Anda di halaman 1dari 126

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL 5CM


KARYA DONNY DHIRGANTORO

Skripsi
Oleh:
Irvandi Arifiansyah
K1206028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2011
KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL 5CM
KARYA DONNY DHIRGANTORO

Oleh:
Irvandi Arifiansyah
K1206028

Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Andayani, M.Pd. Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum.


NIP 19601030 198601 2 001 NIP 19760206 200212 1 004

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vi
HALAMAN PERSEMBAHAN vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
C. Rumusan Masalah 6
D. Tujuan Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 7
BAB II LANDASAN TEORI 8
A. Tinjauan Pustaka 8
1. Novel 8
a.
Hakikat Novel 8
b. J en is -
jenis Novel 9
c. Fungsi
Novel 10
d. Ciri-
ciri Novel 11
2. Pendekatan Struktural 12
3. Nilai Pendidikan 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a.
Hakikat Nilai
28
b.
Hakikat Pendidikan
29
c.
Macam-macam Nilai Pendidikan
33
B. Penelitian yang Relevan 42
C. Kerangka Berpikir 44

BAB III METODE PENELITIAN 46


A. Tempat dan Waktu Penelitian 46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 46
C. Sumber Data 46
D. Teknik Sampling (Cuplikan) 47
E. Teknik Pengumpulan Data 47
F. Validitas Data 47
G. Analisis Data 48
H. Prosedur Penelitian 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
A. H as il
Penelitian
51
1. Unsur Intrinsik
dalam Novel 5Cm Karya Donny
Dhirgantoro ..
51
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Tema
51
b. Penokohan
54
c. Alur
73
d. Latar
80
e. S u d u t
Pandang
83
2. K eter jalin an
Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm
Karya Donny Dhirgantoro 85
3. Nilai Pendidikan
yang Terdapat dalam Novel 5Cm
Karya Donny Dhirgantoro 90
a. N i l a i
Pendidikan Sosial
90
b. N i l a i
Pendidikan Moral
94
c. N i l a i
Pendidikan Religius
96
d. N i l a i
Pendidikan Estetika
97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B.
Pembahasan Hasil Penelitian
99
BAB V PENUTUP ....
104
A. Simpulan ...
104
B. Implikasi ...
105
C. Saran ...
107
DAFTAR PUSTAKA ... 108
LAMPIRAN … 111

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Kerangka Berpikir 45
2. Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis) 49

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Irvandi Arifiansyah. KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN


NOVEL 5CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik


yang terdapat dalam novel 5Cm; (2) keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel
5Cm, dan; (3) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm. Penelitian ini
berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme.
Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Sumber data adalah
dokumen yang diambil dari teks novel 5Cm. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow
model of analysis).
Simpulan penelitian ini, yaitu : (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam
novel 5Cm adalah, (a) tema yaitu tema tentang persahabatan, percintaan dan
mimpi-mimpi para tokohnya; (b) penokohan yaitu lima orang sahabat karib yaitu
Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian; (c) alur yaitu alur campuran. Sebagian besar
alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju yang diselingi beberapa alur
mundur untuk mengisahkan masa lalu tokoh-tokohnya; (d) latar yang terdiri dari
latar tempat, waktu dan sosial; dan (e) sudut pandang yang menggunakan sudut
pandang pengarang serba tahu; (2) terdapat keterjalinan antarunsur intrinsik dalam
novel 5Cm yaitu tema, penokohan, alur, latar yang dikisahkan dengan
menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu. Pengarang tidak fokus pada
satu tokoh, tetapi terdapat penonjolan pada setiap tokohnya. Dengan sudut
pandang tersebut, pengarang bebas untuk menonjolkan setiap tokoh secara detail;
dan (3) terdapat nilai-nilai pendidikan dalam novel 5Cm yang dibedakan dalam (a)
nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan sosial yang baik dengan sesama
sahabat, orang tua, dan dosen, bahkan orang-orang yang baru mereka kenal; (b)
nilai pendidikan moral yaitu mau membantu sesama agar menjadi lebih baik, serta
sebagai manusia harus memiliki mimpi dan cita-cita yang harus dikejar sekuat
tenaga; (c) nilai pendidikan religius yang mengajarkan untuk selalu mempercayai
dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (d) nilai pendidikan estetika
yang tersirat pada penggambaran tempat dan pemilihan kata yang menarik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Membaca merupakan suatu keterampilan yang seharusnya dikuasai oleh
manusia. Dengan membaca, manusia dapat mengetahui berbagai macam informasi,
pendidikan, keindahan, kisah, dan sebagainya. Membaca karya sastra merupakan
salah satu hal yang patut dicoba karena karya sastra memiliki berbagai macam hal
yang dapat digali potensi positifnya, sedangkan karya sastra itu merupakan bentuk
ekspresi yang dihasilkan oleh indra perasa manusia dalam membuka diri dan
menorehkannya melalui bentuk tulisan. Berbagai bentuk hasil ekspresi tersebut
adalah puisi, cerpen, prosa, lirik, novel, naskah drama, dan sebagainya.
Pada kenyataannya sekarang, membaca karya sastra sudah menjadi
kebutuhan yang sangat mendesak bagi berbagai macam golongan manusia.
Mereka merasa sangat membutuhkan keindahan-keindahan yang disajikan dalam
bentuk-bentuk karya sastra. bukan hanya sebagai penyegar pikiran. Kadang kala
mereka membaca karya sastra karena membutuhkan inspirasi untuk memulai
sesuatu. Mereka merasa butuh sebuah kisah yang dapat membangkitkan semangat
hidup dan semangat berkarya mereka.
Dalam karya sastra ini, mereka memilah-milah nilai positif yang dapat
diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka. Berbagai macam kisah yang
mereka baca dapat menjadi pelajaran dan pendidikan yang berharga. Menikmati
pengalaman membaca dan menerapkan hal positif yang diperoleh merupakan suatu
pencapaian yang baik dalam menghayati karya sastra, sebab tujuan utama seorang
sastrawan dalam menciptakan masterpiece adalah untuk menyampaikan amanat
dan pelajaran yang berharga kepada pembacanya. Sastrawan sebagai orang yang
menciptakan karya sastra, harus memiliki kemampuan untuk membuat pembaca
merasa perlu membaca serta mendalami inti karya sastra, agar pembaca merasa
puas dan tersenyum lebar setelah membaca karya sastra tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pokok pembahasan yang dapat mengugah inti dari karya sastra terdapat di
dalam unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai
jika orang membaca karya sastra, seperti novel. Unsur intrinsik sebuah novel
adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita.
Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur
(cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang
dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Burhan Nurgiyantoro 2005:23).
Inti dan amanat sastrawan dalam menciptakan karya sastra dapat tercermin
dalam berbagai hal, seperti dalam kekuatan pengisahan, pemilihan tokoh,
penggambaran suasana, perjalanan alur, dan kekuatan dialog antartokoh.
Pengisahan yang memiliki kekuatan terbesar dalan karya sastra sering mengena
dalam hati pembaca dengan ending atau akhir kisah yang bahagia (happy ending)
maupun sedih (sad ending). Perjalanan cerita yang dikisahkan sastrawan dapat
membawa pembaca untuk selalu ingin tahu bagaimana akhir cerita yang akan
terjadi. Pembaca seakan terhipnotis untuk tidak melepaskan pandangannya dari
setiap kata dan kalimat selanjutnya dalam cerita.
Pemilihan tokoh juga memiliki peranan besar dalam mengantarkan inti
cerita kepada pembaca. Tokoh yang membawa cerita menuju berbagai arah dan
bermuara pada akhir cerita membuat pembaca seolah menjadikan dirinya sebagai
tokoh utama cerita tersebut. Pembaca merasakan bagaimana kesedihan,
kegembiraan, kemarahan, atau kebingungan yang sama dengan tokoh yang mereka
baca. Tokoh-tokoh yang membuat pembaca selalu ingin membelanya,
mengasihaninya, menyayanginya, bahkan hingga membencinya. Tokoh-tokoh
inilah yang sering menjadi panutan dari pembaca yang terhipnotis oleh cerita yang
mereka baca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Suasana dalam cerita tidak dapat luput dari indra perasaan pembaca.
Suasana yang disajikan dalam pengisahan cerita dapat membuat pembaca
merasakan apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh dan bagaimana cerita akan
berlanjut menuju babak selanjutnya. Pembaca dapat dibuat terharu, bergelora,
takut, bersemangat dan sebagainya, karena penggambaran suasana yang ditangkap
oleh pembaca melalui cerita tersebut dapat menyentuh hati dan perasaan pembaca
lebih mendalam.
Berbagai macam alur yang dipilih oleh sastrawan sangat menentukan
model cerita seperti apa yang akan disajikan pada pembaca. Pembaca dapat dibuat
bingung oleh alur yang ada pada cerita. Namun, kadang alur yang
membingungkan tersebut dipakai untuk menentukan bagaimana babak dan konflik
dalam cerita. Sastrawan dapat menyajikan alur maju yang mudah dipahami oleh
pembaca, atau menggunakan alur mundur yang membuat pembaca penasaran
untuk terus mengikuti arah cerita.
Hal yang tidak kalah menarik dalam penyajian kisah adalah kekuatan
dialog antartokoh. Melalui percakapan antartokoh ini, pembaca dapat menarik
berbagai quotation, kutipan yang berharga atau kata-kata yang bagus dan memiliki
makna yang menarik. Percakapan antartokoh juga dapat memperkuat setiap babak-
babak dalam cerita dengan pengekspresian masing-masing yang tampak dalam
ketajaman atau kelembutan dialog. Dialog yang hanya keluar beberapa kata saja
dapat mengubah penafsiran pembaca mengenai kelanjutan cerita, emosi pembaca,
serta ketertarikan pembaca untuk meneruskan bacaannya.
Novel-novel pembangkit semangat atau pemotivasi saat ini memang marak
di kalangan masyarakat. Masyarakat seakan kehilangan figur teladan, sehingga
membutuhkan cerita pembangkit semangat untuk dapat memulai harinya secara
lebih baik dan lebih termotivasi. Masyarakat sekarang ini seakan telah kehilangan
mimpi, sehingga harus mengutip mimpi dari berbagai kisah-kisah novel untuk
menempatkannya sebagai mimpi-mimpi mereka. Namun, kehadiran novel
pemotivasi bukanlah hal yang patut disesalkan, sebaliknya hadirnya novel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pemotivasi semacam ini sangat membantu perkembangan pemikiran masyarakat


untuk berpikir lebih jernih.
Novel-novel populer sekarang ini memiliki standar tertentu untuk dapat
menarik minat pembaca, salah satunya adalah novel 5Cm. Kekuatan-kekuatan
yang dapat menarik minat pembaca disajikan secara lembut dan tajam dalam
pengisahan dan berbagai faktor intrinsik cerita. Pembaca tidak hanya tertarik untuk
menikmati cerita, namun juga tertantang untuk mendalami amanat dari penulis,
karena memang inti cerita yang disajikan oleh penulis bertujuan untuk memotivasi
pembaca. Novel 5Cm yang berisi tentang mimpi, persahabatan, perjuangan dan
cinta ini memiliki banyak nilai positif yang dapat membangun semangat pembaca
untuk lebih memperbaiki diri.
Novel 5Cm berkisah tentang lima orang bersahabat yang selalu bersama,
senang bersama, sedih bersama, gila bersama, hingga sampai puncaknya mereka
merasa bosan terus bersama. Mereka adalah Genta, Riani, Arial, Zafran dan Ian.
Mereka memutuskan untuk berpisah selama tiga bulan agar ketika bertemu kelak
mereka telah berubah menjadi manusia yang baru yang lebih baik dengan segala
perubahan menuju kedewasaan. Selama tiga bulan perpisahan mereka telah banyak
yang mereka rasakan, Arial yang tidak lagi datar dan mulai merasakan cinta
kepada Indy, Ian yang berhasil menyelesaikan skripsi dan mendapat nilai A pada
seminar skripsinya, Genta yang semakin sukses dengan EO-nya (Event
Organizer), serta kerinduan yang dirasakan oleh Zafran dan juga Riani. Puncak
kerinduan mereka terbayar dengan pertemuan yang telah direncanakan di puncak
gunung Mahameru. Mereka berangkat bersama-sama dan menempuh petualangan
yang mendebarkan bersama-sama. Pemandangan menakjubkan, maut yang di
depan mata, kisah menyedihkan yang diceritakan teman seperjalanan mereka
menuju puncak, Deniek, tentang teman mereka yang hilang di gunung, tentang
tujuan mereka yang tak bosan-bosannya berziarah ke makam teman mereka
tersebut, serta harunya upacara bendera 17 Agustus di puncak Mahameru yang
semakin menambah cinta mereka kepada Tanah Air Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam novel karya Donny Dhirgantoro ini terdapat kelebihan yang sangat
membekas bagi siapa saja yang membacanya. Pembaca dirangsang untuk
menekuni sebuah motivasi yang baik, yaitu untuk mengejar cita-cita dan mimpinya
agar menjadi kenyataan dengan cara baru yang lebih berkesan dan dapat
memompa semangat, agar setiap saat cita-cita dan mimpi itu tetap terlihat dan
selalu mengingatkan pembaca untuk berusaha mengejarnya tanpa putus asa.
Motivasi ini lah yang membuat penulis memutuskan untuk menggunakan
pendekatan struktural yang cocok terhadap karya sastra dan dengan pendekatan ini
penulis bermaksud untuk menjaga keobjektifan sebuah karya sastra, sehingga
untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya
sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas
pula efeknya pada pembaca (Tirto Suwondo, 2003:54).
Penyampaian motivasi dan kebaikan-kebaikan dalam novel ini memberikan
pendidikan yang baik serta beragam bagi pembaca. Pendidikan mengenai
kehidupan, budi pekerti serta contoh-contoh pelajaran yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Pembaca kadang terjebak dalam kehidupan lingkup sekitarnya yang
tenang, damai, glamor, dan individualistis. Pada kenyataannya dunia yang luas ini
berisi berbagai macam manusia serta seluk-beluk kehidupannya. Banyak pelajaran
berharga yang hanya tersampaikan melalui kenyataan hidup yang pahit. Proses
yang dilalui oleh seorang manusia mewajibkan mereka untuk mengetahui dan
menyaksikan sebuah pelajaran yang membuat beberapa pilihan yang harus mereka
pilih. Pilihan mereka tersebut yang akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya.
Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel 5Cm terdapat secara
menyeluruh dalam berbagai aspek. Maka dari itu, aspek-aspek tersebut dapat
dikaji menggunakan pendekatan struktural. Aspek-aspek itu terdapat pada setiap
tokoh dengan kelebihannya masing-masing, sehingga penulis merasa perlu
mengkaji novel ini untuk menunjukkan berbagai nilai pendidikan yang baik bagi
pembaca. Nilai pendidikan yang tersembunyi tidak akan tersampaikan dengan baik
apabila tidak melihat sisi yang seharusnya diperhatikan dangan detail oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembaca, bukan hanya sisi cerita yang menarik saja. Manfaat yang akan dirasakan
oleh pembaca akan lebih terserap dengan baik jika pembaca memahami dan
mengerti berbagai pilihan yang muncul serta langkah apa yang seharusnya diambil
agar tidak berakhir pada sebuah kesalahan.
Pendekatan struktural yang diterapkan untuk mengkaji karya sastra menilik
pada karya sastra saja dengan mengambil nilai-nilai positif dan pengembangan
pemikiran yang dapat memberikan motivasi terhadap penalaran yang diterima
pembaca. Motivasi yang diciptakan oleh pengarang novel tersebut menegasan
bahwa sebuah karya sastra sebaiknya memiliki maksud yang mendorong pembaca
menuju kebenaran dan perubahan menuju kebaikan. Maka dari itu, pada saat karya
sastra ini dikaji menggunakan pendekatan struktural, berbagai macam dorongan
dan rangsangan positif akan membangun sebuah pemikiran baru yang lebih
konstruktif.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny
Dhirgantoro?
2. Bagaimana keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro?
3. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya
Donny Dhirgantoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Mendeskripsikan keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel 5Cm karya


Donny Dhirgantoro.
3. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm
karya Donny Dhirgantoro.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
secara teoretis kepada pembaca mengenai penelitian dan kegiatan dalam bidang
sastra, terutama penelitian sastra dengan pendekatan struktural.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya sastra dengan memahami latar
belakang lahirnya suatu karya sastra.
b. Manfaat bagi guru
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan
struktural untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang
menarik, kreatif, dan inovatif.
c. Manfaat bagi pengambil kebijakan pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pedoman untuk
menentukan arah kebijakan pendidikan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara inovatif dan kontekstual.
d. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti yang berniat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menganalisis karya sastra, khususnya penelitian yang menggunakan


pendekatan struktural.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Novel
a. Hakikat Novel
Novel secara umum dapat diidentifikasi sebagai sebuah karangan yang
memaparkan ide, gagasan atau khayalan dari penulisnya. Hal tersebut sejalan
dengan definisi novel yang terdapat di dalam The American Collage Dictionary
(dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 120). Novel sebagai sebuah karya fiksi
merupakan sebuah karangan yang memaparkan ide, gagasan, atau khayalan dari
pengarangnya. Ide atau gagasan tersebut berupa pengalaman langsung yang
dimiliki pengarang maupun sebuah ide yang bersifat imajinasi. Brooks (dalam
Henry G. Tarigan, 1993: 120) mendefinisikan bahwa fiksi adalah “sebuah bentuk
penyajian atau cara seseorang memandang hidup ini”. Bertolak dari pengertian itu,
diambil sebuah pemikiran bahwa karya fiksi memang tidak nyata, tetapi karya
sastra juga bukan sebuah kebohongan karena fiksi adalah suatu jenis karya sastra
yang menekankan kekuatan kesastraan pada daya penceritaan. Karya sastra tidak
hanya sebuah khayalan, tetapi merupakan sebuah cerminan dari suatu hal yang
dirasakan, dilihat, bahkan mungkin dialami oleh seorang pengarang.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) memaparkan bahwa novel berasal dari
bahasa Italia, yakni novella. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9)
mengemukakan bahwa secara harfiah novella berarti sebagai “sebuah barang baru
yang kecil” yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
Berdasarkan pengertian tersebut, dijelaskan bahwa novel adalah salah satu jenis
karya sastra yang berbentuk prosa.
Berdasarkan beberapa pengertian novel di atas, ditarik sebuah simpulan
bahwa novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa fiksi. Novel mengandung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

unsur-unsur pembangun cerita dan merupakan sebuah pandangan dari sebuah


kenyataan yang dibangun secara imajinatif dalam sebuah cerita.
b. Jenis-jenis Novel
Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan
keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang
novel. Jakob Sumardjo & Saini K.M. (1988: 29) membagi novel menjadi tiga
jenis, yakni novel percintaan, petualangan dan fantasi.
1) Novel Percintaan
Novel ini melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara imbang.
Terkadang peranan wanita lebih dominan. Novel ini biasanya berisi berbagai
macam tema dan hampir sebagian besar novel termasuk ke dalam jenis novel ini.
2) Novel Petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika wanita
disebut dalam novel ini, penggambarannya hampir stereotip dan kurang berperan
dalam cerita. Walau terkadang di dalam novel jenis petualangan terdapat tema
percintaan, tetapi hal itu hanya sebagai sampingan saja.
3) Novel Fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realitis dan serba tidak
mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel dengan jenis ini
mementingkan ide, konsep, dan gagasan pengarang yang hanya jelas jika
disampaikan dalam bentuk cerita fantastik yang dalam hal ini menyalahi hukum
empiris dan bertentangan dengan relitas.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius
dan novel populer.
1) Novel Serius
Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru
dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur
kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan
diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel
yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang
mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini. Oleh karena itu,
dalam novel serius tidak akan terjadi sesuatu yang bersifat stereotip, atau paling
tidak, pengarang berusaha untuk menghindarinya. Novel serius mengambil realitas
kehidupan ini sebagai model, kemudian menciptakan sebuah “dunia baru” melalui
penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Novel serius tidak
mengabdi kepada selera pembaca sehingga perhatian novel sastra lebih kepada
nilai-nilai kesastraan yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, novel serius selalu
mendapatkan perhatian yang lebih dari para kritikus sastra.
2) Novel Populer
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak
penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel ini cenderung
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu baru. Novel populer tidak
menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha untuk
meresapi hakikat kehidupan lebih dalam. Staton (dalam Burhan Nurgiyantoro,
2005: 19) mengemukakan bahwa novel populer lebih mudah dibaca dan lebih
mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Novel
populer tidak begitu memfokuskan pada efek estetis, tetapi memberikan hiburan
langsung dari aksi ceritanya. Novel populer cenderung untuk mengejar selera
pembaca dan komersial sehingga novel ini tidak akan menceritakan sesuatu
dengan serius.
c. Fungsi Novel
Alasan para pengarang menuangkan dan menuliskan ide-idenya dalam
sebuah karya sastra (novel) dengan harapan dapat diambil manfaatnya bagi
pembacanya. Selain itu, karya sastra dapat berfungsi sebagai karya fiksi yang
bertujuan sebagai sarana untuk menghibur diri bagi pembacanya sehingga dapat
memperoleh kepuasan batin. Kepuasan batin yang diperoleh pembaca dapat
mengubah pemahaman dan dapat berfungsi sebagai pemotivasi dalam menjalani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ehidupnya.
Agustien S., Sri Mulyani, dan Sulistiono (1999: 92-93) menguraikan
beberapa fungsi karya sastra (novel), yaitu: (a) fungsi rekreatif, yaitu apabila sastra
dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya; (b) fungsi
didaktif, yaitu apabila sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya
karena adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya;
(c) fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan bagi
pembacanya; (d) fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan
pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang baik dan
buruk; dan (e) fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama yang
dapat diteladani para pembaca sastra.
Haji Saleh (dalam Atar Semi, 1993: 20-21) secara ringkas menguraikan
fungsi karya sastra di dalamnya termasuk novel, antara lain: (a) fungsi pertama
sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan
pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila
mengalami suatu masalah; (b) sebagai pengimbang sains dan teknologi; (c)
sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif, bagi
masyarakat sezamannya dan masyarakat yang akan datang, antara lain:
kepercayaan, cara berfikir, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan,
bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaan; dan (d) sebagai suatu tempat di mana
nilai-nilai kemanusiaan mendapat tempat yang sewajarnya, dipertahankan dan
disebarluaskan, terutama di tengah-tengah kehidupan modern yang ditandai
dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan teknologi.
Beracuan dari berbagai fungsi karya sastra (novel) di atas, sastra banyak
memberikan manfaat bagi pembacanya, baik sebagai hiburan, maupun mampu
mengarahkan atau mendidik pembacanya agar dapat lebih bermoral dan dapat
menghargai orang lain, serta meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalam
karya sastra tersebut. Novel juga berfungsi sebagai penyeimbang antara nilai-nilai
kemanusiaan dengan dunia nyata yang berisi ilmu dan kemajuan teknologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Ciri-ciri Novel
Zaidan Hendy (1993: 225) menguraikan ciri-ciri novel sebagai berikut: (a)
sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman.
Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian; (b) bahan cerita diangkat
dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang; (c)
penyajian cerita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang menjadi batang
tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom
(mempunyai latar tersendiri); (d) tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema
utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut; dan
(e) karakter tokoh-tokoh dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh
lainnya. Selain itu dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis.
Tokoh statis ialah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir
cerita, sedangkan tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter
yang berbeda dan tidak tetap.
Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam
sebuah novel, yaitu adanya: (a) perubahan nasib dari tokoh cerita; (b) ada beberapa
episode dalam kehidupan tokoh utamanya; dan (c) biasanya tokoh utama tidak
sampai mati. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 11) menyatakan bahwa
novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel
itu.

