Irvandi Arifiansyah K1206028
Irvandi Arifiansyah K1206028
id
Skripsi
Oleh:
Irvandi Arifiansyah
K1206028
Oleh:
Irvandi Arifiansyah
K1206028
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Persetujuan Pembimbing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORI 8
A. Tinjauan Pustaka 8
1. Novel 8
a.
Hakikat Novel 8
b. J en is -
jenis Novel 9
c. Fungsi
Novel 10
d. Ciri-
ciri Novel 11
2. Pendekatan Struktural 12
3. Nilai Pendidikan 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a.
Hakikat Nilai
28
b.
Hakikat Pendidikan
29
c.
Macam-macam Nilai Pendidikan
33
B. Penelitian yang Relevan 42
C. Kerangka Berpikir 44
a. Tema
51
b. Penokohan
54
c. Alur
73
d. Latar
80
e. S u d u t
Pandang
83
2. K eter jalin an
Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm
Karya Donny Dhirgantoro 85
3. Nilai Pendidikan
yang Terdapat dalam Novel 5Cm
Karya Donny Dhirgantoro 90
a. N i l a i
Pendidikan Sosial
90
b. N i l a i
Pendidikan Moral
94
c. N i l a i
Pendidikan Religius
96
d. N i l a i
Pendidikan Estetika
97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B.
Pembahasan Hasil Penelitian
99
BAB V PENUTUP ....
104
A. Simpulan ...
104
B. Implikasi ...
105
C. Saran ...
107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN … 111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Berpikir 45
2. Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis) 49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
Pokok pembahasan yang dapat mengugah inti dari karya sastra terdapat di
dalam unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai
jika orang membaca karya sastra, seperti novel. Unsur intrinsik sebuah novel
adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Burhan Nurgiyantoro 2005:23).
Inti dan amanat sastrawan dalam menciptakan karya sastra dapat tercermin
dalam berbagai hal, seperti dalam kekuatan pengisahan, pemilihan tokoh,
penggambaran suasana, perjalanan alur, dan kekuatan dialog antartokoh.
Pengisahan yang memiliki kekuatan terbesar dalan karya sastra sering mengena
dalam hati pembaca dengan ending atau akhir kisah yang bahagia (happy ending)
maupun sedih (sad ending). Perjalanan cerita yang dikisahkan sastrawan dapat
membawa pembaca untuk selalu ingin tahu bagaimana akhir cerita yang akan
terjadi. Pembaca seakan terhipnotis untuk tidak melepaskan pandangannya dari
setiap kata dan kalimat selanjutnya dalam cerita.
Pemilihan tokoh juga memiliki peranan besar dalam mengantarkan inti
cerita kepada pembaca. Tokoh yang membawa cerita menuju berbagai arah dan
bermuara pada akhir cerita membuat pembaca seolah menjadikan dirinya sebagai
tokoh utama cerita tersebut. Pembaca merasakan bagaimana kesedihan,
kegembiraan, kemarahan, atau kebingungan yang sama dengan tokoh yang mereka
baca. Tokoh-tokoh yang membuat pembaca selalu ingin membelanya,
mengasihaninya, menyayanginya, bahkan hingga membencinya. Tokoh-tokoh
inilah yang sering menjadi panutan dari pembaca yang terhipnotis oleh cerita yang
mereka baca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Suasana dalam cerita tidak dapat luput dari indra perasaan pembaca.
Suasana yang disajikan dalam pengisahan cerita dapat membuat pembaca
merasakan apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh dan bagaimana cerita akan
berlanjut menuju babak selanjutnya. Pembaca dapat dibuat terharu, bergelora,
takut, bersemangat dan sebagainya, karena penggambaran suasana yang ditangkap
oleh pembaca melalui cerita tersebut dapat menyentuh hati dan perasaan pembaca
lebih mendalam.
Berbagai macam alur yang dipilih oleh sastrawan sangat menentukan
model cerita seperti apa yang akan disajikan pada pembaca. Pembaca dapat dibuat
bingung oleh alur yang ada pada cerita. Namun, kadang alur yang
membingungkan tersebut dipakai untuk menentukan bagaimana babak dan konflik
dalam cerita. Sastrawan dapat menyajikan alur maju yang mudah dipahami oleh
pembaca, atau menggunakan alur mundur yang membuat pembaca penasaran
untuk terus mengikuti arah cerita.
Hal yang tidak kalah menarik dalam penyajian kisah adalah kekuatan
dialog antartokoh. Melalui percakapan antartokoh ini, pembaca dapat menarik
berbagai quotation, kutipan yang berharga atau kata-kata yang bagus dan memiliki
makna yang menarik. Percakapan antartokoh juga dapat memperkuat setiap babak-
babak dalam cerita dengan pengekspresian masing-masing yang tampak dalam
ketajaman atau kelembutan dialog. Dialog yang hanya keluar beberapa kata saja
dapat mengubah penafsiran pembaca mengenai kelanjutan cerita, emosi pembaca,
serta ketertarikan pembaca untuk meneruskan bacaannya.
Novel-novel pembangkit semangat atau pemotivasi saat ini memang marak
di kalangan masyarakat. Masyarakat seakan kehilangan figur teladan, sehingga
membutuhkan cerita pembangkit semangat untuk dapat memulai harinya secara
lebih baik dan lebih termotivasi. Masyarakat sekarang ini seakan telah kehilangan
mimpi, sehingga harus mengutip mimpi dari berbagai kisah-kisah novel untuk
menempatkannya sebagai mimpi-mimpi mereka. Namun, kehadiran novel
pemotivasi bukanlah hal yang patut disesalkan, sebaliknya hadirnya novel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dalam novel karya Donny Dhirgantoro ini terdapat kelebihan yang sangat
membekas bagi siapa saja yang membacanya. Pembaca dirangsang untuk
menekuni sebuah motivasi yang baik, yaitu untuk mengejar cita-cita dan mimpinya
agar menjadi kenyataan dengan cara baru yang lebih berkesan dan dapat
memompa semangat, agar setiap saat cita-cita dan mimpi itu tetap terlihat dan
selalu mengingatkan pembaca untuk berusaha mengejarnya tanpa putus asa.
Motivasi ini lah yang membuat penulis memutuskan untuk menggunakan
pendekatan struktural yang cocok terhadap karya sastra dan dengan pendekatan ini
penulis bermaksud untuk menjaga keobjektifan sebuah karya sastra, sehingga
untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya
sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas
pula efeknya pada pembaca (Tirto Suwondo, 2003:54).
Penyampaian motivasi dan kebaikan-kebaikan dalam novel ini memberikan
pendidikan yang baik serta beragam bagi pembaca. Pendidikan mengenai
kehidupan, budi pekerti serta contoh-contoh pelajaran yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Pembaca kadang terjebak dalam kehidupan lingkup sekitarnya yang
tenang, damai, glamor, dan individualistis. Pada kenyataannya dunia yang luas ini
berisi berbagai macam manusia serta seluk-beluk kehidupannya. Banyak pelajaran
berharga yang hanya tersampaikan melalui kenyataan hidup yang pahit. Proses
yang dilalui oleh seorang manusia mewajibkan mereka untuk mengetahui dan
menyaksikan sebuah pelajaran yang membuat beberapa pilihan yang harus mereka
pilih. Pilihan mereka tersebut yang akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya.
Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel 5Cm terdapat secara
menyeluruh dalam berbagai aspek. Maka dari itu, aspek-aspek tersebut dapat
dikaji menggunakan pendekatan struktural. Aspek-aspek itu terdapat pada setiap
tokoh dengan kelebihannya masing-masing, sehingga penulis merasa perlu
mengkaji novel ini untuk menunjukkan berbagai nilai pendidikan yang baik bagi
pembaca. Nilai pendidikan yang tersembunyi tidak akan tersampaikan dengan baik
apabila tidak melihat sisi yang seharusnya diperhatikan dangan detail oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pembaca, bukan hanya sisi cerita yang menarik saja. Manfaat yang akan dirasakan
oleh pembaca akan lebih terserap dengan baik jika pembaca memahami dan
mengerti berbagai pilihan yang muncul serta langkah apa yang seharusnya diambil
agar tidak berakhir pada sebuah kesalahan.
Pendekatan struktural yang diterapkan untuk mengkaji karya sastra menilik
pada karya sastra saja dengan mengambil nilai-nilai positif dan pengembangan
pemikiran yang dapat memberikan motivasi terhadap penalaran yang diterima
pembaca. Motivasi yang diciptakan oleh pengarang novel tersebut menegasan
bahwa sebuah karya sastra sebaiknya memiliki maksud yang mendorong pembaca
menuju kebenaran dan perubahan menuju kebaikan. Maka dari itu, pada saat karya
sastra ini dikaji menggunakan pendekatan struktural, berbagai macam dorongan
dan rangsangan positif akan membangun sebuah pemikiran baru yang lebih
konstruktif.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny
Dhirgantoro?
2. Bagaimana keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro?
3. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
secara teoretis kepada pembaca mengenai penelitian dan kegiatan dalam bidang
sastra, terutama penelitian sastra dengan pendekatan struktural.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya sastra dengan memahami latar
belakang lahirnya suatu karya sastra.
b. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan
struktural untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang
menarik, kreatif, dan inovatif.
c. Manfaat bagi pengambil kebijakan pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pedoman untuk
menentukan arah kebijakan pendidikan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara inovatif dan kontekstual.
d. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti yang berniat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Novel
a. Hakikat Novel
Novel secara umum dapat diidentifikasi sebagai sebuah karangan yang
memaparkan ide, gagasan atau khayalan dari penulisnya. Hal tersebut sejalan
dengan definisi novel yang terdapat di dalam The American Collage Dictionary
(dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 120). Novel sebagai sebuah karya fiksi
merupakan sebuah karangan yang memaparkan ide, gagasan, atau khayalan dari
pengarangnya. Ide atau gagasan tersebut berupa pengalaman langsung yang
dimiliki pengarang maupun sebuah ide yang bersifat imajinasi. Brooks (dalam
Henry G. Tarigan, 1993: 120) mendefinisikan bahwa fiksi adalah “sebuah bentuk
penyajian atau cara seseorang memandang hidup ini”. Bertolak dari pengertian itu,
diambil sebuah pemikiran bahwa karya fiksi memang tidak nyata, tetapi karya
sastra juga bukan sebuah kebohongan karena fiksi adalah suatu jenis karya sastra
yang menekankan kekuatan kesastraan pada daya penceritaan. Karya sastra tidak
hanya sebuah khayalan, tetapi merupakan sebuah cerminan dari suatu hal yang
dirasakan, dilihat, bahkan mungkin dialami oleh seorang pengarang.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) memaparkan bahwa novel berasal dari
bahasa Italia, yakni novella. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9)
mengemukakan bahwa secara harfiah novella berarti sebagai “sebuah barang baru
yang kecil” yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Berdasarkan pengertian tersebut, dijelaskan bahwa novel adalah salah satu jenis
karya sastra yang berbentuk prosa.
Berdasarkan beberapa pengertian novel di atas, ditarik sebuah simpulan
bahwa novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa fiksi. Novel mengandung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel
yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang
mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini. Oleh karena itu,
dalam novel serius tidak akan terjadi sesuatu yang bersifat stereotip, atau paling
tidak, pengarang berusaha untuk menghindarinya. Novel serius mengambil realitas
kehidupan ini sebagai model, kemudian menciptakan sebuah “dunia baru” melalui
penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Novel serius tidak
mengabdi kepada selera pembaca sehingga perhatian novel sastra lebih kepada
nilai-nilai kesastraan yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, novel serius selalu
mendapatkan perhatian yang lebih dari para kritikus sastra.
2) Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel ini cenderung
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu baru. Novel populer tidak
menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha untuk
meresapi hakikat kehidupan lebih dalam. Staton (dalam Burhan Nurgiyantoro,
2005: 19) mengemukakan bahwa novel populer lebih mudah dibaca dan lebih
mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Novel
populer tidak begitu memfokuskan pada efek estetis, tetapi memberikan hiburan
langsung dari aksi ceritanya. Novel populer cenderung untuk mengejar selera
pembaca dan komersial sehingga novel ini tidak akan menceritakan sesuatu
dengan serius.
c. Fungsi Novel
Alasan para pengarang menuangkan dan menuliskan ide-idenya dalam
sebuah karya sastra (novel) dengan harapan dapat diambil manfaatnya bagi
pembacanya. Selain itu, karya sastra dapat berfungsi sebagai karya fiksi yang
bertujuan sebagai sarana untuk menghibur diri bagi pembacanya sehingga dapat
memperoleh kepuasan batin. Kepuasan batin yang diperoleh pembaca dapat
mengubah pemahaman dan dapat berfungsi sebagai pemotivasi dalam menjalani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ehidupnya.
Agustien S., Sri Mulyani, dan Sulistiono (1999: 92-93) menguraikan
beberapa fungsi karya sastra (novel), yaitu: (a) fungsi rekreatif, yaitu apabila sastra
dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya; (b) fungsi
didaktif, yaitu apabila sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya
karena adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya;
(c) fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan bagi
pembacanya; (d) fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan
pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang baik dan
buruk; dan (e) fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama yang
dapat diteladani para pembaca sastra.
Haji Saleh (dalam Atar Semi, 1993: 20-21) secara ringkas menguraikan
fungsi karya sastra di dalamnya termasuk novel, antara lain: (a) fungsi pertama
sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan
pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila
mengalami suatu masalah; (b) sebagai pengimbang sains dan teknologi; (c)
sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif, bagi
masyarakat sezamannya dan masyarakat yang akan datang, antara lain:
kepercayaan, cara berfikir, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan,
bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaan; dan (d) sebagai suatu tempat di mana
nilai-nilai kemanusiaan mendapat tempat yang sewajarnya, dipertahankan dan
disebarluaskan, terutama di tengah-tengah kehidupan modern yang ditandai
dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan teknologi.
Beracuan dari berbagai fungsi karya sastra (novel) di atas, sastra banyak
memberikan manfaat bagi pembacanya, baik sebagai hiburan, maupun mampu
mengarahkan atau mendidik pembacanya agar dapat lebih bermoral dan dapat
menghargai orang lain, serta meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalam
karya sastra tersebut. Novel juga berfungsi sebagai penyeimbang antara nilai-nilai
kemanusiaan dengan dunia nyata yang berisi ilmu dan kemajuan teknologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Ciri-ciri Novel
Zaidan Hendy (1993: 225) menguraikan ciri-ciri novel sebagai berikut: (a)
sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.
Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian; (b) bahan cerita diangkat
dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang; (c)
penyajian cerita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang menjadi batang
tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom
(mempunyai latar tersendiri); (d) tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema
utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut; dan
(e) karakter tokoh-tokoh dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh
lainnya. Selain itu dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis.
Tokoh statis ialah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir
cerita, sedangkan tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter
yang berbeda dan tidak tetap.
Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam
sebuah novel, yaitu adanya: (a) perubahan nasib dari tokoh cerita; (b) ada beberapa
episode dalam kehidupan tokoh utamanya; dan (c) biasanya tokoh utama tidak
sampai mati. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 11) menyatakan bahwa
novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel
itu.
2. Pendekatan Struktural
a. Hakikat Strukturalisme
Kata “struktur” secara etimologis berasal dari bahasa latin, yakni structura
yang berarti bentuk atau bangunan. Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum
formalis Rusia dan strukturalisme Praha. Pendekatan ini mendapat pengaruh dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut
sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 23).
bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra.
Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa
tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang terkandung di
seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna cerita atau karya
sastra tersebut. Pemahaman terhadap tema dapat menguatkan pengertian pembaca
tentang jalannya cerita.
a) Jenis-jenis Tema
Burhan Nurgiyantoro (2005: 77) memaparkan bahwa tema dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda, tergantung dari segi mana
penggolongan itu dilakukan. Di dalam kajian teori ini, dipaparkan jenis-jenis tema
dipandang dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley. Berikut adalah
penjelasan tentang tingkatan tema menurut Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro,
2005: 80-81).
Tema ini mengarah kepada manusia sebagai makhluk sosial. Tema ini
menekankan pada persoalan hidup manusia dengan lingkungan sosialnya.
Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik,
pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, dan masalah lainnya
terutama yang berhubungan dengan kritik sosial.
(4) Tema tingkat egoik
Tema ini mengarah pada manusia sebagai makhluk individu. Di dalam
kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai banyak
permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia
terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah
individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga
diri, sifat, citra diri, jati diri, dan lain-lain.
(5) Tema tingkat divine
Tema ini mengarah pada tataran manusia sebagai makhluk dengan
tingkatan yang tinggi. Masalah yang menonjol dalam tema ini adalah
masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, religiositas, atau
berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup,
visi, dan keyakinan.
b) Tema Mayor dan Tema Minor
Tema dipandang sebagai makna yang dikandung dalam cerita. Makna
sebuah cerita atau karya sastra dapat lebih dari satu. Oleh sebab itu, banyak
interpretasi yang muncul dari sebuah karya sastra. Hal inilah yang menyebabkan
kesulitan untuk menentukan tema pokok cerita atau dapat disebut dengan tema
mayor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan
dasar umum suatu karya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82). Menentukan tema
pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih,
mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang ditafsirkan yang
ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005:
82). Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar atau keseluruhan cerita dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang dikisahkannya.
b) Metode Tidak Langsung (Showing)
Metode tidak langsung mengarah pada metode dramatik yang mengabaikan
kehadiran pengarang sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan
diri secara langsung melalui tingkah laku mereka. Berikut adalah cara untuk
mengetahui karekter tokoh dengan metode tidak langsung.
(1) Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melaui dialog dapat berupa sesuatu yang dikatakan penutur
dan jati diri penutur. Jadi, dalam sebuah teks dialog menyiratkan suatu
watak atau karakter dari tokoh yang mengucapkan dialog tersebut.
(2) Lokasi dan situasi percakapan
Dalam kehidupan nyata, percakapan yang berlangsung secara pribadi
dalam suatu kesempatan di malam hari biasanya lebih serius dan lebih
jelas daripada percakapan di malam hari. Bercakap-cakap di ruang
keluarga biasanya lebih signifikan daripada berbincang di jalan. Dengan
demikian, sangat mungkin hal tersebut terjadi pada cerita fiksi.
(3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur dalam hal ini adalah tuturan yang disampaikan tokoh dalam
cerita. Maksudnya adalah tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh lain.
tokoh, walau diekspresikan secara eksplisit atau implisit. Hal itu juga
berlaku pada sikap ketika tokoh bercakap-cakap dengan tokoh lain.
Penekanan suara juga memberikan gambaran penting tentang tokoh
karena memperlihatkan keaslian watak tokoh bahkan dapat merefleksikan
pendidikan, profesi, dan dari kelas mana tokoh berasal (Pickering &
Hoeper dalam Albertine Minderop, 2005: 36).
(6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh
Selain melalui tuturan, watak tokoh dapat diamati melalui tingkah laku.
Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi uang logam, misalnya adalah
penampilan tokoh yang berupa perubahan ekspresi wajah dapat
memperlihatkan watak tokoh. Selain itu, terdapat motivasi yang
melatarbelakangi perbuatan dan memperjelas gambaran watak para tokoh.
Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini, pembaca tidak sulit
untuk menentukan watak tokoh.
Setiap tokoh memiliki suatu karakter atau watak tertentu. Satu tokoh dalam
suatu cerita dapat dideskripsikan memiliki banyak karakter. Ada beberapa cara
untuk menggambarkan watak tokoh. Herman J. Waluyo (2002: 17) menyebutkan
tiga cara melukiskan tokoh.
(1) Keadaan fisik
Keadaan fisik tokoh meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat
jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, suka senyum atau cemberut, dan
lain-lain. Ciri-ciri fisik tersebut dihubungkan dengan pemilikan watak
pada seorang tokoh.
(2) Keadaan psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar
moral, temperamen, ambisius, kompleks psikologis yang dialami,
keadaan emosi, dan lain-lain.
(3) Keadaan Sosiologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tiga prinsip utama plot di atas didasarkan pada fungsi plot dalam
membangun nilai estetik. Oleh karena itu, identifikasi dan penilaian terhadap
keberadaan plot menjadi sangat beragam.
Dipandang dari waktu terjadi peristiwa, alur atau plot dibagi menjadi tiga
jenis, yakni plot lurus, sorot-balik, dan campuran.
a) Plot lurus/progresif
Alur atau plot dalam sebuah novel dapat dikatakan lurus/progresif jika
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang
pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
kemudian. Dalam hal ini, cerita dimulai secara runtut dari tahap awal,
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,
klimaks), dan akhir (penyelesaian) (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 154)
b) Plot sorot-balik/flash-back
Plot sorot balik menekankan bahwa suatu cerita dalam karya sastra tidak
selalu dimulai dari tahap awal, tetapi bisa langsung menuju ke konflik, klimaks,
atau bagian cerita lainnya. Teknik sorot balik atau flash-back sering lebih menarik
karena sejak awal membaca buku, pembaca langsung ditegangkan, langsung
“terjerat” suspense, dengan tidak terlebih dahulu melewati tahap perkenalan seperti
pada novel berplot progresif yang ada kalanya berkepanjangan dan agak bertele-
tele (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 155).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c) Plot campuran
Plot campuran adalah penggunaan plot dalam sebuah cerita dengan
menggabungkan plot lurus dan sorot-balik. Jadi, sebuah karya fiksi yang
menggunakan plot campuran di dalmnya terdapat urutan waktu yang berbolak-
balik.
Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot
menjadi lima macam, yakni:
a) tahap situation (tahap penyituasian), yaitu tahap yang berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap
pembukaan cerita dan pemberian informasi awal. Tahap ini memiliki fungsi
sebagai landasan cerita yang diceritakan;
b) tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), yaitu tahap
yang mulai menunjukkan pemunculan masalah-masalah atau peristiwa-
peristiwa yang menyulut konflik;
c) tahap ricing action (tahap peningkatan konflik), yaitu tahap yang
menunjukkan konflik-konflik yang dimunculkan mulai berkembang dan
peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita mulai menegangkan;
d) tahap climax (tahap klimaks), yaitu tahap yang menunjukkan konflik atau
pertentangan yang terjadi pada para tokoh mulai mencapai puncaknya; dan
e) tahap denouement (tahap penyelesaian), yaitu tahap yang menunjukkan
konflik utama telah mencapai klimaks dan mulai diberi jalan keluar. Konflik-
konflik tambahan yang lain juga mulai diberi jalan keluar.
Salah satu bagian dari alur adalah konflik. Konflik dibedakan menjadi dua
kategori, yakni konflik eksternal dan konflik internal (Stanton, 2007: 31). Konflik
eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar
dirinya. Burhan Nurgiyantoro (2005: 124) membagi konflik eksternal menjadi: (a)
konflik fisik, yaitu konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh
dengan lingkungan alam; dan (b) konflik sosial, yaitu konflik yang disebabkan
oleh adanya kontak sosial antarmanusia. Konflik internal adalah konflik yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
setting atau latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang melingkupi adat
istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup tokoh. Stanton (2007: 35) berpendapat
“latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta
yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung”. Latar atau setting
adalah salah satu unsur penting dalam pembentukan cerita dalam sebuah karya
fiksi. Latar dapat membangun suasana cerita dan mendukung unsur-unsur cerita
lainnya. Sementara itu, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216)
menjelaskan bahwa latar juga disebut sebagai landas tumpu, mengarah pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dianggap sebagai pangkalan pijakkan
dunia rekaan yang direalisasikan dengan tempat, waktu, dan sistem kehidupan,
termasuk sarana kehidupan (Abdul Rozak Zaidan, dkk., 2001: 18).
Latar dalam sebuah cerita mempunyai fungsi tertentu. Montaque dan
Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan tiga fungsi latar,
yakni:
a) mempertegas watak para pelaku;
b) memberikan tekanan pada tema cerita; dan
c) memperjelas tema yang disampaikan.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan latar menjadi tiga unsur
pokok, yakni latar tempat, waktu, dan sosial.
a) Latar tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa
tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi
tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama
tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan
dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
b) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
positif (Beterns, 1999: 139). Beterns (1999: 140) juga menjelaskan bahwa nilai
dimaksudkan sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang mengikat atau
menghimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau penilaian sehingga
akan menimbulkan perbedaan penilaian oleh berbagai orang.
Soerjono Soekanto (1983: 161) berpendapat bahwa nilai-nilai merupakan
abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya.
Pada hakikatnya nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan
terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakiki.
Driyarkara (dalam Mardiatmadja, 1986: 54) menyatakan bahwa nilai
adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas “dikejar” oleh manusia
demi peningkatan kualitas manusia, atau yang berguna untuk suatu tujuan. Nilai
dalam hal ini mengacu pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai
mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Oleh karena itu,
nilai bersifat normatif yang merupakan keharusan untuk diwujudkan dalam
tingkah laku manusia yang selalu ingin dihargai, dijunjung tinggi serta selalu
sejajar dengan manusia yang lain dalam memperoleh kebahagiaan hidup. Selain
dengan nilai, manusia dapat merasakan kepuasan lahiriah dan batiniah. Apabila
nilai itu dihayati seseorang, maka akan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir,
cara bersikap, maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya.
b. Hakikat Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Paedogogike
yang terdiri dari kata Pais yang berarti ”Anak” dan kata Ago yang berarti ”Aku
membimbing” (Soedomo Hadi, 2003: 17). M. Ngalim Purwanto (1986: 11)
menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk
mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa,
karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
belum dewasa.
