Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Nyeri Post Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian Nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan.1
Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri yang dirasakan
individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual, dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
obyektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik
tubuh terhadap nyeri itu sendiri.2
Internasioanal Association For The Study of Pain atau IASP
mendefenisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang aktual dan potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian di
mana terjadi kerusakan.3
Proses fisiologik nyeri menjelaskan bahwa proses fisiologik nyeri
terjadi antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri.
Terdapat empat proses tersendiri yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi. Transduksi nyeri adalah proses rangsangan yang mengganggu
sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.4 Transmisi nyeri
melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi

1
Smeltzer, 2009
2
Tamsuri, 2009
3
Potter, P. A, & Perry, A, G..Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek Kumalasari (et All). Jakarta : ECG ; 2006
4
Price A.S & Wilson M.L. Patofisiologi Konsep Klinis Dan Praktek. Jakarta : ECG ; 2012

8
melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan
neuron-
9

neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi nyeri
melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak
yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, presepsi
nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktivtas transmisi oleh saraf.
Adapun proses terjadinya nyeri ketika bagian tubuh terluka oleh
oksigen tekanan, potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan pada sel,
maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
subtansi yaitu normalnya ada di intraseluler. Ketika substansi intraseluler
dilepaskan ke ruang ekstra seluler maka akan mengiritasi nosiseptor.
Syaraf ini akan terangsang dan bergerak sepanjang serabut syaraf atau
neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
neonatransmiter seperti prostaglandin dan epineprin, yang akan membawa
pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan
sebagai nyeri.5
Transmisi nyeri menyatakan bahwa terdapat berbagai teori yang
berusaha mengambarkan bagaimana nosiseptor dapat menghasilkan
rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali
nyeri dianggap paling relevan.6
Teori Spesiisitas (specivicity theory) Teori ini digambarkan oleh
DeSectio Caesareaartes pada abad ke 17. Teori ini didasarkan pada
kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi
rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan
menstransmisikannya melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke
5
Hartanti. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Tentang Gizi. Jakarta:
Medika: 2010
6
Tamsuri. 2012. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
10

talamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi
sehingga timbul respons nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana
faktor-faktor multidimensional dapat mempengaruhi nyeri.7
Teori Pola (Pattern Theory) Teori ini menerangkan bahwa ada dua
serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu menghantarkan dengan lambat.
Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada mendula spinalis dan
meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input
sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri.8
Teori gerbang kendali nyeri, yang menyatakan terdapat semacam
pintu gerbang yang dapat memfasilitasi transmisi sinyal nyeri. 9Gate
Control Theory merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,
neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan
neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari
serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini
mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang terapis menggosok
punggung klien dengan lembut.
Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka
akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi
nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek
yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden

7
Ibid
8
Digilid.unmus.ac.id/download.php?id=14827
9
Mezack, R & Wall, P. D. Pain Mechanism : A New Teory : 150:971-974 ; 1965
11

melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh


nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup
mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik
distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk
melepaskan endorfin. Pada cornu dorsalis medula spinalis terdapat
mekanisme neural, yang berfungsi sebagai gerbang, yang dapat mengatur
rangsang dari syaraf perifer ke SSP. Secara anatomis, gerbang tersebut
terletak di substansia gelatinosa. Hantaran rangsang syaraf dari serabut
aferen perifer, ke sel Transmisi medula spinalis, diatur oleh mekanisme
“gate control” di cornu dorsalis. Mekanisme ini dipengaruhi oleh jumlah
relatif serabut besar dan serabut kecil. Serabut berdiameter besar ( Aβ ),
bermyelin, berdaya konduksi cepat, menghantar rangsang bukan nyeri
(raba, tekan). Serabut berdiameter kecil (serabut bermyelin C & serabut),
berdaya konduksi lambat, menghantar rangsang nyeri. Aktifitas serabut
besar cenderung menghambat transmisi (menutup gerbang), sedang
aktifitas serabut kecil cenderung memudahkan transmisi. Bila
perangsangan pada sel Transmisi mencapai ambang kritis, terjadi nyeri
pada daerah persyarafan yang bersangkutan, disertai pola dan pengalaman
karakteristik dari nyeri tersebut.
Mekanisme “gate control” ini juga dipengaruhi impuls yang
desendens dari SSP. Secara singkat dikatakan bahwa perangsangan serabut
besar ( Aβ ) yang berdaya konduksi cepat, seperti perangsangan titik
akupunktur, akan menimbulkan impuls bukan nyeri. Ini menghambat
impuls nyeri yang timbul karena perangsangan serabut kecil pada
substansia gelatinosa medeula spinalis. Karenanya gerbang menutup dan
nyeri tidak dapat dirasakan.10

