Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FIQIH

OLEH :
“ KELOMPOK 3 “
DZARIMAH S. – 2101030076
LISA HANIM - 2101030088
KHALIZAH RESKY – 2101030071

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN


KONSELING ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN
DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PALOPO 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Al-Qur’an
2. Kedudukan al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam
B. Hadis sebagai Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Hadis
2. Kedudukan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam
C.Fungsi sumber hukum islam
D.Sistematika sumber hukum islam

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan
B.Saran

DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata


pelajaran ‘FIQIH’. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga
penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

PALOPO,28 SEPTEMBER 2021

KELOMPOK 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam al-Qur’an Allah Swt. berfirman, “… barangsiapa tidak
memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah
orang-orang kafir.” (Q.S. al-Ma’idah/5:44). Ayat tersebut mendorong
manusia, terutama orang-orang yang beriman agar menjadikan al-Qur’an
sebagai sumber hukum dalam memutuskan suatu perkara, sehingga siapa
pun yang tidak menjadikannya sebagai sumber hukum untuk memutuskan
perkara, maka manusia dianggap tidak beriman. Hukum-hukum Allah
Swt. yang tercantum di dalam al-Qur’an sesungguhnya dimaksudkan
untuk kemaslahatan dan kepentingan hidup manusia itu sendiri. Allah
Swt. sebagai Pencipta manusia dan alam semesta Maha Mengetahui
terhadap apa yang diperlukan agar manusia hidup damai, aman, dan
sentosa.
Bukankah para ahli teknologi yang membuat barang-barang canggih,
seperti pesawat terbang, mobil, komputer, handphone, dan barang-barang
elektronik lainnya selalu memberikan buku petunjuk penggunaan atau
pemakaian kepada para pemiliknya. Tujuan produsen atau para ahli
tersebut menerbitkan buku tersebut adalah dikhawatirkan barang-barang
yang digunakan akan cepat rusak jika tidak menggunakan buku petunjuk
tersebut. Begitulah Allah Swt. menurunkan Kitab Suci-Nya, al-Qur’an,
agar manusia terbebas dari kerusakan, baik yang bersifat kerusakan lahir
maupun kerusakan batin. Namun demikian, masih banyak orang yang
mengaku beriman yang belum menjadikan al-Qur’an dan hadis sebagai
pedoman hidupnya. Banyaknya pelanggaran terhadap hukum Islam,
seperti pencurian, perampokan, korupsi, zina, dan kemaksiatan lainnya
merupakan bukti nyata dari hal-hal tersebut.
Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar
yang utama dalam pengambilan hukum Islam. Hal tersebut menjadi
pokok ajaran Islam sehingga segala sesuatu haruslah bersumber atau
berpatokan kepadanya. Hal tersebut menjadi pangkal dan tempat
kembalinya segala sesuatu. Ia juga menjadi pusat tempat mengalirnya
sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber yang baik dan sempurna,
hendaklah ia memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis
maksudnya adalah al-Qur’an dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan
kepada siapa saja. Benar artinya al-Qur’an mengandung kebenaran yang
dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya. Mutlak artinya al-
Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan.
Adapun yang menjadi sumber hukum Islam, yaitu al-Qur’an, hadis, dan
ijtihad.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
dibahas di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.apa itu sumber hukum islam?
2.jelaskan kedudukan sumber hukum islam?

3.jelaskan fungsi sumber hukum islam?

4.jelaskan sistematika sumber hukum islam?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam
1. Pengertian Al-Qur’an
Dari segi bahasa, al-Qur’an berasal dari kata qara’a – yaqra’u –
qira’atan – qur’anan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari
segi istilah, al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw. dalam bahasa Arab, yang sampai kepada kita secara
mutawatir, ditulis dalam mushaf, dimulai dengan surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah an-Nas. Membacanya berfungsi sebagai ibadah,
sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw. dan sebagai hidayah atau
petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt. berfirman:
“Sungguh, al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang
mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang
besar.” (Q.S. al-Isra/17:9)

2. Kedudukan al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’an memiliki kedudukan yang
sangat tinggi. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama sehingga
semua persoalan harus merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt. dalam al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul-Nya (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah Swt. (al-Qur’an) dan Rasul-Nya (sunnah),
jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa’/4:59)
Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakan:
“Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu
(Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara
manusia dan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah
engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang yang berkhianat.” (Q.S. an-Nisa’/4:105)

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Imam Bukhari dan Imam
Muslim, Rasulullah saw. bersabda: “… Amma ba’du wahai sekalian
manusia, bukankah aku sebagaimana manusia biasa yang diangkat
menjadi rasul dan saya tinggalkan bagi kalian semua ada dua perkara
utama/besar, yang pertama adalah kitab Allah yang di dalamnya terdapat
petunjuk dan cahaya/ penerang, maka ikutilah kitab Allah (al-Qur’an) dan
berpegang teguhlah kepadanya …” (H.R. Muslim)
Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’an
adalah kitab yang berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang
yang beriman. Al-Qur’an sumber dari segala sumber hukum baik dalam
konteks kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Namun demikian,
hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci al-Qur’an ada yang
bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih bersifat
umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.

B. Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

1. Pengertian Hadis

Secara bahasa, hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah,


hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (takrir) yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah.
Namun demikian, ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis
adalah ucapan atau perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah
segala apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber
hukum Islam.
Hadis dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas
beberapa bagian yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis
tersebut antara lain sebagai berikut.

Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan


hadis dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang ini.Matan, yaitu
isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.Rawi, yaitu orang
yang meriwayatkan hadis.

2. Kedudukan Hadis sebagai Sumber Hukum Islam

Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-
Qur’an. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam
al-Qur’an, yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis
tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:

“… dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan
apa-apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (Q.S. al-Ḥasyr/59:7)

Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

“Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia


telah menaati Allah Swt. Dan barangsiapa berpaling (darinya), maka
(ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisa’/4:80)
Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas
menjelaskan ajaran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’an kepada
umat manusia. Oleh karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan
(bayan) 3. Fungsi Hadis terhadap al-Qur’an serta menguatkan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.

FUNGSI SUMBER HUKUM ISLAM

Sebagaimana sudah dikemukakan dalam pembahasan ruang lingkup


hukum Islam, bahwa ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur
dalam hukum Islam bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi
juga hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan
manusia lain dalam masyarakat, manusia dengan benda, dan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya.

Dalam Al Qur’an cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan


masalah pemenuhan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia serta
larangan bagi seorang muslim untuk melakukan pelanggaran hak asasi
manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk mentaati hukum yang
terdapat dalam Al Qur’an dan Hadits. Peranan hukum Islam dalam
kehidupan bermasyarakat sebenarnya cukup banyak, tetapi dalam
pembahasan ini hanya akan dikemukakan peranan utamanya saja, yaitu :
1. Fungsi Ibadah,

Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada Allah


SWT. Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi umat
manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang sekaligus juga
merupakan indikasi keimanan seseorang.

2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Hukum Islam sebagai hukum yang ditunjukkan untuk mengatur


hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan selalu
bersentuhan dengan masyarakat. Sebagai contoh, proses pengharaman
riba dan khamar, jelas menunjukkan adanya keterkaitan penetapan hukum
(Allah) dengan subyek dan obyek hukum (perbuatan mukallaf). Penetap
hukum tidak pernah mengubah atau memberikan toleransi dalam hal
proses pengharamannya. Riba atau khamar tidak diharamkan sekaligus,
tetapi secara bertahap.

Ketika suatu hukum lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar


hukum tersebut dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh.
Penetap hukum sangat mengetahui bahwa cukup riskan kalau riba dan
khamar diharamkan sekaligus bagi masyarakat pecandu riba dan khamar.
Berkaca dari episode dari pengharaman riba dan khamar, akan tampak
bahwa hukum Islam berfungsi sebagai salah satu sarana pengendali sosial.
Hukum Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hukum
tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas. Secara langsung, akibat buruk
riba dan khamar memang hanya menimpa pelakunya. Namun secara tidak
langsung, lingkungannya ikut terancam bahaya tersebut. Oleh karena itu,
kita dapat memahami, fungsi kontrol yang dilakukan lewat tahapan
pengharaman riba dan khamar. Fungsi ini dapat disebut amar ma’ruf nahi
munkar. Dari fungsi inilah dapat dicapai tujuan hukum Islam, yakni
mendatangkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan, baik di
dunia maupun di akhirat kelak.

3. Fungsi Zawajir

Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina,


yang disertai dengan ancaman hukum atau sanksi hukum.Qishash, Diyat,
ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk tindak
pidana tertentu (pencurian, perzinaan, qadhaf, hirabah, dan riddah), dan
ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak pidana tersebut.
Adanya sanksi hukum mencerminkan fungsi hukum Islam sebagai sarana
pemaksa yang melindungi warga masyarakat dari segala bentuk ancaman
serta perbuatan yang membahayakan. Fungsi hukum Islam ini dapat
dinamakan dengan Zawajir.

4. Fungsi Tanzhim wa Islah al-Ummah


Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk
mengatur sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial,
sehingga terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera.
Dalam hal-hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci
dan mendetail sebagaimana terlih at dalam hukum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalah muamalah, yang pada umumnya hukum
Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan nilai-nilai
dasarnya.

Perinciannya diserahkan kepada para ahli dan pihak-pihak yang


berkompeten pada bidang masing-masing, dengan tetap memperhatikan
dan berpegang teguh pada aturan pokok dan nilai dasar tersebut. Fungsi
ini disebut dengan Tanzim wa ishlah al-ummah. Ke empat fungsi hukum
Islam tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang hukum
tertentu, tetapi satu dengan yang lain saling terkait.

SISTEMATIKA SUMBER HUKUM ISLAM

A. Al-Qur’an al-karim

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad saw dengan bahasa Arab dengan perantaraan malaikat Jibril,
sebagai hujjah (argumentasi) bagi-Nya dalam mendakwahkan kerasulan-
Nya dan sebagai pedoman hidup bagi manusia yang dapat dipergunakan
untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta sebagai media
untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan dengan
membacanya. Wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw ini terwujud dalam bahasa arab dan secara autentik terhimpun dalam
mushaf.

1. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan


22 hari atau banyak juga yang membulatkannya menjadi 23 tahun.

2. Keistimewaan yang di miliki Al-Qur’an sebagai wahyu Allah ini ada


banyak sekali, di antaranya yaitu:

a. Lafadh dan maknanya berasal dari Tuhan. Lafadh yang berbahasa Arab
itu dimasukkan ke dalam dada Nabi Muhammad, kemudian beliau
membaca dan terus menyampaikannya kepada umat. Sebagai bukti bahwa
Al-Qur’an itu datang dari sisi Allah ialah ketidaksanggupan (kelemahan)
orang-orang membuat tandingannya walaupun mereka sastrawan
sekalipun.

b. Al-Qur’an sampai kepada kita secara mutawatir, yakni dengan cara


penyampaian yang menimbulkan keyakinan tentang kebenarannya,
karena disampaikan oleh sekian banyak orang yang mustahil mereka
bersepakat bohong.

c. Tidak ada yang bisa memalsukan Al-Qur’an karena ia terjaga


keasliannya.
Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya “sesungguhnya
Kami telah menurunkan Al-Qur’an, dan sungguh Kami yang
memeliharanya”. Hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an
ada 3 yaitu hokum I’tiqadiyah, hukum akhlaq, hukum amaliah.

1. Hukum I’tiqadiyah yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan


kewajiban para mukallaf untuk mempercayai Allah, malaikat-malaikat
Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah dan hari pembalasan.

2. Hukum akhlaq yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kewajiban


orang mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan
menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela.

3. Hukum amaliah yaitu yang bersangkutan dengan perkataan,


perbuatanperbuatan, perjanjian-perjanjian, dan mu’amalah (kerja sama)
sesama manusia.

Hukum amaliah sendiri terbagi menjadi dua, yaitu hukum


ibadat, seperti shalat, puasa, zakat, dan lain-lain dimana hukum ini
diciptakan dengan tujuan untuk mengatur hubungan hamba dengan
Tuhan serta hukum mu’amalat seperti segala macam perikatan,
transaksi-transaksi kebendaan, jinayat dan ‘uqubat (hokum pidana
dan sanksi-sanksinya) dan lain sebagainya.
Menafsirkan Al-Quran ada beberapa cara, yang pertama adalah penafsiran
dengan cara lama yaitu, menafsirkan dengan satu per satu ayat yang turun
tanpa mengumpulkan atau menghimpun terlebih dahulu. Metode ini
dianggap memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah
menghabiskan waktu secara percuma, meninggalkan gagasan tertentu
dalam sebuah ayat tertentu yang mengandung gagasan tersebut, dan
memperlakukan Al-Quran secara atomistis, parsial, dan tidak integral.3
Kedua, penafsiran dengan cara menghimpun dalam tema-tema.

Cara yang kedua ini dianggap cara yang termodern karena dengan
menghimpun terlebih dahulu, kita dapat membandingkan dan mengambil
kesimpulan yang tepat.

B. Al-Hadits

A.Ta’rif tentang Hadist

As-Sunnah menurut bahasa berarti cara, jalan, kebiasaan, dan


tradisi.4 Kebiasaan mencakup kehidupan sehari-hari dan yang baik dan
buruk. Seperti sabda Nabi SAW, “barangsiapa membuat sunnah yang
terpuji maka baginya pahala sunnah itu dan pahala sunnah yang buruk
maka padanya dosa sunnah buruk itu dan dosa yang mengamalkan sampai
hari kiamat.”

Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah sesuatu yang


didapatkan dari Nabi SAW yang terdiri dari ucapan, perbuatan,
persetujuan, sifat fisik atau budi, atau biografi, baik pada sebelum
kenabian ataupun sesudahnya.6 Menurut istilah para ahli pokok agama
(al-ushuliyyudin), sunnah ialah sesuatu yang diambil dari Nabi SAW,
yang terdiri dari sabda, perbuatan dan persetujuan saja.Sesuai dengan tiga
hal tersebut di atas yang disandarkannya kepada

Rasulullah saw. maka Sunnah dapat dibedakan kepada 3 macam:

a. Sunnah qauliyah (perkataan), yaitu sabda yang beliau sampaikan dalam


beraneka tujuan dan kejadian . Misalnya hadits yang berbunyi: “tidak ada
kemudharatan dan tidak pula memudharatkan” Adalah suatu Sunnah
qauliyah yang bertujuan memberikan sugesti kepada umat Islam agar
tidak membuat kemudharatan kepada dirinya sendiri dan orang lain.

b. Sunnah fi’liyah (perbuatan), yaitu segala tindakan Rasulullah saw.


Sebagai Rasul. Misalnya tindakan beliau mengerjakan shalat 5 waktu
dengan menyempurnakan cara-cara, syarat-syarat dan rukun-rukun
melaksanakan, menjalankan ibadah haji, memutuskan perkara
berdasarkan bukti atau saksi dan mengadakan penyumpahan terhadap
seorang pendakwa.

c. Sunnah taqririyah (persetujuan) perkataan atau perbuatan sebagian


sahabat yang telah disetujui oleh Rasulullah saw. secara diam-diam atau
tidak di bantahnya atau disetujui melalui pujian yang baik. Persetujuan
beliau terhadap perbuatan yang dilakukan oleh sahabat itu dianggap
sebagai perbuatan yang dilakukan oleh beliau sendiri. Sebagai contoh
misalnya periwayatan seorang sahabat yang menceritakan bahwa: Ada
dua orang sahabat bepergian, kemudian setelah datang waktu shalat
mereka bertayammum karena mereka tidak mendapatkan air. Setelah
mereka melanjutkan perjalanan kembali, di tengah jalan mereka
mendapatkan air, sedang waktu shalat masih ada. Lalu salah seorang dari
mereka berwudhu dan mengulang shalatnya kembali, sedang yang
satunya tidak melakukan yang demikian. Ketika kedua orang tersebut
melaporkan kepada rasulullah saw. apa yang telah mereka lakukan, maka
beliau membenarkan tindakan yang telah mereka lakukan masingmasing.
Beliau berkata kepada orang yang tidak mengulang
shalatnya:”perbuatanmu adalah sesuai dengan sunnah, karena itu shalat
yang sudah kamu kerjakan itu sudah cukup”. Kepada orang yang
mengulang shalatnya beliau berkata:”kamu akan memperoleh pahala dua
kali”.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Al-Qur’an adalah kalam Allah Swt. (wahyu) yang disampaikan


kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril dan diajarkan
kepada umatnya, dan membacanya merupakan ibadah. Al-Qur’an adalah
sumber hukum utama selain sebagai kitab suci. Oleh karena itu, semua
ketentuan hukum yang berlaku tidak boleh bertentangan dengan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’an.

Hadis atau sunnah adalah segala ucapan atau perkataan, perbuatan,


serta ketetapan (takrir) Nabi Muhammad saw. yang terlepas dari hawa
nafsu dan perkara-perkara tercela. Hadis merupakan sumber hukum kedua
setelah al-Qur’an. Dengan demikian, hadis memiliki fungsi yang sangat
penting dalam hukum Islam. Di antara fungsi hadis, yaitu untuk
menegaskan ketentuan yang telah ada dalam al-Qur’an, menjelaskan ayat
al-Qur’an (bayan tafsir), dan menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang
bersifat umum (bayan takhsis).
B. Saran

Merealisasikan dan menerapkan hukum-hukum Islam dalam


kehidupan akan membawa manfaat besar bagi manusia. Semua aturan
atau hukum yang bersumber dari Allah Swt. dan Rasul-Nya merupakan
suatu aturan yang dapat membawa kemaslahatan hidup di dunia dan
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
As Suyuthi, Jalaludin. 2008. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta:
Gema Insani Press.

Kementerian Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta:


Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta:


Kementerian Agama RI.

Kementerian Agama RI. 2012. Tafsir al-Qur’an Tematik. Jakarta:


Kementerian Agama RI.

Mu’thi, Fadlolan Musyaffa’. 2008. Potret Islam Universal. Tuban: Syauqi


Press.

Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta:
DU Publishing.

Shihab, Quraisy. 1998. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Syaltut, Mahmud. 1990. Tafsir Al-Qur’anul Karim. Bandung:


Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai