikut ini:
Jika dibuat grafik pada Excel, maka grafik-nya akan berbentuk seperti dibawah ini:
Sayangnya, tidak semua atau jarang sekali pabrikan CT yang menyebutkan nilai Kneepoint yang
didapat saat dilakukan FAT (karena tidak semua orang mudah dan mengerti untuk menentukan nilai
dari pengukuran yang didapat). Biasanya pabrikan hanya melampirkan data nilai eksitasi beserta
nilai arus yang di dapat serta melampirkan grafiknya.
Kunci inti pengujian tegangan eksitasi pada CT ini hanyalah menentukan di nilai berapa Volt, CT
sudah mencapai titik jenuh dan sudah tidak menghasilkan perubahan arus yang signifikan.
Misal spesifikasi CT adalah Vk > 1,7kV maka tegangan eksitasi CT harus melebihi 1,7kV untuk
menghasilkan 5A, setidaknya 2kV baru mencapai 5A. Maka CT tersebut memiliki spesifikasi yang
sesuai dengan yang tertera.
Pengujian diatas secara keseluruhan hanyalah untuk menentukan bahwa CT tersebut layak
beroperasi sesuai spesifikasi desain sistem dan tidak terjadi kesalahan pengukuran arus
sebenarnya dimana CT merupakan elemen metering dan proteksi.
Untuk menentukan apakah CT tersebut layak bertegangan ataukah tidak, maka harus dilakukan
pengujian Isolasi atau Megger. Megger yang digunakan adalah 5kV untuk sisi primer dan 1kV untuk
sisi skunder.
Titik yang bisa dilakukan pengetesan adalah:
Terminal Primer dengan Ground tidak boleh ada hubungan
Cek Fisik
CT saat datang dan saat dipasang harus diulakukan cek fisik terlebih dahulu sebagai wujud sebuah
quality control. Tidak boleh ada retakan, atau bahkan rembesan oli trafo.
“Mudah-mudahan artikel diatas mampu menambah wawasan dan meningkatkan kualitas kontrol
terhadap produk-produk ataupun proyek-proyek pengembangan infrastruktur kelistrikan di
Indonesia. Listrik yang lebih baik untuk masa depan, dan mari ber-Hemat Energi.”
GALAT PADA TRAFO ARUS
Kesalahan pada trafo arus atau yang sering disebut dengan galat trafo arus merupakan
perbandingan antara arus primer dan arus sekunder.
Kn=IpIs
Kesalahan arus (current error) : ε%=kn.Is-IpIp.100%
Di mana : Kn = perbandingan trafo
ε = kesalahan arus %
Is = Arus sekunder sebenarnya (A)
Ip = Arus primer sebenarnya (A)
Karena adanya perbedaan arus antara arus yang masuk di sisi primer dengan arus yang terbaca di
sisi sekunder, dapat menimbulkan perbedaan rasio transformasi arus yang sebenarnya dengan
kenyatannya. Bila CT dipergunakan untuk pengukuran energy (kWh meter), kesalahn arus ini
sangat berpengaruh terhadap pengukuran energy.
1
2
3
4
5
6
7
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan PRAKERIN penulis
mendapatkan banyak hal, diantaranya :
1. Kegiatan PRAKERIN ini sangat bermanfaat untuk taruna-taruni SMK yang sebentar lagi lulus
sekolah dan perlu menjadi orang yang sudah siap kerja.
2. Taruna-taruni juga dapat menambah ilmu dalam dunia usaha yang sebelumnya belum sempat
diberikan oleh sekolah.
3. Taruna-taruni dapat menunjukan keahlian hasil pendidikan selama disekolah ke dalam dunia
industri.
4. Kegiatan prakerin sangatlah berguna untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam
melakukan interaksi di lingkungan kerja yang sesungguhnya.
5. Dengan prakerin dapat melatih siswa bekerjasama menetapkan langkah-langkah dalam suatu
pekerjaan
6. Berinteraksi atau menggeluti dunia usaha bukanlah hal yang mudah, ada banyak hal yang perlu
dilakukan agar orang yang akan melakukan hubungan kerja dengan kita dapat terkesima akan
apa yang kita lakukan /kerjakan.
7. Pembelajaran di dunia kerja melalui prakerin adalah suatu strategi yang memberi peluang
kepadda siswa untuk mengalami proses belajar melalui bekerja langsung pada pekerjaan yang
sesungguhnya sehinga tidak kaget lagi saat benar-benar terjun ke dunia kerja.
5.1.2. Saran
Saran yang dapat saya sampaikan kepada pihak sekolah adalah sebagai berikut :
1. Kedisiplinan taruna-taruni lebih ditingkatkan lagi, karena supaya saat diperusahaan taruna-taruni
sudah terbiasa dengan sikap disiplin.
2. Kedisiplinan dalam kebersihan dilingkungan sekolah juga harus lebih diperhatikan lagi, karena
dalam perusahaan-perusahaan besar sikap ini sangat dibutuhkan demi menunjang kelancaran dan
kerapian dalam bekerja.
3. Pengetahuan taruna-taruni dalam mata pelajaran umum juga harus lebih ditingkatkan lagi.
Keefektifan dalam pembelajaran, menjadikan taruna-taruni yang cerdas. Dengan begitu taruna-
taruni jadi lebih percaya diri untuk menghadapi dunia luar. Karena selain taruna-taruni SMK
sudah lebih unggul dalam mental, fisik, juga kedisiplinan, ilmu pengetahuan juga sangat
diperlukan.
4. Keahlian dalam penguasaan bahasa asing harus lebih ditingkatkan lagi. Karena, hal ini juga
sangat diperlukan untuk kelancaran berkomunikasi di lingkungan perusahaan. Terutama untuk
kelancaran berkomunikasi dengan atasan yang berasal dari luar negeri. Dan jika bisa, sekolah
mengadakan bimbingan belajar bahasa asing lebih sering atau lebih lama. Selain itu juga, saat
berkomunikasi di dalam kelas ada baiknya menggunakan sedikit bahasa asing untuk pembiasaan
dan kelancaran dalam pengucapan.