10
Hartwig & Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran. II(6):1063-1103
12

2.1.2 Jenis-jenis nyeri


Nyeri berdasarkan lokasi atau sumbernya, diklasifikasikan menjadi11
1. Nyeri somatik superfisial (kulit) Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur
superfisial kulit dan jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsang mekanis, suhu,
kimiawi, atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri sering
dirasakan sebagai menyengat, tajam, meringis, atau seperti terbakar, tetapi
apabila pembuluh darah ikut berperan menimbulkan nyeri, sifat nyeri
menjadi berdenyut.
2. Nyeri somatik dalam nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang
berasal dari otot, tendon, ligamentun, tulang, sendi, dan arteri. Struktur-
struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri
sering tidak jelas. Nyeri dirasakan lebih difus daripada nyeri kulit dan
cenderung menyebar ke daerah di sekitarnya
3. Nyeri dari berbagai 10 struktur dalam berbeda. Nyeri akibat suatu cedera
akut pada sendi memiliki lokalisasi yang jelas dan biasanya dirasakan
sebagai rasa tertusuk, terbakar, atau berdenyut. Pada peradangan kronik
sendi artritis, yang dirasakan adalah nyeri pegal tumpul yang disertai
seperti tertusuk apabila sendi bergerak
4. Nyeri isera mengacu kepada nyeri yang berasal dari organ-organ tubuh.
Reseptor nyeri isera lebih jarang dibandingkan dengan reseptor nyeri
somatik dan terletak di dinding otot polos organ-organ berongga
(lambung, kandung empedu, saluran empedu, ureter, kandung kemih) dan
kapsul organ-organ padat (hati, pankreas, ginjal). Mekanisme utama yang
menimbulkan nyeri visera adalah peregangan atau distensi abnormal
dinding atau kapsul organ, iskemia, dan peradangan.
5. Nyeri alih didefenisikan sebagai nyeri yang berasal dari salah satu daerah
di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain. Nyeri visera sering
diahlihkan ke dermatom (daerah kulit) yang dipersarafi oleh segmen

11
Ibid
medulla spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut. Apabila
dialihkan ke
13

permukaan tubuh, maka nyeri visera umumnya terbatas di segmen


dermatom tempat organ visera tersebut berasal dari masa mudigah, tidak
harus di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa.
6. Nyeri neuropati. Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang
merugikan dari sistem saraf tepi (SST) ke sistem saraf pusat (SSP) yang
menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi di sistenm saraf tepi
(SST) atau sistem saraf pusat (SSP) dapat menyebabkan gangguan 11 atau
hilangnya sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti
terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien dengan nyeri
neuropatik menderita akibat instabilitas sistem saraf otonom (SSO)
2.1.3 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tentang nyeri pada seorang
individu meliputi :12
1. Teknik mobilisasi dini
2. Sumber informasi
3. Dukungan keluarga
4. Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya
5. Pendidikan
6. Teknik relaksasi
7. Komunikasi terapetik
2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Toleransi Nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi toleransi nyeri pada seorang
individu meliputi :
1. Faktor-faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri adalah
sebagai berikut :
a. Alcohol
b. Obat-obatan
c. Hypnosis
d. Panas