Pendidikan pada hakikatnya berarti mencerdaskan kehidupan bangsa.
Nyoman Kutha Ratna (2005: 449) menyatakan bahwa peryataan tersebut terdapat
tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu :
a) Cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
persoalan nyata. Bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, tetapi tidak bisa
mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif,
inovatif, dan siap mengaplikasikan ilmunya;
b) Hidup memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal
yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup juga berarti merenungi
bahwa suatu hari manusia akan mati, dan segala amalannya akan
dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Filosofi hidup ini sangat sarat akan
makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang,
memanusiakan manusia, memberikan makanan kehidupan berupa semangat,
nilai moral dan tujuan hidup; dan
c) Bangsa berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk
sosial yang membutuhan keberadaan orang lain. Setiap individu
berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat dalam
meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai
dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan
suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran.
Driyarkara (dalam Soedomo Hadi, 2003: 18) berpendapat bahwa mendidik
itu adalah memanusiakan manusia muda. Mendidik itu adalah homonisasi dan
humanisasi, yaitu perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia.
Berdasarkan pandangan tersebut, Driyarkara merumuskan inti pendidikan yaitu :
a) Pendidikan adalah pemanusiaan anak, artinya pendidik memanusiakan anak
didik, anak didik memanusiakan dirinya;
b) Pendidikan adalah pembudayaan anak, artinya pendidik membudayakan
anak dan anak membudayakan diri; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Manusia dalam kehidupan dunia ini tidak pernah terlepas dari tata nilai
yang melingkupinya. Pendidikan dalam pengertian proses belajar seseorang
tentang hidup dan kehidupan ini, menjadikan nilai sebagai faktor penting yang
harus ada pada setiap kegiatannya. Menyikapi hal tersebut, untuk mendapatkan
nilai pendidikan, seseorang tidak harus datang kepada sebuah lembaga formal
seperti sekolah-sekolah, seminar, ataupun term-term umum yang terdapat di
masyarakat lainnya. Nilai pendidikan dapat pula diperoleh dari membaca karya-
karya sastra sebab sastra merupakan pencerminan hidup manusia di dalam
kehidupan.
Sastra dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan.
Suyitno (1986: 3) mengatakan bahwa berbicara mengenai nilai pendidikan atau
nilai didik dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri.
Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan yang mengambil bahan dari segala
permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki
oleh pengetahuan lain. Hal ini merupakan kelebihan karya sastra. Kelebihan lain
dari karya sastra ialah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidup baik, buruk, benar, salah,
mengenai hidupnya sendiri ataupun bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan
mengandung nilai-nilai sosial, falsafah, religi, dan sebagainya.
Bertolak pada pendapat Suyitno di atas, terdapat hubungan yang erat antara
sastra dengan pendidikan. Hubungan ini disebabkan oleh kandungan nilai didik di
dalam karya sastra. Nilai pendidikan di dalam karya sastra tidak selalu berupa
petuah bagi pembaca, tetapi dapat pula berupa kritikan yang cukup pedas bagi
seseorang, sekelompok orang, atau sebuah struktur sosial yang tidak sesuai
dengan harapan pengarang di dalam kehidupan nyata. Terlepas dari bagaimana
nilai-nilai pendidikan tersebut dibentuk pengarangnya di dalam karyanya, secara
garis besar terdapat 4 (empat) nilai pendidikan dalam karya sastra, yakni sebagai
berikut :
1) Nilai Pendidikan Sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Karya sastra merupakan karya imajinatif, artinya lahir dari hasil proses
imajinasi pengarangnya. Meskipun demikian, sifat imajinasi di dalam karya sastra
tidak jarang berangkat dari realitas yang terdapat di sekitar pengarang. Tentu masih
diingat pendapat Albert Camus (dalam Gunawan Mohamad, 1993: 71) yang
menyatakan ”....dalam kesusastraan yang sejati, adalah mempergunakan realitas
dan hanya realitas, dengan seluruh kehangatan dan darahnya, nafsu dan
jeritannya”. Pengertian yang dikatakan Albert Camus tersebut, tampak bahwa
kesusastraan lahir dari situasi sosial yang ada disekitar pengarang, yang dengan
seluruh kesadaran ditangkap pengarang dan kemudian dituangkannya dalam
sebuah karya yang menarik, utuh, dan tentu saja tidak terlepas dari pendapat
pengarang pribadi sebagai penciptanya.
Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain
dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, dan bagaimana
cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga
termasuk nilai sosial. Di dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam
coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga
kesinambungan masyarakat. Dorongan sosial berkenaan dengan pembentukan dan
pemeliharaan jenis-jenis tingkah laku, hubungan antar individu, dan hubungan
antar individu dengan masyarakat. Dorongan sosial pada akhirnya akan
mendorong penciptaan sastra yang mau tidak mau akan memperjuangkan berbagai
bentuk aktifitas sosial tersebut (Atar Semi, 1993: 22).
Karya sastra merupakan salah satu hasil cipta, rasa, dan karsa manusia,
yang tentunya hidup dan memiliki kehidupan di tengah masyarakat. Kenyataan
tersebut membawa karya sastra, seperti diungkap Jakob Sumardjo (1988: 120),
bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di tengah masyarakat. Sastra
adalah produk masyarakat dan berada di tengah masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, jelas bahwa kesusastraan berkaitan erat dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam wilayah sosial. Perkembangan sosial memberi dorongan manusia untuk
masuk pada lingkungan masyarakat, individu ingin keluar dari lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
selalu dihadapi seseorang. Karya sastra sebagai ciptaan dari seorang pengarang
yang tentunya hidup dan bergaul di tengah masyarakat di sekitarnya, tentunya juga
mengandung nilai etika atau nilai moral. Suhariyanto (1982: 21) mengatakan
bahwa kegunaan karya sastra haruslah merupakan kegunaan yang mampu
mendorong manusia penikmatnya ke arah munculnya pemikiran-pemikiran yang
lebih mendalam atau sublim. Kegunaan karya sastra harus mampu menjadikan
para penikmatnya peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan mendorong
lahirnya perilaku-perilaku yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan. Pendek
kata kegunaan yang menjadikan manusia menjadi lebih arif. Karya sastra dapat
dipahami sebagai alat didik yang cukup bagus untuk memenuhi kelayakan bagi
seorang makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena tuntutan ini
pula, seorang pengarang haruslah berhati-hati dalam menciptakan karya sastra. Ia
tidak bisa seenaknya saja menciptakan karya-karya sastra yang menyesatkan,
tetapi harus mampu menghadirkan nilai pendidikan etika yang benar sehingga
menimbulkan efek yang positif bagi pembacanya.
Kinayati Dojosantosa (2006: 740) menyatakan bahwa banyaknya karya
sastra yang mengandung nilai-nilai moral membuktikan hal tersebut. Dengan
terkandungnya nilai moral dalam karya sastra, pengarang dapat merefleksikan
pandangan hidupnya melalui nilai-nilai kebenaran sehingga karya sastra tersebut
dapat menawarkan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan sifat luhur manusia,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur manusia yang
digambarkan pengarang melalui sikap dan tingkah laku para tokoh dalam sebuah
karya sastra dapat membantu membentuk pribadi pembaca sebagai makhluk Tuhan
yang bermartabat dan berakhlak menjadi lebih baik lagi. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa inilah pesona karya sastra dalam pendidikan moral.
Sastra memang sebuah karya yang bersifat fiksi. Meskipun demikian,
kehadirannya mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kehidupan
melalui nilai-nilai pendidikan yang ada padanya. Bentuk karya sastra memang
berbeda dari bentuk pendidikan lainnya seperti khotbah, esay, ataupun kritik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang beragama akan membatasi perbuatannya yang merugikan diri sendiri dan
orang lain (Miqdad, 2001: 36).
Ki Hajar Dewantoro (dalam Tilaar, 2000: 43) mengartikan buah budi
manusia merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang sangat
kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dalam perjuangan tersebut,
terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 316) berpendapat
bahwa kehadiran unsur religi dalam karya sastra setua keberadaan sastra itu
sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pendapat
Mengunwijaya yang dikutip Burhan Nurgiyantoro ini dapat dimaklumi, mengingat
bahwa karya sastra adalah ciptaan manusia, sedangkan manusia itu sendiri
merupakan salah satu dari ribuan ciptaan Tuhan yang beragama, memiliki
keyakinan hidup, dan tentunya memiliki pengalaman religi yang bermacam-
macam. Sastra tumbuh dari jiwa pengarangnya, karena tidak mungkin sastra
memiliki dunianya sendiri tanpa sedikitpun dipengaruhi oleh sikap dan pandangan
hidup pengarangnya. Dengan demikian, jelas bahwa keberadaan unsur religius di
dalam sebuah karya sastra adalah sesuatu yang secara otomatis hadir bersamaan
dengan adanya karya sastra itu sendiri.
Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa sastra dan
agama, atau sastra dengan unsur religius adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat terutama karena sastra
banyak berangkat dari pengalaman-pengalaman religi pengarangnya. Dengan
demikian, pada awal segala sastra tersebut adalah religius.
4) Nilai Pendidikan Estetika
Salah satu fungsi sastra adalah fungsi estetika atau fungsi keindahan. Atar
Semi (1988: 56) menyatakan bahwa fungsi estetika sastra adalah penampilan
karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan keindahan bagi pembacanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5. Amanah yang terdapat pada kedua novel tersebut adalah amanah yang
bersifat ajaran moral dan nilai kemanusiaan.
6. Sudut pandang yang digunakan dalam kedua novel adalah sudut pandang
orang ketiga (ia). Naratornya merupakan orang di luar cerita, dan sering
menyebut nama tokoh-tokoh dalam cerita.
7. Alur dalam kedua novel sudah lengkap dan tercermin dalam setiap judul
atau bab nya. Alur flash back sering pula disajikan oleh pengarang novel
untuk menceritakan masa lalu tokoh.
8. Nilai didik yang yang terdapat dalam kedua novel tersebut terfokus pada
nilai religius, nilai moral dan nilai sosial.
Pendekatan penelitian yang digunakan Septiningtyas Dwi Hapsari sama
dengan pendekatan dalam penelitian ini, yakni pendekatan struktural. Akan tetapi,
ada perbedaan yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh
Septiningtyas Dwi Hapsari. Penelitian yang dilakukan Septiningtyas Dwi Hapsari
menganalisis dua buah novel yang berkesinambungan, sehingga cerita yang dikaji
ada dua buah, sedangkan dalam penelitian ini hanya meneliti sebuah novel.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menganalisis karya sastra berupa novel yang berjudul 5Cm
karya Donny Dhirgantoro. Penganalisisan novel 5Cm ini menggunakan
pendekatan strukturalisme, yang merupakan pendekatan yang berpusat pada karya
sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan pengarang, penyair, pembaca atau hal yang
bersifat ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Karya sastra dalam pendekatan
struktural dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari
pengarang, realitas, maupun pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
Jun
1. Menyusun Izin x---
Penelitian
2. Menyusun Bab 1, -xxx xxxx xxxx xxxx
2, dan 3
3. Pengajuan Bab 1, --xx
2, dan 3
4. Menyusun Bab 4 xxxx xx--
dan 5
xxx-
5. Pengajuan Bab 4
dan 5
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh
(Suharsimi Arikunto, 1998:114). Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa dokumen yang diambil dari teks novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
F. Validitas Data
Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses
penelitian. Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti dalam penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi teori, yaitu cara penelitian terhadap topik yang sama dengan
menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisis data.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam novel
5Cm karya Donny Dhirgantoro adalah teknik analisis mengalir (flow model of
analysis), yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data;
dan (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen
yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan
penggumpulan data.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data dengan
analisis tersebut meliputi :
1. Reduksi data (data reduction)
Pada langkah ini, data yang sudah diperoleh dicatat kemudian dilakukan
penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data-data yang berkaitan
dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu mengenai pendekatan struktural,
hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Informasi-informasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
2. Penyajian data (display data)
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara
teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian
dianalisis sehingga diperoleh diskripsi mengenai pendekatan struktural,
hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3. Penarikan Simpulan (verifikasi)
Pada tahap ini dibuat simpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal
penelitian. Simpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali
tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang telah diperoleh benar-benar
valid.
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.
Adapun proses analisis model mengalir jika digambarkan sebagai berikut.
-------------------------------------------------
Reduksi data
Antisipasi Selama Pasca
Penyajian data
Selama Pasca
Penarikan simpulan
Selama Pasca
Gambar 2. Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis)
(Miles, Mattew B. & Huberman, A. Michael, 1992: 18)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai langkah
penelitian dari awal hingga akhir untuk membantu lancarnya pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Unsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro
a. Tema
Tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang
terkandung di seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna
cerita atau karya sastra tersebut. Ada lima tingkatan tema menurut Shipley (dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81), yakni tema tingkat fisik, organik, sosial,
egoik, dan divine. Tema novel 5Cm ini terdiri dari tema sosial yaitu tentang
persahabatan, cinta, kehidupan serta kepercayaan pada mimpi yang menjadi modal
kehidupan para tokohnya.
