Anda di halaman 1dari 5

Zakat Perhiasan Wanita

Oleh: Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf


Sudah merupakan kodrat seorang wanita menyenangi perhiasan, baik yang terbuat dari emas
perak maupun lainnya. Oleh Karena itulah syariat islam menghalalkan berbagai macam
perhiasan itu bagi mereka dan mengharamkan sebagiannya seperti emas dan pakaian sutra
bagi kaum laki-laki, sebagaimana sabda Rosululloh :
َ ُ ُ ُ ُ َ َ َ َّ َ
‫ور أ َّم ِتي َوأ ِح َّل إِل ِ ن ِاث ِه ْم‬ َ ْ ُ َ َ ّ ُ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ ّ َ ْ َ ‫َ ْ َ ُ َ أْل‬
ِ ‫عن أ ِبي موسى ا شع ِر ِي أن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم قال ح ِرم ِلباس الح ِر ِير والذه ِب على ذك‬

Dari Abu Musa al Asy’ari bahwasannya Rosululloh bersabda : “Diharamkan pakiaian sutra
dan emas bagi kaum laki-laki dari ummatku dan halal bagi wanita mereka.”
(HR. Abu Dawud : 4057, Tirmidzi : 1720, Nasai 8/160  dan Ibnu Majah : 3595 dengan sanad
shohih)
Namun, karena berbagai macam perhiasan ini adalah sebuah barang mahal dan berharga,
apakah wajib dikeluarkan zakatnya ataukah tidak ? dan kalau memang wajib bagaimana cara
mengeluarkannya ?
Inilah yang insya Alloh akan kita bahas pada edisi kali ini. Semoga Alloh menjadikannya
bermanfaat. Wallohul Muwaffiq
Perhiasan yang terbuat dari emas dan perak.
Sudah maklum bersama bahwasannya orang yang memiliki emas dan perak wajib
mengeluarkan zakatnya kalau sudah mencapai satu nishob dan sudah dimiliki selama satu
tahun. Berdasarkan hadits :
َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ّ َّ ْ َ ُ ْ َ ُ َّ َ َ ّ َ ْ َ
‫س َعل ْي َك ش ْي ٌء‬ ‫عن ع ِل ٍي ر ِضي الله عنه عن الن ِب ِي صلى الله علي ِه قال ِإذا كانت لك ِمائتا ِدره ٍم وحال عليها الحول ف ِفيها خمسة در ِاهم ولي‬
َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ً َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ً َ َ ُ ْ َ َ َ ُ َ َّ َ َ َّ
‫َي ْع ِني ِفي الذه ِب حتى يكون لك ِعشرون ِدينارا ف ِإذا كان لك ِعشرون ِدينارا وحال عليها الحول ف ِفيها ِنصف ِدين ٍار‬

Dari Ali bin Abi Tholib  dari Rosululloh bersabda : “Jika engkau memiliki 200 dirham  dan
sudah lewat satu tahun , maka wajib mengeluarkan zakat lima dirham. Dan engkau tidak
wajib mengeluarkan apapun  sehingga engkau memiliki dua puluh dinar, namun jika engkau
memiliki dua puluh dinar dan sudah lewat satu tahun, maka wajib mengeluarkan setengah
dinar.”
(HR. Abu Dawud : 1558, Tirmidzi : 616, Nasa’i 5/37, Ibnu Majah : 1790 dengan sanad
shohih sebagaimana dinyatakan oleh Imam Bukhori, al Hafidz Ibnu Hajar dan al Albani)
Hal ini adalah sesuatu yang disepakati oleh para ulama’, namun mereka berselisih tentang
masalah perhiasan wanita, apakah masuk dalam hukum ini ataukah tidak.
Namun sebelum beranjak lebih lanjut, harus diketahui bahwa perhiasan itu ada tiga macam :
Ada yang dipakai
Ada yang disimpan
Ada yang dijadikan sebagai barang perdagangan
Untuk perhiasan emas dan perak yang di simpan, maka ini wajib di keluarkan zakatnya,
sedangkan yang dijadikan barang perdagangan, maka hukumnya kembali pada zakat
perdagangan.
Adapun yang dipakai oleh seorang wanita, maka inilah yang terdapat khilaf dikalangan para
ulama’ menjadi empat pendapat, yaitu :
1. Tidak wajib dikeluarkan zakatnya,  ini adalah madzhab jumhur ulama’, serta
merupakan madzhab dari Ibnu Umar, Jabir bin Abdillah, Aisyah dan Asma’ binti Abu
Bakr.
2. Wajib di keluarkan zakatnya, dan ini adalah madzhab Hanafiyyah, salah satu riwayat
dari Imam Ahmad, Ibnu Hazm serta merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Umar bin
Khothob, Abdulloh bin Amr bin Ash dan salah satu riwayat dari Aisyah. Dan
madzhab inilah yang dikuatkan oleh Syaikh Ibnu Baz, AL Albani dan Syaikh Ibnu al
Utsaimin.
3. Wajib di zakati sekali saja untuk selamanya
4. Zakat perhiasan adalah dengan meminjamkannya kepada orang lain
Dari keempat madzhab ini yang dikuatkan oleh dalil adalah dua pendapat yang pertama,
adapun dua pendapat yang terakhir, maka tidak ditemukan dalil yang mendukungnya,
sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Syaikh Mushthofa Al Adawi dalam Jami’ Ahkamin
Nisa’ meskipun didapatkan beberapa atsar tentang hal tersebut dari sebagian  salaf.
Oleh karena itu pembahasan ini saya pusatkan pada dua pendapat pertama saja.
I. PENDAPAT ZAKAT PERHIASAN TIDAK WAJIB
Adapun para ulama yang berpendapat tidak wajibnya zakat perhiasan yang dipakai, mereka
berdalil dengan beberapa hal berkut :
1. Hadits :
‫ليس في الحلي زكاة‬

