Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Penyakit ini dapat disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis

filaria yaitu Wucheria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing filaria ini

termasuk famili Filaridae, yang bentuknya langsing dan ditemukan di

dalam sistem peredaran darah limfe, otot, jaringan ikat atau rongga serosa

pada venebrata. Cacing bentuk dewasa dapat ditemukan pada pembuluh

dan jaringan limfa pasien.

Masa inkubasi penyakit ini cukup lama lebih kurang I tahun,

sedangkan penularan parxsit terjadi melalui vektor nyamuk sebagai hospes

perantara, dan manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes definitif.

Periodisitas beradanya mikrofilaria di dalarn darah tepi bergantung pada

spesies. Periodisitas tersebut menunjukkan adanya filaria di dalam darah

tepi sehingga mudah terdeteksi.

Mikrofilaria W bancrofti ditemukan umumnya pada malam hari

(nokturnal) terutama di belahan bumi bagian selatan termasuk Indonesia,

sedangkan di daerah p1Lsifik ditemukan siang dan malam (non-periodik).

Sedangkan mikrofilaria B. malayi mempunyai periodisitas nokturnal.

Sebab timbulnya periodisitas ini belum diketahui, mungkin dipengaruhi

oleh tekanan zat asam dalam kapiler paru atau lingkaran hidup cacing

filaria.

Prevalensi mikrofilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anak-

anak dan meningkat antara umur 20-30 tahun, pada Saat usia penumbuhan,

sena lebih tinggi pada laki-laki dibanding wanita. Lingkaran hidup filaria

meliputi : 1). Pengisapan mikrofilaria dari darah ataujaringan oleh serangga

penghisap darah; 2). Metamorfosis mikrofilaria di dalam hospes peranlara


serangga, dimana mula-mula membentuk larva rabditiform lalu

membentuk larva filariform yang aktif; 3). Penularan larva infektlf ke

dalam kulit hospes bam, melalui probosis serangga yang menggigit, dan

kemudian pertumbuhan larva setelah masuk ke dalam Iuka gigitan sehingga

menjadi cacvng dewasa.

Kekebalan alami atau yang didapat pada manusia terhadap infeksi

filaria belum diketahui banyak. Cacing filaria mempunyai antigen yang

spesifik untuk spesies dan spesifik untuk kelompok (group spesific);

memberi reaksi silang antara berbagai spesies dan nematoda lainnya.

FILARIASIS BANCROFTI, WUCHERIASIS, ELEPHANTIASIS

Penyebab adalah cacing filaria jenis Wucheria bancrofti.

Lingkaran Hidup

Hospes definitif adalah hanya manusia. Penularan penyakit ini melalui

vektor nyamuk yang sesuai. Cacing bentuk dewasa linggal di pembuluh

limfe dan mikrofilaria terdapat di pembuluh darah dan limfe.

Pada manusia W bancrofli dapat hidup selama kira-kira 5 tahun.

Sesudah menembus kulit melalui gigitan nyamuk, larva meneruskan

perjalanannya ke pembuluh dan kelenjar limfe tempat mereka tumbuh

sampai dewasa dalarn waktu satu tahun. Cacing dewasa ini sering

menimbulkan varises saluran limfe anggota kaki bagian bawah, kelenjar

ari-an, dan epididimis pada laki-laki serta kelenjar labium pada wanita.

Mikrofi I aria kemudian menin

ggalkan cacing induknya, menembus dinding

pembuluh limfe menuju ke pembuluh darah yang berdekatan atau terbawa

oleh saluran limfe ke dalam aliran darah.


Patologi

Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah

bening akibat inflamasi yang ditimbulkan Oleh cacing dewa.sa, bukan Oleh

mikrofilaria. Cacing dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau

sinus kelenjar getah bening dan menyebabkan pelebaran pembuluh getah

bening dan penebalan dinding pembuluh. Infiltrasi sel plasma, eosinofil,

dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh getah bemng yang mengalami

inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel danjaringan penunjang,

menyebabkan berliku-likunya sistem limfatik dan kerusakan atau

inkompetensi katup pembuluh getah bening.

