Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tindakan Sectio Cassarea merupakan salah satu alternatif bagi
seorang wanita dalam memilih proses persalinan di samping adanya indikasi
medis dan indikasi non medis, tindakan Sectio Caesarea akan memutuskan
kontinuitas atau persambungan jaringan karena insisi yang akan
mengeluarkan reseptor nyeri sehingga pasien akan merasakan nyeri terutama
setelah efek anastesi habis. Tindakan ini sangat membantu ibu dan janin pada
persalinan yang mengancam ibu dan janinnya, hal ini memiliki peranan
penting dalam menurunkan angka kematian dan kesakitan maternal dan
perinatal.1
Sejak adanya bedah Sectio Caesarea telah menjadikan perubahan dan
pergeseran pandangan masyarakat akan metode tersebut, diikuti dengan
semakin meningkatnya angka persalinan dengan tindakan Sectio Ceasarea
(SC). Word Health Organitation (WHO) menetapkan standar rata-rata
persalinan Sectio Caesarea di sebuah negara adalah sekitar 10-15 persen per
1000 kelahiran di dunia. Menurut Word Health Organitation (WHO) (2018),
negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi diantaranya adalah
Australia (32%), Brazil (54%), dan Colombia (43%).2 Sedangkan menurut
RISKESDAS angka kejadian Sectio Caesarea di Indonesia tahun 2014
sebesar 12% dari jumlah semua kelahiran, sedangkan pada tahun 2018
kejadian Sectio Caesarea meningkat menjadi 15,3% dari jumlah kelahiran.
Jumlah persalinan Sectio Caesarea (2018) di Indonesia terutama di rumah
sakit pemerintah adalah 15% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit
swasta jumlahnya lebih tinggi yaitu 18% dari total jumlah. 3 Data nyeri Post
Sectio Caesarea adalah 43,33% dengan nyeri sedang dan 56,67% dengan

1
Andarmoyo, S. Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri.Yogyakarta : 2013
2
WHO.Monitoring Emergency Obstetric Care : Handbook. Surabaya; 2013-2014
3
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS).2013.Lap Nas.

1
2

nyeri hebat. Dan data SC dari NTT yaitu pada tahun 2016 sebanyak (73,2%)
persalinan dengan SC,
3

tahun 2017 jumlah yang melakukan persalinan berjumlah (88,9%), dan tahun
2018 berjumlah (90,80%) yang melakukan SC. Hal ini menunjukkan Sectio
Caesarea dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.4
Pada persalinan Sectio Caesarea juga banyak komplikasi dan dampak
yang dapat muncul, salah satunya rasa nyeri Post Sectio Caesarea, pasien
pasca operasi seringkali dihadapkan pada permasalahan adanya proses
peradangan akut dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan gerak. Akibat
nyeri pasca operasi, pasien menjadi kurang gerak dan statis dan ini
merupakan salah satu kontraindikasi yang dapat mempengaruhi kondisi
pasien. Derajat kecemasan penderita pra bedah dan pasca bedah juga
mempunyai peranan penting. Misalnya takut mati, takut kehilangan
kesadaran, takut akan terjadinya penyulit dari anastesi dan pembedahan, rasa
takut akan rasa nyeri yang hebat setelah pembedahan selesai.5
Pada pasien Post operasi Sectio Caesarea, nyeri bukan hanya
mengganggu ibu secara pribadi, namun juga memberikan efek pada bayinya.
Keterbatasan aktifitas akibat nyeri akan menghalangi ibu dalam melakukan
perawatan pada bayinya. 68% ibu Post Sectio Caesarea mengalami kesulitan
dengan perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur
posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Rasa nyeri
tersebut akan menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada
bayinya.6
Maka dari itu dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam proses
penyembuhan nyeri Post Sectio Caesarea dan sangat penting untuk
memotivasi pasien dalam menjalankan mobilisasi, hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kemandirian dalam merawat diri pada ibu postpartum
dengan persalinan Sectio Caesarea mengatakan bahwa sebagian besar
dukungan keluarga yang didapatkan oleh ibu Post Sectio Caesarea adalah
baik (50%), kemudian hampir setengahnya cukup (32,3%) dan (8,6%) yang
4
Dinkes Nusa Tenggara Timur. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara timur tahun 2016,
2017, dan 2018
5
Widya, nungky. Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri, Jakarta;2010
6
Indiarti, M.T. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan & Perawatan Bayi. Jogjakarta :
Diaglossia media; 2009
4