“Tidak ada zakat pada perhiasan.”


Namun hadits ini bathil sebagaimana dikatakan oleh Imam Baihaqi dan lainnya, yang shohih
bahwa lafadz ini ucapannya Jabir bin Abdillah (Lihat Irwa’ul Gholil oleh Syaikh al Albani :
817)
2. Beberapa atsar dari salaf :

 Dari Nafi’ berkata bahwasannya Abdulloh ibnu Umar memakaikan perhiasan emas
kepada anak-anak wanita dan budak wanitanya  dan beliau tidak mengeluarkan
zakatnya.” (HR. Malik : 585, Baihaqi 4/138 dengan sanad shohih sampai pada beliau)
 Ibnu Umar juga pernah berkata : “Tidak ada zakat pada perhiasan.” (HR. Abdur
Rozzaq 4/72, Ibnu Abi Syaibah 3/154, Daruquthni 2/109 dengan sanad shohih)
 Jabir bin Abdillah pernah di tanya tentang masalah perhiasan : “Apakah ada
zakatnya ?.” beliau menjawab : “Tidak ada” dia bertanya lagi : Meskpun sebanyak
seribu dinar ? Jabir menjawab : Meskipun banyak.” (HR. Abdur Rozzaq 4/82,
Baihaqi 4/138 dengan sanad shohih)
 Dari Aisyah bahwasannya beliau mengurusi beberapa keponakannya yang yatim,
mereka memiliki perhiasan, namun beliau tidak mengeluarkan zakatnya.” (HR. Malik
: 584, Abdur Rozzaq 4/138 dengan sanad shohih)
 Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwasannya beliau tidak mengeluarkan zakat
perhiasan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah 3/155d dengan sanad shohih)
3. Dalil qiyasi
Mereka mengatakan bahwasannya zakat itu cuma wajib pada harta yang bisa berkembang,
sedangkan perhiasan wanita itu tidak bisa berkembang, maka berarti mirip dengan baju yang
di pakai yang tidak wajib dikeluarkan zakatnya meskipun baju tersebut mahal. Hal ini
berbeda kalau emas tersebut memang untuk di simpan, atau di perdagangkan, karena itu
merupakan harta yang berkembang.
.
B. PENDAPAT ZAKAT PERHIASAN WAJIB
Adapun para ulama’ yang mengatakan wajibnya zakat perhiasan, mereka berdalil dengan
beberapa dalil berikut :
1. Dalil keumuman wajibnya zakat emas dan perak
sebagaimana firman Alloh :
ْ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ ّ َ َ َّ َ َ ُ ْ ُ ‫َ َّ َ َ ْ ُ َ َّ َ َ َ ْ َّ َ َ اَل‬
‫) َي ْو َم ُي ْح َمى َعل ْي َها ِفي ن ِار َج َه َّن َم ف ُتك َوى ِب َها ِج َب ُاه ُه ْم‬34( ‫اب أ ِل ٍيم‬ َ
ٍ ‫ ِفي س ِب ِيل الل ِه فب ِشرهم ِبعذ‬a‫وال ِذين يك ِنزون الذهب وال ِفضة و ين ِفقونها‬
َْ ُ ُ ُ َ ُ َْ ُ َ َ َ ُ ‫وب ُه ْم َو ُظ ُه‬
‫ور ُه ْم َهذا َما كن ْزت ْم أِل ن ُف ِسك ْم فذوقوا َما ك ْن ُت ْم تك ِن ُزون‬ ُ ‫َو ُج ُن‬

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan
Alloh, maka beritahukanlah kepaa mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.
Pada hari di panaskan emas perak itu dalam neraka jahannam , lalu di bakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka : Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa
yang kamu simpan itu.”
(QS. At Taubah : 34, 35)
yang dimaksud dengan kanzun adalah harta benda yang tidak dikeluarkan zakatnya. Berkata
Ibnu Umar : “Harta benda yang sudah dikeluarkan zakatnya bukan termasuk kanzun
meskipun berada di adasar bumi, sedangkan harta yang nampak namun tidak dikeluarkan
zaatnya maka itulah kanzun.” (HR. Abdur Rozzaq 4/107 dengan sanad shohih)
ْ َ َ َ َُ َ َ ‫ص ّف َح ْت َل ُه‬
ُ َ َ ْ ْ َ َ َ َ ‫َّ اَل ُ َ ّ ْ َ َّ اَّل‬ ‫َ َ َ اَل‬
‫ص َفا ِئ ُح ِم ْن ن ٍار فأ ْح ِم َي َعل ْي َها ِفي ن ِار َج َه َّن َم ف ُيك َوى‬ ِ ‫اح ِب ذه ٍب و ِفض ٍة يؤ ِدي ِمن َها حق َها ِإ ِإذا كان يو ُم ال ِقيام ِة‬
َ ْ َ
ِ ‫ما ِمن ص‬
َ
‫ِب َها َج ْن ُب ُه َو َج ِب ُين ُه َوظ ْه ُر ُه‬

Dari Abu Huroiroh bahwasannya Rosululloh bersabda : “Tidaklah orang yang memiliki emas
dan perak lalu tidak menunaikan kewajibannya, kecuali nanti pada hari kiamat akan di
jadikan lempengan dari api neraka lalu di panaskan dan di setrikakan kepada lambung, dahi
dan punggung mereka.”
(HR. Muslim : 987, Abu Dawud : 1642)
2. Beberapa dalil khusus tentang wajibnya zakat perhiasan :
َ َ َ َ ٌ َّ َ َّ َّ َ َّ َ ُ َ ْ َ َ ً َ َ ْ َّ َ ّ َ ْ َ َ ُ
‫صلى الله َعل ْي ِه َو َسل َم َو َم َع َها ْاب َنة ل َها َو ِفي َي ِد ْاب َن ِت َها َم َسك َت ِان غ ِليظ َت ِان‬ ‫َع ْن َع ْم ِرو ْب ِن ش َع ْي ٍب َع ْن أ ِب ِيه عن ج ِد ِه أن امرأة أتت رسول الل ِه‬
َ َ
ْ َ ََ َ َ َ َ ْ َْ َ ْ َّ َ َ َ
َ ‫ال َل َها أ ُت ْع ِط َين َز َك َاة َه َذا َق َال ْت اَل َق‬
َ ‫ِم ْن َذ َهب َف َق‬
‫ال فخل َع ْت ُه َما فأل َق ْت ُه َما ِإلى‬ ‫ال أ َي ُس ُّر ِك أ ْن ُي َس ّ ِو َر ِك الل ُه ِب ِه َما َي ْو َم ال ِق َي َام ِة ِسواري ِن ِمن ن ٍار ق‬ ٍ
‫ول ِه‬ ‫س‬ُ ‫الله َع َل ْيه َو َس َّل َم َو َق َال ْت ُه َما ل َّله َع َّز َو َج َّل َول َر‬
َّ َّ َ ّ َّ
‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫الن‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Dari Amr bin Syu’aib dari bapak dari kakeknya bahwasannya ada seorang wanita yang datang
kepada Rosululloh bersama anak wanitanya, yang ditangannya terdapat dua gelang besar
yang terbuat dari emas. Maka Rosululloh bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah
mengeluarkan zakat ini ?.” dia menjawab : “Belum.” Maka Rosululloh bersabda : “Apakah
engkau senang kalau nantinya Alloh akan menggelangkan kepadamu pada hari kiamat dengan
dua gelang dari api neraka.” Maka wanita itupun melepas keduanya dan memberikannya
kepada Rosululloh seraya berkata : “Keduanya untuk Alloh dan Rosul Nya.”
(HR. Abu Dawud : 1563, Nasa’i 5/38, Tirmidzi : 637, Ahmad 2/178 dengan sanad shohih)
َ َّ َّ َ َّ ُ ُ َ َّ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ َّ َّ َ ّ َّ َ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ ْ ْ َّ َ ْ َّ ْ َ ْ َ
‫صلى الله َعل ْي ِه‬ ‫ال َدخل َنا َعلى َعا ِئشة َز ْو ِج الن ِب ِي صلى الله علي ِه وسلم فقالت دخل علي رسول الل ِه‬ ‫عن عب ِد الل ِه ب ِن شد ِاد ب ِن اله ِاد أنه ق‬
َ‫ين َز َك َات ُه َّن ُق ْل ُت اَل َأ ْو ما‬
َ ‫ال َأ ُت َؤ ّد‬
َ َ َّ َ ُ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َّ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫ات ِم ْن َو ِر ٍق فقال ما هذا يا ع ِائشة فقلت صنعتهن أتزين لك يا رسول الل ِه ق‬
َ ََ َ َ َ َّ
ٍ ‫َو َسل َم ف َرأى ِفي َيد َّي فتخ‬
ِ
َّ ‫ال ُه َو َح ْس ُبك م َن‬
‫الن ِار‬ َ ‫الل ُه َق‬
َّ َ َ
‫شاء‬
ِ ِ