Persahabatan yang terjalin antara lima tokoh dalam novel ini sangat erat,
sehingga dalam keseharian mereka yang selalu bertemu, pergi kemana-mana selalu
bersama dan membicarakan hal yang selalu sama setiap kali bertemu, membuat
mereka memutuskan untuk berpisah, bukan untuk mengakhiri persahabatan
mereka, namun untuk keluar dari intensitas pertemuan mereka yang terlalu sering,
sehingga mereka dapat menemukan pengalaman baru, dan menjadi orang yang
baru, orang yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu,
jangan berlima melulu kemana-mana.”(5Cm:63)
“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas
ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti
Ian jadi kurus. Jadi enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek.”(5Cm:
63)
Tema percintaan juga mewarnai novel 5Cm ini, selain tema persahabatan
yang kental. Percintaan yang polos,commit
yang dimiliki
to useroleh tokoh Genta kepada Riani,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang tak pernah berani diucapkan Genta, maupun percintaan yang meluap-luap
dan selalu ditunjukan Zafran kepada Arinda/Dinda, namun dipandang dingin dan
datar oleh Arinda. Begitu pula kisah percintaan yang dialami oleh Arial dan Indy.
Tema percintaan memang tidak pernah terlepas dari kisah persahabatan dalam
sebuah novel maupun cerita. Contoh tema percintan yang terdapat dalam novel
5Cm adalah sebagai berikut.
Tanpa sadar, tolehan dan gerak tubuh Riani tadi terekam kuat dalam otak
Genta. Riani, Riani. Entah untuk yang k berapa kalinya, Genta yang kebetulan
duduk diagonal di belakang Riani kembali mengagumi rambut Riani yang
digulung membentuk konde cemplon, dipadu tusuk konde warna kuning
gading. Beberapa anak rambutnya terlihat liar di sekitar konde kecilnya, pas
banget buat leher Riani yang putih. Riani memakai ham putih dengan garis-
garis kecil hitam putus-puus dan jins warna gelap, pas banget deh! (5Cm:
16-17)
Zafran masih aja coba lairak-lirik ke kamar Dinda, berharap Dinda keluar dan
menaburinya dengan sejuta keindahan. Tapi Dinda nggak pernah muncul...
(5Cm:25)
Tema percintaan yang sebenarnya terdapat dalam novel 5Cm ini, tidak
hanya terdapat antartokoh-tokohnya, tetapi terdapat pula penggalan novel yang
menceritakan betapa besar rasa cinta antara tokohnya dengan tanah air mereka ini.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan
mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa
pun yang saya punya, saya commitakan menjaga
to user kehormatannya seperti saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya
terus hidup bersama tanah air tercinta ini.”(5Cm:49)
Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi
dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah
kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang
bisa membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Penciptanya. Dan,yang
bisa dilakukan oleh makhluk bernaman manusia terhadap mimpi-mimpi dan
keyakinannya hanya mereka tinggal mempercayainya.(5Cm:378)
b. Penokohan
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya fiksi. Suatu
peristiwa terjadi karena adanya aksi dan reaksi tokoh-tokoh. Suatu peristiwa cerita
tidak mungkin terjadi tanpa adanya tokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel
5Cm ini dapat digolongkan dalam tokoh protagonis (tokoh utama) dan tokoh
tritagonis (tokoh tambahan). Tokoh utama yang terdapat dalam novel 5Cm ini
adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda. Tokoh tambahan di
antaranya adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo. Selain tokoh tersebut, terdapat
pula hubungan antartokohnya, yang dipaparkan dsebagai berikut.
1) Genta
Tokoh Genta dalam novel 5Cm ini termasuk dalam tokoh protagonis yang
dominan dalam novel. Genta adalah seorang project officer atau pelaksana acara
dari sebuah Event Organizer sekaligus orang yang dianggap pemimpin oleh
sahabat-sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
Anehnya, keempat temannya paling nurut sama Genta. Kata Riani, Genta itu
segalanya yang dibutuhkan sebagai seorang teman (Pacar dong...!). Kalau
ngeliat penampilan Genta, yang ada yah gayanya Genta, dengan badan agak
gede, dan rambut agak lurus berjambul. Seperti Riani, Genta juga
berkacamata, tapi kacamatanya jarang dipakai. Kostum? Yang ada baju itu yah
itu yang dipakai, pokoknya Genta orang yang nggak macem-macem, tapi
pikirannya penuh dengan macem-macem. Genta adalah seorang asisten dosen
favorit di kampus. Jadi sutradara seperti Steven Spielberg adalah impian
Genta. Kalau mau tanya film, tanya
commitsama Genta; soal pemasaran, tanya sama
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Genta: mau tanya tentang musik, tanya sama Genta. Kalau Riani ditanya
paling enak nonton sama siapa? Pasti jawabannya sama Genta. Kalau Arial
ditanya, siapa yang paling enak diajak lari pagi dan main basket di Senayan?
Pasti sama genta, jawabnya. Kalau Zafran ditanya siapa yang paling enak
diajak bikin puisi atau bikin lagu bareng? Pasti dibilang paling enak sama
Genta. Kalau Ian ditanya siapa paling enak diajak ke Glodok bareng atau main
bola di PS2? Sama saja, jawabannya pasti sama Genta. Kalau mau curhat?
Keempatnya setuju, paling enak curhat sama Genta.(5Cm:14)
Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta sangat dominan dalam
setiap hubungannya dengan teman-temannya. Dia dianggap pemimpin dan orang
yang sangat diandalkan oleh teman-temannya. Dari segi fisik, Genta memiliki
badan agak besar, rambut agak lurus berjambul dan berkacamata, seperti dalam
kutipan di atas. Dapat dilihat pula Genta adalah sosok yang tidak macam-macam
namun memiliki pemikiran brilian sehingga ia menjadi asisten dosen favorit di
kampusnya.
Menjadi seorang pemimpin sebuah Event Organizer membuat Genta
memiliki sifat yang perfeksionis. Dia selalu ingin semuanya sempurna, dari awal
acara yang ia laksanakan hingga akhir dan membuat kliennya puas. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Sejenak Genta membayangkan hari Seninnya yng pasti akan crowded lagi
karena bakal ada pameran yang gede-gedean―yang menurut Genta
persiapannya baru 50%, sementara temen-temennya merasa sudah siap 120%.
Genta emang orang yang sangat perfeksionis kalo udah nyebur-nyebur ke
wilayah costumer intimacy dan service excellent. Genta adalah orang yang
selalu ingin orang lain puas sepuas-puasnya, bukan Cuma untuk rekan-rekan
bisnisnya, tapi juga dalam hidupnya sehari-hari, apalagi sama teman-
temannya.(5Cm:29)
“Gue ada urusan penting. Gantian dong, gue pengen refreshing bentar.
Kewajiban gue bikin what to do sama check list tetep gue selesain. Tapi
selanjutnya lo gantin gue bentar ya, please.”(5Cm:140)
Riani dan Genta sedang bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua
mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani... suara-suara indah kembali mengisi
hati Genta. Akankah... kamu... jadi... tempat... untuk... segenggam harapan
yang hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta, batin Genta.
2) Arial
Arial dalam novel ini termasuk tokoh
commit protagonis yang cukup dominan.
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Arial adalah seorang mahasiswa yang dideskripsikan memiliki badan besar, hitam,
dan tampan, adalah salah satu dari lima sahabat yang diceritakan dalam novel 5Cm
ini. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini
pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya
gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan
gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham,
celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah
orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena
cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf.
(5Cm:7)
Arial kuliah di Fakultas Hukum, tapi dia sama sekali nggak ngerti hukum.
Satu hal yang pernah dia obrolin tentenag hukum adalah bahwa seharusnya
dia dulu banyak-banyak nonton LA LAW (bukannya 21 Street Jump atau
Airwolf). Kenapa? Karena banyak yang bisa dijadikan referensi....(5Cm:7)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arial dalam novel ini
memiliki penampilan yang sporty dan memiliki watak yang simpel, banyak
senyum dan tidak macam-macam. Akan tetapi, Arial juga beberapa kelemahan,
yakni watak yang apa adanya, terlalu patuh pada peraturan, dan lugu. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“Kan ada tulisannya tuh kalo bayar tol harus pakai uang pas. Ini ada tiga ribu,
aku nggak ada lima ratusan.” Kata Arial datar.(5Cm:90)
Tokoh Arial dalam novel ini juga memiliki sifat posesif, hal ini disebabkan
karena watak apa adanya dan telah lama tidak memiliki kekasih. Arial yang
menjadi kekasih Indy menjadi terlalu mengekang Indy dalam melakukan sesuatu.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Kalo denger dari cerita lo tadi sih iya, menurut gue lo berlebihan. Seharusnya
lo nggak terlalu ngekang dia. Biar aja dia bebas.” Riani menjawab pertanyaan
Arial.(5Cm:168)
Arial yang berbadan tegap dan apa adanya ini memiliki beberapa
kegemaran, antara lain adalah kegemarannya pada olah raga dan kecap. Arial
gemar makan apa saja, yang penting harus ada kecap. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Udah olahraga tiap pagi, tiap Minggu biar sehat, malah kena tipes... parah
banget lo...,” kata Ian sambil nyalain wiper.(5Cm:17)
Arial kalo makan harus ada kecap. Mulanya sih dianggap biasa aja, sampai
suatu ketika dia mengejutkan teman-temannya karena makan sayur asem pake
kecap (Wuek...).(5Cm:7)
Beracuan pada analisis dan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Arial
adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita novel. Arial yang apa
adanya dan selalu patuh pada peraturan, gemar berolahraga dan makan berlauk
kecap, lugu dan kadang posesif. Akan tetapi, Arial merupakan orang yang sangat
dibanggakan oleh sahabat-sahabatnya.
3) Riani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Riani pakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang N-ACH sejati. Mukanya
gabungan antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?) Bodinya? Persis
Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia ngomong pasti orang pada
dengerin. Dia punya semacam kharisma yang bisa bikin orang menengok.
Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapa pun
juga. Apa aja dia ikutin. Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja
bisa didebatnya, soalnya dia banyak baca dan banyak belajar.(5Cm:8)
Riani memiliki kharisma yang menarik orang lain yang ada di dekatnya
untuk sekedar menengok dan memperhatikannya, hal ini tidak dimiliki semua
orang. Riani juga merupakan seorang N-ACH sejati, yang dalam teori motivasi
milik McClelland berarti Riani sangat mengutamakan achievement (prestasi) dalam
memenuhi kebutuhannya. Penjelasan ini terdapat dalam kutipan novel sebagai
berikut.
.... kalau ada yang pernah baca teori motivasinya McClelland pasti tahu bahwa
sesungguhnya manusia memiliki tiga kebutuhan yang akan memotivasinya
dalam melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan (Needs) itu adalah Needs of
Achievement (N-ACH), Needs of Affiliation (N-AFF), dan Needs of Power
(N-POW). Penjelasannya begini, orang-orang N-ACH adalah mereka yang
mengutamakan Achievement (prestasi) untuk memenuhi kebutuhannya.
Mereka adalah pengejar prestasi yang akhirnya bermuara ke pengakuan dari
orang di sekitarnya. Orang-orang N-POW adalah mereka yang senang jika
mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu, yang dikejar adalah kuasa atas
segala sesuatu. Sedangkan, orang-orang N-AFF adalah mereka yang merasa
cukup bila sudah punya banyak hubungan dengan orang lain (senengnya
temenan).(5Cm:7-8)
sebab itu Riani mengambil perhatian dalam bidang prestasi selain memang harus
diakui bahwa Riani adalah wanita yang cerdas. Kecerdasan Riani ini terdapat
dalam kutipan berikut.
Ke mana-mana Riani paling seneng pakai jins, ham, dan sepatu kets yang
kinclong. Kalau lagi nggak pakai sepatu, dia penggemar berat sandal jepit
nomor satu. Ngobrol sama Riani nggak boleh sok tahu karena dia kayaknya
hampir tahu segalanya, tapi kalo ada yang salah suka ngambek sendirian.
(5Cm:8-9)
Dari kutipan di atas, Riani memiliki kegemaran pada sandal jepit. Begitu
pula pada pakaiannya sehari-hari, yaitu jins, ham dan sepatu kets yang kinclong.
Riani adalah orang yang sangat menekuni cita-citanya, hal ini dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.