mendapatkan dukungan keluarga kurang, dari data tersebut diketahui bahwa


ibu yang dukungan keluarga baik mengalami tingkat partisipasi dalam
perawatan ibu Post Sectio Caesarea yang tinggi, hal tersebut sangat
menunjukkan bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan oleh ibu Post
Sectio Caesarea. 7
Proses penyembuhan nyeri akibat pembedahan dapat dipengaruhi oleh
banyak factor. Teknik perawatan luka merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi penyembuhan luka. Factor lain yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka akibat pembedahan adalah tindakan mobilisasi dini.
Mobilisasi merupakan factor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan
mencegah terjadinya komplikasi post bedah, mempercepat fungsi
pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Mobilisasi sangat
penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi risiko karena tirah
baring lama, seperti terjadinya decubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot
di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernapasan, dan
gangguan peristaltic maupun berkemih. Keterlambatan mobilisasi ini akan
menjadikan kondisi ibu semakin memburuk dan menjadikan pemulihan pasca
sectio caesarea menjadi terlambat. Oleh karena itulah, mobilisasi harus
dilakukan secara teratur dan bertahap.8
Penanganan nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif
dalam menurunkan nyeri pasca operasi9. Teknik relaksasi dapat menurunkan
nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik
relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama.
Pasien dapat memajamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman, hal ini

7
Ruwayda. Jurnal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tindakan SC di RS Jambi Vol. XIII Nomor
3 Edisi Oktober ISSN 2085-1677. 2015
8
Marfuah. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Jakarta;2015
9
Cahyono, Aris dwi (2014). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Penurunan Nyeri pada
Pasien Post Sectio Caessarea di RS.Kediri. JURNAL AKP VOL 5.
5

dibenarkan melalui penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki keefektifan


teknik relaksasi saat digunakan sendiri dalam penanganan nyeri akut. Tiga
dari tujuh penelitian yang mereka tunjukkan, menunjukkan nyeri secara
signifikan lebih sedikit atau rasa sakit tertekan relaksasi.10
Di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, didapatkan data rekam
medik tahun 2016 terdapat 315 (25,22%) pasien yang melakukan Sectio
Caesarea, tahun 2017 jumlah pasien yang melakukan persalinan dengan
indikasi berjumlah 501 (36,86%) pasien, dan tahun 2018 periode januari s/d
desember berjumlah 427 (54,74%) pasien yang melakukan Sectio Caesarea.
Hal ini menunjukkan Sectio Caesarea dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan tetapi di tahun 2018 mengalami penurunan hal ini tidak
memungkiri bahwa persalinan Sectio Caesarea menjadi titik utama yang
dipilih dalam proses persalinan. Banyak pasien yang melakukan operasi
Ceasarea, sering kali terjadi karena masalah indikasi selama kehamilan atau
persalinan yang patologi sehingga dianjurkan untuk melakukan Sectio
Caesarea. Pasien mengeluh merasakan nyeri saat pasca operasi, sehingga
tindakan yang dianjurkan oleh petugas kesehatan yaitu melakukan mobilisasi
dini yang dapat membantu ibu mengurangi penurunan nyeri, meningkatkan
sirkulasi darah, dan penyembuhan luka lebih cepat, serta melakukan teknik
relaksasi nafas dalam yang mampu mengurangi tingkat nyeri pada awal pasca
Sectio Caesarea. Terlepas dari semua itu, pasien perlu didampingi dan diberi
dukungan oleh keluarga dalam proses penyembuhan Sectio Caesarea. Namun
pada kenyataannya dukungan keluarga masih belum berjalan secara efektif di
rumah sakit, karena keluarga merasa kasihan dan takut akan terputusnya
jahitan operasinya, sehingga dibiarkan untuk tidur saja tanpa melakukan
mobilisasi dini dan teknik relaksasi nafas dalam.
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, didapatkan masalah
penelitian banyak ibu yang takut melakukan mobilisasi dan belum
sepenuhnya
10
Mulyawati I, Azam M, Nur Anggraini Ningrum D, et al. Faktor Tindakan Persalinan Operasi
Sectio Caesarea. Kemas. 2011;7(1):14-21. doi:ISSN 1858-1196.
6

