TINJAUAN TEORI
1
Smeltzer, 2009
2
Tamsuri, 2009
3
Potter, P. A, & Perry, A, G..Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan
Praktek Kumalasari (et All). Jakarta : ECG ; 2006
4
Price A.S & Wilson M.L. Patofisiologi Konsep Klinis Dan Praktek. Jakarta : ECG ; 2012
8
melewati saraf perifer sampai ke terminal di medulla spinalis dan jaringan
neuron-
9
neuron pemancar yang naik dari medula spinalis ke otak. Modulasi nyeri
melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desendens dari otak
yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
Modulasi juga melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau
meningkatkan aktivitas di reseptor nyeri aferen primer. Akhirnya, presepsi
nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang bagaimanapun juga
dihasilkan oleh aktivtas transmisi oleh saraf.
Adapun proses terjadinya nyeri ketika bagian tubuh terluka oleh
oksigen tekanan, potongan, sayatan, dingin, atau kekurangan pada sel,
maka bagian tubuh yang terluka akan mengeluarkan berbagai macam
subtansi yaitu normalnya ada di intraseluler. Ketika substansi intraseluler
dilepaskan ke ruang ekstra seluler maka akan mengiritasi nosiseptor.
Syaraf ini akan terangsang dan bergerak sepanjang serabut syaraf atau
neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
neorotransmisi yang akan menghasilkan substansi yang disebut dengan
neonatransmiter seperti prostaglandin dan epineprin, yang akan membawa
pesan nyeri dari medulla spinalis ditransmisikan ke otak dan dipersepsikan
sebagai nyeri.5
Transmisi nyeri menyatakan bahwa terdapat berbagai teori yang
berusaha mengambarkan bagaimana nosiseptor dapat menghasilkan
rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali
nyeri dianggap paling relevan.6
Teori Spesiisitas (specivicity theory) Teori ini digambarkan oleh
DeSectio Caesareaartes pada abad ke 17. Teori ini didasarkan pada
kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi
rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan
menstransmisikannya melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke
5
Hartanti. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Tentang Gizi. Jakarta:
Medika: 2010
6
Tamsuri. 2012. Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
10
talamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi
sehingga timbul respons nyeri. Teori ini tidak menjelaskan bagaimana
faktor-faktor multidimensional dapat mempengaruhi nyeri.7
Teori Pola (Pattern Theory) Teori ini menerangkan bahwa ada dua
serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu menghantarkan dengan lambat.
Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada mendula spinalis dan
meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input
sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri.8
Teori gerbang kendali nyeri, yang menyatakan terdapat semacam
pintu gerbang yang dapat memfasilitasi transmisi sinyal nyeri. 9Gate
Control Theory merupakan model modulasi nyeri yang populer. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol
desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C
melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi impuls
melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,
neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan
neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari
serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini
mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang terapis menggosok
punggung klien dengan lembut.
Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka
akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi
nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek
yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden
7
Ibid
8
Digilid.unmus.ac.id/download.php?id=14827
9
Mezack, R & Wall, P. D. Pain Mechanism : A New Teory : 150:971-974 ; 1965
11
10
Hartwig & Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran. II(6):1063-1103
12
11
Ibid
medulla spinalis yang sama dengan viksus yang nyeri tersebut. Apabila
dialihkan ke
13
12
Permadi, Rianti.Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi rasa nyeri. Surabaya; 2016
14
e. Gesekan/garukan
f. Pengalihan perhatian
g. Kepercayaan yang kuat13
1 Faktor-faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara lain :
a. Kelelahan
b. Marah
c. Kebosanan, depresi
d. Kecemasan
e. Nyeri kronis
f. Sakit/penderitaan
2.1.5 Penilaian Klinis Nyeri
Pengkajian nyeri adalah deskripsi verbal tentang nyeri individu
merupakan penilaian terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya
harus diminta menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang
diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara
sebagai berikut14 :
a. Intensitas nyeri pada pasien post sectio caesarea dapat diminta untuk
membuat tingkatan nyeri pada skala verbal yaitu pada skala 0 = tidak
nyeri, skala 1-3 = nyeri ringan, skala 4-6 = nyeri sedang, skala 7-9 =
nyeri berat, skala 10 = nyeri tak tertahankan.
b. Karakteristik nyeri termasuk letak nyeri (untuk area dimana nyeri pada
berbagai organ), durasi (menit, jam, hari, bulan dan sebagainya), irama
(misalnya : terus menerus, hilang timbul, periode bertambah dan
berkurangnya intensitas atau keberadaan dar nyeri) dan 15 kualitas
(misalnya : nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti
digencet).
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri misalnya : gerakan, kurang
bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dan
13
Puspitasari.Fakto-rfaktor yang mempengaruhi luka operasi caesarea Vol 7. Jurnal Ilmiah
Keperawatan; 2007
14
Smeltzer, S.C & Bare, B. G. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC : 2012
sebagainya) dan apa yang dipercayai pasien dapat membantu
mengatasi nyeri
15
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri sangat nyeri
Alat pengukur nyeri keterangan :
Skala 0 = tidak nyeri
Skala 1-3 = nyeri ringan
Skala 4-6 = nyeri sedang
Skala 7-9 = nyeri berat
Skala 10 = nyeri tak tertahankan
Penelitian ini menggunakan skala numerik untuk mengukur
keparahan nyeri pasien karena merupakan skala numerik merupakan
skala yang paling efektif.
15
http://digilid.unimus.ac.id/files/disk1/153/jtptunimus-gdl-purwantini-7639-3-babii.pdf
16
22
Ibid
Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat memulai belajar untuk
duduk dan mengangkat tangan setinggi mungkin balik ke kiri dank ke
kanan tanpa bantuan, latihan pernafasan serta makan dan minum tanpa
dibantu. Setelah ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar berjalan bertahap
sehingga terealisasi mobilisasi dengan baik.
2.2.5 Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu post partum Sectio Caesarea
terdiri dari23 :
1. Hari pertama :
a. Berbaring miring ke kanan dank ke kiri yang dapat dimulai sejak
6-10 jam setelah ibu sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambal tidur terlentang
sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari kedua :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam
lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya
untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan
kepercayaan pada diri ibu bahwa ibu mulai pulih.
b. Kemudian posisi terlentang diubah menjadi setengah duduk.
c. Selanjutnya secara berturut-turut hari demi hari ibu yang sudah
melahirkan dianjurkan belajar duduk selama seharian.
3. Hari ketiga sampai kelima :
a. Belajar berjalan kemudian belajar sendiri pada hari setelah operasi
b. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat
dapat membantu penyembuhan luka
4. Mobilisasi pada klien dapat dilakukan dengan cara :
a. Mobilisasi pasif, yaitu mobilisasi yang dilakukan dengan bantuan
perawat melalui gerakan/latihan-latihan bertahap yang disesuaikan
dengan kondisi klien
23
http:honey72.wordpress.com
21
24
Ibid
22
25
Rismalia, Riska. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini. Makassar;2007
26
Ibid
23
27
Carpenito, I J. Buku Saku Diagnosa Keperaatan. Jakarta : EGC; 2007
28
Roper, Robert. Prinsip-prinsip Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta: EGC;2009
24
29
Yurizial; 2012
30
Tamsuri; 2012
31
Smeltzer & Bare; 2009
32
ibid
25
3. Visualisasi
Teknik ini merupakan bentuk kemampuan mental untuk
berimajinasi seperti melakukan perjalanan ke suatu tempat yang
nyaman atau damai atau situasi yang tenang. Teknik visualisasi ini
seolah-olah menggunakan beberapa indra secara bersamaan.
2.3.4 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Langkah-langkah teknik relaksasi nafas dalam sebagai berikut :33
1. Ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi pasien
2. Usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks
3. Minta pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien
berkonsentrasi
4. Minta pasien menarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan.
5. Selama pasien memajamkan mata kemudian minta pasien untuk
membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan
6. Minta pasien untuk menghembuskan udara melalui mulut dan
menghembuskan udara melalui mulut dan membuka mata secara
perlahan-lahan
7. Minta pasien atau keluarga untuk mengulangi lagi seperti prosedur
sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit.
2.3.5 Manfaat Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam dapat memberikan berbagai manfaat.
Efek relaksasi nafas dalam antara lain terjadinya penurunan nadi,
penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolism,
peningkatan kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera dari periode
kewaspadaan yang santai.
Keuntungan teknik relaksasi nafas dalam antara lain dapat
dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja, caranya sangat mudah
dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa suatu media serta
merileksasikan otot-otot yang tegang. Sedangkan kerugian relaksasi nafas
33
Tambunan; 2009
26
dalam antara lain tidak dapat dilakukan pada pasien yang menderita
penyakit jantung dan pernafasan34
2.3.6 Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri
Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan
intensitas nyeri melalui tiga mekanisme yaitu :
1. Dengan merelaksasikan otot skelet yang mengalami spasme yang
disebabkan insisi (trauma) jaringan saat pembedahan.
2. Relaksasi otot skelet akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang
mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan
menurunkan (menghilangkan) sensasi nyeri karena nyeri post bedah
merupakan nyeri yang disebabkan karena trauma jaringan oleh karena
itu jika trauma (insisi) sembuh makan nyeri juga akan hilang
3. Teknik relaksasi nafas dalam dipercayai mampu merangsang tubuh
untuk melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin
2.3.7 Sintesa Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Melakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam yaitu suatu
metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu yang mengalami
operasi sesar. Relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan
perasaan cemas sehingga dapat menunjang nyeri.
2.4 Konsep Dukungan Keluarga
2.4.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian,
dukungan instrumental dan dukungan emosional, jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan
dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga
merasa
34
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta : EGC; 2010
27
35
Erdiana, Dukungan Keluarga Dalam Kunjungan Lansia. Jakarta : KTI ; 2015
36
Friedman, M. Keperawatan Keluarga Teori Dan Praktek Edisi 4. Jakarta : EGC ; 2010
37
Nurjana. Jurnal Analisis Peran Keluarga Terhadap Mobilisasi dini Post SC Volume IV.2016
ISSN: 2089-9408
28
anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah tangga, dan bantuan
praktis selama masa krisis.
2.4.4 Jenis Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu38 :
1. Dukungan penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi
koping yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan
ini juga merupakan dukungan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi
penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak berbicara tentang masalah yang dialami,
terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu kepada individu
lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan
seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain,
misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat
membantu meningkatkan strategi koping individu dengan strategi-
strategi alternative berdasarkan pengalaman yang berfokus pada
aspek-aspek yang positif.
2. Dukungan instrumental
Dukungan ini meliputi penyedian dukungan jasmaniah seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata
(Instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda
atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk
didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, meyampaikan
pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit
ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan
masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu
dan
38
Harnilawati. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan : Pustaka AS Salam;
2013
29
39
Andarmayo S, 2013
30
40
Wills, 2009
41
Purnawan & Rahayu; 2009
31