Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana mempersiapkan masyarakat siap menghadapi new normal ?

Menurut
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sunyoto Usman, pemerintah
masih perlu membenahi sejumlah persoalan sebelum mempersiapkan masyarakat
menerima new normal dengan baik. Sunyoto menduga, ada persoalan yang terjadi di
tiga level yakni pada level kebijakan, koordinasi antar lembaga dan level
operasionalnya. "Seharusnya pemerintah memberi penjelasan apa konsep new normal
dan seperti apa kebijakannya. New normal seharusnya dikonsepsikan sebagai kondisi
baru yang lebih baik, by plan ( direncanakan berbasis kebijakan dan adaptasi tertentu
), memberi perlindungan kesehatan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi.
Pertanyaannya, apa memang sudah aman dengan pelonggaran tersebut ?" kata
Sunyoto, saat dihubungi Kompas. com, Selasa ( 2 / 6 / 2020 ). Menurut dia, dalam
mempersiapkan masyarakat memasuki fase new normal tidak bisa disamakan seluruh
daerah. Ada daerah yang sudah bisa menerapkan new normal, tetapi masih banyak
juga daerah yang ancaman virus coronanya belum reda. "Efektivitas RT/RW juga
tergantung karakteristik lingkungannya. Banyak lingkungan yang warganya tidak akrab.
Bahkan di beberapa perumahan urban tidak saling kenal. Beda dengan daerah sub-
urban atau desa," kata Sunyoto. Baca juga: PBNU Keluarkan Protokol Ibadah di Masjid
Saat New Normal Umat Muslim menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Al - Barkah,
Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (29 / 5 / 2020 ). Kota Bekasi menjajaki hidup normal
baru atau new normal dengan mengizinkan warganya kembali menggelar shalat Jumat
di masjid di 50 kelurahan zona hijau atau bebas Covid – 19 pada Jumat (29 / 5 / 2020
). Shalat Jumat digelar dengan protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti
terbatas oleh warga yang bermukim di sekitar masjid. Lihat Foto Umat Muslim
menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (
29 / 5 / 2020 ). Kota Bekasi menjajaki hidup normal baru atau new normal dengan
mengizinkan warganya kembali menggelar shalat Jumat di masjid di 50 kelurahan
zona hijau atau bebas Covid-19 pada Jumat (29/5/2020). Shalat Jumat digelar dengan
protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti terbatas oleh warga yang
bermukim di sekitar masjid. ( KOMPAS. Com / GARRY LOTULUNG ) Gugus Tugas daerah
bisa lebih efektif Menurut Sunyoto, terkait efektivitas metode persiapan new normal
yang diterapkan, kemungkinan besar bergantung pada Gugus Tugas Penanganan Covid-
19 di masing - masing daerah. Alasannya, mereka yang paling mengetahui karakteristik
masyarakat di daerahnya. Selain itu, menurut dia, pemasangan baliho dan selebaran
yang memuat informasi soal bahaya Covid – 19 kurang efektif untuk mengedukasi
masyarakat. Sementara, kampanye melalui media sosial hanya bisa dijangkau oleh
mereka yang memiliki akses internet memadai. Oleh karena itu, ia menyarankan agar
masyarakat diberi dan saling memberi contoh nyata melalui perilaku yang bisa
diteladani. Perilaku ini, misalnya, dengan memasang tempat cuci tangan yang
dilengkapi sabun di depan rumah. Bisa pula dengan memperketat pengawasan dan
pengamanan di tempat - tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan orang,
seperti mal, pasar, dan terminal. "Pejabat juga jangan bicara dan mengeluarkan
pernyataan yang melahirkan tafsir kondisi aman. Misal, jumlah kasus positif
menurun. Itu menurun dari angka berapa ke angka berapa ? Misal lagi, pernyataan
pejabat 'Kita belum perlu PSBB'' Pernyataan semacam itu bagi masyarakat awam bisa
ditafsirkan kondisi sudah aman, " kata Sunyoto.
Artikel ini telah tayang di Kompas .com dengan judul "Mempersiapkan Masyarakat
Menghadapi New Normal, Apa yang Harus Dilakukan? ",
https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/02/194400365/mempersiapkan-masyarakat-
menghadapi-new-normal-apa-yang-harus-dilakukan-?page=all.
Penulis : Jawahir Gustav Rizal
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary

Anda mungkin juga menyukai