12
Permadi, Rianti.Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi rasa nyeri. Surabaya; 2016
14

e. Gesekan/garukan
f. Pengalihan perhatian
g. Kepercayaan yang kuat13
1 Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara lain :
a. Kelelahan
b. Marah
c. Kebosanan, depresi
d. Kecemasan
e. Nyeri kronis
f. Sakit/penderitaan
2.1.5 Penilaian Klinis Nyeri
Pengkajian nyeri adalah deskripsi verbal tentang nyeri individu
merupakan penilaian terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya
harus diminta menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang
diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara
sebagai berikut14 :
a. Intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea dapat diminta untuk
membuat tingkatan nyeri pada skala verbal yaitu pada skala 0 = tidak
nyeri, skala 1-3 = nyeri ringan, skala 4-6 = nyeri sedang, skala 7-9 =
nyeri berat, skala 10 = nyeri tak tertahankan.
b. Karakteristik nyeri termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada
berbagai organ), durasi (menit, jam, hari, bulan dan sebagainya), irama
(misalnya : terus menerus, hilang timbul, periode bertambah dan
berkurangnya intensitas atau keberadaan dar nyeri) dan 15 kualitas
(misalnya : nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti
digencet).
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya : gerakan, kurang
bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan

13
Puspitasari.Fakto-rfaktor yang mempengaruhi luka operasi caesarea Vol 7. Jurnal Ilmiah
Keperawatan; 2007
14
Smeltzer, S.C & Bare, B. G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC : 2012
sebagainya) dan apa yang dipercayai pasien dapat membantu
mengatasi nyeri
15

d. Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (misalnya : tidur,


nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik,
bekerja dan aktivitas-aktivitas santai)
e. Kekhwatiran individu tentang nyeri meliputi berbagai masalah yang
luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan
perubahan diri.
2.1.6 Skala Nyeri
Terdapat beberapa skala untuk melakukan pengkajian keparahan
nyeri yaitu15 :
1. Skala penilaian numerik (numerical rating Sectio Caesareaales)
digunakan untuk mendeskripsikan nyeri. Klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10, skala paling efektif digunakan untuk
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah interensi terapeutik.
Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri maka direkomendasikan
patokan 10 cm, yang digambarkan sebagai berikut

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri sangat nyeri
Alat pengukur nyeri keterangan :
Skala 0 = tidak nyeri
Skala 1-3 = nyeri ringan
Skala 4-6 = nyeri sedang
Skala 7-9 = nyeri berat
Skala 10 = nyeri tak tertahankan
Penelitian ini menggunakan skala numerik untuk mengukur
keparahan nyeri pasien karena merupakan skala numerik merupakan
skala yang paling efektif.

15
http://digilid.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-purwantini-7639-3-babii.pdf
16

2.1.7 Cara Pengukuran Rasa Nyeri Post Section Caesarea


Pengukuran tentang rasa nyeri luka post operasi ibu dengan
menggunakan NRS dengan cara ibu diminta untuk menunjukkan gambar
muka yang sesuai dengan tingkat nyeri yang dirasakan oleh ibu post sectio
caesarea. Menurut Potter & Perry penilaian ini terdiri dari lima kategori
yaitu skala 0 = tidak nyeri, skala 1-3 = nyeri ringan, skala 4-6 = nyeri
sedang, skala 7-9 = nyeri berat, skala 10 = nyeri tak tertahankan.16
2.1.8 Manajemen Nyeri
Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi.
Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi adanya stimuli noksius di
perifer ke sistem saraf pusat. Rangsangan noksius adalah rangsangan yang
berpotensi atau merupakan akibat terjadinya cedera jaringan, yang dapat
berupa rangsangan mekanik, suhu dan kimia. 17
Deskripsi mekanisme dasar terjadinya nyeri secara klasik
dijelaskan dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi, dan
modulasi. Pengertian transduksi adalah proses konversi energi dari
rangsangan noksius (suhu, mekanik, atau kimia) menjadi energi listrik
(impuls saraf) oleh reseptor sensorik untuk nyeri (nosiseptor). Sedangkan
transmisi yaitu proses penyampaian impuls saraf yang terjadi akibat
adanya rangsangan di perifer ke pusat. Persepsi merupakan proses
apresiasi atau pemahaman dari impuls saraf yang sampai ke SSP sebagai
nyeri. Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang dihantarkan, dapat
terjadi di setiap tingkat, namun biasanya diartikan sebagai pengaturan
yang dilakukan oleh otak terhadap proses di kornu dorsalis medulla
spinalis.
Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana
jaringan yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yang
kuat ke edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan
16
Potter, P., & Perry, A. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
17
Tamsuri, 2007
17