Limfedema dan pembahan kronik akibat statis bersama dengan edema

keras terjadl pada kulit yang mendasarinya. Peruhahan-perubahan yang

terjadi akibat filariasis ini disebabkan aleh efek langsung dari cacing ini

dan oleh respon imun pejamu terhadap parasit. Respon imun ini dipercaya

menyebabkan proses granulomatosa dan proliferasi yang menyebabkan

obstruksi total pembuluh getah bening. Diduga bahwa pembuluh- pembuluh tersebut tetap paten
selama cacing tetap hidup dan bahwa

kematian cacing telsebut menyebabkan reaksi granulomatosa dan fibmsis.

Dengan demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan fungsi

limfatik.

Gejala Klinis

Manifestasi dini penyakit ini adalah peradangan, sedangkan bila sudah

lanjut akan menimbulkan gejala obstruktif. Mikrofilafia yang tampak

dalam darah pada stadium akut akan menimbulkan peradangan yang nyala,
seperti limfangitis, limfadenitis, funikulitis, epididimitis dan orkitis.

ya tidak menimbulkan gejala sama sekali terutama bagi penducllk

yang sejak kecil sudah beldiam di daerah endemik. Gejala peradangan

tersebut sering timbul setelah bekerja berat dan dapat berlangsung antara

beberapa hari hingga beberapa minggu (2-3 minggu). Gejala dari

limfadenitis adalah nyeri lokal, keras didaerah kelenjar limfe yang terkena

dan biasanya disertai dernam, sakit kepala dan badan, muntah-muntah,

lesu, dan tldak nafsu makan. Stadium akut ini lambat laun akan beralih ke

stadium menahun dengan gejala-gejala hidrokel, kiluria, limfedema, dan

elephantiasis.

Karena filariasis bancrofti dapat berlangsung selama beberapa tahun,

maka ia dapat mempunyai perputaran klinis yang berbeda-beda. Reaksi

pada manusia terhadap infeksi filaria herbeda-beda tidak mungkin

stadium ini dibatasi dengan pasti, sehingga seringkali kita membaginya

atas dasar akibat infeksi filaria yaitu : l). Bentuk tanpa gejala;

2). Filariasis dengan peradangan; 3). Filariasis dengan penyumbatan.

Bentuk Tanpa Gejala

Umumnya di daerah endemik, pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan

pembesaran kelenjarlimfe terutama di daerah inguinal. Pada pemeriksaan

darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar disertai adanya

eosinofilia. Pada waktu cacing dewasa mati, mikrofilaria menghilang tanpa

pasien menyadari adanya infeksi.

FILARIASIS DENGAN PERADANGAN


Manifestasi terakhir yang biasanya terlihat di awal infeksi pada mereka

dengan infeksi primer adalah limfangitis. Limfangitvs terjadi di sekitar

lap,' a dan caving dewasa muda yang sedang berkembang, mengakibatkan

inflamasi eosinofil akut. Infeksi ini berdasarkan fenomen alergik terhadap

metabolisme cacing dewasa yang hidup atau mati, atau sekunder, infeksi

oleh streptococcus dan jamur. Demam, menggigil, sakit kepala, muntah

dan kelemahan menyertai serangan tadi , dapat berlangsung beberapa hari

sampai beberapa minggu, dan yang terutama terkena adalah saluran limfe

ketiak, tungkai , epitrochlear dan alat genital. Pada orang laki-laki umumnya

terdapat funikulitis disertai dengan penebalan dan rasa nyeri, epididimitis,

orkitis dan pembengkakan skrotum.

Demarn pada filaria terjadi karena adanya inflamasi yang berawal dari

kelenjar getah bening (biasanya KGB inguinal) dengan perluasan retrograd

ke bawah aliran getah bening dan disertai edema dingin. Di sini, inflamasi

tampaknya diperantarai oleh imun dan kadang (10-20% kasus) beberapa

episode inflamasi diawali dengan infeksi kulit Salah satu kepustakaan menyebutkan bahwa
dernam yang murni

ditimbulkan oleh filaria jarang terjadi. Demam yang sering terjadi akibat

adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Gejalanya biasanya demam tinggi,

menggigil, mialgia, dan sakit kepala. Juga timbul plak edematosa yang

mudah dibedakan dengan jaringan sehat disekitarnya. Biasanya disertai

dengan veslkel, ulkus dan hiperpigmentasi. Pada filaria juga dapat timbul

ulkus. Namun ulkusnya steril dan mengeluarkan cairan serosanguineous.

Kadang disertai dengan riwayat trauma. terkena api, radiasi, digigit

serangga, dan juga terkena bahan kimia.

Serangan akut ini dapat terjadi selama satu bulan atau lebih.
Pengobatan dengan berbagai antibiotik tidak memberikan hasil. Bila

keadaannya berat dapat menyebabkan abses pel vis ginjal, pembengkakan

epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar ari-ari dan otot iliopsoas.

Hal ini dapat terjadi karena cacing yang mati mengalami degenerasi. Abses

ini steril, tetapl dapat mengandung bakteri piogen. Reaksi ini bersifat

setempat dan alergi umum yang menyebabkan pertumbuhan jaringan

pengikat yang berlebihan. Yang menahun akan menimbulkan penyumbatan

saluran limfe diseflai serangan limfangitis yang berulang-ulang dan kadang-

kadang disertai dengan elephantiasis. Pemeriksaan darah dalam hal ini

biasanya menunjukkan leukositosis dengan eosinofilia sebesar 6-26%.

Salah satu gejala lain yang kadang timbul pada filariasis adalah

hematuria. Sekitar 40% pasien dengan mikrofilaremia terdapat hematuria

dan proteinuria yang menunjukkan adanya kerusakan ginjal derajat rendah.

Hematuria yang terjadi dapat makroskopik, namun lebih sering

mikroskopik dan ditemukan pada Saat dilakukan pemeriksaan urin rutin.

Kelainan ginjal ini mungkin disebabkan oleh adanya mikrofilana yang

beredar dalam darah dibandingkan dengan adanya cacing dewasa. Hal ini

ditunjukkan dengan perbaikan dari fungsi ginjal bila mikrofialria hilang

dari peredaran darah.

Fenomena lain yang dapat terjadi pada filaria adalah suatu keadaan

yang disebut sebagai tropical pulmonary eosinophilia. Hal Ini disebabkan

oleh respon berlebihan imunologik terhadap infeksi filaria. Sindrom ini

ditandai dengan :

kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi

gejala mirip asma


• penyakit paru restriktif (dan kadang obstruktif)

kadar antibodi spesifik antifllaria sangat tinggi

respon pengobatan yang baik dengan terapi antifilaria (DEC)

Angka kejadian sindrom ini rendah 1 % dari seluruh kasus filaria),

namun hal ini merupakan keadaan berat yang dapat mengakibatkan

fibrosis interstisial kronik dan gagal napas.

FILARIASIS DENGAN PENYUMBATAN

Dalam stadium yang menahun ini terjadi jaringan granulasi yang proliferatif

serta terbentuk varises saluran limfe yang luas. Kadar protein yang tinggi

dalam saluran limfe merangsang pembentukan jaringan ikat dan kolagen.

Sedikit demi sedikit setelah bertahun-tahun bagian yang membesar menjadi

luas dan timbul elephantiasis menahun.

Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut baglan tengah

turut mempengaruhi skrotum dan penis pada laki.laki dan bagian luar

alat kelamin pada wanita. Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi

tungkai dan bagian luar alat kelamin. Elephantiasis pada umumnya

mengenai tungkai serta alat kelamin dan menyebabkan perubahan bentuk

yang luas.

Limfedema pada filariasis bancrofti biasanya mengenai selumh tungkai.

Limfedema tungkai ini dapat dibagi dalam 4 tingkat, yaitu

Tingkat l. Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali normal

(reversibel) bila tungkai diangkat.

Tingkat 2. Pitting/non pitting edema yang tidak dapat kembali normal

(ireversibe/) bila tungkai diangkat.

Tingkat 3. Edema non pitting, tidak dapat kembali normal bila tungkai
diangkat, kulit menjadi tebal.