2. Pendekatan Struktural
a. Hakikat Strukturalisme
Kata “struktur” secara etimologis berasal dari bahasa latin, yakni structura
yang berarti bentuk atau bangunan. Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum
formalis Rusia dan strukturalisme Praha. Pendekatan ini mendapat pengaruh dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

teori Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke


sinkronik. Seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa merupakan
sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain
yang disebut makna (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 39).
Strukturalisme disebut dengan pendekatan objektif, yakni pendekatan
dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra
sebagai karya fiksi (Iswanto, 2003: 60). Pendekatan ini menyerahkan pemberian
makna karya sastra terhadap eksistensi karya sastra tanpa mengaitkan unsur yang
ada di luar signifikansinya.
Strukturalisme sebagai pendekatan dalam penelitian sastra memandang
bahwa sebuah karya sastra mengandung kebulatan makna yang diakibatkan oleh
perpaduan isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Hal ini berarti
penelitian sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan
pengarang, penyair, pembaca atau hal yang bersifat ekstrinsik dari karya sastra
tersebut. Karya sastra dalam pendekatan struktural dipandang sebagai sesuatu
yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca.
Penjabaran tentang strukturalisme tersebut sepadan dengan pendapat Teeuw
(1984: 135) yang menjelaskan bahwa analisis struktural bertujuan untuk
membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan mendalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Langkah awal dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan
menggunakan analisis struktural. Analisis secara struktural akan menghasilkan
suatu analisis yang objektif terhadap suatu karya. Abrams (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 36) menjelaskan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan
sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi
komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah.
Terdapat tiga gagasan pokok yang termuat dalam teori struktur (Peaget
dalam Tirto Suwondo, 2003: 55). Ketiga unsur tersebut adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) gagasan keseluruhan (wholeness) yang dapat diartikan sebagai bagian-


bagian atau analisisnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah
intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-
bagiannya;
2) gagasan transformasi (transformation), yaitu sebuah struktur
menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus sehingga
memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; dan
3) gagasan mandiri (self regulation), yaitu tidak memerlukan hal-hal yang
berasal dari luar dirinya untuk mempertahankan transformasinya.
Penggunaan pendekatan struktural dalam pengkajian karya sastra
merupakan dasar dari penelitian secara keseluruhan. Sebab pendekatan struktural
meneliti karya sastra dari segi karya sastra itu sendiri tanpa campur tangan dari
objek lain. Objek penelitian utama dari pendekatan struktural adalah unsur
intrinsiknya, tanpa terpengaruh oleh unsur ektrinsiknya.
Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kepaduan cerita. Unsur intrinsik adalah
unsur yang membangun suatu karya sastra sehingga membentuk suatu kesatuan
cerita yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, unsur intrinsik adalah unsur yang
berada di dalam karya sastra dan terlepas dari unsur-unsur yang berada di luar
karya sastra. Pengkajian unsur intrinsik dalam karya sastra merupakan wujud
kerja strukturalisme. Pengkajian unsur intrinsik dalam karya sastra bersifat
otonom. Hal ini diperkuat oleh Budi Darma (2004: 23) yang menyatakan bahwa
kajian intrinsik membatasi diri pada karya sastra itu sendiri, tanpa menghubungkan
karya sastra dengan dunia di luar karya sastra tersebut.
Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai
karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang
membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang
(secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai
unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika
dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut
sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 23).

Nugraheni Eko Wardani (2009: 183) menyebutkan bahwa strukturalisme


memandang bahwa struktur karya sastra terdiri atas: tema, plot, setting, penokohan
dan perwatakan, dan sudut pandang. Di dalam penelitian ini dibahas beberapa
unsur intrisik novel yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang.
Berikut adalah penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik tersebut.
1) Tema
Setiap fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran
tujuan (Henry G. Tarigan, 1993: 125). Stanton (2007: 41) menjelaskan bahwa
tema merupakan makna yang merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara
yang paling sederhana. Penjelasan ini senada dengan pendapat Brooks & Warren
(dalam Henry G. Tarigan, 1993: 125) yang mengatakan bahwa tema adalah dasar
atau makna suatu cerita atau novel. Siti Ajar Ismiyati (2000: 161) berpendapat
bahwa tema cerita memegang peran dan fungsi yang sama pentingnya dengan
unsur lainnya, yakni merupakan alat bantu atau sarana untuk memahami seluk-
beluk novel secara keseluruhan. Seseorang harus mengetahui tema karya sastra
untuk menjawab makna suatu karya sastra. Tema sebuah karya sastra berada
dalam jalinan cerita yang membangun karya sastra tersebut.
Shipley dalam Dictionary of World Literature mengartikan tema sebagai
subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita
(Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80). Pengertian lain disampaikan oleh Zainuddin
Fananie (2002: 84) yang menjelaskan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan
hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Pendapat tersebut
sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 68) yang menjelaskan
bahwa tema dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah
novel. Hal ini juga diperkuat oleh Panuti Sudjiman (1988: 50) yang menjelaskan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya
sastra.
Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa
tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang terkandung di
seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna cerita atau karya
sastra tersebut. Pemahaman terhadap tema dapat menguatkan pengertian pembaca
tentang jalannya cerita.
a) Jenis-jenis Tema
Burhan Nurgiyantoro (2005: 77) memaparkan bahwa tema dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda, tergantung dari segi mana
penggolongan itu dilakukan. Di dalam kajian teori ini, dipaparkan jenis-jenis tema
dipandang dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley. Berikut adalah
penjelasan tentang tingkatan tema menurut Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro,
2005: 80-81).

(1) Tema tingkat fisik


Tema sebuah karya sastra pada tingkatan ini lebih ditunjukkan dengan
aktivitas fisik dari pada kejiwaan. Jadi, cerita lebih menekankan mobilitas
fisik dari pada konflik kejiwaan tokoh yang berada dalam sebuah cerita
atau karya sastra.
(2) Tema tingkat organik
Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan
mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat
dilakukan oleh makhluk hidup. Tema ini menekankan pada aspek
persoalan kehidupan seksual manusia, khususnya kehidupan seksual
yang menyimpang, misalnya peselingkuhan, homo seksual, pelecehan
seksual, dan lain-lain.
(3) Tema tingkat sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tema ini mengarah kepada manusia sebagai makhluk sosial. Tema ini
menekankan pada persoalan hidup manusia dengan lingkungan sosialnya.
Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik,
pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, dan masalah lainnya
terutama yang berhubungan dengan kritik sosial.
(4) Tema tingkat egoik
Tema ini mengarah pada manusia sebagai makhluk individu. Di dalam
kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai banyak
permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia
terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah
individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga
diri, sifat, citra diri, jati diri, dan lain-lain.
(5) Tema tingkat divine
Tema ini mengarah pada tataran manusia sebagai makhluk dengan
tingkatan yang tinggi. Masalah yang menonjol dalam tema ini adalah
masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, religiositas, atau
berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup,
visi, dan keyakinan.
b) Tema Mayor dan Tema Minor
Tema dipandang sebagai makna yang dikandung dalam cerita. Makna
sebuah cerita atau karya sastra dapat lebih dari satu. Oleh sebab itu, banyak
interpretasi yang muncul dari sebuah karya sastra. Hal inilah yang menyebabkan
kesulitan untuk menentukan tema pokok cerita atau dapat disebut dengan tema
mayor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan
dasar umum suatu karya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82). Menentukan tema
pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih,
mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang ditafsirkan yang
ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005:
82). Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar atau keseluruhan cerita dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bukan makna yang terdapat dalam bagian-bagian cerita tertentu saja.


Makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian cerita tertentu saja disebut
makna tambahan. Makna tambahan ini disebut sebagai tema-tema tambahan atau
tema minor (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 83). Oleh karena itu, banyak sedikitnya
tema minor dalam sebuah karya sastra tergantung banyaknya makna tambahan
dalam karya sastra tersebut. Makna-makna tambahan bukan sesuatu yang berdiri
sendiri, tetapi tema tersebut berhubungan dengan makna-makna tambahan lain
yang pada akhirnya mendukung tema mayor.
2) Penokohan
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya fiksi. Suatu
peristiwa terjadi karena adanya aksi dan reaksi tokoh-tokoh. Suatu peristiwa cerita
tidak mungkin terjadi tanpa adanya tokoh. Istilah penokohan menurut Herman J.
Waluyo (1994: 165) adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-
jenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak, tokoh-tokoh,
dan bagaimana pengarang menggambarkan tokoh-tokoh itu. Jones (dalam Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 165) yang menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165) menjelaskan bahwa
“tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan
tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan”. Burhan Nurgiyantoro (2005: 165) menambahkan bahwa penokohan itu
juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.
Batasan ini memberi indikasi bahwa masing-masing tokoh mempunyai karakter
tertentu yang mampu mendukung jalannya cerita sekaligus berhubungan dengan
unsur lain yang akhirnya membentuk keterjalinan cerita yang padu dan utuh dalam
novel.
Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam


karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing).
a) Metode Langsung (Telling)
Pickering & Hoeper (dalam Albertine Minderop, 2005: 6) memberi
penjelasan bahwa metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada
eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Ada beberapa cara menentukan
karakter tokoh dengan metode langsung (telling).
(1) Karakterisasi menggunakan nama tokoh
Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk
memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas, serta
mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang
melukiskan karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain.
Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh.
(2) Karakterisasi melalui penampilan tokoh
Faktor penampilan tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan
telaah karakterisasi. Penampilan tokoh misalnya, pakaian yang dikenakan
oleh tokoh atau bagaimana ekspresi tokoh dalam cerita. Perincian
penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik/
kesehatan, dan tingkat kesejahteraan tokoh. Pada karakterisasi
perwatakan tokoh melalui penampilan terkait pula dengan kondisi
psikologis tokoh dalam cerita.
(3) Karakterisasi melalui tuturan pengarang
Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang
atau narator dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang
watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran,
perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Oleh karena itu, pengarang terus
menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekadar
menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak
tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang dikisahkannya.
b) Metode Tidak Langsung (Showing)
Metode tidak langsung mengarah pada metode dramatik yang mengabaikan
kehadiran pengarang sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan
diri secara langsung melalui tingkah laku mereka. Berikut adalah cara untuk
mengetahui karekter tokoh dengan metode tidak langsung.
(1) Karakterisasi melalui dialog
Karakterisasi melaui dialog dapat berupa sesuatu yang dikatakan penutur
dan jati diri penutur. Jadi, dalam sebuah teks dialog menyiratkan suatu
watak atau karakter dari tokoh yang mengucapkan dialog tersebut.
(2) Lokasi dan situasi percakapan
Dalam kehidupan nyata, percakapan yang berlangsung secara pribadi
dalam suatu kesempatan di malam hari biasanya lebih serius dan lebih
jelas daripada percakapan di malam hari. Bercakap-cakap di ruang
keluarga biasanya lebih signifikan daripada berbincang di jalan. Dengan
demikian, sangat mungkin hal tersebut terjadi pada cerita fiksi.
(3) Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur
Penutur dalam hal ini adalah tuturan yang disampaikan tokoh dalam
cerita. Maksudnya adalah tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang
tokoh lain.

(4) Kualitas mental para tokoh


Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui jalinan dan aliran
tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya, para tokoh yang
terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka
memiliki sikap mental yang cerdas dan terbuka.
(5) Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata
Nada suara dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang watak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tokoh, walau diekspresikan secara eksplisit atau implisit. Hal itu juga
berlaku pada sikap ketika tokoh bercakap-cakap dengan tokoh lain.
Penekanan suara juga memberikan gambaran penting tentang tokoh
karena memperlihatkan keaslian watak tokoh bahkan dapat merefleksikan
pendidikan, profesi, dan dari kelas mana tokoh berasal (Pickering &
Hoeper dalam Albertine Minderop, 2005: 36).
(6) Karakterisasi melalui tindakan para tokoh
Selain melalui tuturan, watak tokoh dapat diamati melalui tingkah laku.
Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi uang logam, misalnya adalah
penampilan tokoh yang berupa perubahan ekspresi wajah dapat
memperlihatkan watak tokoh. Selain itu, terdapat motivasi yang
melatarbelakangi perbuatan dan memperjelas gambaran watak para tokoh.
Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini, pembaca tidak sulit
untuk menentukan watak tokoh.
Setiap tokoh memiliki suatu karakter atau watak tertentu. Satu tokoh dalam
suatu cerita dapat dideskripsikan memiliki banyak karakter. Ada beberapa cara
untuk menggambarkan watak tokoh. Herman J. Waluyo (2002: 17) menyebutkan
tiga cara melukiskan tokoh.
(1) Keadaan fisik
Keadaan fisik tokoh meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat
jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan,
tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, suka senyum atau cemberut, dan
lain-lain. Ciri-ciri fisik tersebut dihubungkan dengan pemilikan watak
pada seorang tokoh.
(2) Keadaan psikis
Keadaan psikis tokoh meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar
moral, temperamen, ambisius, kompleks psikologis yang dialami,
keadaan emosi, dan lain-lain.
(3) Keadaan Sosiologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras,


agama, ideologi, dan sebagainya. Keadaan sosiologis tertentu akan
memengaruhi sikap dan watak suatu tokoh.
E.M. Forster (dalam Budi Darma, 2004: 14) membagi tokoh menjadi dua,
yaitu tokoh bulat (round character) dan tokoh pipih (flat character). Budi Darma
menambahkan bahwa tokoh bulat mempunyai kemampuan untuk berubah, belajar
dari pengalaman, dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Tokoh bulat memiliki
berbagai dimensi watak dan tidak bersifat hitam putih (yang jahat selalu jahat dan
yang baik selalu baik). Tokoh pipih berkebalikan dengan tokoh bulat, yakni tidak
mempunyai kemampuan untuk berubah, belajar dari pengalaman, dan
menyesuaikan diri dengan keadaan. Tokoh pipih bercirikan dimensi watak statis,
sederhana, tidak kompleks atau bersifat hitam putih (Nugraheni Eko Wardani,
2009: 41)
Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-177) berpendapat bahwa tokoh dibagi
menjadi dua macam. Pembagian berdasar pada segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh dalam suatu cerita. Tokoh tersebut adalah:
(1) tokoh utama cerita, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya
dalam novel yang bersangkutan; dan
(2) tokoh tambahan, yaitu tokoh yang berperan sebagai tambahan dalam
cerita.
Pembedaan antara tokoh utama dan tambahan tak dapat dilakukan secara
eksak. Pembedaan lebih bersifat gradasi dan kadar keutamaan tokoh bertingkat.
Berdasar peranannya terhadap jalan cerita, Herman J. Waluyo (2002: 16)
mengklasifikasikan tokoh menjadi beberapa macam, yakni:
(1) tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada
satu atau dua tokoh protagonis yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya
yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita;
(2) tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang
tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ikut menentang cerita; dan


(3) tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis
maupun tokoh antagonis.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa penokohan dalam
suatu novel memberi peranan penting terhadap keterjalinan unsur dalam cerita.
Pembentukan tokoh-tokoh dalam cerita dapat menghidupkan cerita dengan
beragam tingkatan yang diberikan atau disandangkan dalam tokoh tersebut. Di
samping itu, banyak cara untuk mengenali bagaimana karakter, watak, atau
penokohan dalam suatu cerita di dalam novel.
3) Alur
Herman J. Waluyo (1994: 145) memberi batasan bahwa alur atau plot
adalah struktur gerak yang didapatkan dalam cerita fiksi. Boulton (dalam Herman
J. Waluyo, 1994: 145) menegaskan bahwa plot juga berarti peristiwa yang
disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik
untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang. Sejalan dengan
pendapat di atas, Stanton (2007: 26) mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian
peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Berkaitan dengan pengertian alur, Abdul
Rozak Zaidan, dkk. (2001: 17) menjelaskan bahwa alur adalah jalan peristiwa
yang melibatkan tokoh. Alur digerakkan oleh tokoh dan tanpa tokoh sebuah alur
tidak akan terasa hidup. Tokoh tidak akan terasa hidup tanpa alur. Alur adalah
unsur yang menjadikan tokoh hadir dalam cerita. Alur adalah konstruksi yang
dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan
kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku
(Luxemburg, dkk., 1989: 149). Wiyatmi (2006: 36) menjelaskan bahwa alur
adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas.
Hubungan ini mengacu pada keterjalinan antarunsur yang membangun cerita.
Peristiwa yang satu dan peristiwa lain saling memengaruhi dan saling terikat
karena dibentuk oleh alur.
Zainuddin Fananie menyebutkan ada tiga prinsip utama plot, yakni:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) plots of action, yaitu analisis proses perubahan peristiwa secara


lengkap, baik yang muncul secara bertahap maupun tiba-tiba pada situasi
yang dihadapi tokoh utama, dan sejauh mana urutan peristiwa yang
dianggap sudah tertulis (determinisme) itu, berpengaruh terhadap perilaku
dan pemikiran tokoh bersangkutan dalam menghadapi situasi tersebut;
b) plots of character, yaitu proses perubahan tingkah laku atau
moralitas secara lengkap dari tokoh utama kaitannya dengan tindakan
emosi dan perasaan; dan
c) plots of thought, yaitu proses perubahan secara lengkap kaitannya
dengan perubahan pemikiran tokoh utama dengan segala konsekuensinya
berdasarkan kondisi yang secara langsung dihadapi (Zainuddin Fananie,
2002: 94-95).

Tiga prinsip utama plot di atas didasarkan pada fungsi plot dalam
membangun nilai estetik. Oleh karena itu, identifikasi dan penilaian terhadap
keberadaan plot menjadi sangat beragam.
Dipandang dari waktu terjadi peristiwa, alur atau plot dibagi menjadi tiga
jenis, yakni plot lurus, sorot-balik, dan campuran.
a) Plot lurus/progresif
Alur atau plot dalam sebuah novel dapat dikatakan lurus/progresif jika
peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang
pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
kemudian. Dalam hal ini, cerita dimulai secara runtut dari tahap awal,
(penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat,
klimaks), dan akhir (penyelesaian) (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 154)
b) Plot sorot-balik/flash-back
Plot sorot balik menekankan bahwa suatu cerita dalam karya sastra tidak
selalu dimulai dari tahap awal, tetapi bisa langsung menuju ke konflik, klimaks,
atau bagian cerita lainnya. Teknik sorot balik atau flash-back sering lebih menarik
karena sejak awal membaca buku, pembaca langsung ditegangkan, langsung
“terjerat” suspense, dengan tidak terlebih dahulu melewati tahap perkenalan seperti
pada novel berplot progresif yang ada kalanya berkepanjangan dan agak bertele-
tele (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 155).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Plot campuran
Plot campuran adalah penggunaan plot dalam sebuah cerita dengan
menggabungkan plot lurus dan sorot-balik. Jadi, sebuah karya fiksi yang
menggunakan plot campuran di dalmnya terdapat urutan waktu yang berbolak-
balik.
Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot
menjadi lima macam, yakni:
a) tahap situation (tahap penyituasian), yaitu tahap yang berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap
pembukaan cerita dan pemberian informasi awal. Tahap ini memiliki fungsi
sebagai landasan cerita yang diceritakan;
b) tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), yaitu tahap
yang mulai menunjukkan pemunculan masalah-masalah atau peristiwa-
peristiwa yang menyulut konflik;
c) tahap ricing action (tahap peningkatan konflik), yaitu tahap yang
menunjukkan konflik-konflik yang dimunculkan mulai berkembang dan
peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita mulai menegangkan;
d) tahap climax (tahap klimaks), yaitu tahap yang menunjukkan konflik atau
pertentangan yang terjadi pada para tokoh mulai mencapai puncaknya; dan
e) tahap denouement (tahap penyelesaian), yaitu tahap yang menunjukkan
konflik utama telah mencapai klimaks dan mulai diberi jalan keluar. Konflik-
konflik tambahan yang lain juga mulai diberi jalan keluar.
Salah satu bagian dari alur adalah konflik. Konflik dibedakan menjadi dua
kategori, yakni konflik eksternal dan konflik internal (Stanton, 2007: 31). Konflik
eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar
dirinya. Burhan Nurgiyantoro (2005: 124) membagi konflik eksternal menjadi: (a)
konflik fisik, yaitu konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh
dengan lingkungan alam; dan (b) konflik sosial, yaitu konflik yang disebabkan
oleh adanya kontak sosial antarmanusia. Konflik internal adalah konflik yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dialami manusia dengan dirinya sendiri.