prostaglandins. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus


menjadi energi elektrik, proses transmisi (transmission) yakni ketika
energi listik mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabut saraf A dan
C dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di dorsal horn dari
spinal cord ke otak melalui spinothalamic tracts ke thalamus dan pusat-
pusat yg lbh tinggi termsk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses
informasi dr pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan
nyeri ke individu mulai menyadari nyeri.
Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins),
serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric acid -> menghalangi
atau menghambat transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan
analgesik, & berefek menghilangkan nyeri. Adapun faktor – faktor lain
yang mempengaruhi proses penurunan nyeri pada post sectio caesarea
yaitu mobilisasi dini, teknik relaksasai nafas dalam, dan dukungan
keluarga.
2.1.9 Sintesa Intensis Nyeri Post SC
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh ibu operasi sesar dan pengukuran tingkatan nyeri sangat
subjektif dan kemungkinan ibu yang mengalami nyeri setelah melakukan
bedah sesar dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang
berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis.
2.2 Konsep Mobilisasi Dini
2.2.1 Pengertian
Mobilisasi dini adalah pergerakan yang memerlukan kontraksi dan
relaksasi dari sistem musculoskeletal dengan cara latihan. Mobilisasi dini
adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan aktifitas atau
kegiatan dimana mobilasasi ini merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol didalam
mempercepat pemulihan paska bedah.
18

Mobilisasi ini suatu aspek terpenting terhadap fungsi fisiologis


karena hal ini esensial nya untuk mempertahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mepertahankan
kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk
mempertahankan fungsi fisiologis. Bahwa mobilisasi dini adalah
kebijaksanaan selekas mungkin membimbing klien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing selekas mungkin untuk berjalan.18
Mobilisasi dini section caesarea adalah suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan
dengan persalinan saecar. Untuk mencegah komplikasi post section
caesarea ibu harus segera dilaku pasien dapat kembali kan mobilasi sesuai
tahapannya. Oleh karena setelah mengalami section caesarea, ibu harus
mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun
mobilisasi dini harus tetap dilakukan dengan hati-hati.19
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang
membaik. Pada pasien post section caesarea 6 jam pertama dianjurkan
segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang dapat
dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki, dan jari-jari agar
kerja organ pencernaan kembali normal.20
2.2.2 Tujuan mobilisasi Dini
Tujuan dari mobilisasi dini adalah untuk mempertahankan fungsi
tubuh, memperlancarkan peredaran darah, membantu pernafasan menjadi
lebih baik, memperlancarkan eliminasi urin, mengembalikan aktifitas
tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan dapat memenuhi
kebutuhan gerak harian, dan , pasien berinterkasi atau komunikasi.21
Perawat mobilisasi dini merupakan keuntungan, memperlancar
pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat
involusi
18
Sriratna, Gandes. Gambaran Mobilisasi Ibu Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Pku
Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Yogyakarta;2016
19
ibid
20
Kasdu, D.A. Operasi Sesar Masalah dan Sosulinya. Jakarta: Puspaswara; 2007
21
Fitriyahsari. Hubungan Mobilisasi Ibu Post Operasi terhadap nyeri. Surabaya : Medik; 2009
19

uteri, mempelancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin,


meningkatkan kelancaraan perederan daran sehingga mempercepat fungsi
asi dan pengeluaran sisa metabolisme, dan kesempatan yang sangat baik
untuk mengajarkan ibu memelihara atau merawat anaknya.
2.2.3 Manfaat Mobilisasi Dini
Pada sistim kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jurang,
memperbaiki kontruksi miokardinal, kemudian menguatkan otot jantung,
menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran darah vena pada sistem
respirator, meningkatkan frekuensi kedalam pernafasan, meningkatkan
ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan
perkembangan diafragma pada sistem metabolik dan dapat juga
meningkatkan laju metabolism basal peningkatan glukosa dan asam
lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilisasi
lambung, meningkatkan produksi panas tubuh, serta meningkatkan
mobilisasi sendiri. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan,
meningkatkan masa otot pada sistem toleransi otot, mengurangi
kelemahan, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit.
2.2.4 Tahap-tahap Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini dilakukan secara langsung. Tahap-tahap mobilisasi
dini pada ibu post partum section caesarea 6 jam pertama ibu post section
caesarea istirahat baring, mobilisasi dini yang dapat dilakukan adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar
pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot betis serta
menekuk dan menggeser kaki 6-10 jam.22
Ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan untuk
mencegah trombosit dan trombo emboli. Makan dan minuman dibantu
mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, dan menggeser
badan.

22
Ibid
Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat memulai belajar untuk
duduk dan mengangkat tangan setinggi mungkin balik ke kiri dank ke
kanan tanpa bantuan, latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa
dibantu. Setelah ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar berjalan bertahap
sehingga terealisasi mobilisasi dengan baik.
2.2.5 Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum Sectio Caesarea
terdiri dari23 :
1. Hari pertama :
a. Berbaring miring ke kanan dank ke kiri yang dapat dimulai sejak
6-10 jam setelah ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambal tidur terlentang
sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari kedua :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam
lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya
untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu bahwa ibu mulai pulih.
b. Kemudian posisi terlentang diubah menjadi setengah duduk.
c. Selanjutnya secara berturut-turut hari demi hari ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama seharian.
3. Hari ketiga sampai kelima :
a. Belajar berjalan kemudian belajar sendiri pada hari setelah operasi
b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat
dapat membantu penyembuhan luka
4. Mobilisasi pada klien dapat dilakukan dengan cara :
a. Mobilisasi pasif, yaitu mobilisasi yang dilakukan dengan bantuan
perawat melalui gerakan/latihan-latihan bertahap yang disesuaikan
dengan kondisi klien

23
http:honey72.wordpress.com
21

b. Aktif resistif, yaitu perawat hanya mengajarkan gerakan-gerakan


tertentu dan klien melakukannya dengan mandiri
c. Mobilisasi aktif, yaitu latihan-latihan/pergerakan yang dilakukan
oleh klien sendiri tanpa bantuan oleh perawat, perawat hanya dapat
menginformasi dan mengajarkan dari awal pada klien tentang
pentingnya mobilisasi.
2.2.6 Efek Mobilisasi Dini Paska Operasi Terhadap Sistem Tubuh
Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam
mempercepat proses penyembuhan dan pemulihan paska bedah, banyak
keuntungan yang bisa di raih dari latihan keluar masuk tempat tidur dan
berjalan pada periode dini paska operasi bedah. Manfaat-manfaat yang
bisa diambil dari mobilisasi diantaranya adalah24 :
1. Pernafasan yaitu meningkatkan kedalaman dari respirasi,
meningkatkan irama pernafasan, memudahkan pertukaran dalam
jaringan alveolus antara oksigen dan karbodioksida
2. Kardiovaskuler yaitu meningkatkan suplai darah dari oksigenasi
terhadap jaringan tubuh.
3. Pencernaan yaitu meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan kerja
dari intestine
4. Perkemihan yaitu meningkatkan suplay darah ke ginjal, meningkatkan
efisiensi cairan dan keseimbangan asam basa dan meningkatkan
efisiensi dalam mengekskresi sampah tubuh.
5. Muskuluskeletal yaitu meningkatkan koordinasi dan meningkatkan
tranmisi dari impuls saraf.

24
Ibid
22

2.2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini


Faktor yang, mempengaruhi seseorang untuk melakukan mobilisasi
dini adalah25 :
1. Pengetahuan, pengetahuan individu terhadap sesuatu dan yakin akan
manfaat menyebabkan seseorang untuk mencoba menerapkan dalam
bentuk perilaku, pengetahuan tersebut dapat didapatkan dari informasi,
membaca dan melalui pendidikan formal. Tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku individu.
2. Emosi merupakan stressor bagi seseorang yang dirawat di rumah sakit.
Mereka akan mempunyai respon merasadikucilkan, takut dan perasaan
kesepian sehingga akan menghambat terhadap mobilisasi yang
dilakukan
3. Sosial, interaksi yang dilakukan dengan keluarga dan orang disekitar
akan mempengaruhi motivasi terhadap seseorang untuk sembuh.
4. Fisik, keadaan fisik yang lemah secara langsung akan mempengaruhi
terhadap mobilisasi yang dilakukan, keadaan tersebut akan membatasi
dari pergerakan karena kurangnya energi dalam tubuh.
5. Stimulus lingkungan, suasana lingkungan yang nyaman mendukung
terhadap aktivitas seseorang yang dilakukan.
2.2.8 Indikator Mobilisasi Dini
Indikator teknik mobilisasi dini adalah :
1. Dukungan keluarga
2. Motivasi
3. Kemauan diri26
2.2.9 Cara Pengukuran Mobilisasi Dini
Cara pengukuran mobilisasi dini dengan cara melihat sejauh mana
ibu bisa melakukan gerakan setelah selesai operasi, jika ibu belum bisa
berjalan peneliti memberikan nilai 1 dan nilai 2 jika ibu bisa berjalan,

25
Rismalia, Riska. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini. Makassar;2007
26
Ibid
23

dengan skala ukur ordinal dan pertanyaannya menggunakan skala


Guttman.
2.2.10 Hubungan Mobilisasi Dini dengan Rasa Nyeri Post Sectio Caeserea
Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat
pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi post bedah. Mobilisasi
sangat penting dalam percepetan hari rawat dan mengurangi risiko karena
tirah baring lama, seperti terjadinya decubitus, kekakuan atau penegangan
otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan
pernapasan, dan gangguan peristaltik maupun berkemih 27. Namun bila
terlalu dini dilakukan dengan teknik yang salah, mobilisasi dapat
mengakibatkan proses penyembuhan luka menjadi tidak efektif. Oleh
karena itulah, mobilisasi dini harus dilakukan secara teratur dan bertahap,
diikuti dengan latihan Range of Motion (ROM) aktif dan pasif.28
Berdasarkan hasil penelitian Neti tahun 2013 terdapat 7 responden
(16,17%) dengan luka tidak kering dan 4 responden (9,5%) yang
merasakan peningkatan nyeri serta 3 responden (7,2%) dengan jaringan
luka tidak menyatu akibat tidak melakukan mobilisasi dini Post Sectio
Caesarea, bahwa terdapat hubungan antara mobilisasi dengan rasa nyeri
post section caesarea.
2.2.11 Sintesa Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini adalah kegiatan melakukan gerakan secara bertahap
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan
dengan operasi sesar. Kegiatan yang dilakukan pada 6 jam pertama ibu
pasca bedah dan 24 jam sesudah ibu melakukan bedah sesar. Dengan
melakukan melakukan mobilisasi dini sirkulasi darah akan normal atau
lancar sehingga resiko terjadinya thrombosis, tromboemboli dan sub
involusi dapat dihindarkan.
2.3 Konsep Teknik Relaksasi Nafas Dalam
2.3.1 Defenisi Teknik Relaksasi Nafas Dalam

27
Carpenito, I J. Buku Saku Diagnosa Keperaatan. Jakarta : EGC; 2007
28
Roper, Robert. Prinsip-prinsip Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC;2009
24

