Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku bullying pada remaja di Indonesia semakin meningkat. Bullying
merupakan tindakan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan orang lain
merasa teraniaya, terintimidasi, ketakutan, dan korban tidak berdaya untuk mencegah
perilaku tersebut (Wolke & Lereya, 2015). KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun,
dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying
baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya
terus meningkat.). Kekerasan yang dilakukan siswa tercatat sebanyak 43,7% dengan
kategori tertinggi dalam psikologis berupa pengucilan.
Bullying adalah tindakan yang menunjukkan perilaku yang agresif dan
manipulative, yang dilakukan oleh satu orang atau lebih kepada orang lain, berupa
kekerasan dan menunjukkan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara korban dan
pelaku bullying (Novitasari, 2017). Pelaku bullying berawal dari korban bully yang
sering mendapat tindakan kekerasan, sehingga akan melakukan tindakan balas dendam ke
orang lain dengan media yang berbeda (Kusuma,2016)
Berdasarkan medianya bullying dibedakan menjadi dua, yakni traditional
bullying dan cyber bullying. Traditional bullying terjadi dengan kontak secara
langsung antara korban dan pelaku. Sedangkan, cyber bullying terjadi melalui
perantaraan media sosial dan korban dilecehkan atau dianiaya melalui media sosial
(Mordecki et. al., 2014).
Media sosial adalah website yang ditujukan untuk menjalin pertemanan &
pengenalan pada internet. Media sosial merupakan media online yg mendukung
hubungan sosial. Media sosial memakai teknologi berbasis web yg memperbarui
komunikasi sebagai obrolan interaktif. Perkembangan media umum berdampak dalam
berkomunikasi kita saat ini. Munculnya web 2.0 memungkinkan orang membentuk
interaksi sosial dan menyebarkan informasi (Nasrullah, 2015).
Informasi yang tersebar dimedia sosial, dapat dengan mudah dicari oleh orang
orang tanpa batasan ruang dan waktu. Informasi yang tersebar pun bisa berdampak positif
atau negatif terhadap pemilik media sosial. media sosial sangat mampu membentuk
sebuah opini, sikap, dan perilaku publik/masyarakat. Hal inilah yang dimanfaatkan
pelaku cyber bullying dalam menyerang korbannya. Anonimitas juga menjadi salah satu
faktor maraknya kasus cyberbullying.
Cyber bullying adalah bentuk perundungan & kekerasan menggunakan cara
mengejek,mengungkapkan istilah – istilah kasar, mengungkapkan kebohongan,
mengembangkan rumor atau melakukan ancaman atau berkomentar secara militan yg
dilakukan menggunakan mediator media cyber misalnya email, chat room, pesan instan,
website atau pesan singkat (SMS) (Hertz, 2011) . Penelitian Adiyanti (2014)
menunjukkan Indonesia merupakan urutan pertama (53%) cyber bullying, dimana cyber
bullying terjadi dalam komunitas pertemanan khususnya anak sekolah dan remaja.
Cyber bullying terjadi pada anak sekolah dan remaja yang aktif menggunakan
internet dan media sosial pada perangkat berupa smartphone maupun perangkat lainnya
disertai dengan koneksi internet di perangkat tersebut maupun di perangkat
komputer di rumah. (Agatston et. al., 2007). Cyber bullying itu sendiri adalah
kesalahan dari penggunaan teknologi informasi yang merugikan atau menyakiti dan
melecehkan orang lain dengan sengaja secara berulang-ulang. Cyber bullying dapat
terjadi pada kelompok yang saling mengenal dan kelompok orang yang tidak mengenal.
Cyber bullying dapat menyebabkan pelaku menggunakan identitas palsu yang
menyebabkan pelaku merasa bebas dari aturan-aturan sosial dan normatif yang ada.
Cyber bullying dapat terjadi di media sosial seperti Facebook, Myspace, dan Twitter (
Smith et. al., 2008).
Seiring berkembangnya teknologi, Banyak anak sekolah dan remaja yang
menggunakan media sosial, sehingga akan lebih rentan untuk menjadi korban bullying
atau pelaku bullying. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Eksplorasi Bullying di Media Sosial pada Remaja dan Anak Sekolah”.
B. Identifikasi Masalah
1. Fenomena bullying semakin meningkat
2. Maraknya kasus cyber bullying bagi renaja dan anak sekolah yang menggunakan
media sosial
3. Cyber bullying terjadi di dalam kelompok pertemanan
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti akan
menentukan fokus penelitian yaitu tentang eksplorasi bullying di media sosial pada
remaja dan anak sekolah
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan , maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
1. Bagaimanan bentuk cyber bullying pada remaja dan anak sekolah?
2. Apakah cyber bullying menggunakan anonimitas atau akun asli?
3. Perilaku apa yang ditunjukkan pelaku, korban dan penonton cyber bullying?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk cyber bullying pada remaja dan anak sekolah
2. Untuk mengetahui cyber bullying menggunakan anonimitas atau akun asli
3. Untuk mengetahui perilaku yang ditunjukkan pelaku, korban dan penonton cyber
bullying
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dan wawasan dalam
kegiatan ilmiah. Pengnembangan keilmuan ini dengan meneliti cyber bullying pada
remaja dan anak sekolah
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua
Memberikan informassi kepada orang tua mengenai perilaku atau bentuk
cyber bullying yang terjadi di media sosial, agar orang tua dapat menganalisis
berbagai kemungkinan solusi untuk mengatasi perilaku yang menyimpang akibat
cyber bullying
b. Bagi Mahasiswa
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang permasalahan yang
terjadi pada remaja dan anak sekolah, terutama terkait dengan berbagai macam
perilaku, bentuk dan cara cyber bullying

Anda mungkin juga menyukai