Penyelesaian dalam cerita fiksi juga termasuk ke dalam plot. Di dalam teori
klasik Aristoteles, penyelesaian suatu cerita dibedakan menjadi dua, yaitu
kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad end) (Burhan Nurgiyantoro, 2005:
146). Selain itu, penyelesaian suatu cerita fiksi dapat dikategorikan ke dalam dua
golongan, yakni penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka (Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 147). Penyelesaian tertutup mempunyai maksud bahwa akhir
cerita memang sudah berakhir atau hasil sesuai kadar dan logika dalam cerita.
Penyelesaian terbuka berarti ada kemungkinan akhir cerita masih bisa berlanjut
karena pada akhir cerita masih terkesan menggantung.
Keterjalinan antarunsur intrinsik cerita pada dasarnya bertumpu pada
hukum plot. Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum
plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik.
Kenny (dalam Nugraheni Eko Wardani, 2009: 39) mengungkapkan bahwa hukum
plot ada empat, yakni plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense
(ketegangan), dan unity (kesatuan). Plausibility berarti cerita mampu dilogika,
masuk akal, realistis, dan mampu meyakinkan pembaca. Surprise berarti cerita
harus memberikan keterkejutan bagi pembaca. surprise berkaitan dengan
suspense, yakni keterkejutan menimbulkan ketegangan atau rasa ingin tahu bagi
pembaca. Sementara itu, unity adalah kesatuan cerita yang padu atau utuh, tidak
berupa penggalan-penggalan terpisah dari awal sampai akhir yang tidak
mempunyai benang merah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas ditarik simpulan bahwa alur adalah unsur
dalam sebuah cerita yang berfungsi untuk menjalin peristiwa-peristiwa dengan
tujuan hasil jalinan cerita menandakan jalinan cerita yang dapat diterima oleh
pembaca. Alur juga menentukan jalannya cerita dengan kehadiran tokoh-tokohnya,
pembagian situasi serta berjalannya waktu dalam sebuah cerita.
4) Latar (Setting)
W.H Hudson (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

setting atau latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang melingkupi adat
istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup tokoh. Stanton (2007: 35) berpendapat
“latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta
yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung”. Latar atau setting
adalah salah satu unsur penting dalam pembentukan cerita dalam sebuah karya
fiksi. Latar dapat membangun suasana cerita dan mendukung unsur-unsur cerita
lainnya. Sementara itu, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216)
menjelaskan bahwa latar juga disebut sebagai landas tumpu, mengarah pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dianggap sebagai pangkalan pijakkan
dunia rekaan yang direalisasikan dengan tempat, waktu, dan sistem kehidupan,
termasuk sarana kehidupan (Abdul Rozak Zaidan, dkk., 2001: 18).
Latar dalam sebuah cerita mempunyai fungsi tertentu. Montaque dan
Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan tiga fungsi latar,
yakni:
a) mempertegas watak para pelaku;
b) memberikan tekanan pada tema cerita; dan
c) memperjelas tema yang disampaikan.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan latar menjadi tiga unsur
pokok, yakni latar tempat, waktu, dan sosial.
a) Latar tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa
tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi
tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama
tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan
dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
b) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut


biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya
dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap
waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke
dalam suasana cerita.
c) Latar sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang cukup kompleks dan dapat berupa adat istiadat, kebiasaan
hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap,
dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh
yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.
Bertolak dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa latar (setting)
adalah unsur dalam sebuah cerita yang melingkupi waktu, lingkungan, kehidupan
sosial, dan peristiwa yang turut berhubungan dengan unsur lain dalam membentuk
kesatuan cerita. Penggambaran situasi yang jelas dalam cerita dapat ditentukan
dengan kejelasan latar yang dihadirkan dalam penyajian cerita.
5) Sudut Pandang (Point of View)
Point of view adalah istilah dari teori cerita atau naratologi yang
menunjukkan kedudukan atau tempat berpijak juru cerita terhadap ceritanya (Dick
Hartoko & B. Rahmanto, 1986: 108). Di lain pihak, Panuti Sudjiman (1988: 71)
menjelaskan bahwa seorang pencerita atau pengarang menyampaikan cerita dari
sudut pandangnya sendiri. Sudut pandang atau point of view adalah sudut dari
mana pengarang bercerita (Herman J. Waluyo, 1994: 183). Hampir sejalan dengan
pendapat itu, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248) mengemukakan
bahwa sudut pandang adalah “cara atau pandangan yang dipergunakan oleh
pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Di dalam sebuah novel, pengarang mengolah karakter tokoh dengan


berbagai sudut pandang. Novel memungkinkan pengarang untuk memakai banyak
sudut pandang.
Herman J. Waluyo (1994: 184) memaparkan ada tiga jenis sudut pandang,
yakni:
a) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai
“aku”. Teknik ini disebut teknik akuan;
b) pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai
”dia”. Teknik ini disebut teknik diaan; dan
c) pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki
berbagai peran secara bebas, pengarang tidak fokus kepada satu tokoh
cerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. Teknik ini disebut
sebagai omniscient narratif.
Berdasar dari beberapa penjelasan di atas ditarik simpulan bahwa sudut
pandang adalah salah satu unsur intrinsik karya sastra yang digunakan oleh
pengarang sebagai cara untuk memandang atau memosisikan diri pengarang dalam
suatu cerita.
3. Nilai Pendidikan
a. Hakikat Nilai
Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling
melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra
sebagai produk kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial, falsafah, religi, dan
sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang
merupakan penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Oleh karena itu, sastra
tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai
kehidupan manusia dalam arti yang menyeluruh.
Hakikat nilai adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu
yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, atau secara singkatnya,
merupakan sesuatu yang baik. Hal ini berarti nilai selalu mempunyai konotasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

positif (Beterns, 1999: 139). Beterns (1999: 140) juga menjelaskan bahwa nilai
dimaksudkan sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang mengikat atau
menghimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau penilaian sehingga
akan menimbulkan perbedaan penilaian oleh berbagai orang.
Soerjono Soekanto (1983: 161) berpendapat bahwa nilai-nilai merupakan
abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya.
Pada hakikatnya nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan
terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakiki.
Driyarkara (dalam Mardiatmadja, 1986: 54) menyatakan bahwa nilai
adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas “dikejar” oleh manusia
demi peningkatan kualitas manusia, atau yang berguna untuk suatu tujuan. Nilai
dalam hal ini mengacu pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai
mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Oleh karena itu,
nilai bersifat normatif yang merupakan keharusan untuk diwujudkan dalam
tingkah laku manusia yang selalu ingin dihargai, dijunjung tinggi serta selalu
sejajar dengan manusia yang lain dalam memperoleh kebahagiaan hidup. Selain
dengan nilai, manusia dapat merasakan kepuasan lahiriah dan batiniah. Apabila
nilai itu dihayati seseorang, maka akan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir,
cara bersikap, maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya.

b. Hakikat Pendidikan
Pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Yunani Paedogogike
yang terdiri dari kata Pais yang berarti ”Anak” dan kata Ago yang berarti ”Aku
membimbing” (Soedomo Hadi, 2003: 17). M. Ngalim Purwanto (1986: 11)
menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan
rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk
mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa,
karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

belum dewasa.
Pendidikan pada hakikatnya berarti mencerdaskan kehidupan bangsa.
Nyoman Kutha Ratna (2005: 449) menyatakan bahwa peryataan tersebut terdapat
tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu :
a) Cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
persoalan nyata. Bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, tetapi tidak bisa
mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif,
inovatif, dan siap mengaplikasikan ilmunya;
b) Hidup memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal
yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup juga berarti merenungi
bahwa suatu hari manusia akan mati, dan segala amalannya akan
dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Filosofi hidup ini sangat sarat akan
makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang,
memanusiakan manusia, memberikan makanan kehidupan berupa semangat,
nilai moral dan tujuan hidup; dan
c) Bangsa berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk
sosial yang membutuhan keberadaan orang lain. Setiap individu
berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat dalam
meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai
dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan
suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran.
Driyarkara (dalam Soedomo Hadi, 2003: 18) berpendapat bahwa mendidik
itu adalah memanusiakan manusia muda. Mendidik itu adalah homonisasi dan
humanisasi, yaitu perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia.
Berdasarkan pandangan tersebut, Driyarkara merumuskan inti pendidikan yaitu :
a) Pendidikan adalah pemanusiaan anak, artinya pendidik memanusiakan anak
didik, anak didik memanusiakan dirinya;
b) Pendidikan adalah pembudayaan anak, artinya pendidik membudayakan
anak dan anak membudayakan diri; dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Pendidikan adalah pelaksanan nilai, artinya pendidikan adalah perjumpaan


antara aktivitas pendidik dengan aktivitas anak didik.
Rachmat Djoko Pradopo (1997: 30) berpendapat bahwa segala sesuatu
yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik, termasuk
dalam pemilihan media. Novel sebagai salah satu karya sastra yang merupakan
karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya.
...pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta didik
untuk menyadari nilai-nilai yang dimiliknya dan berupaya memfasilitasi
mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini
nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama dan merupakan kebenaran yang
dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab. (Elly M.
Setiadi, 2006: 114).

Redja Mudyahardjo (2001: 6) menyatakan bahwa dalam pengertian yang


sempit, pendidikan sering diartikan sebagai sekolah. Sekolah dianggap sebagai
satu-satunya wahana untuk mendidik dan mengorganisasikan orang-orang
memperoleh pengetahuan yang ingin dicapainya. Dalam pengertian ini, lingkungan
pendidikan yang dianggap dapat membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu
adalah sekolah dan hanya orang yang belajar di sekolah itulah yang bisa disebut
sebagai penerima pendidikan.
Pandangan yang mendukung batasan pendidikan sebagai sekolah ini
adalah pandangan behaviorisme seperti B. F. Skinner. B. F. Skinner (dalam Redja
Mudyahardjo, 2001: 8) berpendapat bahwa pendidikan formal seperti lembaga
sekolah sangat penting sebab pengaruh lingkungan dalam bentuk ajaran dan
latihan sangat menentukan bagi pembentukan kemampuan seseorang. Jadi, dalam
pandangan behaviorisme kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh
lingkungan di sekitarnya. Bakat dan kemampuan alamiah dalam pengertian ini
dianggap tidak terlalu berpengaruh dalam perkembangan kemampuan seseorang di
kemudian hari.
Pandangan behaviorisme yang mendukung pengertian pendidikan secara
sempit di atas tentu saja mendapat kecaman dan sangat ditentang oleh beberapa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kalangan, diantaranya adalah kaum humanistik romantik (dipelopori oleh John


Holt, William Glasser, dan Jonathan Kozol) dan Illich. Redja Mudyahardjo,
(2001: 7) berpendapat bahwa pendidikan yang dilembagakan seperti yang terdapat
pada sekolah hanya mendorong kepada pengasingan siswa dari hidup. Siswa
dibentuk dan dilatih dalam kelompok-kelompok tertentu yang lepas dari kehidupan
realitas. Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa pendidikan yang optimal adalah
pendidikan yang menjamin siswa memperoleh kebebasan dalam belajar sehingga
tetap kepada kepribadiannya dalam belajar. Dalam pengertian ini, batasan
pendidikan terasa sangat luas sehingga sukar untuk diidentifikasikan apakah
sebuah kegiatan itu termasuk di dalam pendidikan ataukah tidak.
Sebagai penengah kedua pandangan di atas adalah pandangan humanis
realistik. Di banding dengan kedua pendapat yang berlawanan di atas, pandangan
ini lebih luwes dan terarah. Batasan yang mereka kemukakan terhadap pendidikan
tidak terlalu luas dan tidak pula terlalu sempit. Pendidikan dalam pandangan ini
merupakan perpaduan dua pandangan di atas. Pendidikan diartikan sebagai segala
sesuatu yang bertujuan untuk mencapai sesuatu yang bersifat kemampuan pribadi
secara optimal dan mencapai sebuah tujuan sosial yang membentuk manusia
secara utuh (Redja Mudyahardjo, 2001:12).
Pendidikan dengan kata lain dapat pula disebut sebagai hidup (Redja
Mudyahardjo, 2001: 3). Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup
yang mempengaruhi perkembangan individu dapat disebut sebagai pendidikan.
Dengan demikian, bentuk pendidikan terentang dari bentuk yang misterius (secara
tidak sengaja) sampai terprogram dapat terjadi di sembarang tempat dan tempat
yang berbeda di dalam hidup sebab orientasi utama dalam pendidikan adalah
peserta didik, bukan hal-hal lain di luar peserta didik. Jadi, tujuan pendidikan
terkandung di dalam setiap pengalaman belajar, tidak terbatas karena selalu
berkembang mengikuti tujuan hidup seseorang itu sendiri.
Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pendidikan tidak sedangkal yang dianggap oleh para kaum behaviorisme.


Pendidikan merupakan sesuatu yang bermakna luas dan kompleks. Segala sesuatu
yang hidup dan berada di sekitar manusia merupakan wahana pendidikan.
Perjalanan hidup seseorang dapat dikatakan sebagai proses belajar. Pengalaman
seseorang, baik itu pahit ataupun manis merupakan pendidikan yang dapat
memengaruhi perkembangan individu manusia. Berkaitan dengan pendidikan ini,
nilai mempunyai kedudukan atau peranan yang sangat penting bagi peserta didik.
Pendidikan tanpa nilai tidak akan mengubah perilaku seseorang menuju ke arah
yang lebih baik.
Nilai merupakan suatu ukuran tentang hal-hal yang patut atau tidak, benar
atau salah, serta baik atau buruknya, nilai menjadi sebuah standar bagi segala
sesuatu untuk diambil sebagai salah satu bentuk pengalaman bagi manusia.
Dengan demikian, apabila nilai dan pendidikan dijadikan sebagai satu frase,
hubungannya sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak mungkin ada
pendidikan tanpa nilai. Sebaliknya, nilai saja tanpa pendidikan akan
menjerumuskan manusia kepada proses hidup yang tidak utuh, hanya memandang
segala sesuatu dengan picik dan dangkal. Singkatnya, hakikat dari nilai pendidikan
adalah nilai atau standar hidup yang dapat dipetik dari segala macam proses
belajar, baik misterius ataupun terprogram, yang mengarahkan manusia kepada
pembentukan identitas diri yang utuh, mampu menangkap seluruh aspek
kehidupan secara universal.
Frase nilai pendidikan berasal dari dua kata yakni nilai dan pendidikan.
Nilai merupakan sesuatu yang menjadi faktor kelayakan atau kepatuhan bagi suatu
benda, makhluk, atau apapun yang ditujukannya. Istilah pendidikan secara
etimologi berasal dari bahasa Inggris to educate yang dapat berarti mendidik dan
kemudian berkembang menjadi education yang kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia yang berarti pendidikan.

c. Macam-macam Nilai Pendidikan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Manusia dalam kehidupan dunia ini tidak pernah terlepas dari tata nilai
yang melingkupinya. Pendidikan dalam pengertian proses belajar seseorang
tentang hidup dan kehidupan ini, menjadikan nilai sebagai faktor penting yang
harus ada pada setiap kegiatannya. Menyikapi hal tersebut, untuk mendapatkan
nilai pendidikan, seseorang tidak harus datang kepada sebuah lembaga formal
seperti sekolah-sekolah, seminar, ataupun term-term umum yang terdapat di
masyarakat lainnya. Nilai pendidikan dapat pula diperoleh dari membaca karya-
karya sastra sebab sastra merupakan pencerminan hidup manusia di dalam
kehidupan.
Sastra dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan.
Suyitno (1986: 3) mengatakan bahwa berbicara mengenai nilai pendidikan atau
nilai didik dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri.
Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan yang mengambil bahan dari segala
permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki
oleh pengetahuan lain. Hal ini merupakan kelebihan karya sastra. Kelebihan lain
dari karya sastra ialah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidup baik, buruk, benar, salah,
mengenai hidupnya sendiri ataupun bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan
mengandung nilai-nilai sosial, falsafah, religi, dan sebagainya.
Bertolak pada pendapat Suyitno di atas, terdapat hubungan yang erat antara
sastra dengan pendidikan. Hubungan ini disebabkan oleh kandungan nilai didik di
dalam karya sastra. Nilai pendidikan di dalam karya sastra tidak selalu berupa
petuah bagi pembaca, tetapi dapat pula berupa kritikan yang cukup pedas bagi
seseorang, sekelompok orang, atau sebuah struktur sosial yang tidak sesuai
dengan harapan pengarang di dalam kehidupan nyata. Terlepas dari bagaimana
nilai-nilai pendidikan tersebut dibentuk pengarangnya di dalam karyanya, secara
garis besar terdapat 4 (empat) nilai pendidikan dalam karya sastra, yakni sebagai
berikut :
1) Nilai Pendidikan Sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Karya sastra merupakan karya imajinatif, artinya lahir dari hasil proses
imajinasi pengarangnya. Meskipun demikian, sifat imajinasi di dalam karya sastra
tidak jarang berangkat dari realitas yang terdapat di sekitar pengarang. Tentu masih
diingat pendapat Albert Camus (dalam Gunawan Mohamad, 1993: 71) yang
menyatakan ”....dalam kesusastraan yang sejati, adalah mempergunakan realitas
dan hanya realitas, dengan seluruh kehangatan dan darahnya, nafsu dan
jeritannya”. Pengertian yang dikatakan Albert Camus tersebut, tampak bahwa
kesusastraan lahir dari situasi sosial yang ada disekitar pengarang, yang dengan
seluruh kesadaran ditangkap pengarang dan kemudian dituangkannya dalam
sebuah karya yang menarik, utuh, dan tentu saja tidak terlepas dari pendapat
pengarang pribadi sebagai penciptanya.
Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain
dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, dan bagaimana
cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga
termasuk nilai sosial. Di dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam
coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga
kesinambungan masyarakat. Dorongan sosial berkenaan dengan pembentukan dan
pemeliharaan jenis-jenis tingkah laku, hubungan antar individu, dan hubungan
antar individu dengan masyarakat. Dorongan sosial pada akhirnya akan
mendorong penciptaan sastra yang mau tidak mau akan memperjuangkan berbagai
bentuk aktifitas sosial tersebut (Atar Semi, 1993: 22).
Karya sastra merupakan salah satu hasil cipta, rasa, dan karsa manusia,
yang tentunya hidup dan memiliki kehidupan di tengah masyarakat. Kenyataan
tersebut membawa karya sastra, seperti diungkap Jakob Sumardjo (1988: 120),
bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di tengah masyarakat. Sastra
adalah produk masyarakat dan berada di tengah masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, jelas bahwa kesusastraan berkaitan erat dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam wilayah sosial. Perkembangan sosial memberi dorongan manusia untuk
masuk pada lingkungan masyarakat, individu ingin keluar dari lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

keluarga dan memasuki lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal


ini, Gunarsa dan Yulia (2001: 59) berpendapat bahwa dalam diri manusia atau
individu timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul dengan teman-teman
pria atau wanita. Manusia dapat bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh
mengabaikan tanggung jawab sosial apalagi melanggar peraturan agama dan
peraturan masyarakat.
Yant Mujianto (1988: 8) menyatakan bahwa dengan menekuni karya-karya
sastra yang ada, manusia dapat membina kepekaan sosialnya. Membaca karya
sastra adalah membaca realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar kita.
Memahami makna dan hakikat karya sastra sama artinya dengan memahami pola-
pola kehidupan sosial di tengah masyarakat. Dengan demikian, pendapat di atas
menyatakan bahwa aktivitas membaca dan memahami karya-karya sastra adalah
aktivitas membina kepekaan sosial, kepekaan terhadap sesama manusia, kepekaan
terhadap masalah-masalah kemasyarakatan, dan kepekaan terhadap kesadaran bagi
dirinya untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya.
Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan sosial, terlebih juga
merupakan pemberontakan pengarang terhadap realitas yang ada, dapat dikatakan
bahwa karya sastra memiliki nilai pendidikan sosial. Nilai pendidikan sosial yang
dimaksudkan adalah sesuatu yang pantas diperoleh pembaca untuk membantunya
di dalam berkomunikasi, berinteraksi, maupun beradaptasi dengan lingkungannya.
Bertolak dari beberapa pengertian tentang nilai pendidikan sosial di dalam
karya sastra di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan sosial dalam
karya sastra adalah membentuk manusia yang mempunyai kesadaran sosial, sikap
sosial, dan kemampuan sosial.
2) Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patutnya manusia
bergaul di dalam kehidupan bermasyarakat. Moral erat kaitannya dengan agama
dan sosial. Dalam moral terdapat unsur moral agama, moral sosial dan moral-
moral lainnya sehingga moral merupakan sesuatu yang sangat kompleks yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

selalu dihadapi seseorang. Karya sastra sebagai ciptaan dari seorang pengarang
yang tentunya hidup dan bergaul di tengah masyarakat di sekitarnya, tentunya juga
mengandung nilai etika atau nilai moral. Suhariyanto (1982: 21) mengatakan
bahwa kegunaan karya sastra haruslah merupakan kegunaan yang mampu
mendorong manusia penikmatnya ke arah munculnya pemikiran-pemikiran yang
lebih mendalam atau sublim. Kegunaan karya sastra harus mampu menjadikan
para penikmatnya peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan mendorong
lahirnya perilaku-perilaku yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan. Pendek
kata kegunaan yang menjadikan manusia menjadi lebih arif. Karya sastra dapat
dipahami sebagai alat didik yang cukup bagus untuk memenuhi kelayakan bagi
seorang makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena tuntutan ini
pula, seorang pengarang haruslah berhati-hati dalam menciptakan karya sastra. Ia
tidak bisa seenaknya saja menciptakan karya-karya sastra yang menyesatkan,
tetapi harus mampu menghadirkan nilai pendidikan etika yang benar sehingga
menimbulkan efek yang positif bagi pembacanya.
Kinayati Dojosantosa (2006: 740) menyatakan bahwa banyaknya karya
sastra yang mengandung nilai-nilai moral membuktikan hal tersebut. Dengan
terkandungnya nilai moral dalam karya sastra, pengarang dapat merefleksikan
pandangan hidupnya melalui nilai-nilai kebenaran sehingga karya sastra tersebut
dapat menawarkan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan sifat luhur manusia,
memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur manusia yang
digambarkan pengarang melalui sikap dan tingkah laku para tokoh dalam sebuah
karya sastra dapat membantu membentuk pribadi pembaca sebagai makhluk Tuhan
yang bermartabat dan berakhlak menjadi lebih baik lagi. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa inilah pesona karya sastra dalam pendidikan moral.
Sastra memang sebuah karya yang bersifat fiksi. Meskipun demikian,
kehadirannya mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kehidupan
melalui nilai-nilai pendidikan yang ada padanya. Bentuk karya sastra memang
berbeda dari bentuk pendidikan lainnya seperti khotbah, esay, ataupun kritik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

