Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kecerdasan Emosional Dan Spiritual

“HAPPINESS”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

KHALIZAH REZKY (2101030071)

LISA HANIM (2101030088)

DOSEN PENGAMPU: Nur Mawakhira Yusuf, S.Pd.I.M.Psi

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
para pembaca.

Palopo, 04 desember 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebahagiaan hidup merupakan sesuatu yang pasti dan menjadi cita-cita


semua orang dalam hidupnya.Baik kebahagiaan di dalam berhasil menjalankan
tugas dan kewajiban yang baik serta benar maupun keberhasilam dalam
menghindari penderitaan.bahagia dan tidaknya seseorang bias berangkat dari
mampu dan tidaknya orangnya tersebut memenuhi kebutuhan keinginan (dalam
bentuk positif),berangkat dari kata hatinya yang tulus dan murni

Bila pemenuhannya bersifat negatif yang sebenarnya bukan kebahagiaan,

Maka dibalik pemenuhan itu masih terdapat keganjilan yang tidak bias diterima
oleh kata hatinya bahkan hanya bersifat sementara.karna itu orang yang
berbahagia ialah orang yang bisa menerima kenyataan hidupnya, bisa menerima
segala yang ada pada dirinya. Akan tetapi tetap percaya bahwa dibalik kepahitan
pasti ada kesejahteraan yang lebih lama seperti orang minum obat, pahit dikala
minumnya tetapi setelah minum hadir kesehatan yang lebih lama dari pahitnya
rasa.

B. Rumusan Masalah

1.Apa pengertian happiness

2.Aspek-aspek happiness

3.Ciri-ciri happiness

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian happiness


2. Untuk mengetahui aspek-aspek happiness
3. Untuk mengetahui ciri-ciri happiness
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi happiness
BAB I I

PEMBAHASAAN

A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness)

Kebahagiaan (happiness) adalah suatu perasaan menyenangkan yang


ditunjukkan dengan kenikmatan, kepuasan, kenyamanan, kegembiraan
atau emosi positif yang membuat kehidupan menjadi baik dalam
kesejahteraan, keamanan atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan
bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat
berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan. Kebahagiaan
merupakan perasaan positif yang dapat membuat pengalaman
menyenangkan berupa perasaan senang, damai, termasuk juga di
dalamnya kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup serta tidak
adanya perasaan tertekan ataupun menderita. Beberapa tanda yang
ditemukan pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya yaitu
orang yang menghargai dirinya sendiri, optimis, terbuka, dan mampu
mengendalikan diri.

Berikut definisi dan pengertian kebahagiaan atau happiness dari


bebeberapa sumber buku:
• Menurut Rahmad (2009), kebahagiaan adalah suatu perasaan yang
menyenangkan serta penilaian seseorang akan kehidupan yang
dijalaninya.
• Menurut Seligman (2005), kebahagiaan adalah suatu hasil penilaian
terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti
kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas
positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti
absorbsi dan keterlibatan.
• Menurut Biswas, Diener dan Dean (2007), kebahagiaan adalah
kualitas dari keseluruhan hidup manusia apa yang membuat
kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti kesehatan yang
lebih baik, kreativitas yang tinggi, pendapatan yang lebih tinggi dan
tempat kerja yang baik.
• Menurut Indriana (2012), kebahagiaan adalah istilah umum yang
menunjukkan kenikmatan atau kepuasan yang menyenangkan dalam
kesejahteraan, keamanan, atau pemenuhan keinginan. Kebahagiaan
adalah pencapaian cita-cita dan keberhasilan dalam apa yang
diinginkan.

B. Aspek-Aspek Kebahagiaan

Menurut Seligman (2005), terdapat lima aspek utama kebahagiaan, yaitu


sebagai berikut:

1. Terjalinnya hubungan positif dengan orang lain

Hubungan positif bukan sekedar memiliki teman, pasangan,


ataupun anak, tetapi dengan menjalin hubungan yang positif
dengan individu yang ada di sekitar. Hubungan positif akan
tercipta bila adanya dukungan sosial yang membuat individu
mampu mengembangkan harga diri, meminimalkan masalah-
masalah psikologis, kemampuan pemecahan masalah yang
adaptif, dan membuat individu menjadi sehat secara fisik.

2. Keterlibatan penuh

Keterlibatan penuh bukan hanya pada karier, tetapi juga


dalam aktivitas lain seperti hobi dan aktivitas bersama
keluarga. Melibatkan diri secara penuh, bukan hanya fisik yang
beraktivitas, tetapi hati dan pikiran juga turut serta dalam
aktivitas tersebut.
3. Penemuan makna dalam keseharian

Dalam keterlibatan penuh dan hubungan positif dengan


orang lain tersirat satu cara lain untuk dapat bahagia, yakni
menemukan makna dalam apapun yang dilakukan. Individu
yang bahagia akan menemukan makna di setiap apapun yang
dilakukannya.

4. Optimisme yang realistis

Individu yang optimis mengenai masa depan merasa lebih


bahagia dan puas dengan kehidupannya. Individu yang
mengevaluasi dirinya dengan cara yang positif, akan memiliki
kontrol yang baik terhadap hidupnya, sehingga memiliki
impian dan harapan yang positif tentang masa depan. Hal ini
akan tercipta bila sikap optimis yang dimiliki individu bersifat
realistis.

5. Resiliensi

Orang yang berbahagia bukan berarti tidak pernah


mengalami penderitaan. Kebahagiaan tidak bergantung pada
seberapa banyak peristiwa menyenangkan yang dialami,
melainkan sejauh mana seseorang memiliki resiliensi, yakni
kemampuan untuk bangkit dari peristiwa yang tidak
menyenangkan sekalipun.

Masih menurut Seligman (2005), kebahagiaan juga dapat


diidentifikasikan secara objektif ke dalam pemenuhan beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:

a) Terpenuhinya kebutuhan fisiologis (material), misalnya makan,


minum, pakaian, kendaraan, rumah, kehidupan seksual, kesehatan
fisik, dan sebagainya.

b) Terpenuhinya kebutuhan psikologis (emosional), misalnya, adanya


perasaan tenteram, damai, nyaman, dan aman, serta tidak menderita
konflik batin, depresi, kecemasan, frustrasi, dan sebagainya.

c) Terpenuhinya kebutuhan sosial, misalnya memiliki hubungan yang


harmonis dengan orang-orang di sekelilingnya, terutama keluarga,
saling menghormati, mencintai, dan menghargai.
d) Terpenuhinya kebutuhan spiritual, misalnya mampu melihat seluruh
episode kehidupan dari perspektif makna hidup yang lebih luas,
beribadah, dan memiliki keimanan kepada Tuhan.

C. Ciri-Ciri Orang Yang Bahagia

Menurut Myers (2002), kebahagiaan pada diri individu dapat ditandai


dengan beberapa karakteristik atau ciri-ciri, antara lain yaitu sebagai
berikut:
a. Menghargai diri sendiri
Orang yang bahagia cenderung menyukai dirinya sendiri.
Mereka cenderung setuju dengan pernyataan seperti “Saya
adalah orang yang menyenangkan”. Umumnya orang yang
bahagia adalah orang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup
tinggi untuk menyetujui pernyataan seperti di atas.
b. Optimis
Individu yang bahagia akan menunjukkan optimisme yang tinggi.
Individu biasanya telah memprediksi dan membayangkan masa
depan secara lebih optimis dan yakin akan berhasil. Hal ini
membuat individu lebih sukses, sehat dan lebih bahagia di
kemudian hari.
c. Terbuka
Individu yang bahagia biasanya lebih terbuka terhadap orang
lain serta membantu orang lain yang membutuhkan bantuannya.
Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang tergolong
sebagai orang ekstrover akan mudah bersosialisasi dengan orang
lain sehingga memiliki kebahagiaan yang lebih besar.
d. Mampu mengendalikan diri
Orang yang bahagia pada umumnya merasa memiliki kontrol
pada hidupnya. Mereka merasa memiliki kekuatan atau kelebihan
sehingga biasanya mereka berhasil lebih baik di sekolah atau
pekerjaan. Dengan demikian orang yang mampu mengendalikan
diri akan merasa lebih bahagia.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Terdapat beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi


kebahagiaan pada seseorang, yaitu sebagai berikut:

a. Uang dan kesuksesan


Korelasi antara mempunyai uang dan merasakan kebahagiaan
pada dasarnya lemah. Uang menjadi penting ketika individu tidak
memilikinya. Penilaian seseorang terhadap uang akan
memengaruhi kebahagiaan seseorang tersebut, lebih daripada
uang itu sendiri. Kesuksesan tidak dengan sendirinya membawa
kebahagiaan. Kegagalan jamaknya mengakibatkan ketidak-
bahagiaan. Baik kesuksesan maupun kegagalan mengandung
muatan subjektif yang signifikan.
b. Kepribadian
Dalam budaya barat individu yang memiliki tipe kepribadian
ekstrover lebih bahagia daripada individu tipe neurotisisme.
Individu ekstrover memiliki kecocokan dengan lingkungan sosial
sehingga sering terlibat dalam interaksi sosial. Individu yang
memiliki tipe kepribadian ekstrover memiliki suasana hati yang
positif dalam bersosialisasi.
c. Kehidupan sosial dan persahabatan
Orang yang bahagia dalam kehidupannya menjalani kehidupan
sosial yang kaya dan memuaskan. Dalam kehidupannya seorang
individu yang bahagia lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bersosialisasi daripada sendirian. Hubungan dengan teman
berkorelasi dengan kebahagiaan. Kehidupan sosial dimanfaatkan
untuk bersosialisasi dengan teman-teman sehingga menjadi orang
luar biasa dalam membangun dan memelihara persahabatan.
Orang-orang yang bahagia lebih sering dipilih sebagai teman dan
kepercayaan.
d. Cinta dan perkawinan
Perkawinan merupakan faktor kunci dalam mengenyam
kebahagiaan. Perkawinan adalah sesuatu yang baik. Sebagaimana
hal-hal baik lainnya. Agar membuahkan hasil-hasil yang bagus,
termasuk kebahagiaan dan kepuasan, perkawinan harus
dipandang sebagai penyatuan spiritual dari dua mitra sejajar yang
saling setia dan menanggung beban masing-masing.
e. Kesehatan
Kesehatan berhubungan dengan kebahagiaan. Emosi positif
memungkinkan individu untuk meningkatkan toleransi. Emosi
positif yang dikembangkan dan persepsi yang baik mengenai
kesehatan, akan meningkatkan kebahagiaan. Hal ini berdampak
pada sistem kekebalan tubuh individu, karena individu yang
bahagia akan bekerja lebih efektif daripada orang yang tidak
berbahagia.
f. Dukungan sosial
Ada hubungan antara dukungan sosial dengan kebahagiaan.
Hubungan antara anggota keluarga lainnya saling memberikan
dukungan sosial untuk semua anggota keluarga. Dukungan sosial
ini tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi dapat meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.
g. Agama dan spiritualitas
Ada hubungan antara kebahagiaan dengan religius. Orang yang
terlibat dalam agama lebih bahagia daripada yang tidak terlibat
dalam agama. Agama memberikan sistem kepercayaan yang
memungkinkan orang untuk menemukan makna hidup dan
berharap untuk masa depan sehingga lebih bersikap optimis
tentang kehidupan. Individu yang terlibat dalam agama sering
terkait dengan gaya hidup sehat secara fisik dan psikologis.
Dengan demikian individu yang memiliki religius yang tinggi, akan
lebih berbahagia.
h. Kepuasan kerja
Perasaan puas dengan pekerjaan sendiri dan perasaan
berfaedah berkorelasi erat dengan kebahagiaan. Sebaliknya,
pengangguran membawa dampak yang merusak kesejahteraan
subjektif. Pekerjaan menjadi bukan hanya alat untuk
mendapatkan uang, tetapi juga isyarat bahwa seseorang dihargai
dan dibutuhkan oleh orang lain, dan juga meyakinkan bahwa
dirinya melakukan sesuatu yang berfaedah. Pengangguran bukan
sekedar tiadanya penghasilan, melainkan juga rasa ditolak dan
tidak berguna.

Anda mungkin juga menyukai