PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam
kehidupan
sekarang
ini,
banyak
sekali
orang
yang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. MAKNA KEBAHAGIAAN
mencari
bagaimana
cara
mendapatkannya.
Apabila
seseorang
bahagia apabila kita menjadi diri kita sendiri serta menyesuaikan apa saja
yang cocok dengan diri kita dan tidak berusaha merasa dengki, ingin
mengungguli jabatan, pekerjaan orang di sekitar kita. Oleh karena itulah
jangan pernah memiliki atau merasa mempunyai kekurangan dibandingkan
dengan orang lain. Dengan terus membanding-bandingkan itulah kita tidak
sadar bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada gunanya untuk diri kita.
sangat
bahagia
menjalani
kehidupan sosial
yang kaya
dan
dapat
memberikan dukungan sosial bagi orang tersebut (Carr, 2004). Carr (2004)
juga menambahkan keterlibatan dalam suatu agama juga diasosiasikan
dengan kesehatan fisik dan psikologis yang lebih baik yang dapat dilihat dari
kesetiaan dalam perkawinan, perilaku sosial, tidak berlebihan dalam
makanan dan minuman, dan bekerja keras.
4. Pernikahan
Seligman (2005) mengatakan bahwa pernikahan sangat erat hubungannya
dengan kebahagiaan. Menurut Carr (2004), ada dua penjelasan mengenai
hubungan kebahagiaan dengan pernikahan, yaitu orang yang lebih bahagia
lebih atraktif sebagai pasangan daripada orang yang tidak bahagia.
Penjelasan kedua yaitu pernikahan memberikan banyak keuntungan yang
dapat membahagiakan seseorang, diantaranya keintiman psikologis dan
fisik, memiliki anak, membangun keluarga, menjalankan peran sebagai
orang tua, menguatkan identitas dan menciptakan keturunan (Carr, 2004).
Kebahagiaan orang yang menikah memengaruhi panjang usia dan besar
penghasilan dan ini berlaku bagi pria dan wanita (Seligman, 2005).
5. Usia
Penelitian dahulu yang dilakukan oleh Wilson mengungkapkan kemudaan
dianggap mencerminkan keadaan yang lebih bahagia (Seligman, 2005).
Namun setelah diteliti lebih dalam ternyata usia tidak berhubungan dengan
kebahagiaan (Seligman, 2005). Sebuah penelitian otoratif atas 60.000 orang
dewasa dari 40 bangsa membagi kebahagiaan dalam tiga komponen, yaitu
kepuasan hidup, afek positif dan afek negatif (Seligman, 2005). Kepuasan
hidup sedikit meningkat sejalan dengan betambahnya usia, afek positif
sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah (Seligman, 2005). Seligman
(2005) menjelaskan hal yang berubah ketika seseorang menua adalah
intensitas emosi dimana perasaan mencapai puncak dunia dan terpuruk
7
penelitian
yang
dilakukan
untuk
melihat
hubungan
antara
kebutuhan
pada
dasar,
kebahgiaan
peningkatan
(Seligman,
kekayaan
2005).
tidak
Seligman
begitu
(2005),
positif
bahkan
ketika
sedang
sakit.
Ketika
penyakit
yang
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bahagia adalah pilihan, keputusan yang lahir dari hati setiap manusia. Dicari,
diperjuangkan dan dinikmati dalam kehidupan kita. Arti kebahagiaan bagi setiap
orang memang tak selalu sama karena kebahagiaan sering dipersepsikan
sebagai ketercapaian atas sesuatu yang kita inginkan, kesuksesan atau
kesempurnaan. Banyak cara yang dilakukan orang dengan tujuan dan alasan
kebahagiaan. Berkutat dengan fakta dan logika, hingga semua hal sering dinilai
dengan logis dan tak logis. Kata hati, begitu sering terlupakan dan terabaikan.
Padahal, kata hati mampu menuntun kita ke jalan yang tepat. Jalan yang bisa
membuat kita merasa bahagia.
Kita tidak akan menemukan kebahagiaan dengan memperbesar rumah yang
kita tinggali, meningkatkan saldo tabungan di bank, bertambahnya mobil yang
kita miliki, atau bahkan mengubah pasangan hidup. Semua hal yang membuat
kita tidak bahagia sebenarnya bersumber dari diri kita sendiri. Dominasi
persepsi dan cara pandang yang keliru seringkali menguasai diri daripada kata
hati.
Padahal,
cara
untuk
dan
bahagia
ada
mensyukuri yang
pada
ada,
hati,
yaitu keikhlasan
kenyataan.
3.2. SARAN
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. Kami sadar bahwa makalah ini
belum sempurna baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh
karena itu, kami sangat berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi
menciptakan sebuah makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis dan khusunya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiloka, Bambang dan Riana, Rati. 2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rajawali Pers
Haris Sumadiria, AS. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung: Simbiosa
Rekatama Media
HS, Lasa. 2009. Menulis Itu Segampang Ngomong, cet. III, Yogyakarta: Pinus
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Mahir Menulis, Jakarta: Erlangga
Leo, Sutanto. 2010 Kiat Jitu Menulis Dan Menerbitkan Buku, Jakarta: Erlangga
Rahmat Rosyadi, A. 2008. Menjadi Penulis Profesional Itu Mudah, Bogor:
Ghalia Indonesia
Bahagia itu Simpel yang kita butuhkan hanya Ketaqwaan, Kasih sayang,
Kesetiaan, Komunikasi, Keterbukaan, Kejujuran dan kesabaran.
Tidak ada satupun manusia yang tidak ingin hidup bahagia. Namun tidak
semua perjalanan manusia mencari kebahagiaan menemukan jalan dan
cara cara yang benar untuk meraihnya. Beragam sumber kebahagian
dapat diperoleh. Ia dapat diraih dan dirasakan kapan dan dimana saja
karena ia tidak mengenal ruang dan waktu. Secara mutlak ia bersumber
dari Allah.
Kebahagiaan tidak selalu identik dengan kepuasan dan kesenangan.
Karena kepuasan dilakukan atau dialami oleh seseorang yang tidak
berangkat dari kata hati yang tulus akan tetapi berdasarkan nafsu
Sejatinya, tidak ada kesempurnaan yang bisa membuat kita bahagia, tetapi
kebahagian membuat hidup kita terasa sempurna. Setiap harapan dan
kenyataan sebenarnya bisa membuat kita bahagia karena diri kitalah yang bisa
menentukan, menjadi sumber, dan merasakan kebahagiaan itu. Apakah makna
bahagia yang sesungguhnya? Bagaimanakah cara kita untuk bahagia?
Meskipun
barometer
kebahagiaan
bagi
setiap
orang
bersifat
relatif,
kebahagiaan itu sederhana jika kita mau mengikuti kata hati. Diri dan cara kita
10
dan
mensyukuri yang
ada,
Tidak ada satupun manusia yang tidak ingin hidup bahagia. Namun tidak
semua perjalanan manusia mencari kebahagiaan menemukan jalan dan
cara cara yang benar untuk meraihnya. Beragam sumber kebahagian
dapat diperoleh. Ia dapat diraih dan dirasakan kapan dan dimana saja
karena ia tidak mengenal ruang dan waktu. Secara mutlak ia bersumber
dari Allah.
Kebahagiaan tidak selalu identik dengan kepuasan dan kesenangan.
Karena kepuasan dilakukan atau dialami oleh seseorang yang tidak
berangkat dari kata hati yang tulus akan tetapi berdasarkan nafsu. Allahlah yang menciptakan kita, sudah pasti Allah Maha Mengetahui segala
kebutuhan kita. Maka manakala kita ingin kebahagiaan dalam hidup,
seyogyanya kita kembali kepada segala apa yang Allah perintahkan
kepada kita, karena semua yang Allah perintahkan kepada kita pada
hakikatnya adalah membawa kebaikan dan kemaslahatan untuk kita
yang pasti akan membawa kebahagiaan untuk kita,
Salam Happiness
11