langsung, tetapi karya sastra mempunyai keunikan sendiri dalam bentuknya


tersebut karena mampu menunjukkan nilai pendidikannya secara lebih utuh dan
lengkap. Dalam hal ini, Yant Mujiyanto (1988: 133) berpendapat bahwa sastra
bukan khotbah agama atau biro konsultasi pemberi nasehat, tetapi secara hakiki,
sifat edukatifnya mempunyai peran yang sejalan dengan fatwa-fatwa rohaniwan.
Sastra berangkat dari itikad baik, tidak sunyi dari untaian hikmah di antara seru
derunya konflik atau peristiwa cerita. Di sisi lain, sastra pun menawarkan teladan-
teladan terpuji, figur-figur idola, tokoh-tokoh, dan kata hidup yang pantas
dijadikan cermin pematut diri.
Bertolak dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa keberadan
nilai etika atau moral di dalam karya sastra adalah bentuk nasehat yang diberikan
pengarangnya secara tidak langsung seperti yang banyak dilakukan oleh para
pemuka agama, pengkhotbah, dan rohaniwan lainnya. Pengarang mencoba
memberikan bentuk tersendiri untuk membingkai segala sesuatu yang ingin
dikemukakannya. Kadang ia memberi nasehat melalui kritikan yang ada di dalam
dialog tokoh-tokoh yang hidup di dalam karyanya, kadang hanya sepintas lalu
menyebutkan sepatah dua patah kata di tengah narasinya, dan tidak jarang pula
nilai pendidikan etika terselubung di seluruh permukaan cerita. Artinya, pembaca
harus memahami keseluruhan cerita untuk dapat menemukan petuah pengarang
tentang nilai moral atau etika.
3) Nilai Pendidikan Religius
Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah keberadaan
sastra itu sendiri (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 326). Nilai religius merupakan
sudut yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Sesuatu
yang berbau religius dapat berarti segala sumber ketenangan dan kebahagiaan
hidup.
Manusia dalam kehidupan ini membutuhkan pegangan, dan pegangan yang
paling bermakna adalah agama (Syahrir Harahap, 1997: 5). Setiap agama unsur
pokok yang selalu ada adalah masalah aqidah, ibadah, dan akhlak. Aqidah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan. Ibadah berkaitan


erat dengan perilaku dan perbuatan manusia yang dutujukan kepada Tuhan. Unsur
pokok yang terakhir yakni akhlak, berkaitan erat dengan moral manusia di dunia,
termasuk tentang perilaku dan sikap manusia itu di dalam kahidupan
bermasyarakat. Lepas dari pembicaraan tentang pentingnya agama dalam
kehidupan manusia, karya sastra sebagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia
tentunya tidak luput dari masalah agama. Mengingat bahwa setiap manusia seperti
juga seorang pengarang karya sastra, membutuhkan agama sebagai pegangan
hidupnya, seringkali bahklan selalu, karya sastra banyak dipengaruhi oleh unsur
agama atau religi. Atar Semi (1988: 22) mengatakan bahwa agama merupakan
dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham, dan sekaligus pula sering
membuat sastra bermuara kepadanya.
Mangunwijaya (1995: 54) menyatakan bahwa religius adalah konsep
keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap religius. Kaitan agama dengan
masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama dalam argumentasi
rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang kebesaran Tuhan dalam arti
mutlak dan kebesaran manusia dalam arti relatif selaku makhluk.
E. Durkheim (dalam Kuntjoroningrat, 1993: 145) menjelaskan pengertian
religius berdasarkan konsep mengenai dasar-dasar religius dalam bukunya Les
Formes Elemenmentaires de la Vie Religieuse yang mengupas bahwa tiap religius
merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap religius.
b. Sistem keyakinan yang mengandung segala sifat-sifat Tuhan yang
berwujud dari alam gaib, serta segala norma dan ajaran dari religi yang
bersangkutan.
c. Sistem upacara merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan
dengan Tuhan, dewa-dewa, dan makhluk-makhluk halus yang mendiami
alam gaib.
d. Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sub-2, dan yang melaksanakan sistem upacara tersebut dalam sub-3.


Keempat komponen tersebut sudah terjalin erat antara satu dengan yang
lain menjadi satu sistem yang terintegrasi secara bulat. Emosi keagamaan
merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa-jiwa manusia. Manusia
dihinggapi rasa getaran jiwa sebagai proses jiwa manusia dimasuki cahaya Tuhan.
Getaran jiwa yang disebut emosi keagamaan bisa dirasakan seorang individu
dalam keadaan sendiri dan aktivitas dilakukan oleh seorang individu dalam
keadaan sunyi dan senyap. Seseorang bisa berdoa dan bersujud sesuai dengan
ajaran agama sehingga jiwa dapat berubah menjadi tenang dan damai.
Berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan tidak akan terlepas
dari apa yang dikenal manusia dengan agama. Agama merupakan pegangan hidup
bagi manusia. Apapun yang ingin dilakukan manusia akan selalu kembali kepada
derajatnya yang tidak lebih merupakan hamba Tuhan.
Kinayati Dodjosantoso (1999: 15) berpendapat bahwa dalam religius iman
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman demi pengalaman, tahap demi tahap
acap kali tergantung pada tingkat perkembangan kesadaran manusia itu sendiri.
Tugas utama manusia ialah mendewasakan imannya, yakni dengan terbuka
terhadap kehadiran Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, yang
dimaksud adalah keterbukaan vertikal dan horizontal. Keterbukaan vertikal
dimaksudkan pada keterbukaan hati manusia terhadap eksistensi Allah sebagai
dasar dan tujuan hidup manusia. Adapun hubungan horisontal adalah hubungan
manusia dengan manusia. Hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan
ditandai dengan adanya doa melalui agama yang dianut dan menyakini ajaran-
ajaran agama tersebut. Hubungan horisontal antara manusia dengan manusia dapat
terjalin dalam hubungan lingkungan keluarga dan lingkungan sosial masyarakat.
Orang yang menjalankan perintah agama dengan sungguh-sungguh akan
berusaha menjauhi larangan dan menjalankan perintah agama. Dalam hal ini, moral
seseorang yang beragama akan berbeda dengan moral orang yang tidak beragama.
Karena ada perasaan takut terhadap siksaan Allah di kemudian hari, maka orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang beragama akan membatasi perbuatannya yang merugikan diri sendiri dan
orang lain (Miqdad, 2001: 36).
Ki Hajar Dewantoro (dalam Tilaar, 2000: 43) mengartikan buah budi
manusia merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang sangat
kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dalam perjuangan tersebut,
terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 316) berpendapat
bahwa kehadiran unsur religi dalam karya sastra setua keberadaan sastra itu
sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pendapat
Mengunwijaya yang dikutip Burhan Nurgiyantoro ini dapat dimaklumi, mengingat
bahwa karya sastra adalah ciptaan manusia, sedangkan manusia itu sendiri
merupakan salah satu dari ribuan ciptaan Tuhan yang beragama, memiliki
keyakinan hidup, dan tentunya memiliki pengalaman religi yang bermacam-
macam. Sastra tumbuh dari jiwa pengarangnya, karena tidak mungkin sastra
memiliki dunianya sendiri tanpa sedikitpun dipengaruhi oleh sikap dan pandangan
hidup pengarangnya. Dengan demikian, jelas bahwa keberadaan unsur religius di
dalam sebuah karya sastra adalah sesuatu yang secara otomatis hadir bersamaan
dengan adanya karya sastra itu sendiri.
Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa sastra dan
agama, atau sastra dengan unsur religius adalah sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat terutama karena sastra
banyak berangkat dari pengalaman-pengalaman religi pengarangnya. Dengan
demikian, pada awal segala sastra tersebut adalah religius.
4) Nilai Pendidikan Estetika
Salah satu fungsi sastra adalah fungsi estetika atau fungsi keindahan. Atar
Semi (1988: 56) menyatakan bahwa fungsi estetika sastra adalah penampilan
karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan keindahan bagi pembacanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Membaca karya sastra seringkali membuat tercengang pembaca karena mendapati


untaian bahasa yang indah, bahkan untuk melukiskan sebuah kecelakaan yang
tragis pun seorang pengarang sanggup menceritakannya dengan sangat manis dan
mendalam maknanya.
Yant Mujianto (1988: 132) berpendapat bahwa membaca karya sastra
merupakan suatu kegiatan yang syarat dengan keindahan. Dengan membaca karya
sastra, pembaca akan menemukan gaya bahasa yang indah, keberadaan diksi-diksi
yang indah, irama dan nada yang indah, peristiwa yang indah, dan lain-lainnya
termasuk peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang dipulasnya dengan keindahan.
Seorang pengarang dapat berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan
bahasa yang sesuai dengan alatnya, yaitu media tulis. Pengarang menggunakan
media tulis sebagai alatnya, maka gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya
bahasa dalam kalimat. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran seseorang
melalui bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan jiwa dan kepribadian
pemakai bahasa penulis bahasa (Gorys Keraf, 2002: 13).
Kata style diturunkan dari bahasa Latin stilus, yang artinya suatu keahlian
dan kemampuan untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah
(Gorys Keraf, 2002: 112). Gaya adalah segala sesuatu yang memberikan ciri khas
kepada seseorang dalam berbicara atau teks, dan ciri khas dalam berbicara atau
teks itu akan membedakan dengan yang dimiliki oleh individu lain (Luxemburg,
dkk, 1993: 104). Di sisi lain, bahasa sebagai salah satu alat komunikasi dalam
interaksi sosial. Dengan bahasa manusia dapat menuangkan ide-ide, pengetahuan,
mengajak, menolak, menyampaikan pesan, memahami orang lain, dan sebagainya.
Komunikasi dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan atau tindakan
serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan (Tarigan, 1993:
8). Dilanjutkan oleh Gorys Keraf (2002: 23) yang menjelaskan bahwa "dalam
gaya bahasa yang dimiliki oleh seseorang merupakan bagian dari diksi bertalian
erat dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau memiliki
nilai artistik tinggi”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian mengenai kajian struktural telah banyak dilakukan. Ada
beberapa penelitian menggunakan pendekatan struktural yang menjadi referensi
penelitian ini. Salah satu penelitian yang relevan yang menjadi acuan dalam
membuat skripsi ini adalah penelitian berjudul “Novel Ketika Cinta Bertasbih 1
dan 2 Karya Habiburrahman El Sirazy (Kajian Struktural dan Nilai Didik)” yang
disusun oleh Septiningtyas Dwi Hapsari pada tahun 2009. Penelitian itu
menghasilkan simpulan berupa:
1. Tema dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 adalah tema percintaan.
Akan tetapi, tema percintaan yang dihadirkan tidak hanya percintaan antar
manusia, melainkan antara manusia kepada Tuhan dan Rasulnya, serta dari
Tuhan kepada manusia melalui cobaan dan nikmat yang diberikan kepada
manusia tersebut.
2. Penokohan dalam novel kedua novel tersebut dibagi antara tokoh uama dan
tokoh tambahan, protagonis dan antagonis. Salah atu yang menjadi tokoh
utama protagonis adalah Khairul Azzam yang memiliki watak religius,
mencintai Al Quran, pekerja keras, rela berkorban demi keluarganya,
lapang dada, sabar dan bijaksana, menjaga kesucian dan bertanggung
jawab.
3. Bahasa yang digunakan sangat santun dan halus, memiliki nilai estetis yang
tinggi, sering menggunakan bahasa Arab fusha (formal) dan ámiyah
(informal) serta menggunakan campur kode.
4. Latar yang digunakan pada dua novel tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu latar
tempat, ltar waktu dan latar sosial. Pada Ketika Cinta Bertasbih 1, latar
tempat dan sosialnya adalah di Mesir, sedangkan pada Ketika Cinta
Bertasbih 2, latar tempat dan sosialnya adalah di Indonesia. Sedangkan
latar waktu yang digunakan adalah waktu senja, malam, siang, menjelang
magrib, pagi, fajar, sore, dan menunjukkan jam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Amanah yang terdapat pada kedua novel tersebut adalah amanah yang
bersifat ajaran moral dan nilai kemanusiaan.
6. Sudut pandang yang digunakan dalam kedua novel adalah sudut pandang
orang ketiga (ia). Naratornya merupakan orang di luar cerita, dan sering
menyebut nama tokoh-tokoh dalam cerita.
7. Alur dalam kedua novel sudah lengkap dan tercermin dalam setiap judul
atau bab nya. Alur flash back sering pula disajikan oleh pengarang novel
untuk menceritakan masa lalu tokoh.
8. Nilai didik yang yang terdapat dalam kedua novel tersebut terfokus pada
nilai religius, nilai moral dan nilai sosial.
Pendekatan penelitian yang digunakan Septiningtyas Dwi Hapsari sama
dengan pendekatan dalam penelitian ini, yakni pendekatan struktural. Akan tetapi,
ada perbedaan yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh
Septiningtyas Dwi Hapsari. Penelitian yang dilakukan Septiningtyas Dwi Hapsari
menganalisis dua buah novel yang berkesinambungan, sehingga cerita yang dikaji
ada dua buah, sedangkan dalam penelitian ini hanya meneliti sebuah novel.

C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menganalisis karya sastra berupa novel yang berjudul 5Cm
karya Donny Dhirgantoro. Penganalisisan novel 5Cm ini menggunakan
pendekatan strukturalisme, yang merupakan pendekatan yang berpusat pada karya
sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan pengarang, penyair, pembaca atau hal yang
bersifat ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Karya sastra dalam pendekatan
struktural dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari
pengarang, realitas, maupun pembaca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pendekatan strukturalisme diterapkan dengan cara menganalisis unsur-


unsur intrinsik dalam novel dan keterkaitan antarunsur intrinsiknya. Setelah
menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, peneliti juga mengkaji nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm tersebut. Nilai-nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel 5Cm tersebut dirasa perlu dikaji mendalam karena memiliki
nilai positif yang dapat memotivasi pembacanya.
Analisis pada penelitian ini meliputi penganalisisan unsur-unsur
intrinsiknya, yaitu tema, penokohan, alur, latar/setting dan juga sudut pandang.
Analisis unsur intrinsik novel bersifat menyeluruh untuk menemukan keterjalinan
antarunsur instrinsik. Selain itu, dianalisis juga mengenai hubungan antartokoh
dalam novel tersebut. Setelah langkah itu selesai, peneliti menganalisis nilai
pendidikannya yang meliputi nilai pendidikan moral, sosial, religius dan estetika.
Gambaran lebih jelas mengenai penelitian ini dapat dilihat dari alur
kerangka berpikir sebagai berikut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 1. Kerangka Berpikir

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan objek kajian berupa
novel. Objek penelitian ini adalah novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Tidak
ada pembatasan mengenai tempat penelitian, yakni suatu tempat dapat digunakan
jika memungkinkan dan mendukung untuk dilaksanakan penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, yakni dari bulan Juni sampai
bulan November 2010. Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan penelitian.
Tabel Waktu Penelitian
Bulan
Jenis Kegiatan
Des
1. Jul Agst Sept Okt Nov

Jun
1. Menyusun Izin x---
Penelitian
2. Menyusun Bab 1, -xxx xxxx xxxx xxxx
2, dan 3
3. Pengajuan Bab 1, --xx
2, dan 3
4. Menyusun Bab 4 xxxx xx--
dan 5
xxx-
5. Pengajuan Bab 4
dan 5

B. Bentuk dan Strategi Penelitian


Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan
metode content analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan


menafsirkan data yang ada. Metode content analysis atau analisis isi yang
digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen
yang dimaksud adalah novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh
(Suharsimi Arikunto, 1998:114). Sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini berupa dokumen yang diambil dari teks novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)


Teknik cuplikan yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu sampel
dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sutopo
(1996: 52) menyatakan bahwa teknik cuplikan adalah suatu bentuk khusus atau
proses bagi pemusatan atau pilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi.
Peneliti mendasarkan landasan pada teori yang digunakan, keingintahuan pribadi,
karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya.
Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan secara selektif dengan cara
memilih kalimat-kalimat atau dialog dalam novel 5Cm yang dapat mewakili
jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik penggumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik catat,
mengingat objek kajian dalam penelitian ini adalah sebuah teks, yaitu berupa
novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
Adapun langkah-langkah pengumpulan datanya dikelompokkan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:
1. Membaca novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro
secara berulang-ulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Mencari dan mencatat kalimat yang berkaitan


dengan struktur novel dan mencatat hal-hal penting yang mendukung analisis
novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3. Menganalisis novel tersebut berdasarkan
pendekatan struktural dan mencari nilai pendidikan yang terkandung di
dalamnya.

F. Validitas Data
Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses
penelitian. Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti dalam penelitian ini
menggunakan teknik trianggulasi. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi teori, yaitu cara penelitian terhadap topik yang sama dengan
menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisis data.

G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam novel
5Cm karya Donny Dhirgantoro adalah teknik analisis mengalir (flow model of
analysis), yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data;
dan (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen
yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan
penggumpulan data.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data dengan
analisis tersebut meliputi :
1. Reduksi data (data reduction)
Pada langkah ini, data yang sudah diperoleh dicatat kemudian dilakukan
penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data-data yang berkaitan
dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu mengenai pendekatan struktural,
hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Informasi-informasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.
2. Penyajian data (display data)
Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara
teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian
dianalisis sehingga diperoleh diskripsi mengenai pendekatan struktural,
hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang
terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3. Penarikan Simpulan (verifikasi)
Pada tahap ini dibuat simpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal
penelitian. Simpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali
tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang telah diperoleh benar-benar
valid.
Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.
Adapun proses analisis model mengalir jika digambarkan sebagai berikut.

-------------------------------------------------
Reduksi data
Antisipasi Selama Pasca
Penyajian data
Selama Pasca
Penarikan simpulan
Selama Pasca
Gambar 2. Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis)
(Miles, Mattew B. & Huberman, A. Michael, 1992: 18)

H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai langkah
penelitian dari awal hingga akhir untuk membantu lancarnya pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penelitian. Dalam penelitiaan ini penulis mengambil langkah-langkah:


1. Pengumpulan data
Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang
merupakan pendekatan struktural, hubungan antarunsur dalam membangun
keindahan, dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny
Dhirgantoro.
2. Penyeleksian data
Data-data yang dikumpulkan, kemudian diseleksi serta dipilah-pilah mana saja
yang akan dianalisis.
3. Analisis Data
Dalam tahap ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul dengan
menggunakan teknik analisis mengalir (flow model of analysis).
4. Penyusunan laporan penelitian
Laporan penelitian merupakan tahap akhir dari serangkaian proses. Merupakan
tahap penyampaian data-data yang telah dianalisis, dirumuskan, dan ditarik
simpulan. Kemudian dilakukan konsultasi dengan pembimbing. Tulisan yang
sudah baik disusun menjadi laporan penelitian, disajikan, dan diperbanyak.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema prosedur penelitian sebagai
berikut:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Unsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro
a. Tema
Tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang
terkandung di seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna
cerita atau karya sastra tersebut. Ada lima tingkatan tema menurut Shipley (dalam
Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81), yakni tema tingkat fisik, organik, sosial,
egoik, dan divine. Tema novel 5Cm ini terdiri dari tema sosial yaitu tentang
persahabatan, cinta, kehidupan serta kepercayaan pada mimpi yang menjadi modal
kehidupan para tokohnya.
Persahabatan yang terjalin antara lima tokoh dalam novel ini sangat erat,
sehingga dalam keseharian mereka yang selalu bertemu, pergi kemana-mana selalu
bersama dan membicarakan hal yang selalu sama setiap kali bertemu, membuat
mereka memutuskan untuk berpisah, bukan untuk mengakhiri persahabatan
mereka, namun untuk keluar dari intensitas pertemuan mereka yang terlalu sering,
sehingga mereka dapat menemukan pengalaman baru, dan menjadi orang yang
baru, orang yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.

“Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu,
jangan berlima melulu kemana-mana.”(5Cm:63)

“Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas
ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti
Ian jadi kurus. Jadi enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek.”(5Cm:
63)

Tema percintaan juga mewarnai novel 5Cm ini, selain tema persahabatan
yang kental. Percintaan yang polos,commit
yang dimiliki
to useroleh tokoh Genta kepada Riani,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang tak pernah berani diucapkan Genta, maupun percintaan yang meluap-luap
dan selalu ditunjukan Zafran kepada Arinda/Dinda, namun dipandang dingin dan
datar oleh Arinda. Begitu pula kisah percintaan yang dialami oleh Arial dan Indy.
Tema percintaan memang tidak pernah terlepas dari kisah persahabatan dalam
sebuah novel maupun cerita. Contoh tema percintan yang terdapat dalam novel
5Cm adalah sebagai berikut.

Tanpa sadar, tolehan dan gerak tubuh Riani tadi terekam kuat dalam otak
Genta. Riani, Riani. Entah untuk yang k berapa kalinya, Genta yang kebetulan
duduk diagonal di belakang Riani kembali mengagumi rambut Riani yang
digulung membentuk konde cemplon, dipadu tusuk konde warna kuning
gading. Beberapa anak rambutnya terlihat liar di sekitar konde kecilnya, pas
banget buat leher Riani yang putih. Riani memakai ham putih dengan garis-
garis kecil hitam putus-puus dan jins warna gelap, pas banget deh! (5Cm:
16-17)

Zafran masih aja coba lairak-lirik ke kamar Dinda, berharap Dinda keluar dan
menaburinya dengan sejuta keindahan. Tapi Dinda nggak pernah muncul...
(5Cm:25)

Indy masih rebah di bahu Arial, menikmati keindahan malam di beranda.


