KOMPONEN KURIKULUM
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Dra. Wilda Syahri, M.Pd
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Pengembangan Kurikulum
Sekolah Menengah tentang “KOMPONEN KURIKULUM” dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
syarat untuk menyelesaikan tugas makalah pengembangan kurikulum sekolah
menengah agar dapat mengikuti mata kuliah selanjutnya yang ada di pendidikan
kimia Universitas Jambi. Selain itu pembuatan makalah ini adalah sebagai bukti hasil
dari metode belajar selama kuliah. Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Makalah ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil yang telah di
cari.Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan
makalah ini.Maka saran-saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan
refleksi untuk peningkatan mutu dari makalah serupa di masa mendatang.Akhir kata,
selamat membaca dan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2.1.Komponen tujuan
Kurikulum adalah suatu program yang mana untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan itulah yang akan dijadikan arah atau acuan segala kegiatan
pendidikan yang akan dijalankan. Berhasil atau tidaknya suatu program
pengajaran di sekolah bisa diukur dari seberapa jauh dan seberapa banyaknya
pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga
pendidikan, pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus
dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Meskipun rumusan tujuan pendidikan dari suatu negara dengan negara lain
berbeda, tetapi sebenarnya memiliki esensi yang sama secara umum. Menurut
Sadulloh (1994) yang mengutip pendapat Hummel, tujuan pendidikan secara
universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
1) otonomi yang memberikan setiap individu dan kelompok untuk memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan mereka mengelola
kehidupan mereka sendiri
2) equity (kesetaraan) dalam kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan
budaya maupun ekonomi dengan jalan memberikan kepada mereka dasar-
dasar pendidikan yang setara
3) survival, memberi izin kepada semua bangsa untuk menularkan dan
memperkaya warisan budaya kepada semua generasi dengan memberikan
panduan pendidikan untuk saling memahami.
Tujuan pendidikan nasional dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu
tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah
atau satuan pendidikan tertentu. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
7
1) Tujuan pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2.2.2.Komponen isi
Materi atau isi suatu program kurikulum yaitu segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan. Isi kurikulum terdiri dari jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi
program tiap-tiap bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut
disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.
Tahap-tahap yang harus dilakukan sebelum menentukan isi atau content yang
dibakukan sebagai kurikulum, terlebih dahulu perencana kurikulum harus
8
menyeleksi isi agar menjadi lebih efektif dan efisien. Kriteria yang dapat
dijadikan pertimbangan, antara lain :
1.) Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari
bagaimana esensi atau posisinya dalam kaitan dengan isi materi disiplin
ilmu yang lain. Konten kurikulum dalam wujud konsep dasar atau prinsip
dasar mendapat prioritas utama dibandingkan dengan konsep atau prinsip
yang kurang fundamental.
2.) Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan isi
adalah seberapa jauh dukungan yang disumbangkan oleh isi/materi
kurikulum bagi operasionalisasi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
3.) Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia mengarah pada
nilai-nilai demokratis, nilai sosial, atau pada pengembangan sosial.
9
5) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
6) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
7) Hukum, merupakan teori yang teruji kebenarannya.
8) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
9) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk
memperjelas suatu uraian atau pendapat.
10) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
11) Postulat, adalah anggapan dasar yang kebenarannya tidak perlu
dibuktikan. Dalam biologi postulat yang terkenal adalah postulat Koch
tentang kuman penyebab penyakit.
10
Penggunaan strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh
karakteristik substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswanya. Perlu
kita ketahui, penggunaan strategi ini menyesuaikan dengan karakteristik materi,
sehingga tidak ada strategi yang benar benar cocok hanya menyesuaikan
diajarkan dengan cara ajar tertentu pula. tidak ada satu pun strategi/metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan semua substansi
pelajaran secara sama baiknya.
Strategi pembelajaran ditempatkan secara strategis dalam penelitian
kurikulum. Mengembangkan strategi adalah langkah ketiga setelah menentukan
tujuan dan isi materi pelatihan. Strategi yang tepat akan membantu Anda
mencapai tujuan pendidikan Anda. Strategi merupakan salah satu cara penyajian
materi agar peserta didik dapat dengan cepat memahami materi yang
disampaikan. Selain itu, suasana kelas mendukung, hidup, gembira dan
menyenangkan. Dunia pendidikan menggunakan banyak istilah untuk
menggambarkan bagaimana materi diajarkan, seperti metode pengajaran,
teknik, pendekatan, model dan strategi. Sujana (1988) mengemukakan bahwa
strategi mengajar adalah kegiatan nyata seorang guru untuk melaksanakan
pengajaran dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut Undang-undang Nomor 20/2003, strategi pembelajaran di kelas
hendaknya dilakukan dengan cara olah hati, olah raga, olah rasa, dan olah otak.
Strategi pembelajaran yang demikian menyiratkan bahwa strategi yang
digunakan harus mampu melakukan pemberdayaan terhadap seluruh potensi
siswa.
Strateginya sangat erat kaitannya dengan siasat atau taktik yang digunakan
guru secara sistematis selama implementasi kurikulum. Secara sistemik,
hubungan timbal balik antara komponen kurikulum berarti diintegrasikan ke
dalam pencapaian sasaran sementara secara sistematis mengandung makna
bahwa langkah-langkah berikut secara berurutan berurutan disita, sehingga
mereka mendukung pencapaian tujuan.
11
Strategi atau pendekatan pembelajaran menentukan kinerja dan hasil
pemahaman siswa dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Richard Anderson (Sudjana, 1990) ada dua pendekatan untuk proses
pembelajaran, yaitu; Pendekatan lain yang tertarik untuk guru dan ada juga
pendekatan karakteristik dan kepentingan siswa. Saran lain adalah massalas di
(Sudjana, 1990) dalam proses pembelajaran, dua pendekatan dipamerkan dan
pendekatan penelitian. Pendekatan penjelasan adalah pendekatan berorientasi
master, bahan yang mewakili penggunaan kata dan kata yang dominan adalah
peran guru, sedangkan pendekatan Cinzuri aktif untuk kepentingan siswa,
dalam bentuk penelitian dan siswa Temukan masalah ini karena pass yang
tersedia. Peran guru dalam pendekatan penelitian ini sebagai perantara dan
pasiliter sebagai senyawa dan membantu siswa untuk memecahkan masalah.
Dimensi penelitian Sudjana (1990) yang berkaitan dengan pendekatan
pembelajaran, hasil penelitian studi ini ditemukan oleh berbagai cacat atau
strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat jenis Didik. Di antara
pendekatan pembelajaran aktif, kreatif dan inovatif: Model Delikan (ekuitas),
model masalah (pemecahan masalah), model induktif, model deduktif dan
model deduktif. Bruce Joyce dan Marsha Weil (1980) di buku terkenal (model
pengajaran mengajar), berikan empat kelompok atau semak, yaitu model
pemrosesan informasi, model pribadi, model interaksi sosial dan model perilaku
(model perilaku). Setiap penyumbatan model berisi enam komponen umum,
yaitu orientasi, sintaks, sistem sosial, prinsip-prinsip reaksi, sistem pendukung
dan efek pelajaran.
12
kegiatan pembelajaran terutama dalam menemukan hal-hal yang ditawarkan
dalam proses pembelajaran, istilah lain untuk proses pembelajaran yang
menitikberatkan pada minat peserta didik). Ini dilakukan dengan menggunakan
model kueri atau pencarian dan penemuan masalah. Strategi yang akan
diterapkan atau dipilih biasanya sepenuhnya atas kebijaksanaan guru, dengan
mempertimbangkan sifat tujuan, sifat materi/isi dan relevansinya dengan tingkat
perkembangan siswa.
2.2.6.Komponen evaluasi
Evalusia merupakan bagian dari kurikulum. Dalam arti terbatas, tujuan
penilaian kurikulum adalah untuk memeriksa tingkat pencapaian tujuan
pendidikan yang harus dicapai dalam kurikulum yang diberikan. Sebagaimana
dikemukakan Wright dalam (Sudrajat, 2010), “Penilaian kurikulum dapat
13
diartikan sebagai evaluasi terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa menuju
tujuan atau nilai kurikulum”.
Sementara itu, dalam arti yang lebih luas, penilaian kurikulum bertujuan
mengevaluasi kurikulum untuk mengakses hasil keseluruhan kurikulum di
berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dinilai tidak hanya dibatasi oleh
efektivitas, tetapi juga oleh relevansi, efektivitas dan kelayakan program. Salah
satu unsur penting kurikulum yang akan dinilai berkaitan dengan proses belajar
siswa dan hasilnya.
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang
akan dievaluasi. Dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi
kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi
kuantitatif berbeda dengan dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk
mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes
diagnostik dan lain-lain. Sementara itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi
kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, dan catatan
anekdot.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Evaluasi menjadi mempunyai kedudukan yang penting terutama dalam
menentukan keberhasilan kegaiatan pendidikan dan pembelajaran. Evaluasi
dilihat dari aspek makro untuk melihat keberhasilan kegiatan pendidikan secara
umum, sedangkan secara mikro dapat digunakan untuk melihat keberhasilan
kegiatan pembelajaran di kelas. Evaluasi dapat menentukan ketercapaian tujuan,
ksesuaian materi dn ketepatan menggunakan strategi,pendekatan,teknik,model
dan metode. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan
balik (feedback) untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan
14
pengembangan komponen-komponen kurikulum. Pada akhirnya hasil evaluasi
ini dapat berperan sebagai masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan dalam
pengambilan keputusan kurikulum khususnya, dan pendidikan pada umumnya,
baik bagi para pengembang kurikulum dan para pemegang kebijakan
pendidikan, maupun bagi para pelaksana kurikulum pada tingkat lembaga
pendidikan (seperti guru, kepala sekolah, dan sebagainya).
Konsep awal evaluasi ini sering dikaitkan dengan pengukuran, hal ini
dimaksudkan bahwa evaluasi sebagai alat untuk mengukur pencapaian tujuan.
Hal diperkuat dengan beberapa para ahli seperti; Ralph W. Tyler (1975). Ia
berpendapat bahwa kegiatan evaluasi merupakan proses yang sangat mendasar
dan digunakan untuk mengetahui apakah tujuan (objectives) sudah tercapai
sesuai dengan rumusan yangtelah ditentukan. Lain lagi pendapat Hilda Taba
(1962) mengatakan bahwa kegiatan evaluasi ini lebih dioreintasikan kepada
kepentingan peserta didik sesuai dengan tingkatan di mana siswa mencapai
tujuan. Evaluasi erat kaitannya dengan perubahan tingkah laku setelah melalui
suatu proses kegiatan dan sekaligus juga mengukur kemampuan peserta didik
sebagai hasil akhir yang diperoleh setiap peserta didik. Dengan demikian
evaluasi itu dilakukan dengan melihat dua aspek yaitu mengukur ketika proses
berlangsung dan hasil sebagai prodak akhir melalui pengujian. Kedua oreintasi
pelaksanaan evaluasi ini semua dapat mengukur kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotorik peserta didik. Dari kedua oreintasi ini, evaluasi proses yang
lebih mengukur prilaku peserta didik.
Sisi lain Perkembangan konsep evaluasi lebih kepada pemberian
pertimbangan terhadap sesuatu. Hasan (1988) berpendapat bahwa konsep dasar
evaluasi itu adalah adanya pertimbangan (judgement). Berawal dari
pertimbangan ini muncul nilai dari sesuatu yang sedang dievaluasi. Dengan
demikian pertimbangan dalam kegiatan merupakan kegiatan evaluasi. Dari
pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi diarahkan pada suatu
proses pemberian pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu. Inilah konsep
dasar yang memperkuat pentingnya evaluasi pada aspek proses ketimbang
15
aspek produk atau hasil. Untuk kontek sekarang nampaknya pelaksanaan
evaluasi sudah saatnya lebih mengedepankan pengukuran dan pertimbangan
terhadap proses ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kegiatan evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan di dalam
pengembangan suatu kurikulum, pada level makro evaluasi dapat dilakukan
terhadap perencanaan, pelaksanaan kegiatan pendidikan, termasuk kebijakan
yang berkaitan dengan pendidikan. Secara mikro evaluasi diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran untuk melihat perubahan prilaku peserta didik, baik
menyangkut kemampuan pengetahuan maupun sikap serta keterampilannya.
Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback)
untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pengembangan pendidikan.
Pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat berperan sebagai masukan bagi penentu
pengambilan keputusan Pendidikan
Proses pelaksanaan yang dijadikan sasaran penilaian/evaluasi terutama
proses belajar mengajar yang berlangsung di lapangan, sedangkan hasil-hasil
yang dicapai mengacu pada pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka
panjang. Aspek ini merumuskan tentang alat penilaian apa yang akan
digunakan, melaksanakan penilaian dan menganalisa hasil belajar siswa dan
memperbaiki proses pembelajaran. Evaluasi dimaksudkan untuk menentukan
sejauhmana tingkat kemampuan siswa telah menguasai materi yang diberikan.
Evaluasi merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dalam aspek
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan bahwa evaluasi merupakan pedoman untuk
mengukur kemajuan siswa dan proses belajar dan hasilnya dapat dijadikan tolak
ukur dalam perbaikan kegiatan belajar mengajar berikutnya. Oleh karena itu
pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan kebutuhan.
Secara umum pelaksanaan evaluasi tersebut dapat dibagi dua bagian yaitu:
1. Evaluasi hasil, ini dilakukan oleh guru setelah pokok bahasan
disampaikan dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan
siswa dalam menerima dan memahami materi yang disampaikan.
16
2. Evaluasi yang kedua yaitu terhadap proses pelaksanaan langkah-langkah
pembelajaaraan
Hasil-hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala
sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan
membantu perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih
metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan
lainnya (Sukmadinata, 1997)
Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi
kurikulum, yaitu: (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2)
pendekatan obyektif; dan (3) pendekatan campuran multivariasi. Di samping
itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model
CIPP (Context, Input, Process, dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan
bahwa keberhasilan program pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti: karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan
peralatan yang digunakan prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu
sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance)
dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan
kelemahan program yang dievaluasi sebagai berikut.
1) Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis
tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program
yang bersangkutan, seperti: kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun waktu
tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang
bersangkutan, dan sebagainya.
2) Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan
pendidikan, seperti: dokumen kurikulum, dan materi pembelajaran yang
dikembangkan, staf pengajar, sarana, dan prasarana, media pendidikan yang
digunakan dan sebagainya
17
3) Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi :
pelaksanaan proses belajar mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan
oleh para pengajar, pengelolaan program, dan lain-lain.
4) Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan,
mencakup: jangka pendek dan jangka lebih Panjang
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling terintegrasi satu sama
lain. Komponen-komponen utama kurikulum yaitu 1) tujuan; (2) materi; (3) strategi
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum, dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut
memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Kurikulum adalah penyedia pengalaman yang akan dialami oleh siswa di dalam
proses pendidikannya sehingga siswa dapat berkembang sesuai arah yang diinginkan.
Oleh karena itu, kurikulum juga dapat dipandang memiliki fungsi preventif, karena
dapat mencegah tindakantindakan guru yang tidak sesuai dengan apa yang sudah
digariskan di dalam kurikulum. Kurikulum juga berfungsi korektif yang berperan
sebagai rambu-rambu yang harus dipedomani dalam membetulkan pelaksanaan yang
menyimpang dari kurikulum, sekaligus berfungsi konstruktif, yang memberi arah
pengembangan pembelajaran dan pengembangan siswa
3.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Sebagai calon pendidik, hendaknya paham komponen komponen pada
kurikulum
2. Bagi pendidik, hendaknya menyampaikan kurikulum yang ada sebaik
mungkin supaya dapat mewujudkan tujuan dalam proses belajar
mengajar.
3. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam memajukan pendidikan
di negara ini, hendaknya tanggap dalam esensi kurikulum
19
DAFTAR PUSTAKA
20