Dari Abdulloh bin Syadad bin Hadi berkata : Kami masuk menemui Aisyah Istrinya
Rosululloh, lalu beliau berkata : “Rosululloh masuk menemuiku lalu beliau melihat
ditanganku beberapa cincin dari perak, lalu beliau bertanya : “Apakah ini wahai Aisyah ?.”
maka saya jawab : “Saya memakainya demi berhias untukmu wahai Rosululloh.” Lalu beliau
bertanya lagi : “Apakah sudah engkau keluarkan zakatnya ?.” Belum, jawabku. Maka beliau
bersabda : “Cukuplah itu untuk memasukkanmu dalam api neraka.”
(HR. HR. Ahmad 6/461, Thobroni dalam Al Kabir 24/181 dengan sanad hasan)
َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َ َ ْ ٌ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ّ َّ َ َ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ
‫ال ل َنا أت ْع ِط َي ِان َزكات ُه قال ْت‬ ‫عن أسماء ِبن ِت ي ِزيد قالت دخلت أنا وخال ِتي على الن ِب ِي صلى الله علي ِه وسلم وعليها أس ِورة ِمن ذه ٍب فق‬
ُ‫الل ُه َأ ْسو َر ًة م ْن َنار َأ ّد َيا َز َك َاته‬
َّ َ ُ َ ّ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ ‫َ ُ ْ َ اَل‬
‫ان أن يس ِوركما‬aِ ‫فقلنا قال أما تخاف‬
ِ ٍ ِ ِ

Dari Asma’ binti Yazid berkata : “Saya masuk bersama bibiku menemui Rosululloh, dan saat
itu bibiku memakai beberapa gelang dari emas. Maka Rosululloh bertanya kepada kami :
“Apakah kalian sudah mengeluarkan zakat ini ?.” kami jawab : “Tidak.” Rosululloh
bersabda : “Tidakkah kalian takut kalau nantinya Alloh akan memakaikan kepada kalian
gelang dari apai neraka, keluarkanlah zakatnya.”
(HR. Ahmad 6/461, Thobroni dalam al Kabir 24/181 dengan sanad hasan)
3. Beberapa atsar dari salaf :