Riani memiliki berbagai macam kegemaran, dari segi musik, film, maupun
bacaan. Kedisiplinan yang dimiliki Riani membuat organizernya penuh oleh janji-
janji yang harus ditepati. Hal itu pula yang membuat Riani masih belum memiliki
kekasih, Riani yang sibuk dan sangat cerdas, akan tetapi hatinya telah dia serahkan
pada seseorang yang ia sayangi, Zafran.
Terjadi rahasia percintaan antara tiga orang sahabat. Riani, Genta dan
Zafran. Riani yang memendam perasaannya kepada Zafran, dengan kenyataan
bahwa dia wanita dan tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya terlebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dahulu. Genta yang memendam perasaan kepada Riani dan tidak berani
mengungkapkannya. Zafran yang tidak menyadari perhatian-perhatian yang
diberikan oleh Riani dan lebih memikirkan sosok Arinda untuk dijadikan
kekasihnya. Rahasia percintaan antara ketiga sahabat ini dapat dilihat dalam
kutipan sebagai berikut.
Walaupun Riani menangis, tapi hatinya bisa tegar untuk berpisah selama
tiga bulan dengan teman-temannya, untuk kebaikan mereka dan untuk meraih
mimpi-mimpi mereka masing-masing.
Ketegaran yang dimiliki oleh seorang Riani ternyata dilengkapi dengan
sifat sensitif yang kadang terjadi tiap bulan. Sifat sensitif ini sudah cukup diingat
oleh sahabat-sahabatnya setiap membicarakan gender—karena memang Riani
adalah satu-satunya wanita dalam kelompok persahabatan tersebut, maupun saat
pertengahan bulan, saat spesial bagi Riani.toHal
commit userini terlihat dari kutipan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berikut.
Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul
‘tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP
masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggal-tanggalnya
Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal. Keempat
cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.(5Cm:59)
“Oh iya... Mbak Jumi, tadi aku ada roti dari rapat nggak aku makan. Ini buat
Mbak aja. Belum dibuka kok... nih ambil aja. Belum aku buka, bener...!”
“Nggak ah mbak... itu kan roti mahal.”
“Ámbil aja.....”
“Aku udah kenyang Mbak Riani.”
“Buat si kecil di rumah.”
Mbak Jumi takluk dengan kelembutan Riani.(5Cm:82)
Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah
dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di
lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang sepenuh Mbak Riani
perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap
hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil
sopan dengan sapaan ‘Mbak”, bukan dengan teriakan keras “Jumiii...”
yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu,
yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya
saya cuci setiap hari....(5Cm:82-83)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4) Zafran
Zafran merupakan tokoh protagonis yang cukup dominan pula dalam
novel. Zafran adalah seorang vokalis band dan seorang penyair. Kegemarannya
menciptakan lagu atau puisi yang kadang hanya dia sendiri yang tahu maksudnya.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
Dari kutipan di atas, Zafran merupakan vokalis unik yang memiliki dunia
sendiri. Zafran dideskripsikan memiliki badan yang kurus dan rambut yang
berantakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Badan Zafran kurus, sekurus kapur tulis. Kalau ngeliat potongan rambutnya
yang gondrong samping dan depan aja, pasti langsung ngingetin sama
potongan rambut Liam Galaggher, vokalis Oasis. Baju sehari-harinya adalah
baju modis dari distro terdekat yang bisa dicapai. Di antara modisnya, Zafran
punya kelakuan yang berantakan, yang katanya “standar seniman”. Selain
nama-nama vokalis besar tadi, ternyata Zafran adalah pengagum setia Erie
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Susan, penyanyi dangdut yang tinggi semampai, tapi gengnya nggak pernah
ngetawain dia terang-terangan karena nggak enak—soalnya dia ngefans
banget.... (beneran).(5Cm:10-11)
Zafran memang sosok tokoh yang cukup aneh dalam novel 5Cm ini.
Sifatnya yang spontan dan semaunya sendiri, tidak ditemui dalam karakter lain di
novel ini. Zafran adalah tipe orang yang akan mengucapkan apapun yang ingin ia
ucapkan, dan melakukan apapun yang ingin ia lakukan, dalam batas kewajaran
yang dia tetapkan sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
“Adik gue jam segini paling udah tidur, Ple...,” Arial yang udah bisa nangkep
maksud Zafran melalui lagu tadi, gatel untuk nyela.
“Tuh lampu kamarnya udah mati,” Riani memperkuat Arial sambil menunjuk
ke kamar Dinda.
“Lampu kamar udah mati kan bukan berarti udah tidur, siapa tau masih tidur-
tiduran sambil ngeliat langit malam, dia juga denger suara gue,” Zafran
keukeuh.(5Cm:57)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5) Ian
Ian merupakan salah satu tokoh protagonis yang cukup dominan dalam
novel ini. Ian sangat gemar pada sepakbola, tidak hanya pada pertandingan bola,
sampai pada permainan tentang sepakbola pun digemarinya. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan sebagai berikut.
Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang
karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila
bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya
buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang
nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager
(CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama
siapa aja kecuali bola.(5Cm:11)
Ian dideskripsikan berbadan gendut dan berkepala botak. Hal ini yang
menyebabkan Ian tidak diajak bermain sepakbola dalam kutipan di atas. Deskripsi
tentang Ian ada dalam kutipan sebagai berikut.
Baju bergambar kartun, celana jins, sama Adidas gazelle buluk adalah kostum
Ian sehari-hari. Badannya gendut subur, kepalanya botak plontos, katanya biar
gampang kalo kramas soalnya hampir tiap hari keramas melulu (tau kan
alasannya). Ke mana-mana Ian selalu bawa tas ransel yang isinya stik PS2
dan lain-lainnya yang nggak usah ditanya lagi. Film favorit Ian adalah film
bokep semi Emanuelle yang udah ada sekuelnya sampai delapan. Sementara,
kata-kata favorit Ian dalam film adalah “you can put it anywhere...,” dari
filmnya Sarah Michelle Gelar dan Ryan Phillipe, Cruel Intentions. Baru-baru
ini Ian lagi coba-coba bikin usaha sablon baju yang ada foto Happy Salma,
Lyra Virna... atau Paris Hilton.(5Cm:12)
Kutipan di atas berisikan salah satu kegemaran Ian yang kurang baik, yaitu
mengkoleksi VCD porno. Akan tetapi, kegemaran Ian yang satu ini cukup disukai
oleh sahabat-sahabatnya, termasuk Riani. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
sebagai berikut.
Salah satu yang disukai rombongan tongkrongan ini dari Ian adalah ternyata
Ian mempunyai ritual yang sangat didukung oleh kaum Adam. Ian
mempunyai ritual aneh, tapi punya arti banyak bagi kaum laki-laki. Dua
minggu sekali Ian percaya bahwa dia harus pergi ke Dusit, Glodok, Mangga
Dua dan sekitarnya untuk membeli “Pieces of Lust” katanya, yang kalo
diterjemahkan ke bahasa alamiah adalah “VCD Bokep”. Riani adalah salah
satu penentang kebiasaan itu, tapi setelah dijelasin oleh yang lain bahwa
“Pieces of Lust” akan berguna untuk “menyenangkan suami”, kadang-kadang
dia minjem juga. Itung punya itung, VCD bokep Ian kalo disambung-
sambung udah bisa memenuhi jarak Jakarta-Bandung, alias banyak banget.
(5Cm:12)
berikut.
“Yan Indomie lo dateng tuh...,” suara Arial jadi kontras di tengah-tengah lagu.
Ian langsung berhenti karena memang perutnya yang selalu lapar sudah
menunggu dari tadi.
“Kuahnya dong...,” Riani mengambil satu mangkok kosong yang emang udah
disiapin oleh pembantu Arial, hasil pengajaran Genta tentang service excellent.
Sudah merupakan ritual, kalau Ian minta Indomie, harus ada satu mangkok
kosong lagi buat Riani yang apsti minta kuahnya.
“Hobi banget sih lo sama Indomie,” Zafran bingung ngliat Ian yang makan
Indomie dengan lahap.(5Cm:54)
Ian mempunyai keahlian yang cukup baik dalam bidang tarik suara dan
musik. Ian pandai menyanyi dan bermain gitar. Keahliannya ini sering membuat
teman-temannya kagum. Selain menyanyi dan bermain gitar, Ian juga pandai
memotret, sehinga kadang Genta bekerja sama dengan Ian untuk memotret setiap
event yang diadakan oleh Genta. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Ian yang walaupun dari tadi dicela, mempunyai kelebihan dalam bidang tarik
suara, bina vokalia, vokal grup, Selekta Pop, Aneka Ria Safari, dan Album
Minggu Kita. Ian emang jago main gitar dan suaranya bagus (yang ini bener).
Genta berpendapat, bagusan suara Ian daripada suara Zafran sang vokalis.
Kontan saja Zafran “si kapur tulis SD”marah-marah, tapi langsung dibelain
Riani yang mengatakan bahwa Zafran masih stu tingkat lebih bagus suaranya
dibanding Ian. Toh Zafran masih nggak terima, soalnya dia percaya kalau
kualitas suaraya seratus tingkat di atas Ian.(5Cm:35-36)
Genta emang suka minta bantuan teman-temannya kalo ada acara. Selain jago
masalah ginekologis-XXX, Ian juga jago motret. Jadi Ian paling sering
dimintai tolong motret event-event-nya Genta...(5Cm:31)
Ian memiliki sifat yang kocak, selain postur tubuhnya yang memang selalu
jadi bahan candaan teman-temannya. Ian kadang mengeluarkan kalimat yang tanpa
sadar memiliki struktur yang mengundang tawa sahabat-sahabatnya. Ha l ini dapat
dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
“Lo minta duit kok sama bos. Sama bendahara dong...,” sambung Ian sambil
mengais-ngais remah remah commit
singkong keju mencoba sok tahu. Kata
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Di balik kekocakan yang dimilikinya, Ian memiliki sebuah masa lalu yang
kurang menyenangkan terhadap sahabat-sahabatnya. Ian pernah minder dan belum
menemukan jati dirinya, sehingga Ian sibuk menjadi orang lain, yaitu sahabat-
sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Ian tiba-tiba berujar sendiri. “Lo semua pada tau kan gue pernah kayak gitu,
tapi sekarang gue udah nggak mau lagi... capek jadi orang lain,” Ian
memandang kosong ke depan. .(5Cm:37)
“Iya gue sibuk sendiri, sibuk jadi Genta, sibuk jadi Zafran, sibuk jadi Arial,
sibuk suka semua yang kalian suka padahal kan sebenernya ada yang gue
nggak suka dan ada yang gue suka sendiri, yang elo pada nggak suka.”(5Cm:
50)
Ian juga memiliki sifat yang tidak mudah menyerah, khususnya dalam
mengerjakan skripsinya. Sifat Ian ini tidak lepas dari semangat yang diberikan
oleh dosennya Pak Sukonto Legowo. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.
“Selamat siang, Ian. Bisa kok semuanya selesai dalam dua bulan.” Sang dosen
pun berdiri dan dengan senyum puas mempersilakan Ian keluar dari
ruangannya. “Nanti kamu datang lagi dengan kuesioner yang pastinya udah
selesai. Saya yakin kok sama kamu.”
Sekeluarnya dari ruangan, tiba-tiba Ian merasa lega. “Pasti gue bisa, gue
nggak pernah mau nyerah....”(5Cm:126-127)
6) Arinda/Dinda
Arinda adalah tokoh protagonis yang tidak terlalu dominan dalam novel
ini. Arinda atau Dinda ini merupakan saudara kembar Arial. Seperti kakaknya
yang ganteng, Arinda juga digambarkan cantik dan memiliki postur yang
menawan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
berikut.
7) Indy
Indy adalah tooh tambahan dalam novel ini. Indy hadir dalam penjabaran
tentang perjuangan Arial dalam menjadi orang yang baru. Sosok Indy
digambarkan sebagai seorang wanita cukup menarik, namun berbeda di ma5ta
Arial yang mencintainya, sosok Indy menjadi sangat menarik. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan sebagai berikut.
“Kamu udah asar belum?” tanya Indy pelan sambil menyapuka blast on ke
pipinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Arial yang baru pertama kali memiliki hubungan yang dekat dengan wanita
masih terlalu lugu dan polos. Keluguan dan kepolosan yang dimiliki Arial ini
diperparah dengan sifat dasarnya yang memang apa adanya sehingga membuat
Indy ragu pada Arial. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Indy tertawa sendiri sekaligus agak bete. Selama sebulan ini memang dia udah
mulai mengenal Arial yang apa adanya dan “live by the rules”. Indy memang
suka sama Arial pada pandangan pertama, tapi kepolosan dan kedataran Arial
dianggapnya nggak “rebel” banget. Laki-laki kan seharusnya bandel sedikit
lah. Faktor inilah yang membuat Indy sedikit ragu apakah hubungan ini akan
dibawa ke tahap yang lebih? Sampai suatu saat Indy membuat keputusan
kalau lebih baik Arial jadi temen aja, abis kalau ngomong nyambung dan bisa
nggak abis-abis. Tapi kalau Arialnya mau lebih gimana? Ada suara lagi yang
muncul di pikiran Indy.(5Cm:90)
Dengan hati yang penuh sesak oleh segala keindahan dan genggaman yang
nggak pernah lepas, mereka menjauhi daerah Puncak melalui Jagorawi yang
mulai sepi. Semenjak dari beranda vilanya, Arial sedetik pun tidak mau
melepas genggamannya dari tangan lembut Indy. Memberontak dari segala
aturan dan kepatuhannya. Mengendarai mobil pelan dengan satu tangan. Indy
pun membiarkan tangan Arial terus menggenggam tangannya erat sekali,
melupakan segala aturan. Dalam genggaman Arial, malam itu Indy senang
sekali, ada Arial yang akan selalu memberinya sayap yang akan membawa
Indy menikmati masa-masanya. Sayap yang akan membawanya terbang tinggi
dengan angin-angin cinta, kerinduan, perhatian, dan mimpi-mimpi yang akan
selalu menerpa lembut wajahnya, sayap yang akan selalu menjaganya.(5Cm:
103)
Kenyataan bahwa Arial memang baru pertama kali dekat dengan wanita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Arial mengakhiri ceritanya dengan menarik napas panjang penuh arti dan
berkata pelan, “Sampai hari nini, gue dan dia akhirnya sepakat untuk nggak
ngelanjutin hubungan kita dulu. Coba sendiri dulu, kita udah coba berbagai
cara, tapi ujung-ujungnya pasti berantem dan gue selalu bikin dia nangis. Gue
nggak mau bikin orang yang gue sayang nangis melulu. Akhirnya, kita
sepakat untuk sendirian dulu.”(5Cm:167)
Bapak Sukonto Legowo tiba-tiba berdiri, “Sekarang kamu ikut saya, Ian.”
“Ke mana, Pak?”
“Ke ruangan saya!”
“Ngapain, Pak?”
“Saya bantu kamu bikin kuisionernya.(5Cm:117)
Dengan lancar dan sedikit kesal, Ian menumpahkan segala masalahnya kepada
dosennya—yang ternyata sangat ahli dalam mendengarkan. Ada rasa nyaman
yang mengalir di kepalanya. Begitu Ian selesai curhat, tanpa sedikit pun
komentar, sang dosen mengambil sebuah company profile.(5Cm:122)
Dalam novel 5Cm ini, metode yang digunakan adalah metode langsung (telling),
karena pengarang menceritakan secara langsung tokoh-tokoh dan masing-masing
ceritanya.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-177) berpendapat bahwa tokoh dibagi
menjadi dua macam. Pembagian berdasar pada segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh dalam suatu cerita, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama novel ini adalah Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda. Tokoh
tambahannya adalah Indy dan Pak Sukonto Legowo.
Berdasar peranannya terhadap jalan cerita, Herman J. Waluyo (2002: 16)
mengklasifikasikan tokoh menjadi beberapa macam, yaitu tokoh protagonis, tokoh
antagonis, dan toh tritagonis. Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda
merupakan contoh tokoh protagonis, sedangkan Indy dan Pak Sukonto Legowo
merupakan contoh tokoh tritagonis.
c. Alur
Wiyatmi (2006: 36) menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa
yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Hubungan ini mengacu pada
keterjalinan antarunsur yang membangun cerita. Peristiwa yang satu dan peristiwa
lain saling memengaruhi dan saling terikat karena dibentuk oleh alur. Pada novel
5Cm ini, pada dasarnya menggunakan alur lurus, namun penulis juga
mencantumkan alur sorot-balik di beberapa bagian. Contoh alur sorot-balik
terdapat pada kutipan sebagai berikut.
Semuanya teringat, tiga tahun yang lalu ketika mereka baru berempat dan
belum menjadi “Power Rangers”, Ian adalah ranger terakhir yang masuk ke
dalam dunia mereka. Dunia apa adanya mereka, yang kadang-kadang geblek,
gila, bodoh sok tahu, sok berfilosofi, dan sok-sok lain yang pada akhirnya
Cuma membuat mereka sedikit cerdas dibanding sewaktu masih SD dulu....
(5Cm:38)
ini karena salah jalur. Di hutan ini semua jalur seperti sama sehingga membuat
Genta bingung harus melangkah ke mana. Kejadian tadi membuat dia sedikit
trauma, ingatannya kembali ke tiga tahun yang lalu....(5Cm:290)
Pictures of You-nya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di
sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Ditemani lampu jalan kekuningan
yang redup, dan tanpa sengaja berbagi dengan warna-warni lampu mobil serta
hiasan jalan. Aspalyang basah sehabis hujan menimbulkan pentulan cahaya
kuning pendar yang enak dilihat.(5Cm:15)
Halaman rumah Arial luas dan asri. Kalau diukur-ukur, enam mobil bisa
masuk ke situ. Tapi, yang mereka heran kenapa Ian malah parkir paralel
dengan rem tangan nggak aktif, lalu ngambil batu buat ganjel mobil, persis
kalau lagi parkir di mal yang penuh.(5Cm:19)
Cerita berawal dari sebuah tongkrongan lima orang yang mengaku “manusia-
manusia agak pinter dan sedkit tolol yang sangat sok tahu” yang sudah
kehabisan pokok bahasan di saat-saat nongkrong sehingga akhirnya Cuma
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
bisa ketawa-ketawa.(5Cm:4)
Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini
pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya
gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan
gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham,
celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah
orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena
cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf.
(5Cm:7)
Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang
karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila
bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya
buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang
nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager
(CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga
tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama
siapa aja kecuali bola.(5Cm:11)
Pelukisan tokoh dalam novel 5Cm di atas dapat dilihat dari awal cerita
yang mengisahkan tokoh utama cerita ini berjumlah orang dengan masing-masing
sifat dan karakter. Kutipan (5Cm:7) dan .(5Cm:11) adalah contoh pengenalan
tokoh yang lebih spesifik dalam novel ini.
b. Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik)
Tahap ini berisi pemunculan masalah-masalah yang menimbulkan konflik.
Deskripsi tentang peristiwa yang memunculkan konflik dalam novel 5Cm adalah
sebagai berikut.
Puluhan batu besar seukuran kepala manusia tampak berjatuhan dari atas
mereka. Semua berusaha menghindar ke samping, mencoba mencari
perlindungan di bawah batu yang lebih besar.
Brug... brug... brug....
“Awas! Awas! Batu!”
Par pendaki yang berad di jalur pendakian berteriak sekuat tenaga.
Brug brug....
Genta panik melihat banyaknya batu yang datang, bayang-bayang teman-
temannya tampak menghindar ke sana kemari. Batu-batu sebesar kepala
manusia terus berjatuhan(5Cm:334)
Genta menyapu pasir yang menutupi wajah Ian. Keningnya nampak benjut
dan tergores panjang, tetesan darah menetes satu-satu dari situ.(5Cm:335)
mengetahui keadan salah satu teman mereka yang tergeletak tak sadarkan diri. Ian
yang selama ini mereka sayangi harus meninggal ketika mereka hendak menuju
puncak Mahameru.
Tidak hanya konflik tersebut di atas yang menjadi bumbu dalam cerita
novel ini. Kisah percintaan antartokohnya juga menjadi konflik yang patut untuk
di simak. Masing-masing tokoh yang memendam perasaan satu sama lain semakin
merasakan kegundahan untuk menyatakan perasaannya kepada orang yang mereka
sayangi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Zafran tak lepas melihat sosok Dinda di depannya. Entah kenapa sesuatu tiba-
tiba muncul di kepalanya. Sesuatu yang sangat indah, yang konsekuensinya
harus membuat seorang laki-aki pada akhirnya harus memutuskan, harus
bertanya, harus bilang, apa pun yang terjadi harus bilang, setiap laki-laki
memang pada saat saat seperti ini...selanjutnya? Belum ada yang tahu. Zafran
tersenyum mantap melihat Arinda di depannya tersenyum manis sekali
mengagumi bunga edelweis.(5Cm:297-298)
“Puih... puih... kenapa lo, Ple/ bikin kaget aja... teriak-teriak. Puih... puih...
pasir nggak enak ya, Ple... Puih nggak lagi-lagi deh gue makan pasir. Nggak
enak.”
“YEAAAAAAH!!!” suara sorakan gembira memenuhi jalur pendakian
Mahameru... semuanya terlihat lega.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Genta langsung menoleh ke Riani yang masih melihat bintang di tas sana.
Hati Genta berdesir... memang ini saatnya. Riani memandang ke langit—ada
sesuatu yang ingin dia curahan ke Genta(5Cm:365)
masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hari-
harinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah
berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan
Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta
memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368)
d. Latar
Keterjalinan cerita tidak pernah lepas dari penggunaan latar dalam setiap
novel. Penggunaan latar dalam suatu novel mempertegas penokohan dan
deskripsi cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Montaque dan Henshaw (dalam
Herman J. Waluyo, 1994: 198) yang menyatakan tiga fungsi latar, yakni (1)
mempertegas watak para pelaku; (2) memberikan tekanan pada tema cerita; dan (3)
memperjelas tema yang disampaikan.
Latar dalam novel 5Cm dibagi dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial.
a. Latar Tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Latar tempat merupaka lokasi terjadinya cerita. Latar tempat dalam novel
5Cm ini ada beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.
Malam sudah datang menyapa. Mereka menjejakkan kaki di tanah Ranu Pane.
Udara di bawah lima belas derajat Celcius menyambut mereka di Ranu Pane.
Bagi orang kota seperti mereka, mungkin inilah pertama kalinya mereka
merasakan udara sedingin ini. Ranu Pane malam itu tampak ramai, jip-jip
yang menurunkan pwndaki tampak berdatangan. Para pendaki tampak
bergerombol mengelilingi api unggun seadanya, sekadar untuk melawan
udara dingin di awal malam. Lampu-lampu jip di atas bkit kecil yang
merupakan base camp awal pendakian Mahameru...(5Cm:217)
Secret Garden adalah tempat awal cerita dalam novel ini, karena dari
tempat ini mereka meutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu untuk
menjalani hidup mereka sendiri dan akan bertemu suatu saat nanti dalam sebuah
keadaan yang benar-benar berbeda. Kutipan (5Cm:217) dan (5Cm:255) adalah
tempat ketika mereka telah bertemu kembali dan melakukan perjalanan bersejarah
mereka, yaitu mendaki Gunung Mahameru. Latar tempat lain juga dapat ditemukan
dalam novel ini sebagai pendukung jalannya cerita.
b. Latar Waktu
Latar waktu merupakan waktu terjadinya cerita. Latar waktu novel 5Cm ini
terlihat paling jelas pada tanggal 17 Agustus, selebihnya hanya dijelaskan melalui
keadaan waktu siang atau malam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut.
Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam plus barang bawaan yang mirip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
rombongan pecinta alam pun menuju ke kereta yang siap berangkat. Kereta
ekonomi MATARMAJA yang entah sudah berapa tahun melayani trayek
Malang-Jakarta pulang pergi ini tampak begitu tua dan kumuh, dengan kaca-
kaca yang sudah pecah. Panasnya Jakarta hari itu menimpa gerbong,
menambah tua tampilan kereta.(5Cm:148)
Angin malam Ranu Pane pun seperti menyapa muka mereka lagi. Kerinduan
dan lelah merea seakan terobati, sudah dua hari ini mereka bersama lagi
setelah tiga bulan terpisah. Sejenak mereka terdiam menikmati angin malam
menyapu wajah mereka.(5Cm:227)
Hujan abu turun lagi. Kali ini mereka bisa melihat asap tebal yang mengepul
keluar dari “Jonggring Saloka” kawah Mahameru. Kerumunan puluhan
pendaki yang baru sampai tampak bersujud syukur, saling berpelukan dan
menangis. Yang lain tampak bergembira berfoto ria dengan latar belakang
kepulan asap dan hujan abu Mahameru. Di ketinggian ini, kebahagiaan seperti
terbang ke langit dan memantul kembali. Tidak pernah terbang terlalu tinggi
dari tanah ini, di pagi yang begitu indah ini, di antara kebahagiaan ini, di
tanggal tujuh belas Agustus.(5Cm:344)
c. Latar Sosial
Latar sosial adalah keadaan sosial yang melingkupi tokoh dalam cerita.
Latar sosial sering kali beriringan dengan latar tempat dan waktu dalam cerita.
Latar sosial yang terdapat dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut.
panas semakin garang, bau knalpot, bau karat besi Metromini, bau keringat.