Tingkat 4. Edema non pitting dengan janngan fibrosis dan verukosa

pada kulit (elephantiasis).

Hubungan antara adanya mikrofilaria di dalarn darah dan elephantiasis

sangat kecil, karena nukmfilaria menghllang setelah caving mati. Bila saluran

limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria, sedangkan

Episode berulang adenolimfangitis pada saluran limfe testis yang

mengakibatkan pecahnya lunika vaginalis akan terjadi hidrokel atau

kolakel, dan bila yang pecah saluran limfe peritoneum terjadi asites kilus.

Gambaran yang sering tampak adalah hidrokel (40-50% kasus) dan

limfangitis alat kelamin. Pemeriksaan transiluminasi biasanya positif.

Cairan hidrokel ini biasanya jernih namun pada beberapa kasus bisa

keruh, juga dapat menyebabkan hidrokel. Limfangitis dan elephantiasis

ini dapat diperberat dengan infeksi sekunder oleh Streptococcus untuk

kepentingan klinik.

Diagnosis

Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan parasit dan

hal ini cukup sulit. Cacing dewasa yang hidup di pembuluh getah bening

atau kelenjar getah bening sulit dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan

pemeriksaan parasit. Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah, cairan

hidrokel, atau kadang-kadang cairan tubuh lainnya. Cairan-cairan tersebut

dapat diperiksa secara mikroskopik. Banyak individu terinfeksi yang

tidak mengandung mikrofilaria dalam darahnya sehingga diagnosis pasti

sulit dilegakkan.

pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositosis dengan eosinofilia


sampai 10-30%. Di sebagian besar belahan dunia, mikrofilaria aktif pada

malam hari terutama dari jam 10 malam sampai jam 2 pagi. Namun di

beberapa daerah Asia dan Pasifik seperTi timbulnya subperiodik, yaitu

timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa kali sehan. Pada

kasus dengan periodisitas subperiodik diurnal (Infeksi Bancrofti di daerah

Pasifik Selatan, Kepulauan Andaman, dan pulau Nikobar) puncaknya

pada pagi hari dan sore hari. Sehingga pengambilan spesimen darah untuk

pemeriksaan mikrofilaria harus sesuai dengan puncaknya mikrofilaria

aktif didalam darah. Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan

darah tebal atau tipis pada yang dipulas dengan pewamaan Giemsa atau

Wright.

Spesimen darah yang diambil lebih baik diambil dari darah kapiler

dibanding dengan darah vena. Terdapat beberapa bukti yang menyebutkan

bahwa konsentrasi mikmfilaria di darah kapiler lebih tinggi dibandingkan

dengan darah vena. Volume darah yang digunakan untuk pulasan sekitar

dan jumlah mikrofilaria yang terdapat sekitar 20mf/ml atau lebih

merupakan petunjuk adanya mikrofilaria dalam darah.

Akhir-akhir ini penggunaan mikroskopik untuk mendetekS1

mikrofilaria sudah mulai tergantikan oleh penggunaan membran filtrasi

yang dikemukakan oleh Bell tahun 1967. Keuntungan dari alat ini bahwa

sampel dapat disimpan dalam waktu yang lama. Selain itu karena

menggunakan formalin maka dapat memfiksasi mikrofilaria dalam darah

dan membuang organisme yang Ildak diinginkan sepelti HIV, Hepatitis B

dan Hepatitis C. Pada episode akut, filariasis llmfatlk harus dibedakan

dengan trombotlebitis, infeksi, dan trauma. Limfangitis retrograd


merupakan gambaran khas yang membantu membedakan dari limfangitis

bakterial yang bersifat asendens.

Pemeriksaan terhadap antigen W. bancrofti yang bersirkulasi dapat

membantu penegakkan diagnosis. Dua tes yang tersedia yakni ELISA

dan ICT. Sensitivitas keduanya berkisar anlara 96-100% dan spesifik

mendekati 100%. Tekniknya dengan menggunakan antibodi monoklonal.

Terdapat 2 jenis antibodi yang digunakan yaitu AD 12 dan Og4C3. Di

Australia menunjukkan bahwa penggunaan antibodi Og4C3

sensitifitasnya 100% pada pasien dengan jumlah mikrofiiaria yang tinggi

namun sensitifitasnya menurun menjadi 72-75% pada pasien dengan

jumlah mikrofilaria yang rendah. Spesifitasnya juga tinggi yaitu 99-100%.

Penggunaan AD 12 juga memiliki sensitifitas dan spesifiras yang tinggi

yaitu 96-100% untuk sensitifitasnya dan 100% untuk spesifitasnya.

Sayangnya, untuk pemeriksaan antigen Brugia Saat ini belum tersedia.

Pemeriksaan serologi antibodi juga telah digunakan untuk mendeteksi

W. bancrofti. Kesulitan yang sering timbul spesifitasnya yang rendah.

Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi silang dengan parasit yang lain.

Selain itu hasil ini juga tidak dapat membedakan antara infeksi sekarang

dan infeksi lampau. Saat Ini telah dikembangkan pemeriksaan serologi yang spesifik untuk W.
bancrofti yaitu menggunakan antibodi subklas

lgG4. Namun sensitifitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan

pemeriksaan secara parasitologi lain yaitu sekitar 90-95%.

Pencitraan limfoskintigrafi dengan radionuklir pada ekstremitas

menunjukkan abnormalitas sistem limfatik, haik pada mereka yang

asimtomatik mikrofilaremik dan mereka dengan manifestasi klinis.

Kegunaan dari limfoskintigrafi ini adalah : l) Peragaan alur aliran limfe;


2). Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan absorpsi, dari tempat injeksi,

mengukur waktu akumulasi tracer di daerah kelenjar limfe; 3). Peragaan

kelenjar limfe; 4). Peragaan pusat inflamasi dengan jaringan lunak dan

kelenjar yang baru terbentuk pada proses inflamasi menahun:

5). Menemukan kerusakan trauma saluran limfe; 6). Membedakan edema

tungkai limfe, trauma mekanik tungkai bawah; 7). Mengikuti proses

perubahan obliterasi limfe.

Pada kasus filariasis limfatik, pemeriksaan USG Dopler skrotum

pada pria dan payudara pada wanita memperlihatkan adanya cacing

dewasa yang bergerak aktif di dalam pembuluh getah bening yang

mengalami dilatasi. Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda

spermatika hampir pada pria. Cacing dewasa hidup memberikan

gambaran khas di dalam pembuluh darah, dikenal denganfi/aria dance

sign. Pemeriksaan PCR untuk mendeleksi DNA W. bancrofti sudah mulai

dikembangkan. Beberapa studi menyebutkan bahwa metode ini hampir

sama bahkan lebih tinggi sensitivitasnya dihanding metode parasitologik.

Pengobatan

Perawatan Umum

Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah yang dingin akan

mengurangi derajat serangan akut.

Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses.

• Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.

Pengobatan Spesifik

Pengobatan infeksi. Fokus pengobatan yang terbukti efektif adalah

pengobatan di komunitas. Hal ini dilakukan melalui penurunan angka


mikrofilaremia dengan pemberian dosis satu kah per tahun. Pengobatan

perorangan ditujukan untuk menghancurkan parasit dan mengeliminasi,

mengurangi, alau mencegah kesakitan. Hingga Saat ini, Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan Dietilcarbamazine (DEC) sebagai

satu-satunya Obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Pengobatan

dilakukan dengan pemberian DEC 6 mg/kgBB/hari selama 12 hari.

Pengobatan ini dapat diuiang I hingga 6 bulan kemudian bila perlu, atau

DEC selama 2 hari per bulan (6-8 mg/kgBB/hari).

Obat lain yang dapat digunakan adalah Ivermektin. Meski Ivermektin

sangat efektif menurunkan kadar mikrofilaremia, tampaknya tidak dapat

membunuh cacing dewasa (non-makrofilarisvdal), sehingga terapi tersebut

tidak dapat diharapkan menyembuhkan infeksi secara menyeluruh.

Albendazol bersifat makrofilarisidal untuk W. bancrofti dengan pemberian

setiap hari selama 2-3 minggu. Namun, dari penelitian dikatakan Obat ini

masih belum optimal. Jadi untuk mengobati individu, DEC masih

digunakan.

Efek samping DEC dibagi dalam 2 jenis. Yang pertama hersifat

farmakologis, tergantung dosisnya, angka kejadian sama haik pada yang

terinfeksi filanasis maupun tidak. Yang kedua adalah respons dari hospes

yang terinfeksi terhadap kernatian parasit; sifatnya tidak tergantung pada

dosis obatnya (api pada jumlah parasit dalam tubuh hospes.

Ada 2 jenis reaksi : l). Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam,

benapa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, sendi-sendi, pusing,

anoreksia, lemah, hematuria transien, reaksi alergi, muntah, dan serangan

asma. Reaksi ini terjadi karena kematian filaria dengan cepat dapat
nginduksi banyak antigen sehingga merangsang sistem imun dan dengan

demikian menginduksi berbagai reaksi Reaksi ini tetjadi beberapa jam

setelah pemberian DEC dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari. Demam

dan reaksi sisternik j arang terjadi dan tidak terlalu hebat pada dosis kedua

dan seterusnya. Reaksi ini akan hilang dengan sendirinya; 2). Reaksi

lokal dengan atau tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi,

transien limfedema, hidrokel, funikulitis, dan epididimitis. Reaksi ini

cenderung lerjadi kemudian dan berlangsung lebih lama sampai beberapa

bulan, tetapi akan menghilang dengan spontan.

Reaksi lokal cenderung tenadi pada pasien dengan riwayal

olimfangitis•, berhubungan dengan keberadaan cacing dewasa atau larva

stadium IV dalam tubuh hospes. Efek samplng pada pemberian ivermektin,

patogenesisnya sama dengan pada pemberian DEC, hanya lebih ringan

penderita filaliasis malayi dibandingkan filariasis bankrofti.

Pengobatan penyakit.

Hidrokel besar yang tidak mengalami regresi

spontan sesudah terapi adekuat harus dioperasi dengan tujuan drainase

cairan dan pembebasan tunika v agmalis yang terjebak untuk melancarkan

aliran limfe. Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan

aspirasi dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena

selain angka kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan

penyulit berupa infeksi.

Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:

 Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah.

 Indikasi kosmetik.
 Hidmkel pennagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien

 dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Pada ekstremitas yang

 terkena, dilakukan:

 pencucian dengan sabun dan air dua kali per hari

 menaikkan tungkai yang terkena pada malam hari

 ekstremitas digerakkan teratur untuk melancarkan aliran

 menjaga kebersihan kuku

 memakai alas kaki

 mengobati Iuka kecil dengan krim antiseptik atau antibiotik

Hal-hal di atas dapat menurunkan angka kekambuhan elefantiasis

ekstremitas dan skrotum. H.L Pincei dari Argentina mengusulkan suatu

bentuk penanganan limfedema yang multidisipliner dengan tujuan untuk

memperbaiki kualitas hidup pasien sebagai manusia seutuhnya.

Tergantung dari berat atau ringannya gambaran klinik pasien dapat dirawat

jalan atau rawat inap untuk menentukan diet yang seimbang dan terarah.

Bantuan psikoterapi diperlukan untuk memberikan pengertian dan

menerima keadaan penyakit dan kelainan fisik yang dirasakan pasien.

Kemudian disusul dengan pemeriksaan dermatologik serta kemungkinan

infeksi, fisioterapi ditetapkan berdasarkan teknik kompresi untuk drai nase

limfe pada kedua tungkai, yang mungkin perlu dipertahankan selama

bertahun-tahun.

Terapi bedah dipertimbangkan apabila terapi non bedah tidak

memberikan hasil yang memuaskan. Hampir semua usaha untuk membuat

saluran limfe baru mencapai keberhasilan yang terbatas. Beberapa terapi

bedah yang dapat dilakukan antara lain : I ). Limfangioplasti; 2). Prosedur


jembatan limfe: 3). Transposisi flap omentum; 4). Eksisi radikal dan

graft kulit; 5). Anastomosis pembuluh limfe tepi ke dalam•, 6). Bedah

mikrolimfatik.