 Dari Ibnu Mas’ud bahwasannya ada seorang wanita yang bertanya kepada beliau
tentang zakat perhiasan, maka beliau menjawab : Apabila sudah mencapai dua ratus
dirham maka keluarkan zakatnya.” Wanita tadi bertanya lagi : Dirumahku ada
beberapa anak yatim, apakah saya boleh untuk memberikan zakatnya kepada
mereka ? Beliau menjawab : Boleh.” (HR. Abdur Rozaq 4/83, Thobroni 9/371 dengan
sanad shohih)
 Dari Abdullloh bin Amr bin Ash bahwasannya beliau memerintahkan kepada
bendaharanya untuk mengeluarkan zakat perhiasan anak-anak wanitanya setiap
tahun.” (HR. Daruquthni dengan sanad hasan)
 Dari Aisyah bahwasannya beliau berkata : “Tidak mengapa memakai perhiasan
apabila dikeluakan zakatnya.” (HR. Daruquthni 2/107, Baihaqi 4/139 dengan sanad
hasan)
 Selain atsar dari para sahabat tersebut, juga di temukan beberapa atsar dari para
tabi’in tentang wajibnya  zakat perhiasan. Diantaranya adalah : datang dari Sa’id bin
Musayyib, Sa’id bin Jubair, Ibrohim An Nakho’i, Atho’ bin Abi Robah, Zuhri,
Abdulloh bin Syadad, Sufyan Ats Tsauri dan lainnya (Lihat perinciannya pada Jami’
Ahkamin Nisa’ )
PENDAPAT YANG KUAT
Setelah pemaparan madzhab para ulama’ ini, maka yang nampak bagi kami insya Alloh
adalah madzhab kedua yang menyatakan wajibnya mengeluarkan zakat perhiasan apabila
telah mencapai satu nishob dan mencapai satu tahun, karena beberapa hal berikut :
Keumuman dalil yang mewajibkan zakat emas dan perak, sedangkan perhiasan juga terbuat
dari emas dan perak. Padahal sudah maklum dalam ilmu ushul Fiqh bahwa sebuah lafadz
umum harus di bawa pada keumuman sampai ada yang mengkhususkan. Lalu dalil apa yang
mengkhususkan perhiasan dari keumuman wajibnya zakat ? setahu kami tidak ada dalil yang
mengkhususkan, karena hadits yang di jadikan dalil madzhab pertama adalah sebuah hadts
yang lemah, sedangkan ucapan para sahabat tidak bisa untuk mengkhususkan al Qur’an dan
As Sunnah.
Adanya dalil khusus tentang wajibnya zakat perhiasan emas dan perak adalah sebuah dalil
yang tak terbantahkan.
Mengeluarkan zakat perhiasan emas dan perak itu sikap yang lebih hati-hati dalam
menjalankan perintah syar’i .
Adapun mengenai dalil yang digunakan oleh jumhur ulama’, maka bisa di katakan : bahwa
haditsnya lemah. Sedangkan atsar dari para sahabat tidak bsa dijadikan hujjah karena
bertentangan dengan Al Qur’an dan as sunnah juga bertentangan dengan ucapan sahabat
lainnya.
Wallohu a’lam
Perhiasan yang terbuat dari selain emas dan perak
Adapun perhiasan yang terbuat dari selain emas dan perak, seperti permata, zamrud atau
lainnya, maka tidak ada khilaf dikalangan para ulama’ bahwa itu tidak wajib dikeluarkan
zakatnya, kecuali kalau digunakan sebagai barang perdagangan maka wajib di zakati zakat
perdagangan.
(Lihat al Umm oleh Imam Syafi’i 2/36, Jami’ ahkamin nisa’ Syaijkh Mushthofa al Adawi 2/
143-165, Shohih fiqhis sunnah oleh Syaikh Abu Malik 2/26)
FAEDAH
1. Tidak wajib mengeluarkan zakat perhiasan kecuali sudah mencapai satu nishob.

 Nishob emas adalah 20 Dinar, dan setiap satu dinar adalah 4,25 (empat seperempat)


gram emas. Jadi 20 dinar sama dengan 85 gram emas.
 Ada sebuah pertanyaan yang sering muncul : Bagaimana mungkin seorang wanita
memakai perhiasan sebanyak itu ?
 Jawabnya : Yang dimaksud dengan nishob disini bukan berarti harus dipakai
semuanya, namun yang penting dia memiliki emas sebanyak itu. Misalkan : Dia
memiliki emas, yang dia pakai hanya 15 gram, sedangkan yang dia simpan  sebanyak
70 gram, maka berarti dia memiliki satu nishob.
 Sedangkan nishob perak adalah 200 dirham yang setara dengan 595 gram perak.
2. Tidak wajib zakat kecuali emas dan perak itu sudah dimilikinya selama satu tahun. Dan
yang dimaksud tahun adalah tahun hijriyah, bukan masehi, karena semua ketentuan syar’i
yang berhubungan dengan tanggal adalah dengan tanggal hijriyyah.
3. Perhiasan emas yang dipakai oleh kaum laki-laki hukumnya harom. Maka wajib
dikeluarkan zakatnya dengan kesepakatan para ulama’. Khilaf diatas hanya berlaku pada
perhiasan yang dipakai kaum wanita secara halal.
Wallohu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai