Aspek Keperilakuan pada Akuntansi Sumber Daya Manusia dan Akuntansi Sosial
Oleh:
NIM/No : 1902022347/20
2021
1. Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia dengan Metode Kompensasi
Kopensasi merupakan Imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan
kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan
tenanga dan pikiran demi kemajuan dan kontinuitas perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Model kompensasi didasari oleh teori konsep ekonomi human capital, yaitu bahwa
sumber daya manusia merupakan sumber arus pendapatan dan nilainya adalah besar
nilai sekarang yang didiskonto dengan rate tertentu bagi pemilik sumber daya
tersebut.
Metode kompensasi (balas jasa) dikenal metode tunggal dan metode jamak, yaitu
sebagai berikut:
A. Metode tunggal
Metode tunggal yaitu suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok
hanya didasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan yang dimiliki karyawan.
B. Metode jamak
Metode jamak yaitu suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas
beberapa pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan formal,
bahkan hubungan keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang.
Randall dan Susan mengemukakan bahwa ada berbagai metode yang digunakan untuk
mengevaluasi jabatan tradisional diantaranya:
a. Metode rangking
Jabatan dapat ditentukan rangkingnya berdasarkan variabel-variabel
semacam tingkat kesulitan, kepentingan bagi keberhasilan organisasi, dan
keterampilan yang dibutuhkan.
b. Metode klasifikasi jabatan
Metode klasifikasi jabatan mirip dengan metode rangking, kecuali
bahwa kelas atau tingkat disusun terlebih dahulu dan diuraikan pekerjaan,
selanjutnya dikelompokan menurut kelas atau tingkatan tersebut.
c. Metode perbandingan faktor
Pendekatan ini menggunakan faktor-faktor yang biasa dikompensasi,
atau atribut jabatan, untuk mengevaluasi nilai relativ jabatan yang ada di
dalam organisasi.
d. Metode rating angka
Metode ini terdiri dari pemberian nilai angka untuk faktor-faktor yang
bisa dikompensasi dan ditentukan sebelumnya, kemudian dijumlahkan
sampai muncul nilai keseluruhan suatu jabatan.
e. Metode hay guide chart-profile
Secara operasional, sistem hay mengandalkan tiga faktor utama yang
bisa dikompensasi : pemecahan masalah, kecakapan teknik, dan
pertanggung jawaban. Nilai angka ditentukan untuk tiap jabatan, dengan
menggunakan tiga faktor tersebut dan sub-sub faktornya.
No
Contoh Kasus Lokasi Permasalahan Sosial
.
Dihentikan operasinya karena masalah
PT. Inti Indorayon Porsea,
1. lingkungan dan masalah kemasyaratan
Utama Prov. Sumatera Utara
di sekitar industri tersebut.
Lhokseumawe, Aceh Menghentikan kegiatan produksi
2. PT. Exxon Mobil
Utara, Prov. DI Aceh. karena faktor stabilitas ekonomi.
Penarikan distribusi dan penghentian
PT. Ajinamoto
3. Prov. DKI Jakarta aktivitas produksi karena masalah
Indonesia
sertifikasi halal oleh MUI.
Mendapatkan protes dari masyarakat
Beberapa
setempat sehubungan dengan masalah
4. perusahaan kertas Prov. Riau
limbah industri dan pencemaran
di Riau.
lingkungan.
PT. Maspion Sidoarjo, Surabaya, Permasalahan demonstrasi buruh dan
5.
Indonesia Prov. Jawa Timur masalah kesejahteraan karyawan.
Serikat karyawan PT. Telkom
PT. Telkom Divre IV, Prov. Jawa
6. menolak penjualan Divre IV kepada
Indonesia Tengah dan DIY
PT. Indosat.
Serikat pekerja menolak divestasi
7. PT. BCA Prov. DKI Jakarta
saham BCA.
Serikat pekerja menolak kembalinya
dewan direksi lama karena dianggap
PT. Kereta Api
8. Prov. DKI Jakarta bertanggung jawab atas beberapa
Indonesia
kasus kecelakaan kereta api yang
terjadi di Indonesia.
Bank Internasional Tuntunan karyawan atas peningkatan
9. Prov. DKI Jakarta
Indonesia. gaji, upah, dan kesejahteraan pekerja.
Mogok kerja massal karena karyawan
Kediri, Prov. Jawa
10. PT. Gudang Garam menuntut perbaikan gaji dan
Timur
kesejahteraan pekerja.
Sumber : Lubis I.A, 2010 Dalam Kholis, 2002, “Masalah Sosial dalam Akuntansi Bisnis di
Indonesia”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi, Vol.2, No.3, Desember.
4. Tanggapan Perusahaan
Sebelum tahun 1960-an, beberapa perusahaan telah dianggap sebagai warga
negara yang baik.Perusahaan-perusahaan tersebut memperoleh reputasi ini dengan
menghasilka produk-produk produk-produk berkualitas, memperlakukan pekerja
dengan rasa hormat, memberikan kontribusi kepada komunitas, atau membantu fakir
miskin.
dipihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industry berperang untuk
mengubah peraturan pemerintah yang baru atau mencoba untuk mengikisnya melalui
melalui ketidak patuhan.
Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan
tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak
ekonomi negative terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-
undang tersebut jika tidak sesuai dengan manfaatnya.
Tanggapan Profesi Akuntan
Dengan diberlakukannya undang-undang yang menetapkan program-program
sosial pemerintah beberapa akuntan merasa bahwa mereka sebaiknya menggunakan
keahlian mereka untuk mengukur efektivitas dari program tersebut. "secara ringkas,
literature awal dari akuntansi sosial menyatakan bahwa para akuntan diperlukan untuk
menghasilkan data mengenai tanggung jawab perusahaan dan bahwa ada 1 pihak-
pihak lain pihak-pihak lain yang berkepentingan yang berkepentingan (selain
perushaan) yang (selain perushaan) yang akan tertarik dengan data-data ini.
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang
dilakukan oleh A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. Titik pentingnya adalah
bahwa optimalitas Pareto (titik dalam ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin
untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang tanpa mengurangi kesejahteraan dari
orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi neto
tidak merata. Pigou menyebut seluruh manfaat dari produksi suatu poduk tanpa
memedulikan siapa yang menerimanya sebagai manfaat sosial. Perbedaaan antara
manfaat sosial dengan manfaat pribadi (manfaat sosial yang tidak dibagi) dapat dibagi
menjadi ekonomi eksternal dan elemen surplus konsumen.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya
sosial terdiri atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa
mempedulikan siapa yang membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen
disebut sebagai biaya pribadi. Selisih antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut
sebagai “biaya sosial yang tidak dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak
faktor. Suatu perusahaan yang menimbulkan polusi mengenakan biaya kepada
masyarakat, tetapi perusahaan tersebut tidak membayar biaya tersebut kepada
masyarakat. Hal ini disebut dengan non-ekonomi eksternal. Suatu situasi dimana
seorang pekerja menderita sakit akibat pekerjaannya dan tidak memperoleh
kompensasi penuh dapat dianggap sebagai suatu eksploitasi terhadap faktor produksi.
Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial
marginal sama dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model
ekonomi tradisional- dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal
berasal dari perbedaan antara manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan
pribadi. Jika perbedaan neto antara kedua kelompok biaya dan manfaat tersebut
adalah nol, maka tidak ada perbedaan antara teori Pigou dan teori ekonomi
tradisional.
https://choirulalfa.blogspot.com/2019/04/
https://wiac.info/docview
http://irma-yuni.blogspot.com/2012/06/akuntansi-sumber-daya-manusia.html