Untuk kiluria, diberikan terapi nutrisi rendah lemak, tinggi protein,

dengan asupan cairan tinggi dan dapat diberikan suplemen tambahan

dengan trigliserida rantai sedang (medium-chain triglycerides).

Pencegahan

Pencegahan masal. Kontrol penyakit pada populasi adalah melalui

kontrol vektor (nyamuk). Namun hal ini terbukti tidak efektif mengingat

panjangnya masa hidup parasit (4-8 tahun). Baru-baru ini, khususnya

dengan dikenalnya pengobatan dosis tunggal, sekali pertahun, 2 regimen

Obat (Albendazol 400 mg dan Ivermectin 200 mg/kgBB cukup efektif.

Hal ini merupakan pendekatan alternatif dalam menurunkan jumlah

mikrofilaria dalam populasi.

Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis) pemberian

DEC dosis standar tidak dianjurkan lagi mengingat efek sampingnya.

Untuk itu, DEC diberikan dengan dosis lebih rendah (6 mg,'kgBB), dengan

jangka waktu pemberian yang lebih lama untuk mencapai dosis total

yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC selama 9-12

bulan. Atau pemberian Obat dilakukan seminggu sekali, atau dosis tunggal

setiap 6 bulan atau I tahun.

Pencegahan Individu

Kontak dengan nyamuk terinfeksi dapat dikurangi melalui penggunaan

Obat oles anti nyamuk, kelambu, atau insektisida.


Strategi WHO untuk Membasmi Filariasis Limfatik

Strategi Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis memiliki

2 komponen : l). Menghentikan penyebaran infeksi (contoh: interupsi

transmisi). Untuk interupsi transmisi, daerah endemik filaria harus

diketahui, kemudian program pengobatan masal diterapkan untuk

mengobati populasi berislko. Di banyak negara, program dilakukan dengan

pemberian dosis tunggal 2 Obat bersamaan I kali per tahun. Obat yang

diberikan adalah Albendazole dan DEC atau Ivermektin. Dosis ini harus

diberikan selama 4-6 tahun. Alternatif lain adalah penggunaan garam

terfortifikasi dengan DEC selama I tahun•, 2). Meringankan beban penderia

(contoh: kontrol morbiditas). Untuk mengurangi beban akibat penyakit

diperlukan edukasi untuk meningkatkan kewaspadaan pada pasien yang

mengalami infeksi. Dengan edukasi ini diharapkan pasien akan

meningkatkan higiene lokal sehingga mencegah episode inflamasi akut.

Prognosis

Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutarna bila pasien

pindah dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik tersebut dapat

dilakukan dengan pemberian Obat, serta pemberantasan vekTornya. pada

kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai, prognosis lebih buruk.

FILARIASIS MALAYI

Penyebab adalah filariasis Brugia mulayi.

Lingkungan Hidup

Manusia merupakan hospes definitif. periodisitas mikrofilaria B. malayi

adalah periodik nokturna, subperiodik nokturna, atau nonperiodik.

Periodisitas mikrofilaria yang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak


senyata periodisitas W.bancrofti. Sebagai hospes perantara adalah

Mansonia, Anopheles, dan Amigeres. Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria

tumbuh menjadi larva infeksitf dalam waktu 6-12 hari. Ada peneliti yang

menyebutkan bahwa masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang

lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh

manusia dan nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan

perkembangan W. bancrofti.

Epidemiologi

Penyebaran geografis parasit ini luas meliputi Srilangka, Indonesia. Filipina.

India Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan sebagian kecil di Jepang. Daerah

penyebarannya terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup

nyamuk Mansonia. Nyamuk terdapat di daerah rendah dengan banyak

kolam yang bertanaman pistia (suatu tumbuhan air). Penyakit ini terdapat

di luar kota bila vektornya adalah Mansonia, dan bila vektornya adalah

Anopheles terdapat di daerah kota dan sekitamya.