Dipandangnya satu-satu penumpang di sekitarnya. Bapak tua dengan peci
lusuh, mahasiswi yang menatap kosong, anak sekolah yang berdiri di
depannya dengan tas penuh coret-coret, ibu tua dengan makeup berlebihan,
kernet yang teriak-teriak nggak jelas, sopir metromini yang suka ngerem
mendadak. Semuanya terekam dan menambah ganjalan di hati Ian.(5Cm:122)
Malam itu Arcopodo seperti perkampungan kecil para pendaki. Malam yang
dingin pun menjadi hangat karena banyak pendaki yang bercengkrama
mondar-mandir di antara nyala api unggun dan pohon cemara. Kehangatan
yang tidak biasa mereka temukan di ketinggian seperti ini. Sesekali mereka
mendengar tawa renyah para pendaki. Setelah mendirikan tenda dan membuat
api unggun kecil mereka pun makan malam.(5Cm:307)
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang dalam bercerita atau memosisikan
diri dalam cerita. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248)
mengemukakan bahwa sudut pandang adalah “cara atau pandangan yang
dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca”. Pengarang bebas mengekspresikan diri dalam cerita, demikian
pula penempatannya. Dalam novel 5Cm ini, pengarang menggunakan sudut
pandang orang ketiga dan menyebut nama tokoh dengan sebutan dia, atau disebut
teknik diaan (Herman J. Waluyo, 1994: 184). Pengarang tidak fokus pada satu
tokoh, tetapi terdapat penonjolan pada setiap tokohnya. Dengan sudut pandang
tersebut, pengarang bebas untuk menonjolkan setiap tokoh secara detail. Berikut
adalah contoh kutipan yang menunjukkan sudut pandang tersebut.
Indy yang juga lagi penat sama Jakarta, melakukan hal yang sama. Dia
menyembulkan sedikit wajahnya ke luar, menikmati udara malam di Puncak
yang dingin, membiarkan udaracommit
meraba-raba
to userwajahnya yang bersih. Sebentar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Riani terpejam lelah. Hari itu dia bahagia sekali karena semua kangennya
terobati. Hari itu dia senang sekali bisa kembali bercanda denagn teman-
temannya, bisa bertemu dan bercanda lagi sama seseorang yang selama ini
telah membuatnya bermimpi indah membawanya ke langit malam, melihat rasi
bintang.(5Cm:170)
sastra. Struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut
dianalisi dan dijabarkan, sehingga dapat dicari keterjalinan dan keunggulannya.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam setiap karya sastra memiliki hubungan
yang saling melengkapi. Unsur-unsur ini saling terjalin untuk menampilkan
sebuah karya sastra yang utuh dan universal. Pengarang sebuah karya sastra
menampilkan setiap unsur intrinsik dalam karya sastranya sebagai sarana untuk
mencerminkan maksud yang hendak disampaikannya kepada pembaca.
Unsur-unsur pembangun karya sastra yang terdiri dari tema, penokohan,
latar, alur, dan sudut pandang saling tejalin dan membentuk cerita yang sempurna
dalam novel. Unsur tema menjadi unsur pokok yang keberadaannya ditunjang
oleh unsur lain. Unsur penokohan, latar, alur dan sudut pandang mengarah
langsung pada tema dalam karya sastra.
Unsur-unsur dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro yang meliputi
tema, penokohan, latar, alur, dan sudut pandang merupakan satu kesatuan sebagai
pembangun cerita. Tema utama dalam novel ini adalah tema tentang persahabatan
dan cinta. Tema yang masih sangat luas ini kemudian dijabarkan melalui unsur-
unsur lain yang membangun tema cerita.
Penokohan dalam novel ini diceritakan dengan detail dan terperinci.
Tokoh-tokoh diceritakan secara baik dan detail untuk memudahkan pembaca
memahami cerita dan tema pokok dalam cerita. Tokoh-tokoh yang diceritakan
memiliki persahabatan yang erat dalam novel ini sangat menunjang tema
persahabatan. Tema percintaan yang ada dalam novel ini tidak lepas dari kondisi
percintaan yang terjalin antartokoh dalam cerita. Oleh sebab itu, penokohan
menjadi salah satu unsur yang membangun penceritaan dalam novel.
Latar juga merupakan salah satu unsur pembangun cerita atau tema. Latar
yang meliputi latar tempat, waktu dan sosial mendeskripsikan setiap peristiwa
yang menyangkut perjalanan cerita dari awal hingga akhir. Latar seringkali sangat
mempengaruhi tema, karena waktu, tempat maupun latar sosial yang diceritakan
merupakan inti pokok yang menjiwai tema cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Alur mengalir dan menerjemahkan setiap urutan cerita sesuai dengan tema
yang hendak dimaksudkan oleh pengarang. Alur tidak dapat terlepas sebagai salah
satu unsur yang ikut membangun tema cerita. Alur dapat menceritakan berbagai
peristiwa dan mengelompokkannya dalam berbagai tahap, antara lain tahap
penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks
dan tahap penyelesaian. Setiap tahapan dalam alur ini membangun jalannya tema
dari awal penceritaan hingga akhir penyelesaiannya. Oleh sebab itu, alur sangat
berpengaruh pada jalannya penceritaan dan tema.
Sudut pandang memiliki peranan yang cukup mencolok. Sudut pandang
berhubungan erat pada cara pengarang menceritakan kisah dalam novel.
Pengarang dapat dengan mudah menampilkan tema yang hendak disajikan melalui
sudut pandang atau caranya bercerita. Unsur sudut pandang ini pula dapat
mempermudah pemahaman pembaca tentang cerita yang disajikan pengarang.
Novel 5Cm memiliki keterjalinan antarunsur intrinsik yang cukup erat.
Tema persahabatan dan percintaan tokoh-tokohnya tidak lepas dari penceritaan
tokoh, latar, alur dan sudut pandang. Salah satu contoh yang menerangkan tentang
tema persahabatan dan percintaan dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut.
Genta sekali lagi menarik napas panjang. Tanpa sadar, mereka berlima pun
berkumpul membentuk sebuah lingkaran kecil yang sangat dekat. Genta ingat
rasi-rasi bintang yang mereka buat di langit, tapi yang paling Genta ingat
adalah rasi bintangnya Riani.(5Cm:66)
Setelah membeli lampu lima watt, mobil Arial menuju ke mantan SMA sakral
mereka yang terletak di bilangan Jalan Mahakam. Mereka sebenarnya sudah
alumni, tapi saking cintanya sama SMA mereka, kadang-kadang gerombolan
ini suka nyolong-nyolong kalau udah kehabisan tempat tongkrongan. Sudah
biasa buat mereka, malam-malam melompati pagar besi SMA, minta izin sama
penjaga sekolah yang kebetulan selama tiga tahun udah “diguna-guna” supaya
baik sama mereka sehingga selalu ngasih izin kapan aja gerombolan geblek ini
mau masuk ke sekolah.(5Cm:46)
pandang yang dipakai oleh pengarang novel dalam bercerita, yaitu sudut pandang
orang ketiga. Keterjalinan tema persahabatan dan latar tempat dapat dilihat pada
kutipan kedua yakni kutipan (5Cm:46). Persahabata mereka yang mereka mulai
sejak SMA itu selalu mengingatkan mereka pada masa-masa SMA dan
menjadikan SMA mereka sebagai tempat untuk berkumpul bersama sambil
membahas masalah yang sedang mereka hadapi bersama.
Tema percintaan tidak pernah lepas dari penceritaan setiap tokoh dalam
novel ini. Setiap tokoh memiliki kisah percintaannya sendiri dan tidak pernah lepas
dari pengaruh tokoh yang lain. Tema percintaan dalam novel ini bagai membentuk
segi empat yang saling berhubungan, antara Genta, Riani, Zafran dan Arinda. Hal
ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.
(5Cm:368)
jelekkan Zafran di depan Arial. Ada pula kejutan lain yaitu ketika akhirnya mereka
berlima berjumpa lagi setelah tiga bulan tidak bertemu, Genta mengajak mereka
naik gunung Mahameru dan mengikuti upacara bendera di puncaknya. Selama
dalam perjalanan menuju puncak, terjadi juga berbagai macam kejutan yang cukup
menegangkan, sebagai contoh ketika hanya Ian yang melihat secara samar-samar
kompleks pekuburan di awal perjalanan mendaki gunung yang ternyata memang
ada sebuah pekuburan kecil bagi pendaki yang meninggal dalam pendakian.
Begitu pula kecelakaan kecil yang terjadi di Kalimati serta suasana mencekam di
tempat tersebut.
Suspense (tegangan) merupakan sebuah daya tarik dalam sebuah cerita.
Pada novel 5Cm, konflik-konflik yang disajikan pengarang memiliki tegangan-
tegangan yang cukup kuat. Ketegangan seperti ketika kelima sahabat dalam novel
ini mulai mendaki gunung Mahameru dan sempat kehabisan persedian air minum,
Ian dan Zafran sempat putus asa dan menggerutu tentang Genta yang tidak
mengatakan bahwa seharusnya membawa air minum lebih banyak. Tegangan ini
seketika mereda ketika mereka sampai di Ranu Kumbolo, sebuah danau yang
merupakan surga Mahameru. Ketegangan lain ketika mereka hendak mencapai
puncak Mahameru, terjadi insiden guguran batu yang menimpa Ian sehingga
teman-temannya mengira bahwa Ian meninggal dunia. Kesedihan mendalam yang
mereka rasakan mengingat sebentar lagi Ian akan di wisuda, dan cerita-cerita
bahagia yang Ian ceritakan sebelum mereka mendaki. Tegangan tersebut reda
ketika Ian sadarkan diri, dia bukan meninggal, hanya pingsan karena batu yang
cukup besar menggores kepalanya.
Unity (kesatuan) menunjukkan bahwa cerita 5Cm adalah satu kesatuan
utuh dan saling terkait. Unsur-unsur dalam cerita yang meliputi tema, penokohan,
alur, latar, dan sudut pandang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan
cerita. Penceritaan dari awal hingga akhir dengan penjelasan tokoh-tokohnya pada
bab tertentu bermuara pada sebuah kesatuan dan keterjalinan cerita. Berdasarkan
hukum plot di atas, dapat dikatakan bahwa novel 5Cm mempunyai keterjalinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
... Ian yang dulu kadang-kadang cuma ikutan nimbrung nongkrong bukanlah
Ian yang sekarang. Ian yang dulu adalah Ian yang nggak pede sama dirinya
sendiri, yang selalu mencoba jadi orang lain, yang memandang orang lain
selalu lebih hebat dibanding dirinya. Ian yang dulu, dalam tongkrongan cuma
jadi penambah yang banyak omong, bisanya cuma nambahin omongan
teman-temannya. Ian yang kayaknya tahu apa aja, tapi sebenarnya cuma bisa
ikut-ikutan Genta, ikut-ikutan Arial, ikut-ikutan Zafran, dan ikut-ikutan Riani.
(5Cm:38)
Ian memang awalnya memiliki hubungan sosial yang kurang baik kepada
teman-temannya. Ian belum menemukan jati dirinya sendiri dalam berhubungan
dengan sahabat-sahabatnya, sehingga sering kali Ian hanya menjadi benalu dalam
persahabatan mereka berlima. Akan tetapi, Ian memiliki sahabat-sahabat yang
memang benar-benar menyayanginya. Setelah Ian menyadari kesalahannya, dan
meminta maaf, sahabat-sahabatnya mau mengerti dan memaafkan semua kesalahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Ian, karena mereka sadar, dari semua itu, mereka belajar menjadi lebih baik.
Saling mengerti adalah sebuah kewajiban dalam bersahabat, begitu pula
dalam persahabatan mereka. Keempat laki-laki dalam persahabatan ini sangat
mengerti keadaan sahabat wanita mereka satu-satunya, sebagai makhluk yang
lebih lemah, wajib dilindungi dan dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.
Hubungan sosial yang baik dan patut dicontoh tidak hanya terdapat
antarsahabat. Para tokoh utama dalam novel ini juga berusaha bersosialisasi
dengan baik kepada orang lain di luar persahabatan mereka. Salah satu contoh
kesadaran bersosialisasi antara tokoh-tokoh novel ini dengan tokoh lain antara lain
dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
Pada kedua kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Dinda dan Riani menjalin
sebuah sosialisasi yang lebih mendalam karena prihatin dengan keadaan si Mbok
yang sudah tua. Keadaan ekonomi yang sulit membuat si Mbok harus bekerja
siang dan malam, siang hari menjadi pengais kardus di pasar dan malam hari
menjadi penjual nasi di stasiun. Kondisi warga yang bertaraf menengah ke bawah
memang sangat memprihatinkan, mereka bekerja siang dan malam hanya untuk
hidup hari itu saja, apabila sakit, maka tidak ada yang dapat diandalkan. Oleh
karena itu, tokoh-tokoh dalam novel ini sangat prihatin dengan keadaan
perekonomian yang demikian.