Teknik relaksasi adalah suatu teknik merileksasikan ketegangan


otot yang dapat menunjang nyeri. Teknik relaksasi merupakan metode yang
24

efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan


pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi
jantung dan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri, ansietas, dan
ketegangan otot.29
Relaksasi adalah teknik mengurangi ketegangan nyeri dengan
merelaksasikan otot. Beberapa penelitian menyatakan bahwa teknik
relaksasi efektif dalam menurunkan skala nyeri pasca operasi.30
2.3.2 Tujuan Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi buruk, mengurangi stress baik fisik maupun
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri31
2.3.3 Jenis-jenis Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Macam-macam teknik relaksasi yaitu :32
1. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang diciptakan
sendiri oleh individu yang bersangkutan. Cara seperti ini dilakukan
dengan menggabungkan imijinasi visual dan kewaspadaan tubuh dalam
menghadapi stress.
2. Muxcle relaxation
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot-
otot. Ketika terjadi stress otot-otot pada beberapa bagian tubuh menjadi
menegang, seperti otot leher, punggung, lengan, teknik ini dilakukan
dengan cara merasakan perubahan dan sensasi pada otot bagian tubuh
tersebut. Teknik dapat dilakukan dengan cara meletakkan kepala
diantara kedua lutut (kira-kira selama 5 detik ) dan rebahkan badan ke
belakang secara perlahan selama 30 detik.

29
Yurizial; 2012
30
Tamsuri; 2012
31
Smeltzer & Bare; 2009
32
ibid
25

3. Visualisasi
Teknik ini merupakan bentuk kemampuan mental untuk
berimajinasi seperti melakukan perjalanan ke suatu tempat yang
nyaman atau damai atau situasi yang tenang. Teknik visualisasi ini
seolah-olah menggunakan beberapa indra secara bersamaan.
2.3.4 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam sebagai berikut :33
1. Ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi pasien
2. Usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks
3. Minta pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien
berkonsentrasi
4. Minta pasien menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan.
5. Selama pasien memajamkan mata kemudian minta pasien untuk
membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan
6. Minta pasien untuk menghembuskan udara melalui mulut dan
menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara
perlahan-lahan
7. Minta pasien atau keluarga untuk mengulangi lagi seperti prosedur
sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit.
2.3.5 Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam dapat memberikan berbagai manfaat.
Efek relaksasi nafas dalam antara lain terjadinya penurunan nadi,
penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolism,
peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera dari periode
kewaspadaan yang santai.
Keuntungan teknik relaksasi nafas dalam antara lain dapat
dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja, caranya sangat mudah
dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa suatu media serta
merileksasikan otot-otot yang tegang. Sedangkan kerugian relaksasi nafas

33
Tambunan; 2009
26

dalam antara lain tidak dapat dilakukan pada pasien yang menderita
penyakit jantung dan pernafasan34
2.3.6 Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui tiga mekanisme yaitu :
1. Dengan merelaksasikan otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan insisi (trauma) jaringan saat pembedahan.
2. Relaksasi otot skelet akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan
menurunkan (menghilangkan) sensasi nyeri karena nyeri post bedah
merupakan nyeri yang disebabkan karena trauma jaringan oleh karena
itu jika trauma (insisi) sembuh makan nyeri juga akan hilang
3. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh
untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin
2.3.7 Sintesa Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Melakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam yaitu suatu
metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu yang mengalami
operasi sesar. Relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan
perasaan cemas sehingga dapat menunjang nyeri.
2.4 Konsep Dukungan Keluarga
2.4.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional, jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan
dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga
merasa

34
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC; 2010
27

ada yang memperhatikannya. Jadi dukungan social keluarga mengacu


kepada dukungan-dukungan social yang dipandang oleh anggota keluarga
sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang
selalu siap memberikan pertolongandan bantuan jika diperlukan.35
2.4.2 Sumber Dukungan Keluarga
Terdapat tiga sumber dukungan social umum, sumber ini terdiri
dari jaringan informasi yang spontan, dukungan terorganisasi yang tidak
diarahkan oleh petugas kesehatan professional, dan upaya terorganisasi
oleh professional kesehatan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada
dukungan-dukungan sosial yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai
sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial
bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami dan istri
atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga
eksternal.36
2.4.3 Tujuan Dukungan Keluarga
Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam
lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih
khususnya, karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau
menyangga efek serta meningkatkan kesehatan mental individu atau
keluarga secara langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang
baru ada dalam masa stress bagi keluarga. Dukungan sosial juga dapat
berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stress akibat
negatifnya.37
Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi tugas
sering kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga. Bantuan

35
Erdiana, Dukungan Keluarga Dalam Kunjungan Lansia. Jakarta : KTI ; 2015
36
Friedman, M. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2010
37
Nurjana. Jurnal Analisis Peran Keluarga Terhadap Mobilisasi dini Post SC Volume IV.2016
ISSN: 2089-9408
28

dari keluarga besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan langsung,


termasuk bantuan finansial yang terus menerus dan intermiten, berbelanja,
merawat
28

anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan
praktis selama masa krisis.
2.4.4 Jenis Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu38 :
1. Dukungan penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan
ini juga merupakan dukungan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak berbicara tentang masalah yang dialami,
terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu kepada individu
lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan
seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain,
misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat
membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-
strategi alternative berdasarkan pengalaman yang berfokus pada
aspek-aspek yang positif.
2. Dukungan instrumental
Dukungan ini meliputi penyedian dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk
didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, meyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu
dan

38
Harnilawati. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan : Pustaka AS Salam;
2013
29

mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai


sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
3. Dukungan informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung
jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari
masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik
tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat
menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi
yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stressor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari
masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari
keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini
keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberian informasi.
4. Dukungan emosional
Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi
mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa
dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat.
2.4.5 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut39 :
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat.

39
Andarmayo S, 2013
30

Menurut Donsu dkk tugas keluarga :


1. Pemeliharan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
2.4.6 Manfaat Dukungan Keluarga
Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda
dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam
semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga mampu berfungsi
dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga, dan menyimpulkan bahwa
baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negative
dari stress terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial
secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) ditemukan.
Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial
terhadap kesehatan dan kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan.40
2.4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah41
1. Faktor internal
a. Tahap perkembangan

40
Wills, 2009
41
Purnawan & Rahayu; 2009
31

Merupakan dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal


ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap
31

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon


terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda
1. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
2. Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang
mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya
cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit
tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang
secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai
respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu
yang tidak mampu melakukan koping secara emosioanal
terhadap ancaman penyakit mungkin.
3. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
b. Eksternal
1. Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
32

Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan


tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.
2. Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel
psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan
lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan
dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan
mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan
lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.
Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatan.
3. Latar belakang
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan pribadi
2.4.8 Sintesa Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan
interpersonal dari keluarga yang dapat mengahlikan sensasi nyeri pasca
operasi. Peran keluarga sangat penting bagi ibu yang telah melakukan
bedah sesar, karena saat itu ibu butuh diperhatikan dan dihargai selama
proses penyembuhan pasca operasi yang cukup berat bagi ibu.
2.4.9 Landasan Teori Menuju Konsep
Nyeri post SC diakibatkan oleh terpisahnya jaringan akibat
perlukaan pada proses persalinan per abdominam. Kerusakan jaringan
akibat luka sayatan pada persalinan SC ini menimbulkan rangsangan nyeri
yang diterima oleh serabut C yang diteruskan ke otak dan setelah otak
menerima adanya stimulus nyeri. Sehingga ibu menyadari adanya nyeri,
maka reaksi kompleks mulai terjadi. Faktor-faktor psikologis dan kognitif
33

berinteraksi dalam mempersepsikan rasa nyeri. Persepsi memberikan


seseorang perasaan sadar dan makna terhadap nyeri sehingga membuat
orang tersebut bereaksi. Dan kemudian peran dari keluarga sangat penting
bagi ibu yang telah melakukan bedah sesar, karena saat itu ibu butuh
diperhatikan dan dihargai selama proses penyembuhan pasca operasi yang
cukup berat bagi ibu. Memberikan dukungan berupa semangat dan selalu
ada di sisi ibu yang menyebabkan ibu mulai melakukan mobilisasi dini
yang memperlancar sirkulasi darah sehingga resiko terjadinya thrombosis,
tromboemboli dan sub involusi dapat dihindarkan dan relaksasi nafas
dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan perasaan cemas. Hal ini
sangat membantu ibu post SC dalam mengurangi nyeri.

Anda mungkin juga menyukai