Patogenesis dan Gejala Klinis

Parasit seperti W. bancrofli akan menimbulkan limfangitis dan

elephantiasis. B. malayi berbeda dengan W bancrofti dalam hal pasien

dengan gejala filariasis yaitu mempunyai jumlah mikrofilaria yang lebih

tinggi dibanding pasien yang tidak mempunyai gejala. Di Malaysia dengan

perbandingan sampai 5 kali. Filariasis malayi khas dengan adanya

limfadenopati superfisial dan dengan eosinofilia yang tinggi (7-70%).

Gejala klinis filariasis malayi sama dengan gejala klinis filaliasis timori.

Gejala klinis kedua penyakit tersebut berbeda dengan gejala klinis

filariasis bankrofti. Stadium akut ditandai dengan serangan demarn dan


gejala peradangan saluran dan kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang

kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di satu Sisi

dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang

atau sawah. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar limfe ini menjalar

ke bawah, mengenai saluran limfe dan menimbulkan limfangitis retrograd,

yang bersifat khas untuk filariasis.

Peradangan pada saluran limfe ini dapat menjalar ke daerah sekitarnya

dan menimbulkan infiltrasi pada seluruh Paha atas. Pada stadium ini

tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.

Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal
Paha ini, bila sembuh meninggalkan

bekas sebagai jaringan parut dan tanda ini merupakan salah satu gejala

obyektif filariasis limfatik. Selain itu pembesaran kelenjar limfe ini dapat

juga dilihat sebagai tali yang memanjang yang merupakan salah satu tanda

lain yang penting untuk filariasis malayi.

Hal lain yang penting dari filafiasis malayi ini adalah sistern limfe alal

kelamin tidak pernah terkena, berbeda dengan filariasis bankrofti. Kecuali

kelenjar linlfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial tungkai, di

ketiak, dan di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis

brugia, elefantiasis hanya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau

kadang-kadang lengan bawah di bawah siku. Alat kelamin dan payudara

tidak pernah terkena. kecuali di daerah filariasis brugia yang bersamaan

dengan filariasis bankrofti.

Diagnosis

Diagnosis pada filariasis malayi sama seperti diagnosis pada W bancrofti.

Namun pada filarialis malayi, pemeriksaan imunologis tidak dapat


dilakukan untuk mendeteksi adanya mikrofilaria. Selain itu pemeriksaan

radiologis juga jarang dilakukan pada filariasis malayi.

Pengobatan

Prinsip pengobatan pada filariasis malayi hampir sama dengan pengobatan

pada W'. bancmfii. Pada filariasis malayi diberikan DEC dengan dosis 6

mg/KgBWhari selama 6 hari. Ada kepustakaan lain yang menyebutkan

bahwa DEC diberikan dengan dosis 5 mg/KgBB/hari seiama 10 hari.

Untuk pengobatan masal, pemberian dosis standar dan dosis tunggal

tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka

panjang ( 100 mg/mmggu selama 40 minggu) atau garam DEC

selama 9-12 bulan. Pencegahan terhadap vektor ini dengan cara

memberantas vektor nyamuk tersebut dan menyingkirkan tanaman Pistia

stratiotes dengan Fenoxoilen 30 gram merupakan Obat murah dan

memuaskan terhadap tumbuhan air ini.


FILARIASIS TIMORI

Penyebab adalah filaria tipe timori.

Epidemiologi

Filaria tipe ini terdapat di Timor, pulau Rote, Flores, dan beberapa pulau

di sekitarnya. Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe-

Vektornya adalah Anopheles barbirostis. Mikrofilarianya menyerupai

mikrofilaria Brugiu malayi, yaitu lek-uk badannya patah-patah dan susunan

intinya tidak teratur, perbedaannya lerletak dalam : l). Panjang kepala

sama dengan 3 x lebar kepala; 2). Ekornya mempunyai 2 inti tambahan,

yang ukurannya lebih kecil daripada inti-inti lawnnya dan letaknya lebih

berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan B. malayi;

3). Sarungnya tidak mengambil warna pulasan Giemsa; 4). Ukurannya


lebih panjang daripada mikrofilaria Brugia malayi. Mikrofilaria bersifat

periodik nokturnal.

Gejala klinis, Diagnosis dan Pengobatan

Gejala klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis timori menyerupai

B. malayi.

Anda mungkin juga menyukai