Hubungan sosial lain yang dapat dilihat adalah hubungan baik yang terjalin
antara Ian dan dosen pembimbing skripsinya. Dosen pembimbing skripsi Ian
sangat membantu Ian dalam pembuatan skripsinya. Dosennya yang menyalakan
api semangat dalam diri Ian, sehingga Ian dapat segera lulus kuliah. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.
”Yes!” Ian bersorak gembira ketika nama dan hasil sidangnya diumumkan.
Saat itu juga Ian melesat cepat sekali ke ruangan dosennya. Bayangan teman-
temannya yang sedang tersenyum kepadanya ikut berkejaran, berlarian. Ian
langsung memeluk dosennya sambil menahan cekat di tenggorokannya dan
mata yang hampir berair. Ian berkata lembut, ”Saya... nggak... akan...
pernah... lupa... jasa... Bapak... nggak akan pernah.” (5Cm:133)
Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Ian sangat berterima kasih
kepada dosennya yang telah membantu kelancaran skripsinya. Kegigihan Ian dan
kesabaran serta bimbingan dari dosennya membuat hasil yang sangat memuaskan
bagi Ian. Ian lulus dengan hasil yang memuaskan.
Hubungan sosial antartokoh dengan orang tua mereka juga terdapat dalam
novel ini, rasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka
membuat persahabatan mereka ini seolah-olah sebuah keluarga besar. Rasa kasih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sayang ini tidak hanya tertuju kepada anak-anak mereka masing-masing, tetapi
juga kepada sahabat anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut.
Untung aja mamanya Arial baik banget makanya mereka pada suka, biarpun
stok makanannya sering dihabisin, biarpun kucingnya waktu itu disiram sama
Genta, biarpun remote TV-nya pernah diilangin sama Zafran, biarpun buku
masaknya ”distempel hak milik” sama Riani alias udah dua tahun nggak
dibalikin.(5Cm:20-21)
dalam kisah persahabatan antara lima anak muda yang masih mencari jalan terbaik
mereka menuju mimpi-mimpinya. Dalam kebersamaan persahabatan mereka
tersebut, mereka mengalami berbagai pengalaman yang membuat mereka semakin
berpikir positif.
Dulu Ian belum mengerti itu. Akhirnya Ian jadi orang yang suka apa yang
orang lain suka, bukan dirinya sendiri yang bilang suka. Hingga suatu saat
akhirnya mereka berempat mulai melihat kalau ternyata bukan soal selera saja
Ian mulai labil dan bingung sendiri, tapi juga bingung gimana menjadi
seorang Ian. Ian pun mulai nggak ikutan nongkrong lagi, nggak ikutan jalan
lagi. Mereka berempat semuanya kangen Ian yang lucu, yang kadang-kadang
bego sendiri.(5Cm:39)
suatu keharusan antarumat manusia. Dosen yang membantu Ian juga memberikan
nasihat yang sangat bermanfaat untuk Ian.
Sahabat juga dapat menjadi teladan baik yang dapat diikuti oleh sahabatnya
yang lain. Persahabatan dapat mempertemukan manusia-manusia yang memiliki
sifat dan sikap yang berbeda, sehingga dari persahabatan itu semua sikap dan sifat
yang baik dan buruk bertemu. Manusia yang cermat akan mencari sifat dan sikap
yang baik dan direfleksikan dalam dirinya. Hal itu juga ada dalam persahabatan di
novel ini.
Zafran serasa ditampar keras sekali hari itu, hatinya seperti ditusuk, kayaknya
dari kemarin gue belum pernah ngasih sedikit pun kalo ada pengemis. Gue
cuma bisa ngomong bagus tentang derita, tapi nggak pernah bertindak,
sedangkan Arial yang nggak pernah ngomong selalu ngasih. Parah banget
sih gue, parah banget gue!(5Cm:192)
“Gile... masa masih begini juga ya?! Heran gue. Udah puluhan kali lebih gue
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
“Nabi Muhammad SAW pernah bilang, kalo kamu punya unta, serahkanlah
unta itu pada Allah. Tapi jangan lupa, unta itu juga harus diikat. “Intinya,
jangan pernah menyerah sama keadaan, harus ada usaha,” Genta coba
memperjelas.(5Cm:269)
ditampilkan oleh sebuah karya sastra kepada pembacanya memberikan kesan yang
lebih mendalam bagi setiap pembacanya. Keindahan yang ditampilkan dapat
berupa keindahan dalam pemilihan kata-kata. Dengan keindahan atau estetik suatu
cerita dapat menimbulkan keindahan yang dapat menggetarkan sukma seseorang
sehingga ada rasa kesenangan atau kebencian terhadap suatu hal.
Keindahan dapat ditemui dalam karya sastra sebagai salah satu hasil karya
manusia. Pandangan kebudayaan refleksi karya manusia itu pada hakikatnya
bertujuan untuk memungkinkan hidup dan memberikan suatu kedudukan yang
penuh hormat dalam masyarakat. Oleh karena itu, manusia harus menghasilkan
karya yang lebih banyak dan lebih baik agar dapat dihormati oleh masyarakat.
Keterkaitan antara karya sastra dengan manusia sedemikian erat sebab
karya sastra merupakan salah satu hasil budidaya pikir manusia berdasarkan
pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Hal
ini memberikan petunjuk bahwa karya sastra lahir bukan tanpa tujuan dan tanpa
makna. Akan tetapi, karya sastra memberi wawasan tentang hidup manusia dan
segala sesuatunya kepada pembaca. Sebuah karya sastra memperbincangkan
masalah kehidupan manusia, yakni menggambarkan tentang kehidupan yang dapat
berupa cinta, kasih sayang, penghargaan, martabat, kewajiban, kebencian, dan
pengkhianatan, dan lain-lain yang meliputi masalah hubungan manusia dengan
manusia lainnya, hubungan manusia dengan makhluk lain, dan hubungan manusia
dengan pencipta.
Nilai estetika dapat ditampilkan melalui berbagai macam cara. Kekuatan
cerita, pemilihan kata-kata maupun penggunaan majas-majas yang tepat. Penulis
dapat menyalurkan setiap nilai keindahan yang ingin disajikannya pada pembaca
melalui karya yang dibuatnya. Nilai yang mengiringi amanah dari penulis dapat
menimbulkan ketertarikan para pembacanya.
Novel 5Cm juga menampilkan nilai-nilai keindahan yang dapat menarik
minat pembacanya. Nilai keindahan yang ditampilkan melalui berbagai cara, selain
kekuatan dan keindahan ceritanya, juga melalui kata dan majas yang menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pengarang memiliki cara yang unik untuk menampilkan cerita kepada pembaca.
Pengarang menampilkan penceritaan secara ringan dan mudah dicerna oleh
pembaca. Pengarang juga menggunakan sinonim-sinonim yang menambah nilai
estetika dalam penceritaannya.
Matahari seakan juga ikut bercerita kepada daun-daun taman kampus, kepada
gedung kampus, juga kepada buku yang di bawa sang dosen, betapa selama
ini sang dosen telah menjadikan seorang bisa berjalan dalam dunia ilmu ke
tingakt selanjutnya, membuatkan anak tangga pengetahuan ke setiap anak
manusia yang dibimbingnya...(5Cm:135)
yang terlihat adalah tema percintaan, kehidupan dan kepercayaan tokoh terhadap
keajaiban mimpi, karena tema-tema tersebut tersebar dan terpisah-pisah menjadi
tema tambahan yang memperkaya cerita serta mendukung tema mayor.
b. Penokohan
Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan
karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam
karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing).
Novel ini menggunakan metode langsung (telling) dalam menceritakan kisah setiap
tokoh. Metode ini dapat dilihat dari ciri-ciri nya, yaitu menggunakan nama tokoh,
melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.
Berdasarkan peranannya, penokohan dalam novel ini dibagi menjadi tokoh
utama (protagonis) dan tokoh tambahan (tritagonis). Tokoh yang termasuk tokoh
utama (protagonis) adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda,
sedangkan tokoh tambahan (tritagonis) adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo.
c. Alur
Dalam novel ini, alur yang digunakan sebagian besar merupakan alur lurus
atau alur maju, dan terdapat sedikit alur sorot-balik untuk menjelaskan beberapa
peristiwa. Alur ini dipandang dari waktu terjadinya peristiwa.
Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot
menjadi lima macam, yakni tahap situation (tahap penyituasian), tahap generating
circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap ricing action (tahap peningkatan
konflik), tahap climax (tahap klimaks), dan tahap denouement (tahap
penyelesaian). Novel ini telah memenuhi tahapan plot ini, dimulai dari tahap
penyituasian yang mengenalkan latar dan tokoh-tokohnya. Tahap penyelesaian
yang ditandai dengan kehidupan para tokoh setelah menikah dan berkeluarga
sepuluh tahun kemudian. Penyelesaian cerita dalam novel 5Cm digolongkan ke
dalam penyelesaian tertutup. Hal ini dikarenakan nasib setiap tokoh telah
ditentukan oleh pengarang di akhir cerita.
d. Latar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Nilai estetika atau nilai keindahan adalah salah satu fungsi karya sastra.
Membaca sebuah karya sastra membuat pembaca menemukan gaya bahasa yang
indah, keberadaan diksi-diksi yang indah, irama dan nada yang indah, dan lain-
lainnya termasuk peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang dipulasnya dengan
keindahan.
Novel 5Cm ini memiliki nilai estetika yang cukup menarik. Metode
penceritaan dan pemilihan kata-kata yang indah menjadikan nilai estetikanya
mudah untuk dibayangkan pembacanya. Pengarang menggambarkan keadaan
alam gunung Mahameru yang sangat indah dengan pemilihan kata yang tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Analisis Struktural
Penceritaan novel ini disusun dari berbagai unsur intrinsik yang saling
berhubungan. Unsur-unsur intrinsik tersebut tersusun dan membangun peristiwa
serta makna dalam cerita. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tema
Tema dalam novel 5Cm ini adalah tema tentang persahabatan, percintaan
dan mimpi-mimpi para tokohnya.
b. Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Sebagian
besar alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju yang diselingi
beberapa alur mundur untuk mengisahkan masa lalu tokoh-tokohnya.
c. Penokohan
Tokoh utama yang dihadirkan oleh pengarang adalah lima orang sahabat
karib yaitu Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian.
d. Sudut Pandang
Pengarang novel 5Cm menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu.
e. Latar
Latar yang terdapat dalam novel ini adalah latar tempat, waktu, dan sosial.
Latar tempat dalam novel ini antara lain tempat tinggal mereka di Jakarta, dan di
Gunung Semeru. Latar waktu yang sangat terlihat adalah ketika mereka berupacara
di puncak Gunung Semeru tanggal 17 Agustus. Latar sosial dalam novel ini antara
lain keadaan sosial di Jakarta dan keadaan sosial ketika mereka mendaki Gunung
Semeru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Implikasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menganalisis karya sastra perlu
dilakukan analisis unsur intrinsik yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan
sudut pandang. Pemahaman tentang analisis unsur intrinsik mempermudah peneliti
untuk menganalisis hal lainnya seperti analisis pendidikan dalam karya sastra.
Analisis pendidikan dalam karya sastra meliputi analisis pendidikan moral,
pendidikan sosial, pendidikan religius dan pendidikan estetika. Implikasi yang
didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Implikasi Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Saran
Beberapa saran berikut semoga dapat menjadi masukan yang baik guna
memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
1. Saran bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebaiknya dapat menggunakan novel
5Cm sebagai media pembelajaran. Pembeelajaran yang dapat diambil khususnya
mengenai apresasi karya sastra yang menitikberatkan kepada apresiasi pendidikan
yang terdapat di dalamnya.
2. Saran bagi Siswa dan Mahasiswa
Siswa hendaknya membiasakan diri membaca karya sastra, khususnya
berupa novel. Novel yang dibaca dan diserap setiap nilai-nilai luhurnya dapat
sangat bermanfaat untuk menambah, mempertajam dan meningkatkan pemahaman
kedewasaan dan pola pikir yang lebih baik.
Mahasiswa calon peneliti karya sastra diharapkan dapat memilah-milah
nilai karya sastra yang terdapat dalam novel. Kepada mahasiswa FKIP Bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi calon guru Bahasa Indonesia yang dapat
menyerap nilai-nilai luhur dalam karya sastra berupa novel sehingga dapat
mengajarkan nilai-nilai luhur tersebut kepada murid-muridnya kelak.
3. Saran bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti lain yang hendak melakukan penelitian, khususnya
mengenai kajian karya sastra ditinjau dari struktural dan nilai pendidikan.
Alangkah baiknya penelitian tersebut dikerjakan setelah peneliti memperkaya diri
dengan bacaan-bacaan tentang penelitian yang serupa. Sehingga dapat
memperlancar pengerjaan dan dapat menemukan lebih dari tiga rumusan masalah
yang dapat dipecahkan. Peneliti karya sastra berupa novel harus melengkapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user