Sesekali ia menatap wajah Arial yang memandang lurus ke depan. Arial
masih belum bisa percaya Indy akhirnya menerimanya, mempercayai
genggamannya yang akan menemanuinya mengarungi hari-hari mereka ke
depan. Lamunan Arial itu membuat ketidaksadaran dalam tubuhnya untuk
memeluk erat tubuh di sebelahnya. Batin Indy pun ikut menikmati kehangatan
yang Arial berikan. Sedetik Arial membernamkan hidungnya ke rambut Indy,
merasakan penciumannya bercerita tentang semuanya. Malam itu indah
sekali....(5Cm:102)

Tema percintaan yang sebenarnya terdapat dalam novel 5Cm ini, tidak
hanya terdapat antartokoh-tokohnya, tetapi terdapat pula penggalan novel yang
menceritakan betapa besar rasa cinta antara tokohnya dengan tanah air mereka ini.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan
mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa
pun yang saya punya, saya commitakan menjaga
to user kehormatannya seperti saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya
terus hidup bersama tanah air tercinta ini.”(5Cm:49)

Tema persahabatan yang kental, dipadu dengan tema percintaan


antartokohnya diselaraskan pula dengan tema kehidupan serta kepercayaan mereka
terhadap mimpi yang ingin mereka raih. Banyak sekali peristiwa-peristiwa
kehidupan yang disampaikan novel ini, begitu pula tentang mimpi, dan keajaiban
yang menyertainya. Tekad mereka berlima untuk selalu menempatkan mimpi di
depan kening mereka agar selalu dapat terlihat dan terkejar. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun


Lempuyangan. Suara peluit dari stasiun dan doa si mbok masih mengisi
terlinga mereka berempat. Riani melihat keluar jendela kereta, matanya
terkejut, dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun Lempuyangan dilihatnya
banyak sekali sosok perempuan tua seperti si mbok penjual nasi tadi. Di
antara lambatnya kereta, mata Riani memperhatikan muka lelah meraka satu
per satu, membayangkan nasib mereka yang mungkin nggak jauh berbeda
dengan si Mbok. Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi, pemandangan di
luar seperti memasuki hatinya, tenggorokannya seperti menelan sesuatu yang
tidak enak, yang disangkal hatinya.(5Cm:176)

Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi
dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah
kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang
bisa membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Penciptanya. Dan,yang
bisa dilakukan oleh makhluk bernaman manusia terhadap mimpi-mimpi dan
keyakinannya hanya mereka tinggal mempercayainya.(5Cm:378)

Tema persahabatan, percintaan, kehidupan serta kepercayan mereka


terhadap keajaiban mimpi yang beragam dan tersusun rapi dalam novel 5Cm
tersebut memberikan satu kesatuan yang utuh. Tema-tema tersebut membangun
cerita dengan ringan dan mudah dipahami pembacanya sehingga pembaca
menikmati setiap kisah-kisah yang diceritakan dalam novel.
Tema persahabatan, percintaan, dan kehidupan masuk pada tingkatan tema
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sosial, sedangkan kepercayaan mereka pada keajaiban mimpi berada pada


tingkatan tema divine. Tema dalam novel 5Cm juga dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu tema mayor yaitu tentang persahabatan, dan tema minor yang terdiri
dari tema percntaan, kehidupan dan keajaiban mimpi.

b. Penokohan
Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya fiksi. Suatu
peristiwa terjadi karena adanya aksi dan reaksi tokoh-tokoh. Suatu peristiwa cerita
tidak mungkin terjadi tanpa adanya tokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel
5Cm ini dapat digolongkan dalam tokoh protagonis (tokoh utama) dan tokoh
tritagonis (tokoh tambahan). Tokoh utama yang terdapat dalam novel 5Cm ini
adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda. Tokoh tambahan di
antaranya adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo. Selain tokoh tersebut, terdapat
pula hubungan antartokohnya, yang dipaparkan dsebagai berikut.

1) Genta
Tokoh Genta dalam novel 5Cm ini termasuk dalam tokoh protagonis yang
dominan dalam novel. Genta adalah seorang project officer atau pelaksana acara
dari sebuah Event Organizer sekaligus orang yang dianggap pemimpin oleh
sahabat-sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Genta masih duduk sendirian di panggung utama pameran komputer gede-


gedean yang dia dan Event Organizernya jalani.(5Cm:137)

Anehnya, keempat temannya paling nurut sama Genta. Kata Riani, Genta itu
segalanya yang dibutuhkan sebagai seorang teman (Pacar dong...!). Kalau
ngeliat penampilan Genta, yang ada yah gayanya Genta, dengan badan agak
gede, dan rambut agak lurus berjambul. Seperti Riani, Genta juga
berkacamata, tapi kacamatanya jarang dipakai. Kostum? Yang ada baju itu yah
itu yang dipakai, pokoknya Genta orang yang nggak macem-macem, tapi
pikirannya penuh dengan macem-macem. Genta adalah seorang asisten dosen
favorit di kampus. Jadi sutradara seperti Steven Spielberg adalah impian
Genta. Kalau mau tanya film, tanya
commitsama Genta; soal pemasaran, tanya sama
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Genta: mau tanya tentang musik, tanya sama Genta. Kalau Riani ditanya
paling enak nonton sama siapa? Pasti jawabannya sama Genta. Kalau Arial
ditanya, siapa yang paling enak diajak lari pagi dan main basket di Senayan?
Pasti sama genta, jawabnya. Kalau Zafran ditanya siapa yang paling enak
diajak bikin puisi atau bikin lagu bareng? Pasti dibilang paling enak sama
Genta. Kalau Ian ditanya siapa paling enak diajak ke Glodok bareng atau main
bola di PS2? Sama saja, jawabannya pasti sama Genta. Kalau mau curhat?
Keempatnya setuju, paling enak curhat sama Genta.(5Cm:14)

Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta sangat dominan dalam
setiap hubungannya dengan teman-temannya. Dia dianggap pemimpin dan orang
yang sangat diandalkan oleh teman-temannya. Dari segi fisik, Genta memiliki
badan agak besar, rambut agak lurus berjambul dan berkacamata, seperti dalam
kutipan di atas. Dapat dilihat pula Genta adalah sosok yang tidak macam-macam
namun memiliki pemikiran brilian sehingga ia menjadi asisten dosen favorit di
kampusnya.
Menjadi seorang pemimpin sebuah Event Organizer membuat Genta
memiliki sifat yang perfeksionis. Dia selalu ingin semuanya sempurna, dari awal
acara yang ia laksanakan hingga akhir dan membuat kliennya puas. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Sejenak Genta membayangkan hari Seninnya yng pasti akan crowded lagi
karena bakal ada pameran yang gede-gedean―yang menurut Genta
persiapannya baru 50%, sementara temen-temennya merasa sudah siap 120%.
Genta emang orang yang sangat perfeksionis kalo udah nyebur-nyebur ke
wilayah costumer intimacy dan service excellent. Genta adalah orang yang
selalu ingin orang lain puas sepuas-puasnya, bukan Cuma untuk rekan-rekan
bisnisnya, tapi juga dalam hidupnya sehari-hari, apalagi sama teman-
temannya.(5Cm:29)

Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat juga bahwa Genta sangat


mementingkan orang lain. Genta lebih mementingkan kepuasan atau kebutuhan
teman-temanya daripada kebutuhan pribadinya. Hal inilah yaang membuat teman-
teman Genta menjadikan Genta sebagai pimpinan atau orang yang dipanut dalam
persahabatannya. Genta juga memiliki sifat yang sangat bertanggung jawab, oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karena jabatannya yang memimpin teman-temannya, dia memiliki tanggung jawab


besar kepada acara yang dia dan teman-temannya jalani. Walaupun Genta memiliki
acara penting yang mesti dia lakukan, Genta masih mengerjakan tanggung
jawabnya untuk membantu acara yang dia dan teman-temannya kerjakan. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Gue ada urusan penting. Gantian dong, gue pengen refreshing bentar.
Kewajiban gue bikin what to do sama check list tetep gue selesain. Tapi
selanjutnya lo gantin gue bentar ya, please.”(5Cm:140)

Genta memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang patut dipanut oleh teman-


temannya. Akan tetapi, Genta juga memiliki kelemahan, yaitu dia tidak mudah
mengungkapkan perasaan. Seperti perasaan cintanya pada Riani yang selalu dia
pendam. Genta beranggapan bahwa jika memang jodoh, tidak akan kemana,
sehingga Genta tenang-tenang saja, walaupun pertemuan dengan Riani sangat
sering dan membuat Genta tersiksa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

Riani dan Genta sedang bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua
mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani... suara-suara indah kembali mengisi
hati Genta. Akankah... kamu... jadi... tempat... untuk... segenggam harapan
yang hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta, batin Genta.

Beracuan pada analisis dan kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat bahwa


Genta adalah tokoh utama yang berperan sebagai pemimpin teman-temannya
dalam kehidupan persabahatannya, sekaligus sebagai pimpinan dalam sebuah
Event Organizer. Genta adalah tokoh protagonis yang dominan dalam cerita.
Genta digambarkan memiliki sifat perfeksionis, bertanggung jawab, apa adanya,
tetapi memiliki sifat yang tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan kepada
orang lain, khususnya Riani.

2) Arial
Arial dalam novel ini termasuk tokoh
commit protagonis yang cukup dominan.
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Arial adalah seorang mahasiswa yang dideskripsikan memiliki badan besar, hitam,
dan tampan, adalah salah satu dari lima sahabat yang diceritakan dalam novel 5Cm
ini. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini
pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya
gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan
gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham,
celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah
orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena
cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf.
(5Cm:7)

Arial kuliah di Fakultas Hukum, tapi dia sama sekali nggak ngerti hukum.
Satu hal yang pernah dia obrolin tentenag hukum adalah bahwa seharusnya
dia dulu banyak-banyak nonton LA LAW (bukannya 21 Street Jump atau
Airwolf). Kenapa? Karena banyak yang bisa dijadikan referensi....(5Cm:7)

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arial dalam novel ini
memiliki penampilan yang sporty dan memiliki watak yang simpel, banyak
senyum dan tidak macam-macam. Akan tetapi, Arial juga beberapa kelemahan,
yakni watak yang apa adanya, terlalu patuh pada peraturan, dan lugu. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di kelompok


pengeksekusi filosofi ini—Riani pun mengakui. Arial yang apa adanya, walau
jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya sama sesuatu.(5Cm:
58)

“Kan ada tulisannya tuh kalo bayar tol harus pakai uang pas. Ini ada tiga ribu,
aku nggak ada lima ratusan.” Kata Arial datar.(5Cm:90)

Arial juga berhenti merokok gara-gara menderita tekanan batin karena di


mana-mana ada tulisan “dilarang merokok”. Semua tulisan yang pernah Arial
baca, di mana pun, pasti Arial turuti apa adanya. Larangan “dilarang
mengeluarkan anggota badan”, Arial pun turuti, nggak kayak teman-temannya
yang gembira bergelayutan di pintu bus atau mengeluarkan kepalanya dari
jendela. Tulisan “Jagalah kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya”, juga
dipatuhi Arial dengan mencari tempat
commitsampah.
to user Malah ia juga pernah munguti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sampah yang sedikit berserakan. Waktu mereka ke Bandung tengah malam


dan di tol membaca tulisan “NYOPIR JANGAN NGANTUK, NGANTUK
JANGAN NYOPIR” secara tiba-tiba Arial berhenti di jalan tol karena baru
saja menguap dan minta digantikan nyupirnya. Kalo Arial menginap di rumah
Genta dan ada tulisan TAMU 1 X 24 JAM HARAP LAPOR, Arial pun
lapor ke Pak RT, bikin Genta jadi senewen.(5Cm: 92)

Tokoh Arial dalam novel ini juga memiliki sifat posesif, hal ini disebabkan
karena watak apa adanya dan telah lama tidak memiliki kekasih. Arial yang
menjadi kekasih Indy menjadi terlalu mengekang Indy dalam melakukan sesuatu.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Kalo denger dari cerita lo tadi sih iya, menurut gue lo berlebihan. Seharusnya
lo nggak terlalu ngekang dia. Biar aja dia bebas.” Riani menjawab pertanyaan
Arial.(5Cm:168)

Arial yang berbadan tegap dan apa adanya ini memiliki beberapa
kegemaran, antara lain adalah kegemarannya pada olah raga dan kecap. Arial
gemar makan apa saja, yang penting harus ada kecap. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.

“Udah olahraga tiap pagi, tiap Minggu biar sehat, malah kena tipes... parah
banget lo...,” kata Ian sambil nyalain wiper.(5Cm:17)

Arial kalo makan harus ada kecap. Mulanya sih dianggap biasa aja, sampai
suatu ketika dia mengejutkan teman-temannya karena makan sayur asem pake
kecap (Wuek...).(5Cm:7)

Beracuan pada analisis dan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Arial
adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita novel. Arial yang apa
adanya dan selalu patuh pada peraturan, gemar berolahraga dan makan berlauk
kecap, lugu dan kadang posesif. Akan tetapi, Arial merupakan orang yang sangat
dibanggakan oleh sahabat-sahabatnya.

3) Riani
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Riani merupakan satu-satunya wanita dalam anggota persahabatan di novel


ini. Riani adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita. Secara fisik,
Riani dideskripsikan berparas cantik, berkacamata dan memiliki kecerdasan yang
di atas rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Riani pakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang N-ACH sejati. Mukanya
gabungan antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?) Bodinya? Persis
Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia ngomong pasti orang pada
dengerin. Dia punya semacam kharisma yang bisa bikin orang menengok.
Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapa pun
juga. Apa aja dia ikutin. Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja
bisa didebatnya, soalnya dia banyak baca dan banyak belajar.(5Cm:8)

Riani memiliki kharisma yang menarik orang lain yang ada di dekatnya
untuk sekedar menengok dan memperhatikannya, hal ini tidak dimiliki semua
orang. Riani juga merupakan seorang N-ACH sejati, yang dalam teori motivasi
milik McClelland berarti Riani sangat mengutamakan achievement (prestasi) dalam
memenuhi kebutuhannya. Penjelasan ini terdapat dalam kutipan novel sebagai
berikut.

.... kalau ada yang pernah baca teori motivasinya McClelland pasti tahu bahwa
sesungguhnya manusia memiliki tiga kebutuhan yang akan memotivasinya
dalam melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan (Needs) itu adalah Needs of
Achievement (N-ACH), Needs of Affiliation (N-AFF), dan Needs of Power
(N-POW). Penjelasannya begini, orang-orang N-ACH adalah mereka yang
mengutamakan Achievement (prestasi) untuk memenuhi kebutuhannya.
Mereka adalah pengejar prestasi yang akhirnya bermuara ke pengakuan dari
orang di sekitarnya. Orang-orang N-POW adalah mereka yang senang jika
mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu, yang dikejar adalah kuasa atas
segala sesuatu. Sedangkan, orang-orang N-AFF adalah mereka yang merasa
cukup bila sudah punya banyak hubungan dengan orang lain (senengnya
temenan).(5Cm:7-8)

Riani mengejar prestasi dalam hubungannya sehari dengan sahabat-


sahabatnya, dikarenakan dia adalah satu-satunya wanita dalam anggota kelima
sahabat itu. Riani dianggap paling lemah dan harus dijaga anggota yang lain, oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebab itu Riani mengambil perhatian dalam bidang prestasi selain memang harus
diakui bahwa Riani adalah wanita yang cerdas. Kecerdasan Riani ini terdapat
dalam kutipan berikut.

Ke mana-mana Riani paling seneng pakai jins, ham, dan sepatu kets yang
kinclong. Kalau lagi nggak pakai sepatu, dia penggemar berat sandal jepit
nomor satu. Ngobrol sama Riani nggak boleh sok tahu karena dia kayaknya
hampir tahu segalanya, tapi kalo ada yang salah suka ngambek sendirian.
(5Cm:8-9)

Dari kutipan di atas, Riani memiliki kegemaran pada sandal jepit. Begitu
pula pada pakaiannya sehari-hari, yaitu jins, ham dan sepatu kets yang kinclong.
Riani adalah orang yang sangat menekuni cita-citanya, hal ini dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.

Cita-citanya adalah bekerja di TV. Itu sebabnya, dia kuliah Broadcasting.


Buku favorit Riani adalah Rich Dad Poor Dad-nya Robert T Kiyosaki sama
Seven Habbit-nya Stephen Coffey. Ia suka banget sama Alanis Morisette dan
Norah Jones; Mocca, sama Padi dia juga suka. Film? Dia paling suka With
Honors sama Children of the Lesser Gods. Pacar? Pacarnya adalah
organizernya yang isinya janji-janji yang harus ditepatinya. Begitu banyak
janji yang dibuatnya sehingga cakep-cakep tapi masih jomblo. Susah deh
cewek pinter dapet cowok. Dia maunya yang lebih pinter dari dia, “kalo bisa
kayak Matt Damon di Goodwill Hunting,” katanya. Dia suka banget sama
lagunya The Brand New Heavies yang judulnya You Are the Universe dan
lagu itulah yang sering dia nyanyikan sendiri.(5Cm:9)

Riani memiliki berbagai macam kegemaran, dari segi musik, film, maupun
bacaan. Kedisiplinan yang dimiliki Riani membuat organizernya penuh oleh janji-
janji yang harus ditepati. Hal itu pula yang membuat Riani masih belum memiliki
kekasih, Riani yang sibuk dan sangat cerdas, akan tetapi hatinya telah dia serahkan
pada seseorang yang ia sayangi, Zafran.
Terjadi rahasia percintaan antara tiga orang sahabat. Riani, Genta dan
Zafran. Riani yang memendam perasaannya kepada Zafran, dengan kenyataan
bahwa dia wanita dan tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya terlebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dahulu. Genta yang memendam perasaan kepada Riani dan tidak berani
mengungkapkannya. Zafran yang tidak menyadari perhatian-perhatian yang
diberikan oleh Riani dan lebih memikirkan sosok Arinda untuk dijadikan
kekasihnya. Rahasia percintaan antara ketiga sahabat ini dapat dilihat dalam
kutipan sebagai berikut.

Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya


luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran.
Mata Riani sudah berkaca-kaca, tetapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah
kenapa kekecewaan Genta malam ini seperti hilang begitu saja.melihat
kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk
Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa
membuat Riani tersenyum...
Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam
yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo.(5Cm:367)

Dalam kutipan di atas, Riani sangat tegar dalam mengatakan perasaannya


yang sebenarnya tentang Zafran kepada Genta. Akan tetapi, Riani juga seorang
wanita yang perasaanya kadang tersentuh lebih dalam. Riani merupakan contoh
wanita yang tegar, contoh lain ketegaran Riani adalah saat mereka akan berpisah,
keluar dari kenyamanan mereka masing-masing untuk menjadi orang yang baru
dan orang yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.
“14 Agustus... baru kita berlima ketemuan lagi,” dada Riani agak sesak, gejala
yang akan membawa sinyal-sinyal maha sempurna ke pupil dan konjungtiva-
nya untuk meneteskan sedikit cairan.(5Cm:66)

Walaupun Riani menangis, tapi hatinya bisa tegar untuk berpisah selama
tiga bulan dengan teman-temannya, untuk kebaikan mereka dan untuk meraih
mimpi-mimpi mereka masing-masing.
Ketegaran yang dimiliki oleh seorang Riani ternyata dilengkapi dengan
sifat sensitif yang kadang terjadi tiap bulan. Sifat sensitif ini sudah cukup diingat
oleh sahabat-sahabatnya setiap membicarakan gender—karena memang Riani
adalah satu-satunya wanita dalam kelompok persahabatan tersebut, maupun saat
pertengahan bulan, saat spesial bagi Riani.toHal
commit userini terlihat dari kutipan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berikut.

“Nggak-lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan


memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ‘makanya njangan
debat Riani’ kalau soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi
nggak biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan
kepalanya jadi agak tinggi, Genta menggumam dalam hati.(5Cm:59)

Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul
‘tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP
masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggal-tanggalnya
Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal. Keempat
cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.(5Cm:59)

Deskripsi kutipan di atas menerangkan bahwa sisi sensitif wanita yang


normal pada tokoh Riani pada saat kaumnya terasa terlecehkan maupun ketika
mendapatkan kenikmatan pada pertengahan bulan. Sisi wanita lain yang tampak
pada diri Riani adalah keramahan dan kelembutannya. Riani tidak memandang
seseorang dari kedudukan dan derajatnya. Riani ramah dan lembut pada semua
orang, termasuk pada Mbak Jumi, sorang petugas pantry. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.

“Oh iya... Mbak Jumi, tadi aku ada roti dari rapat nggak aku makan. Ini buat
Mbak aja. Belum dibuka kok... nih ambil aja. Belum aku buka, bener...!”
“Nggak ah mbak... itu kan roti mahal.”
“Ámbil aja.....”
“Aku udah kenyang Mbak Riani.”
“Buat si kecil di rumah.”
Mbak Jumi takluk dengan kelembutan Riani.(5Cm:82)

Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah
dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di
lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang sepenuh Mbak Riani
perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap
hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil
sopan dengan sapaan ‘Mbak”, bukan dengan teriakan keras “Jumiii...”
yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu,
yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya
saya cuci setiap hari....(5Cm:82-83)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Analisis dan kutipan di atas menunjukkan bahwa Riani termasuk tokoh


protagonis yag cukup dominan. Walaupun Riani satu-satunya wanita dalam
kelompok persahabat yang terdiri dari lima orang ini, Riani memiliki kecerdasan
yang melebihi teman-temannya. Watak dan sifat Riani wajar seperti wanita normal
yang sensitif namun ramah dan lembut. Terlibatnya Riani dalam kisah percintaan
antara tiga orang sahabat dalam novel ini mewarnai kisah persahabatan yang
menarik.