menjalankan teknik relaksasi yang terstruktur dan teratur serta


berkesinambungan serta pengaruh dukungan keluarga yang kurang dalam
proses mobilisasi dini dan teknik relaksasi nafas dalam proses intensitas rasa
nyeri pada ibu sehingga masih merasakan nyeri Post Sectio Ceaserea.
Sehingga dapat dirumuskan pertanyaan “hubungan mobilisasi dini, teknik
relaksasi nafas dalam dan dukungan keluarga dengan intensitas rasa nyeri
Post Section Ceasarea di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun
2019.
1.2 Rumusan Masalah
Data nyeri pasien Post Sectio Caesarea dari penelitian terdahulu adalah
43,33% dengan nyeri sedang dan 56,67% dengan nyeri hebat. Data SC dari
NTT yaitu pada tahun 2016 sebanyak (73,2%) persalinan dengan SC, tahun
2017 jumlah yang melakukan persalinan berjumlah (88,9%), dan tahun 2018
berjumlah (90,80%) yang melakukan Sectio Caesarea. Hal ini menunjukkan
Sectio Caesarea dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

Di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tindakan persalinan dengan operasi


Sectio Caesarea tahun 2016 terdapat 315 (25,22%) pasien yang melakukan
Sectio Caesarea, tahun 2017 jumlah pasien yang melakukan persalinan
dengan indikasi berjumlah 501 (36,86%) pasien, dan tahun 2018 periode
Januari s/d Desember berjumlah 427 (54,74%) pasien yang melakukan Sectio
Caesarea.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan mobilisasi dini, teknik relaksasi nafas dalam
dan dukungan keluarga dengan intensitas rasa nyeri Post Sectio Caesarea di
RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang Tahun 2020 ?
7
8

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan mobilisasi dini, teknik relaksasi nafas dalam
dan dukungan keluarga dengan intensitas rasa nyeri Post Section Ceasarea
di RSUD Prof W. Z Johannes Kupang Tahun 2020.
1.4.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu
1. Diketahuinya gambaran nyeri Post Sectio Caesarea pada ibu nifas di
RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang 2020
2. Diketahui hubungan mobilisasi dini dengan intensitas rasa nyeri Post
Sectio Caesarea di RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang 2020
3. Diketahui hubungan teknik relaksasi nafas dalam dengan intensitas
rasa nyeri Post Sectio Caesarea di RSUD Prof W. Z Johannes Kupang
2020
4. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan intensitas rasa nyeri
Post Sectio Caesarea di RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang 2020
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian yaitu :
1.5.1 Manfaat Teoritis
Tidak menghasilkan teori yang terbaru dan menggunakan teori yang sudah
ada sebelumnya
1.5.2 Manfaat Metodologi
Secara metodeologi penelitian ini tidak mengahsilkan metode yang baru
1.5.3 Manfaat Praktisi
Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai masukan dalam peningkatan
terhadap intensitas rasa nyeri Post Sectio Caesarea di RSUD Prof. W. Z.
Johannes Kupang Tahun 2020.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang. Penelitian
ini dimulai dari tanggal 03 Februari sampai dengan 03 Maret 2020. Peneliti
9

melakukan penelitian karena ingin mengetahui Hubungan Mobilisasi Dini,


teknik relaksasi nafas dalam dan dukungan keluarga dengan intensitas nyeri
10

Post Sectio Caesarea di RSUD Prof W. Z. Johannes Kupang Tahun 2020.


Sasaran penelitian ini adalah ibu Post Sectio Caesarea pada 6 jam pertama.
Penelitian ini dilakukan karena ibu Post Sectio Caesarea masih banyak dan
takut dalam melakukan mobilisasi dini, teknik relaksasi nafas dalam dan
dukungan keluarga karena nyeri luka operasi. Data dalam penelitian ini
menggunakan data primer dengan metode analitik dan pendekatan cross
sectional. Data primer dikumpulkan melalui observasi.

Anda mungkin juga menyukai