4) Zafran
Zafran merupakan tokoh protagonis yang cukup dominan pula dalam
novel. Zafran adalah seorang vokalis band dan seorang penyair. Kegemarannya
menciptakan lagu atau puisi yang kadang hanya dia sendiri yang tahu maksudnya.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Zafran selalu tergila-gila pada “individual post charismatic character” dari


dulu, tapi kadang-kadang semuanya tergantung mood-nya. Nama-nama yang
pernah jadi idola Zafran, antarlain Kurt Cobain, Damon Albran, Michael
Stipe, Roberth Smith, Jarvis Cocker, Billy Corgan, dan Marilyn Manson.
Enggak heran, soalnya Zafran adalah seorang vokalis dari sebuah band yang
paling sering gonta-ganti personel karena pada nggak kuat Zafran udah narik
mereka ke dunianya yang beda sendiri.(5Cm:10)

“Udah dulu ya Dinda, Bang Zafran mau bikin puisi dulu.”

Dari kutipan di atas, Zafran merupakan vokalis unik yang memiliki dunia
sendiri. Zafran dideskripsikan memiliki badan yang kurus dan rambut yang
berantakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Badan Zafran kurus, sekurus kapur tulis. Kalau ngeliat potongan rambutnya
yang gondrong samping dan depan aja, pasti langsung ngingetin sama
potongan rambut Liam Galaggher, vokalis Oasis. Baju sehari-harinya adalah
baju modis dari distro terdekat yang bisa dicapai. Di antara modisnya, Zafran
punya kelakuan yang berantakan, yang katanya “standar seniman”. Selain
nama-nama vokalis besar tadi, ternyata Zafran adalah pengagum setia Erie
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Susan, penyanyi dangdut yang tinggi semampai, tapi gengnya nggak pernah
ngetawain dia terang-terangan karena nggak enak—soalnya dia ngefans
banget.... (beneran).(5Cm:10-11)

Zafran memang sosok tokoh yang cukup aneh dalam novel 5Cm ini.
Sifatnya yang spontan dan semaunya sendiri, tidak ditemui dalam karakter lain di
novel ini. Zafran adalah tipe orang yang akan mengucapkan apapun yang ingin ia
ucapkan, dan melakukan apapun yang ingin ia lakukan, dalam batas kewajaran
yang dia tetapkan sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Tanpa sadar Zafran mencopot sendalnya dan berjalan nyeker di antara


rerumputan yang basah.dingin-dingin air rerumputan di kakinya membuat dia
senang dan loncat-loncat. Mata Riani selalu menjadi yang paling setia
mengikuti gerakan-gerakan ajaib tubuh kurus Zafran yang dibalut jaket biru
gelap, rambut gondrong poninya yang kadang-kadang ikut meloncat-loncat
sendiri, dan bagaimana Zafran menarik tangannya untuk membenahi
rambutnya supaya nggak nutupin dan menusuk-nusuk matanya. Riani paling
seneng kalo udah ngeliat Zafran begini.(5Cm:34)

Kutipan di atas menandakan ketertarikan Riani pada sifat spontan Zafran


yang ajaib sekaligus aneh. Sifat spontan yang seperti Zafran ini memang jarang
ditemui dan sangat menarik bagi sebagian orang. Akan tetapi, perasaan yang
dimiliki Riani tidak tersampaikan kepada Zafran. Zafran lebih memilih Arinda/
Dinda, adik Arial. Zafran sangat gigih dan tak pernah menyerah untuk menarik
perhatian Arinda, walaupun sifat Arinda yang hampir sama seperti Arial, yaitu
datar dan apa adanya. Kegigihan Zafran ini dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

“Adik gue jam segini paling udah tidur, Ple...,” Arial yang udah bisa nangkep
maksud Zafran melalui lagu tadi, gatel untuk nyela.
“Tuh lampu kamarnya udah mati,” Riani memperkuat Arial sambil menunjuk
ke kamar Dinda.
“Lampu kamar udah mati kan bukan berarti udah tidur, siapa tau masih tidur-
tiduran sambil ngeliat langit malam, dia juga denger suara gue,” Zafran
keukeuh.(5Cm:57)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kegigihan Zafran baru dapat luluh ketika Zafran mengetahui kenyataan


bahwa yang mencintai dirinya dengan sungguh-sungguh adalah sosok Riani.
Ketika mengetahui bahwa Riani memendam perasaan yang dalam kepadanya,
Zafran merasa sangat bersalah karena terlalu terang-terangan menunjukkan
perasaannya kepada Arinda di depan Riani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.

Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukul-


mukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani
dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik nafas
panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran
masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hari-
harinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah
berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan
Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta
memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368)

Dari deskripsi analisis dan juga kutipan-kutipan di atas, dapat dicermati


bahwa Zafran adalah tokoh yang lain daripada yang lain. Wataknya yang spontan,
unik dan kadang agak-agak aneh ini menjadikannya sahabat yang ajaib bagi
temannya yang lain. Kisah percintaan antara Zafran, Genta, Riani, dan Arinda
merupakan puncak konflik tema percintaan dalam novel ini.

5) Ian
Ian merupakan salah satu tokoh protagonis yang cukup dominan dalam
novel ini. Ian sangat gemar pada sepakbola, tidak hanya pada pertandingan bola,
sampai pada permainan tentang sepakbola pun digemarinya. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan sebagai berikut.

Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang
karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila
bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya
buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang
nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager
(CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama
siapa aja kecuali bola.(5Cm:11)

Ian dideskripsikan berbadan gendut dan berkepala botak. Hal ini yang
menyebabkan Ian tidak diajak bermain sepakbola dalam kutipan di atas. Deskripsi
tentang Ian ada dalam kutipan sebagai berikut.

Baju bergambar kartun, celana jins, sama Adidas gazelle buluk adalah kostum
Ian sehari-hari. Badannya gendut subur, kepalanya botak plontos, katanya biar
gampang kalo kramas soalnya hampir tiap hari keramas melulu (tau kan
alasannya). Ke mana-mana Ian selalu bawa tas ransel yang isinya stik PS2
dan lain-lainnya yang nggak usah ditanya lagi. Film favorit Ian adalah film
bokep semi Emanuelle yang udah ada sekuelnya sampai delapan. Sementara,
kata-kata favorit Ian dalam film adalah “you can put it anywhere...,” dari
filmnya Sarah Michelle Gelar dan Ryan Phillipe, Cruel Intentions. Baru-baru
ini Ian lagi coba-coba bikin usaha sablon baju yang ada foto Happy Salma,
Lyra Virna... atau Paris Hilton.(5Cm:12)

Kutipan di atas berisikan salah satu kegemaran Ian yang kurang baik, yaitu
mengkoleksi VCD porno. Akan tetapi, kegemaran Ian yang satu ini cukup disukai
oleh sahabat-sahabatnya, termasuk Riani. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
sebagai berikut.

Salah satu yang disukai rombongan tongkrongan ini dari Ian adalah ternyata
Ian mempunyai ritual yang sangat didukung oleh kaum Adam. Ian
mempunyai ritual aneh, tapi punya arti banyak bagi kaum laki-laki. Dua
minggu sekali Ian percaya bahwa dia harus pergi ke Dusit, Glodok, Mangga
Dua dan sekitarnya untuk membeli “Pieces of Lust” katanya, yang kalo
diterjemahkan ke bahasa alamiah adalah “VCD Bokep”. Riani adalah salah
satu penentang kebiasaan itu, tapi setelah dijelasin oleh yang lain bahwa
“Pieces of Lust” akan berguna untuk “menyenangkan suami”, kadang-kadang
dia minjem juga. Itung punya itung, VCD bokep Ian kalo disambung-
sambung udah bisa memenuhi jarak Jakarta-Bandung, alias banyak banget.
(5Cm:12)

Ian juga penyuka produk Indonesia, yaitu Indomie. Setiap bertamu ke


rumah teman-temannya, dia pasti memesan Indomie. Ian selalu ditemani Riani
yang setia meminta kuah Indomie-nya. Hal toiniuser
commit dapat dilihat dalam kutipan sebgai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berikut.

“Yan Indomie lo dateng tuh...,” suara Arial jadi kontras di tengah-tengah lagu.
Ian langsung berhenti karena memang perutnya yang selalu lapar sudah
menunggu dari tadi.
“Kuahnya dong...,” Riani mengambil satu mangkok kosong yang emang udah
disiapin oleh pembantu Arial, hasil pengajaran Genta tentang service excellent.
Sudah merupakan ritual, kalau Ian minta Indomie, harus ada satu mangkok
kosong lagi buat Riani yang apsti minta kuahnya.
“Hobi banget sih lo sama Indomie,” Zafran bingung ngliat Ian yang makan
Indomie dengan lahap.(5Cm:54)

Ian mempunyai keahlian yang cukup baik dalam bidang tarik suara dan
musik. Ian pandai menyanyi dan bermain gitar. Keahliannya ini sering membuat
teman-temannya kagum. Selain menyanyi dan bermain gitar, Ian juga pandai
memotret, sehinga kadang Genta bekerja sama dengan Ian untuk memotret setiap
event yang diadakan oleh Genta. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Ian yang walaupun dari tadi dicela, mempunyai kelebihan dalam bidang tarik
suara, bina vokalia, vokal grup, Selekta Pop, Aneka Ria Safari, dan Album
Minggu Kita. Ian emang jago main gitar dan suaranya bagus (yang ini bener).
Genta berpendapat, bagusan suara Ian daripada suara Zafran sang vokalis.
Kontan saja Zafran “si kapur tulis SD”marah-marah, tapi langsung dibelain
Riani yang mengatakan bahwa Zafran masih stu tingkat lebih bagus suaranya
dibanding Ian. Toh Zafran masih nggak terima, soalnya dia percaya kalau
kualitas suaraya seratus tingkat di atas Ian.(5Cm:35-36)

Genta emang suka minta bantuan teman-temannya kalo ada acara. Selain jago
masalah ginekologis-XXX, Ian juga jago motret. Jadi Ian paling sering
dimintai tolong motret event-event-nya Genta...(5Cm:31)

Ian memiliki sifat yang kocak, selain postur tubuhnya yang memang selalu
jadi bahan candaan teman-temannya. Ian kadang mengeluarkan kalimat yang tanpa
sadar memiliki struktur yang mengundang tawa sahabat-sahabatnya. Ha l ini dapat
dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

“Lo minta duit kok sama bos. Sama bendahara dong...,” sambung Ian sambil
mengais-ngais remah remah commit
singkong keju mencoba sok tahu. Kata
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“bendahara” membuat keempat temannya ngakak.


Kata itu membuktikan betapa Ian sangat tidak pernah mengajak otaknya jalan-
jalan keliling dunia zaman sekarang, melihat-lihat dunia luar dan menonton
berita serta membaca buku yang bermanfaat.
“Masa di perusahaan masih ada kata bendahara. Emangnya kita pengurus
kelas waktu SD?” Riani ngakak, lalu mencoba ngelempar tisu ke arah Ian.
(5Cm:30)

Di balik kekocakan yang dimilikinya, Ian memiliki sebuah masa lalu yang
kurang menyenangkan terhadap sahabat-sahabatnya. Ian pernah minder dan belum
menemukan jati dirinya, sehingga Ian sibuk menjadi orang lain, yaitu sahabat-
sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Ian tiba-tiba berujar sendiri. “Lo semua pada tau kan gue pernah kayak gitu,
tapi sekarang gue udah nggak mau lagi... capek jadi orang lain,” Ian
memandang kosong ke depan. .(5Cm:37)

“Iya gue sibuk sendiri, sibuk jadi Genta, sibuk jadi Zafran, sibuk jadi Arial,
sibuk suka semua yang kalian suka padahal kan sebenernya ada yang gue
nggak suka dan ada yang gue suka sendiri, yang elo pada nggak suka.”(5Cm:
50)

Ian juga memiliki sifat yang tidak mudah menyerah, khususnya dalam
mengerjakan skripsinya. Sifat Ian ini tidak lepas dari semangat yang diberikan
oleh dosennya Pak Sukonto Legowo. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

“Selamat siang, Ian. Bisa kok semuanya selesai dalam dua bulan.” Sang dosen
pun berdiri dan dengan senyum puas mempersilakan Ian keluar dari
ruangannya. “Nanti kamu datang lagi dengan kuesioner yang pastinya udah
selesai. Saya yakin kok sama kamu.”
Sekeluarnya dari ruangan, tiba-tiba Ian merasa lega. “Pasti gue bisa, gue
nggak pernah mau nyerah....”(5Cm:126-127)

Deskripsi analisis tentang Ian di atas menggambarkan sifat-sifat Ian yang


kocak dan tidak mudah menyerah. Ian juga memiliki kekurangan yaitu suka
mengoleksi VCD porno dan sifat minder serta peniru yang pernah dilakukannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dulu. Walaupun Ian memiliki kekurangan seperti itu, teman-temannya sangat


menyayangi Ian karena Ian memiliki keahlian menyanyi, bermain gitar dan hal
potret-memotret.

6) Arinda/Dinda
Arinda adalah tokoh protagonis yang tidak terlalu dominan dalam novel
ini. Arinda atau Dinda ini merupakan saudara kembar Arial. Seperti kakaknya
yang ganteng, Arinda juga digambarkan cantik dan memiliki postur yang
menawan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Arinda!!!” Mama Arial tiba-tiba teriak.


“Ini ada temen-temen Mas Ial nih, turun sebentar...”
“Iya, Maa..,” suara teriakan renyah keluar dari lantai atas.
Dan, sesosoktubuh dengan paras Andrea Corrs berbodi canggih keluar dari
kamar atas. Otak Zafran langsung mengirim sinyal ke tuannya, sinyal indah
musikal punya Kenny Loggins.(5Cm:21)

Kutipan di atas menandakan bahwa walaupun Arinda tidak terlalu dominan


dalam cerita, namun sangat berpengaruh pada tema percintaan dalam novel ini. Hal
ini dapat dilihat karena tokoh Zafran yang sangat menyukai Arinda.
Arinda yang merupakan kembaran Arial juga memiliki sifat yang sama
seperti Arial yaitu datar dan apa adanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipa sebagai
berikut.

Tak berapa lama, telepon di rumah Dinda pun berbunyi.


“Halo selamat sore...kediaman Bapak Arinto dan Ibu Arini, Arial dan Arinda.
Ada yang bisa saya bantu?” Dinda mengangkat telepon.
Zafran mau ketawa tapi ditahan, masih aja polanya sama, bener-bener sama
antara Arial dan Arinda.(5Cm:71)

Di balik sifat datarnya tersebut, Arinda memiliki sifat pengasih dan


penyayang. Dia tidak tega melihat seorang Mbok penjual pecel yang masih
berjualan hingga malam hari, sehingga dia memberi uang lebih untuk si Mbok
tersebut agar lebih banyak beristirahat. Haltoiniuser
commit dapat dilihat dari kutipan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

berikut.

Dinda langsung jongkok di depan si Mbok lalu mengulurkan selembar lima


puluh ribuan yang dilipat rapi. Dinda menggenggam tangan si Mbok.
“Mbok ini aku kasih lebih ya, buat Mbok. Tapi besok pagi Mbok janji nggak
usah ke pasar minta kardus. Mbok tidur aja di rumah. Janji ya, Mbok!” kata
Dinda pelan.

Deskripsi analisis di atas menggambarkan sifat yang dimiliki Arinda/Dinda


yang walaupun datar tapi masih memiliki rasa pengasih dan penyayang kepada
siapa pun. Arinda yang selain memiliki kecantikan fisik, juga memiliki kecantikan
hati yang semakin membuat Zafran mencintainya.

7) Indy
Indy adalah tooh tambahan dalam novel ini. Indy hadir dalam penjabaran
tentang perjuangan Arial dalam menjadi orang yang baru. Sosok Indy
digambarkan sebagai seorang wanita cukup menarik, namun berbeda di ma5ta
Arial yang mencintainya, sosok Indy menjadi sangat menarik. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan sebagai berikut.

Mobil Arial berjalan perlahan di sebuah kompleks perumahan daerah


Cibubur. Dari kejauhan terlihat sosok Indy yang semampai. Wajah Indy yang
banyak dideskripsikan oleh kaum laki-lak sebagai “nggak cantik sih, tapi
enak aja diliatnya”. Tapi, menurut Arial deskripsi itu perlu sedikit ditambahi
kata-kata, “nggak cantik sih, tapi enak aja diliat dan lo nggak bakalan bosen
deh ngeliatnya.”
Indy serasi sekali sore itu dengan kaos katun ketat biru dan jins boat cut
hitam. Rambut lurusnya dipinggirkan membelah keningnya, membuat Arial
lupa sama macet.(5Cm:87)

Indy yang dekat dengan Arial, selalu mengingatkan Arial tentang


kewajiban beragama. Suatu hal yang membuat Arial semakin mencintai Indy. Hal
ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Kamu udah asar belum?” tanya Indy pelan sambil menyapuka blast on ke
pipinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Belum... hehehe...,” sambil tertawa kecil Arial menjawab pertanyaan Indy.


Sekali lagi ini yang Arial suka dari Indy, selalu mengingatkan dirinya untuk
salat—suatu kewajiban yang sering dia tinggalkan.(5Cm:88)

Arial yang baru pertama kali memiliki hubungan yang dekat dengan wanita
masih terlalu lugu dan polos. Keluguan dan kepolosan yang dimiliki Arial ini
diperparah dengan sifat dasarnya yang memang apa adanya sehingga membuat
Indy ragu pada Arial. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Indy tertawa sendiri sekaligus agak bete. Selama sebulan ini memang dia udah
mulai mengenal Arial yang apa adanya dan “live by the rules”. Indy memang
suka sama Arial pada pandangan pertama, tapi kepolosan dan kedataran Arial
dianggapnya nggak “rebel” banget. Laki-laki kan seharusnya bandel sedikit
lah. Faktor inilah yang membuat Indy sedikit ragu apakah hubungan ini akan
dibawa ke tahap yang lebih? Sampai suatu saat Indy membuat keputusan
kalau lebih baik Arial jadi temen aja, abis kalau ngomong nyambung dan bisa
nggak abis-abis. Tapi kalau Arialnya mau lebih gimana? Ada suara lagi yang
muncul di pikiran Indy.(5Cm:90)

Walaupun keraguan sempat mendatangi Indy, pada akhirnya mereka


menjadi sepasang kekasih. Arial menyatakan cintanya yang tulus dan apa adanya
di Puncak selepas menghadiri acara ulang tahun Asri, teman Indy. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Dengan hati yang penuh sesak oleh segala keindahan dan genggaman yang
nggak pernah lepas, mereka menjauhi daerah Puncak melalui Jagorawi yang
mulai sepi. Semenjak dari beranda vilanya, Arial sedetik pun tidak mau
melepas genggamannya dari tangan lembut Indy. Memberontak dari segala
aturan dan kepatuhannya. Mengendarai mobil pelan dengan satu tangan. Indy
pun membiarkan tangan Arial terus menggenggam tangannya erat sekali,
melupakan segala aturan. Dalam genggaman Arial, malam itu Indy senang
sekali, ada Arial yang akan selalu memberinya sayap yang akan membawa
Indy menikmati masa-masanya. Sayap yang akan membawanya terbang tinggi
dengan angin-angin cinta, kerinduan, perhatian, dan mimpi-mimpi yang akan
selalu menerpa lembut wajahnya, sayap yang akan selalu menjaganya.(5Cm:
103)

Kenyataan bahwa Arial memang baru pertama kali dekat dengan wanita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membuatnya masih polos sehingga kadang kala malah menjadikannya posesif.


Sifat posesif yang dimiliki Arial ini membuat hubungannya dengan Indy harus
terpisah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Arial mengakhiri ceritanya dengan menarik napas panjang penuh arti dan
berkata pelan, “Sampai hari nini, gue dan dia akhirnya sepakat untuk nggak
ngelanjutin hubungan kita dulu. Coba sendiri dulu, kita udah coba berbagai
cara, tapi ujung-ujungnya pasti berantem dan gue selalu bikin dia nangis. Gue
nggak mau bikin orang yang gue sayang nangis melulu. Akhirnya, kita
sepakat untuk sendirian dulu.”(5Cm:167)

Analisis deskripsi di atas menggambarkan bahwa walaupun Indy hanya


tokoh tambahan, Indy sangat berpengaruh dalam perkembangan Arial, yang
sebelumnya hanya seorang yang apa adanya dan belum mengenal wanita, menjadi
orang yang memiliki pengalaman manis dan pahit tentang percintaan.

8) Pak Sukonto Legowo


Pak Sukonto Legowo merupakan seorang dosen pembimbing skripsi Ian.
Dalam novel ini, Pak Sukonto hanya seorang tokoh tambahan. Meskipun begitu
kehadiran Pak Sukonto ini sangat berpengaruh pada perkembangan karakter Ian.
Pak Sukonto digambarkan memiliki keanehan, yaitu selalu ada jeda berbicara
selama dua detik setiap kata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Jadi... kamu... mau...ganti... lagi... semuanya?”


“Enggak juga sih, Pak. Judulnya doang dikit, sama hubungan
antarvariabelnya, ada juga variabel yang ditambah,” Ian menjawab pertanyan
dosen pembimbingnya, sambil membatin, dari dulu dosen pembimbingini
pasti alo ngomong ada jeda dua detik perkata, tuh kan mulai lagi nih....
(5Cm:104)

Keanehan yang dimiliki Pak Sukonto ini pada dasarnya karena


kekecewaannya pada Ian yang tidak benar-benar berniat menyelesaikan
skripsinya, karena hanya Ian mahasiswa bimbingan satu-satunya yang tidak
segera lulus. Namun setelah melihat kesungguhan Ian yang ingin segera lulus, Pak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sukonto berniat membantu, sekaligus keanehan berbicaranya pun menjadi normal.


Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

“Iya, mendingan kamu sekarang bertempur dulu, bag-bagi kuisioner, baru


nanti kamu olah. Yang penting kamu udah punya data dulu, sementara kamu
tunggu kuisioner diisi, kamu bikin Bab III,” dosen ian berujar pelan tapi
lancar sambil masih membuka-buka Bab II.(5Cm:117)

Bapak Sukonto Legowo tiba-tiba berdiri, “Sekarang kamu ikut saya, Ian.”
“Ke mana, Pak?”
“Ke ruangan saya!”
“Ngapain, Pak?”
“Saya bantu kamu bikin kuisionernya.(5Cm:117)

Sebagai seorang dosen pembimbing yang banyak membantu Ian dalam


menyusun skripsi, ternyata Pak Sukonto merupakan seorang teman yang baik
sebagai ajang curhat untuk Ian dalam usahanya mengejar waktu sidang skripsinya.
Segala hambatan yang ditemui Ian diceritakannya kepada Pak Sukonto, dan segera
dicarikan solusi oleh Pak Sukonto. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai
berikut.

Dengan lancar dan sedikit kesal, Ian menumpahkan segala masalahnya kepada
dosennya—yang ternyata sangat ahli dalam mendengarkan. Ada rasa nyaman
yang mengalir di kepalanya. Begitu Ian selesai curhat, tanpa sedikit pun
komentar, sang dosen mengambil sebuah company profile.(5Cm:122)

Analisis deskripsi di atas menjelaskan bahwa Pak Sukonto merupakan


tokoh tambahan yang sangat berpengaruh bagi Ian. Dengan bantuan semangat
maupun bimbingan Pak Sukonto, Ian dapat mengerjakan skripsinya dengan baik
dan berhasil. Pak Sukonto telah mengubah Ian menjadi orang yang lebih baik dan
lebih bertanggung jawab.
Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan
karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam
karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam novel 5Cm ini, metode yang digunakan adalah metode langsung (telling),
karena pengarang menceritakan secara langsung tokoh-tokoh dan masing-masing
ceritanya.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-177) berpendapat bahwa tokoh dibagi
menjadi dua macam. Pembagian berdasar pada segi peranan atau tingkat
pentingnya tokoh dalam suatu cerita, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.
Tokoh utama novel ini adalah Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda. Tokoh
tambahannya adalah Indy dan Pak Sukonto Legowo.
Berdasar peranannya terhadap jalan cerita, Herman J. Waluyo (2002: 16)
mengklasifikasikan tokoh menjadi beberapa macam, yaitu tokoh protagonis, tokoh
antagonis, dan toh tritagonis. Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda
merupakan contoh tokoh protagonis, sedangkan Indy dan Pak Sukonto Legowo
merupakan contoh tokoh tritagonis.

c. Alur
Wiyatmi (2006: 36) menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa
yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Hubungan ini mengacu pada
keterjalinan antarunsur yang membangun cerita. Peristiwa yang satu dan peristiwa
lain saling memengaruhi dan saling terikat karena dibentuk oleh alur. Pada novel
5Cm ini, pada dasarnya menggunakan alur lurus, namun penulis juga
mencantumkan alur sorot-balik di beberapa bagian. Contoh alur sorot-balik
terdapat pada kutipan sebagai berikut.

Semuanya teringat, tiga tahun yang lalu ketika mereka baru berempat dan
belum menjadi “Power Rangers”, Ian adalah ranger terakhir yang masuk ke
dalam dunia mereka. Dunia apa adanya mereka, yang kadang-kadang geblek,
gila, bodoh sok tahu, sok berfilosofi, dan sok-sok lain yang pada akhirnya
Cuma membuat mereka sedikit cerdas dibanding sewaktu masih SD dulu....
(5Cm:38)

Genta yang sepertinya bisa membaca pikiran Arial mengangguk pelan.


Memang Cuma Arial yang baru diceritain Genta. Sewaktu pertama kali ke
Mahameru, Genta pernah tersesat sendirian
commit hampir satu hari penuh di hutan
to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini karena salah jalur. Di hutan ini semua jalur seperti sama sehingga membuat
Genta bingung harus melangkah ke mana. Kejadian tadi membuat dia sedikit
trauma, ingatannya kembali ke tiga tahun yang lalu....(5Cm:290)

Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot


menjadi lima macam, yakni tahap Situation, generating circumstances, ricing
action, climax, dan denouement. Studi analisis tahapan alur dalam novel 5Cm ini
dapat dilihat sebagai berikut.
a. Tahap Situation (Tahap Penyituasian)
Tahap situasi berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh
cerita. Cerita dalam novel OOP diawali dengan deskripsi latar. Hal ini dapat dilihat
dari kutipan sebagai berikut.

Pictures of You-nya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di
sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Ditemani lampu jalan kekuningan
yang redup, dan tanpa sengaja berbagi dengan warna-warni lampu mobil serta
hiasan jalan. Aspalyang basah sehabis hujan menimbulkan pentulan cahaya
kuning pendar yang enak dilihat.(5Cm:15)

Halaman rumah Arial luas dan asri. Kalau diukur-ukur, enam mobil bisa
masuk ke situ. Tapi, yang mereka heran kenapa Ian malah parkir paralel
dengan rem tangan nggak aktif, lalu ngambil batu buat ganjel mobil, persis
kalau lagi parkir di mal yang penuh.(5Cm:19)

Kutipan tersebut menggambarkan pengenalan latar pada awal cerita di


dalam mobil milik salah satu tokoh yaitu Ian. Mereka lalu memutuskan untuk
mengujungi salah satu rumah tokoh yang lain yaitu Arial, dapat dilihat dari kutipan
kedua. Rumah Arial adalah awal dari cerita ini, karena di rumah Arial, semua
rentetan cerita akan dimulai.
Selain pengenalan latar, tahap situasi mendeskripsikan tokoh-tokoh dalam
cerita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Cerita berawal dari sebuah tongkrongan lima orang yang mengaku “manusia-
manusia agak pinter dan sedkit tolol yang sangat sok tahu” yang sudah
kehabisan pokok bahasan di saat-saat nongkrong sehingga akhirnya Cuma
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bisa ketawa-ketawa.(5Cm:4)

Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini
pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya
gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan
gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham,
celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah
orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena
cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf.
(5Cm:7)

Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang
karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila
bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya
buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang
nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager
(CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga
tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama
siapa aja kecuali bola.(5Cm:11)

Pelukisan tokoh dalam novel 5Cm di atas dapat dilihat dari awal cerita
yang mengisahkan tokoh utama cerita ini berjumlah orang dengan masing-masing
sifat dan karakter. Kutipan (5Cm:7) dan .(5Cm:11) adalah contoh pengenalan
tokoh yang lebih spesifik dalam novel ini.
b. Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik)
Tahap ini berisi pemunculan masalah-masalah yang menimbulkan konflik.
Deskripsi tentang peristiwa yang memunculkan konflik dalam novel 5Cm adalah
sebagai berikut.

Batu-batu itu lewat di depan mereka. Napas mereka memburu satu-satu.


Mereka hanya bisa saling bertatapan, membayangkan kalau batu tadi menimpa
mereka.
Genta tercekat. Dia lupa bilang tentang hal ini. “Sori, emang nantinya banyak
batu yang jatuh dari atas selama pendakian. Hati-hati ya....”(5Cm:328)

Kutipan tersebut mengindikasikan pemunculan konflik yang terjadi dalam


cerita. Genta lupa memberitahukan bahwa sering kali ada batu yang jatuh dari atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ketika pendakian sedang berlangsung. Hal ini cukup membahayakan mengingat


medan yang mereka tempuh sangat menanjak dan ketika ada batu yang
berguguran, mereka harus dapat mengetahui ke mana arah batu tersebut jatuh dan
segera menghindarinya.
c. Tahap Ricing Action (Tahap Peningkatan Konflik)
Pada tahap ini, konflik-konflik yang dimunculkan mulai berkembang dan
peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita mulai menegangkan. Konflik-konflik
yang terjadi semakin memperjelas karakter tokoh dan membawa suasana cerita
menjadi lebih kompleks. Berikut adalah kutipan yang memperjelas perkembangan
konflik yang mulai menegangkan.

Puluhan batu besar seukuran kepala manusia tampak berjatuhan dari atas
mereka. Semua berusaha menghindar ke samping, mencoba mencari
perlindungan di bawah batu yang lebih besar.
Brug... brug... brug....
“Awas! Awas! Batu!”
Par pendaki yang berad di jalur pendakian berteriak sekuat tenaga.
Brug brug....
Genta panik melihat banyaknya batu yang datang, bayang-bayang teman-
temannya tampak menghindar ke sana kemari. Batu-batu sebesar kepala
manusia terus berjatuhan(5Cm:334)

Kutipan di atas menceritakan tentang penajaman konflik ketika batu-batu


yang lebih besar berjatuhan dari atas. Kepanikan Genta yang membayangkan
keadaan teman-temannya yang sedang berusah menghindari batu-batu yang
berjatuhan tersebut menambah tajam konflik yang terjadi.
d. Tahap Climax (Tahap Klimaks)
Pada tahap ini, konflik atau pertentangan yang terjadi dalam cerita mulai
mencapai puncaknya. Tahap klimaks adalah titik puncak pokok permasalahan
yang terjadi dalam cerita. Ketegangan dalam cerita berada dalam tahap yang
maksimal. Ketegangan dalam tahap klimaks dijelaskan dengan keadaan Ian yang
tidak sadarkan diri setelah terjadi guguran batu-batu yang besar ketika sedang
melakukan pendakian tersebut. Hal itu dapatto
commit dilihat
user dalam kutipan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mereka terus menggoyang-goyangkan tubuh Ian. Arial menekan dada Ian.


Genta melakukan prosedur CPR...meniupkan udara ke mulut Ian. Tiba-tiba
dada Ian naik turun cepat sekali. Ian memuntahkan pasir bercampur air dari
mulutnya. Riani dan Arial agak lega karena mungkin Ian akan sadar seperti
Dinda. Tapi tubuh Ian masih belum bergerak.
Genta terus menggoncang-goncangkan itu. Air matanya tampak menetes.
Kembali dada Ian turun naik cepat sekali dan... badan ian terlonjak seperti
tersengat listrik. Tiba-tiba dada Ian berhenti naik turun dan diam....(5Cm:337)

Dari deskripsi kutipan di atas, dapat dilihat teman-teman Ian mengira


bahwa Ian telah meninggal. Guguran batu yang datang dari atas tidak sempat
dihindari oleh Ian sehingga mengenai kepala Ian, dan membuatnya pingsan. Hal
ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Genta menyapu pasir yang menutupi wajah Ian. Keningnya nampak benjut
dan tergores panjang, tetesan darah menetes satu-satu dari situ.(5Cm:335)

Kutipan di atas semakin memperdalam konflik yang terjadi. Teman-teman


Ian yang melihat keadaan Ian yang parah dan tak sadarkan diri seketika menjadi
panik dan sedih. Pada saat itu pula, keadaan para tokoh menjadi sangat sensitif dan
emosional. Mereka menyaksikan Ian yang terbaring tak sadarkan diri seperti mati
sambil mengenang Ian yang mereka kenal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.

“Ian... nggak... boleh... pergi.” Genta kembali menangis, mengingat


perjuangan Ian untuk wisuda, bayangan keluarga Ian melintas di benaknya.
Cerita Ian tentang kulit tangan orang tuanya yang mulai keriput, bayangan
SMA-nya kala malam, Ian yang lucu, daerah rumah Ian, Ian dengan seragam
putih abu-abu, Ian sedang melahap Indomie, rumus Indomienya Ian, tawa Ian
yang lepas, Ian yang bercanda dengan Mas Suhartono Gembul di angkot, Ian
yang selalu..., Ian yang belum wisuda. Genta seperti nggak rela... nggak rela.
Arial untuk pertama kalinya meneteskan air mata.
“...IAAAAAAAANNNNNNN!!!”Zafran berteriak keras ke langit, suaranya
memecah keheningan.(5Cm:338)

Kutipan di atas menggambarkan bagaimana kesedihan mereka ketika


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengetahui keadan salah satu teman mereka yang tergeletak tak sadarkan diri. Ian
yang selama ini mereka sayangi harus meninggal ketika mereka hendak menuju
puncak Mahameru.
Tidak hanya konflik tersebut di atas yang menjadi bumbu dalam cerita
novel ini. Kisah percintaan antartokohnya juga menjadi konflik yang patut untuk
di simak. Masing-masing tokoh yang memendam perasaan satu sama lain semakin
merasakan kegundahan untuk menyatakan perasaannya kepada orang yang mereka
sayangi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Zafran tak lepas melihat sosok Dinda di depannya. Entah kenapa sesuatu tiba-
tiba muncul di kepalanya. Sesuatu yang sangat indah, yang konsekuensinya
harus membuat seorang laki-aki pada akhirnya harus memutuskan, harus
bertanya, harus bilang, apa pun yang terjadi harus bilang, setiap laki-laki
memang pada saat saat seperti ini...selanjutnya? Belum ada yang tahu. Zafran
tersenyum mantap melihat Arinda di depannya tersenyum manis sekali
mengagumi bunga edelweis.(5Cm:297-298)

Dari kutipan di atas dapat dilihat kekaguman Zafran kepada Arinda


semakin bertambah, sehingga keinginannya untuk segera mengucapkan rasa
cintanya kepada Arinda semakin meningkat
e. Tahap Denouement (Tahap Penyelesaian)
Pada tahap ini, konflik utama yang telah diceritakan diberi jalan keluar,
begitu pula dengan konflik-konflik lain yang membangun cerita. Pada tahap ini
konflik menemui penyelesaian yang menuntaskan jalannya cerita. Pada novel ini,
diceritakan bahwa Ian sebenarnya hanya pingsan dan mulai sadarkan diri.
Perjalanan mereka pun dilanjutkan dan akhirnya mereka berhasil mencapai puncak
Mahameru, dan melakukan upacara bendera di sana. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan sebagai berikut.

“Puih... puih... kenapa lo, Ple/ bikin kaget aja... teriak-teriak. Puih... puih...
pasir nggak enak ya, Ple... Puih nggak lagi-lagi deh gue makan pasir. Nggak
enak.”
“YEAAAAAAH!!!” suara sorakan gembira memenuhi jalur pendakian
Mahameru... semuanya terlihat lega.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“YES!!!... YES!!!... YES!!!”


Ian masih bingung, banyak banget orang di sekelilingnya. Mulutnya masih
meludah-ludahkan pasir.
“Pasir nggak enak....”
“IAN...!”
Kelima sahabatnya langsung memeluk makhluk gendut yang seperti bangun
dari tidur. Kerumunan para pendaki yang mengerubungi mereka berenam
perlahan membubarkan diri dan meneruskan perjalanan ke puncak.(5Cm:
338-339)

Konflik menarik lain yang mengalami tahap penyelesaian adalah konflik


mengenai kisah percintaan yang mengelayuti hati tokoh-tokoh dalam novel ini.
Konflik percintaan ini mengalami penyelesaian ketika Genta menyatakan semua
perasaannya kepada Riani, sedangkan Riani berterus terang bahwa dirinya
mencintai Zafran. Zafran yang mendengar semua pembicaraan Genta dan Riani
sadar bahwa dirinya telah bersalah karena terlalu berterus terang dalam
mengungkapkan rasa cintanya kepada Arinda di depan Riani. Arinda yang juga
mendengarkan semua itu merasa menyesal karena telah menempatkan sosok Genta
di dalam hatinya. Hal ini dapat d lihat dalam kutipan sebagai berikut.

Genta langsung menoleh ke Riani yang masih melihat bintang di tas sana.
Hati Genta berdesir... memang ini saatnya. Riani memandang ke langit—ada
sesuatu yang ingin dia curahan ke Genta(5Cm:365)

Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya


luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran.
Mata Riani sudah berkaca-kaca, tapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah
kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat
bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala
rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang
selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani
sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertabur bintang di
Ranu Kumbolo.(5Cm:366-367)

Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukul-


mukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani
dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik napas
panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hari-
harinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah
berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan
Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta
memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368)

Arinda masih terpejam tapi tidak hatinya, tidak pendengarannya. Ia langsung


memeluk erat abangnya saat mendengar aliran lembut kata-kata Genta. Malam
itu, dalam pelukan abangnya Dinda mencoba terlelap, tidak mau
mendengarkan lebih banyak lagi. Selama ini hati Arinda tulus sudah ia
serahkan untuk Genta, selalu untuk Genta...tidak ada yang lain... cuma Genta.
(5Cm:368)

Novel ini menyajikan kisah penyelesaian akhir yaitu keadaan ketika


akhirnya kelima bersahabat ini menikah dan berkeluarga sepuluh tahun kemudian.
Mereka menjadi sebuah keluarga besar yang semakin tidak terpisahkan. Memiliki
anak yang seumuran dan anak-anak mereka juga saling bersahabat seperti orang
tuanya.
Penyelesaian cerita dalam novel 5Cm digolongkan ke dalam penyelesaian
tertutup. Hal ini dikarenakan nasib setiap tokoh telah ditentukan oleh pengarang di
akhir cerita. Penyelesaian cerita dalam novel ini termasuk dalam cerita bahagia
(happy end).

d. Latar
Keterjalinan cerita tidak pernah lepas dari penggunaan latar dalam setiap
novel. Penggunaan latar dalam suatu novel mempertegas penokohan dan
deskripsi cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Montaque dan Henshaw (dalam
Herman J. Waluyo, 1994: 198) yang menyatakan tiga fungsi latar, yakni (1)
mempertegas watak para pelaku; (2) memberikan tekanan pada tema cerita; dan (3)
memperjelas tema yang disampaikan.
Latar dalam novel 5Cm dibagi dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial.
a. Latar Tempat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Latar tempat merupaka lokasi terjadinya cerita. Latar tempat dalam novel
5Cm ini ada beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

Mereka duduk lesehan di beranda bugalow bambu di Secret Garden. Nama


Secret Garden diambil dari usulan Zafran setelah Ian dengan jujur, nggak
mutu dan menolak kreatf, ia lebih mau menamakan tempat ini The Chamber
of Secret Sorcerer Stone II yang langsung ditolak semuanya.(5Cm:34)

Malam sudah datang menyapa. Mereka menjejakkan kaki di tanah Ranu Pane.
Udara di bawah lima belas derajat Celcius menyambut mereka di Ranu Pane.
Bagi orang kota seperti mereka, mungkin inilah pertama kalinya mereka
merasakan udara sedingin ini. Ranu Pane malam itu tampak ramai, jip-jip
yang menurunkan pwndaki tampak berdatangan. Para pendaki tampak
bergerombol mengelilingi api unggun seadanya, sekadar untuk melawan
udara dingin di awal malam. Lampu-lampu jip di atas bkit kecil yang
merupakan base camp awal pendakian Mahameru...(5Cm:217)

Udara Ranu Kumbolo tiba-tiba berubah dingin, menemani mereka makan


siang di sekeliling danau dengan beberapa batang pohon terjulur di atas
permukaan danau. Beberapa pendaki tmpak bercengkrama di atas batang
pohon itu dengan kaki terjuntai menyentuh-nyentuh permukaan air.(5Cm:255)

Secret Garden adalah tempat awal cerita dalam novel ini, karena dari
tempat ini mereka meutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu untuk
menjalani hidup mereka sendiri dan akan bertemu suatu saat nanti dalam sebuah
keadaan yang benar-benar berbeda. Kutipan (5Cm:217) dan (5Cm:255) adalah
tempat ketika mereka telah bertemu kembali dan melakukan perjalanan bersejarah
mereka, yaitu mendaki Gunung Mahameru. Latar tempat lain juga dapat ditemukan
dalam novel ini sebagai pendukung jalannya cerita.
b. Latar Waktu
Latar waktu merupakan waktu terjadinya cerita. Latar waktu novel 5Cm ini
terlihat paling jelas pada tanggal 17 Agustus, selebihnya hanya dijelaskan melalui
keadaan waktu siang atau malam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut.

Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam plus barang bawaan yang mirip
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

rombongan pecinta alam pun menuju ke kereta yang siap berangkat. Kereta
ekonomi MATARMAJA yang entah sudah berapa tahun melayani trayek
Malang-Jakarta pulang pergi ini tampak begitu tua dan kumuh, dengan kaca-
kaca yang sudah pecah. Panasnya Jakarta hari itu menimpa gerbong,
menambah tua tampilan kereta.(5Cm:148)

Angin malam Ranu Pane pun seperti menyapa muka mereka lagi. Kerinduan
dan lelah merea seakan terobati, sudah dua hari ini mereka bersama lagi
setelah tiga bulan terpisah. Sejenak mereka terdiam menikmati angin malam
menyapu wajah mereka.(5Cm:227)

Hujan abu turun lagi. Kali ini mereka bisa melihat asap tebal yang mengepul
keluar dari “Jonggring Saloka” kawah Mahameru. Kerumunan puluhan
pendaki yang baru sampai tampak bersujud syukur, saling berpelukan dan
menangis. Yang lain tampak bergembira berfoto ria dengan latar belakang
kepulan asap dan hujan abu Mahameru. Di ketinggian ini, kebahagiaan seperti
terbang ke langit dan memantul kembali. Tidak pernah terbang terlalu tinggi
dari tanah ini, di pagi yang begitu indah ini, di antara kebahagiaan ini, di
tanggal tujuh belas Agustus.(5Cm:344)

Kutipan (5Cm:148) menggambarkan awal perjalanan tokoh-tokoh utama


dalam novel ini menujugunung Mahameru yang terletak di Malang pada waktu
siang hari yang masih terik walaupun waktu menunjukkan pukul setengah tiga
lebih. Kutipan (5Cm:227) menggambarkan malam hari di pos awal pendakian
menuju Mahameru setelah tiga bulan mereka berpisah. Kutipan (5Cm:344)
menggambarkan keberhasilan merekamendaki puncak Mahameru dan akan segera
mengadakan upacara bendera di pagi yang cerah.

c. Latar Sosial
Latar sosial adalah keadaan sosial yang melingkupi tokoh dalam cerita.
Latar sosial sering kali beriringan dengan latar tempat dan waktu dalam cerita.
Latar sosial yang terdapat dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut.

Metromini yang ditumpanginya sudah sarat penumpang. Sesarat hatinya yang


kacau. Matanya menatap keluar jendela: pemandangan Jakarta pada pukul
13.00 yang panas. Pemandangan yang menyapa hati Ian yang terasa nggak
enak. Metromini memasuki daerah
commitMampang
to user yang macet. Matahari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

panas semakin garang, bau knalpot, bau karat besi Metromini, bau keringat.
Dipandangnya satu-satu penumpang di sekitarnya. Bapak tua dengan peci
lusuh, mahasiswi yang menatap kosong, anak sekolah yang berdiri di
depannya dengan tas penuh coret-coret, ibu tua dengan makeup berlebihan,
kernet yang teriak-teriak nggak jelas, sopir metromini yang suka ngerem
mendadak. Semuanya terekam dan menambah ganjalan di hati Ian.(5Cm:122)

Semua mengedarkan pandangan ke sekeliling. Diam. Kilatan peristiwa masa-


masa kuliah, demo, long march ke gedung DPR/MPR, memakai jaket
almamater kebanggaan kampus, dan nggak ada yang ditakutin. Saat berduka
atas tewasnya empat pahlawan reformasi, pita hitam pun diikatkan di lengan
sebagai tanda berduka, mengiringi upacara pemakaman penuh haru dan
semangat yang membara di Tanah Kusir. Kilasan beralih ke ruas Jalan
Sudirman dan Gatot Subroto yang jadi lautan jaket almamater mahasiswa,
gedung DPR/MPR yan berubah menjadi base camp kebanggaan mahasiswa,
kepalan tangan dan pekik reformasi, hingga memuncak pada penduduka atap
gedung rakyat dan berbasah ria di kolam depan DPR/MPR. Nasi bungkus
gratis dari rakyat yang dibagikan oleh ibu-ibu di pinggir jalan dan Indonesia
Raya yang dikumandangkan penuh haru setelah reformasi tercapai, semuanya
sepilas terlintas.(5Cm:185)

Malam itu Arcopodo seperti perkampungan kecil para pendaki. Malam yang
dingin pun menjadi hangat karena banyak pendaki yang bercengkrama
mondar-mandir di antara nyala api unggun dan pohon cemara. Kehangatan
yang tidak biasa mereka temukan di ketinggian seperti ini. Sesekali mereka
mendengar tawa renyah para pendaki. Setelah mendirikan tenda dan membuat
api unggun kecil mereka pun makan malam.(5Cm:307)

Kutipan (5CM:122) menunjukkan suasana Kota Jakarta pada waktu siang


hari yang terik di dalam sebuah metromini yang sarat penumpang. Salah satu
tokoh dalam novel ini yaitu Ian yang sedang mengalami masalah semakin
bertambah penat dengan keadaan di sekitarnya.
Kutipan (5Cm:185) menunjukkan masa-masa reformasi ketika mahasiswa
menduduki gedung DPR/MPR untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Aksi dmo
mahasiswa ini didukung oleh rakyat di sekitar mereka yang selain memberikan
dukungan semangat, juga memberikan dukungan material. Diantara mahasiswa
tersebut, terdapat tokoh-toko yang juga menjadi peserta aksi demo dan
menyuarakan aspirasi rakyat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Kutipan (5Cm:307) menunjukkan keadaan sosial atau kebersamaan di


tempat pendakian, walaupun masing-masing pendaki tidak mengenal satu sama
lain, mereka menemukan kehangatan karena sama-sama memiliki satu tujuan yaitu
menaiki gunung Mahameru.
Penjelasan latar yang terdapat dalam novel ini sangat membantu
memperjelas unsur intrinsik lain, seperti tema dan penokohan. Latar dalam sebuah
cerita mempunyai fungsi tertentu. Montaque dan Henshaw (dalam Herman J.
Waluyo, 1994: 198) menyatakan tiga fungsi latar, yaitu mempertegas watak para
pelaku, memberikan tekanan pada tema cerita, dan memperjelas tema yang
disampaikan.

e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang dalam bercerita atau memosisikan
diri dalam cerita. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248)
mengemukakan bahwa sudut pandang adalah “cara atau pandangan yang
dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi
kepada pembaca”. Pengarang bebas mengekspresikan diri dalam cerita, demikian
pula penempatannya. Dalam novel 5Cm ini, pengarang menggunakan sudut
pandang orang ketiga dan menyebut nama tokoh dengan sebutan dia, atau disebut
teknik diaan (Herman J. Waluyo, 1994: 184). Pengarang tidak fokus pada satu
tokoh, tetapi terdapat penonjolan pada setiap tokohnya. Dengan sudut pandang
tersebut, pengarang bebas untuk menonjolkan setiap tokoh secara detail. Berikut
adalah contoh kutipan yang menunjukkan sudut pandang tersebut.

Ian diem aja. Menyenderkan badannya ke dinding bambu, jemari tangannya


pun mulai membentuk barisan kunci A di fred kedua yang mengawali Fake
Plastic Trees-nya Radiohead.(5Cm:36)

Indy yang juga lagi penat sama Jakarta, melakukan hal yang sama. Dia
menyembulkan sedikit wajahnya ke luar, menikmati udara malam di Puncak
yang dingin, membiarkan udaracommit
meraba-raba
to userwajahnya yang bersih. Sebentar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Indy memejamkan matanya, merasakan angin dingin.(5Cm:96)

Riani terpejam lelah. Hari itu dia bahagia sekali karena semua kangennya
terobati. Hari itu dia senang sekali bisa kembali bercanda denagn teman-
temannya, bisa bertemu dan bercanda lagi sama seseorang yang selama ini
telah membuatnya bermimpi indah membawanya ke langit malam, melihat rasi
bintang.(5Cm:170)

Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang menonjolkan


tokoh secara bebas. Kutipan (5Cm:36) pengarang menceritakan tentang Ian,
kutipan (5Cm:96) pengarang menceritakan tentang Indy, dan kutipan (5Cm:170)
pengarang menceritakan tentang Riani. Di dalam ketiga kutipan tersebut,
pengarang berada di luar tokoh-tokoh yang diceritakan. Oleh sebab itu, pengarang
sering menyebutkan nama tokoh dan sesekali menggunakan kata ganti orang
ketiga seperti “dia”, “ia”, dan “-nya” untuk merujuk tokoh yang diceritakan.
Herman J. Waluyo (1994: 184) memaparkan ada tiga jenis sudut pandang,
yakni pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai “aku”,
pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai ”dia”, dan
pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran
secara bebas, pengarang tidak fokus kepada satu tokoh cerita, tetapi semua tokoh
mendapatkan penonjolan.
Novel 5Cm menggunakan teknik pengarang serba tahu. Teknik ini dapat
dilihat dari cara penceritaan pengarang yang menyebutkan nama setiap tokoh, dan
sesekali menggunakan kata ganti orang ketiga untuk merujuk tokoh yang
diceritakan. Penceritaan tokoh-tokohnya yang sama-sama menonjol dan bebas,
semakin memperjelas penggunaan teknik pengarang serba tahu atau teknik
omniscient narratif dalam novel ini.

2. Keterjalinan Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm


Karya Donny Dhirgantoro

Penelitian struktural berpusat padatostruktur


commit user yang terdapat dalam karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sastra. Struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut
dianalisi dan dijabarkan, sehingga dapat dicari keterjalinan dan keunggulannya.
Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam setiap karya sastra memiliki hubungan
yang saling melengkapi. Unsur-unsur ini saling terjalin untuk menampilkan
sebuah karya sastra yang utuh dan universal. Pengarang sebuah karya sastra
menampilkan setiap unsur intrinsik dalam karya sastranya sebagai sarana untuk
mencerminkan maksud yang hendak disampaikannya kepada pembaca.
Unsur-unsur pembangun karya sastra yang terdiri dari tema, penokohan,
latar, alur, dan sudut pandang saling tejalin dan membentuk cerita yang sempurna
dalam novel. Unsur tema menjadi unsur pokok yang keberadaannya ditunjang
oleh unsur lain. Unsur penokohan, latar, alur dan sudut pandang mengarah
langsung pada tema dalam karya sastra.
Unsur-unsur dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro yang meliputi
tema, penokohan, latar, alur, dan sudut pandang merupakan satu kesatuan sebagai
pembangun cerita. Tema utama dalam novel ini adalah tema tentang persahabatan
dan cinta. Tema yang masih sangat luas ini kemudian dijabarkan melalui unsur-
unsur lain yang membangun tema cerita.
Penokohan dalam novel ini diceritakan dengan detail dan terperinci.
Tokoh-tokoh diceritakan secara baik dan detail untuk memudahkan pembaca
memahami cerita dan tema pokok dalam cerita. Tokoh-tokoh yang diceritakan
memiliki persahabatan yang erat dalam novel ini sangat menunjang tema
persahabatan. Tema percintaan yang ada dalam novel ini tidak lepas dari kondisi
percintaan yang terjalin antartokoh dalam cerita. Oleh sebab itu, penokohan
menjadi salah satu unsur yang membangun penceritaan dalam novel.
Latar juga merupakan salah satu unsur pembangun cerita atau tema. Latar
yang meliputi latar tempat, waktu dan sosial mendeskripsikan setiap peristiwa
yang menyangkut perjalanan cerita dari awal hingga akhir. Latar seringkali sangat
mempengaruhi tema, karena waktu, tempat maupun latar sosial yang diceritakan
merupakan inti pokok yang menjiwai tema cerita.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Alur mengalir dan menerjemahkan setiap urutan cerita sesuai dengan tema
yang hendak dimaksudkan oleh pengarang. Alur tidak dapat terlepas sebagai salah
satu unsur yang ikut membangun tema cerita. Alur dapat menceritakan berbagai
peristiwa dan mengelompokkannya dalam berbagai tahap, antara lain tahap
penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks
dan tahap penyelesaian. Setiap tahapan dalam alur ini membangun jalannya tema
dari awal penceritaan hingga akhir penyelesaiannya. Oleh sebab itu, alur sangat
berpengaruh pada jalannya penceritaan dan tema.
Sudut pandang memiliki peranan yang cukup mencolok. Sudut pandang
berhubungan erat pada cara pengarang menceritakan kisah dalam novel.
Pengarang dapat dengan mudah menampilkan tema yang hendak disajikan melalui
sudut pandang atau caranya bercerita. Unsur sudut pandang ini pula dapat
mempermudah pemahaman pembaca tentang cerita yang disajikan pengarang.
Novel 5Cm memiliki keterjalinan antarunsur intrinsik yang cukup erat.
Tema persahabatan dan percintaan tokoh-tokohnya tidak lepas dari penceritaan
tokoh, latar, alur dan sudut pandang. Salah satu contoh yang menerangkan tentang
tema persahabatan dan percintaan dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut.

Genta sekali lagi menarik napas panjang. Tanpa sadar, mereka berlima pun
berkumpul membentuk sebuah lingkaran kecil yang sangat dekat. Genta ingat
rasi-rasi bintang yang mereka buat di langit, tapi yang paling Genta ingat
adalah rasi bintangnya Riani.(5Cm:66)

Setelah membeli lampu lima watt, mobil Arial menuju ke mantan SMA sakral
mereka yang terletak di bilangan Jalan Mahakam. Mereka sebenarnya sudah
alumni, tapi saking cintanya sama SMA mereka, kadang-kadang gerombolan
ini suka nyolong-nyolong kalau udah kehabisan tempat tongkrongan. Sudah
biasa buat mereka, malam-malam melompati pagar besi SMA, minta izin sama
penjaga sekolah yang kebetulan selama tiga tahun udah “diguna-guna” supaya
baik sama mereka sehingga selalu ngasih izin kapan aja gerombolan geblek ini
mau masuk ke sekolah.(5Cm:46)

Kutipan (5Cm:66) menggambarkan keterjalinan tema persahabatan dan


penceritaan tokohnya yaitu Genta. commit
Kutipantotersebut
user juga terpengaruh oleh sudut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pandang yang dipakai oleh pengarang novel dalam bercerita, yaitu sudut pandang
orang ketiga. Keterjalinan tema persahabatan dan latar tempat dapat dilihat pada
kutipan kedua yakni kutipan (5Cm:46). Persahabata mereka yang mereka mulai
sejak SMA itu selalu mengingatkan mereka pada masa-masa SMA dan
menjadikan SMA mereka sebagai tempat untuk berkumpul bersama sambil
membahas masalah yang sedang mereka hadapi bersama.
Tema percintaan tidak pernah lepas dari penceritaan setiap tokoh dalam
novel ini. Setiap tokoh memiliki kisah percintaannya sendiri dan tidak pernah lepas
dari pengaruh tokoh yang lain. Tema percintaan dalam novel ini bagai membentuk
segi empat yang saling berhubungan, antara Genta, Riani, Zafran dan Arinda. Hal
ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut.

Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya


luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran.
Mata Riani sudah berkaca-kaca, tapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah
kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat
bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala
rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang
selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani
sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertabur bintang di
Ranu Kumbolo.(5Cm:366-367)

Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukul-


mukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani
dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik napas
panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran
masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hari-
harinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah
berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan
Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta
memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368)

Arinda masih terpejam tapi tidak hatinya, tidak pendengarannya. Ia langsung


memeluk erat abangnya saat mendengar aliran lembut kata-kata Genta. Malam
itu, dalam pelukan abangnya Dinda mencoba terlelap, tidak mau
mendengarkan lebih banyak lagi. Selama ini hati Arinda tulus sudah ia
serahkan untuk Genta, selalu untuk Genta...tidak ada yang lain... cuma Genta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(5Cm:368)

Ketiga kutipan menggambarkan keterjalinan tema percintaan tokoh-tokoh


dalam novel ini dengan latar tempat, waktu dan sosial, yaitu pada waktu malam
hari di Ranu Kumbolo serta hubungan antartokohnya. Genta yang tidak kecewa
cintanya ditolak karena melihat Riani yang sangat kuat menjaga cintanya kepada
Zafran. Zafran yang menyesali dirinya tidak sadar akan cinta yang disimpan Riani
untuknya, dan Arinda yang menyimpan sebuah cinta pada Genta.
Sudut pandang yang dipakai pengarang juga terkait secara erat pada
penceritaan novel ini. Penceritaan unsur-unsur intrinsik yang disajikan oleh
pengarang menjadi lebih mudah terkait dengan menggunakan sudut pandang
orang ketiga yang dipakai pengarang. Penggunaan kata “ia”, “dia”, “-nya” maupun
menyebutkan nama tokoh menjadikan penceritaan setiap unsur intrinsiknya
menjadi mudah dipahami.
Keterjalinan antarunsur intrinsik ini dapat diuji melalui hukum plot, yaitu
plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense (ketegangan), dan unity
(kesatuan). Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum
plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik.
Novel 5Cm memiliki tingkat plausability yang cukup tinggi. Penceritaan dan
konflik yang dihadirkan oleh pengarang memiliki ketajaman yang cukup dan dapat
terjadi pada dunia nyata. Ada beberapa bagian yang sangat terlihat tingkat
plausability-nya dan bagian lain yang terasa kurang. Ini cukup menyatakan bahwa
novel 5Cm ini memiliki tingkatan plausability.
Surprise (kejutan) menunjukkan bahwa novel 5Cm memiliki daya tarik
yang dapat membuat pembacanya terus mengikuti jalannya cerita. Kejutan-kejutan
dalam cerita seperti pengalaman yang diceritakan oleh Ian bahwa pada awal
bergabung dengan sahabat-sahabatnya, ternyata Ian adalah seorang yang belum
percaya diri dan suka meniru teman-temannya. Ian yang dulu tidak bisa dipercaya
karena menjelek-jelekkan Arial di depan Zafran, dan sebaliknya, menjelek-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jelekkan Zafran di depan Arial. Ada pula kejutan lain yaitu ketika akhirnya mereka
berlima berjumpa lagi setelah tiga bulan tidak bertemu, Genta mengajak mereka
naik gunung Mahameru dan mengikuti upacara bendera di puncaknya. Selama
dalam perjalanan menuju puncak, terjadi juga berbagai macam kejutan yang cukup
menegangkan, sebagai contoh ketika hanya Ian yang melihat secara samar-samar
kompleks pekuburan di awal perjalanan mendaki gunung yang ternyata memang
ada sebuah pekuburan kecil bagi pendaki yang meninggal dalam pendakian.
Begitu pula kecelakaan kecil yang terjadi di Kalimati serta suasana mencekam di
tempat tersebut.
Suspense (tegangan) merupakan sebuah daya tarik dalam sebuah cerita.
Pada novel 5Cm, konflik-konflik yang disajikan pengarang memiliki tegangan-
tegangan yang cukup kuat. Ketegangan seperti ketika kelima sahabat dalam novel
ini mulai mendaki gunung Mahameru dan sempat kehabisan persedian air minum,
Ian dan Zafran sempat putus asa dan menggerutu tentang Genta yang tidak
mengatakan bahwa seharusnya membawa air minum lebih banyak. Tegangan ini
seketika mereda ketika mereka sampai di Ranu Kumbolo, sebuah danau yang
merupakan surga Mahameru. Ketegangan lain ketika mereka hendak mencapai
puncak Mahameru, terjadi insiden guguran batu yang menimpa Ian sehingga
teman-temannya mengira bahwa Ian meninggal dunia. Kesedihan mendalam yang
mereka rasakan mengingat sebentar lagi Ian akan di wisuda, dan cerita-cerita
bahagia yang Ian ceritakan sebelum mereka mendaki. Tegangan tersebut reda
ketika Ian sadarkan diri, dia bukan meninggal, hanya pingsan karena batu yang
cukup besar menggores kepalanya.
Unity (kesatuan) menunjukkan bahwa cerita 5Cm adalah satu kesatuan
utuh dan saling terkait. Unsur-unsur dalam cerita yang meliputi tema, penokohan,
alur, latar, dan sudut pandang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan
cerita. Penceritaan dari awal hingga akhir dengan penjelasan tokoh-tokohnya pada
bab tertentu bermuara pada sebuah kesatuan dan keterjalinan cerita. Berdasarkan
hukum plot di atas, dapat dikatakan bahwa novel 5Cm mempunyai keterjalinan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

antarunsur intrinsik yang baik.


Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai keterjalinan antarunsur
intrinsik novel 5Cm di atas, disimpulkan bahwa setiap unsur mempunyai
keterjalinan dengan unsur-unsur lainnya. Tema dalam 5Cm mendukung
keseluruhan unsur intrinsik karena tema adalah gagasan dasar yang melatari cerita.
Penokohan dan hubungan antartokoh dalam cerita 5Cm mendukung terjalinannya
plot. Unsur latar memberi penekanan pada penokohan dan mendukung terjadinya
jalinan cerita/plot. Sudut pandang penceritaan memberi kontribusi yang bebas bagi
pengarang dalam menjalin semua unsur berdasarkan posisinya sebagai pengarang.
Selain itu, cerita 5Cm telah memenuhi hukum plot yang terdiri dari plausability,
surprise, suspense, dan unity.

3. Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm


Karya Donny Dhirgantoro

a. Nilai Pendidikan Sosial


Manusia dikodratkan untuk lahir sebagai makhluk sosial, yakni makhluk
yang membutuhkan satu sama lain. Saling membantu, saling memahami, saling
menghargai, bahkan saling mencintai. Seorang manusia tidak dapat hidup seorang
diri, karena berbagai peran yang ada di dalam dunia ini tidak dapat ia lakonkan
sendiri, maka hadirlah sebuah nilai sosial. Nilai sosial mengacu pada hubungan
individu dengan individu lain dalam masyarakat. Sebuah kunci yang harus selalu
di pegang oleh masyarakat yang bercorak dan beragam seperti masyarakat
Indonesia adalah pengendalian diri.
Nilai sosial dalam masyarakat menghadirkan sebuah pendidikan yang patut
dicermati. Generasi mendatang harus lebih memperhatikan pendidikan sosial
dalam menghadapi beragam dan bercoraknya masyarakat Indonesia. Pendidikan
sosial yang ditanamkan secara baik dapat menghindari sikap individualisme yang
merebak pada masyarakat perkotaan. Pendidikan sosial yang kurang sering kali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menimbulkan kesalah pahaman dalam berhubungan di masyarakat. Kesalah


pahaman yang terjadi merupakan imbas dari keadaan keluarga yang tertutup
hubungannya dengan masyarakat sekitar.
Menghindari kesalahpahaman dalam berhubungan di masyarakat dapat
dilakukan dengan menciptakan suasana keluarga yang cukup terbuka pada hal-hal
yang wajar kepada masyarakat. Misalnya saja ketika keluarga mendapatkan
sebuah rezeki yang patut untuk disyukuri bersama, maka alangkah lebih baiknya
mengadakan syukuran kecil-kecilan dengan mengundang tetangga sekitar. Ketika
seseorang membutuhkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendiri pun lebih baik
minta bantuan tetangga atau teman, dengan kata-kata yang baik dan sopan agar
maksud baik yang kita ajukan dapat tersampaikan dengan baik pula.
Tujuan pendidikan sosial dalam karya sastra adalah membentuk manusia
yang mempunyai kesadaran sosial, sikap sosial, dan kemampuan sosial. Interaksi
sosial tokoh-tokoh dalam novel 5Cm ini memiliki beragam hubungan yang saling
berkaitan. Interaksi antartokoh yang terjalin baik ini sering kali berguna untuk
mengingatkan mereka tentang cara untuk bersikap dan menjadi diri sendiri.

... Ian yang dulu kadang-kadang cuma ikutan nimbrung nongkrong bukanlah
Ian yang sekarang. Ian yang dulu adalah Ian yang nggak pede sama dirinya
sendiri, yang selalu mencoba jadi orang lain, yang memandang orang lain
selalu lebih hebat dibanding dirinya. Ian yang dulu, dalam tongkrongan cuma
jadi penambah yang banyak omong, bisanya cuma nambahin omongan
teman-temannya. Ian yang kayaknya tahu apa aja, tapi sebenarnya cuma bisa
ikut-ikutan Genta, ikut-ikutan Arial, ikut-ikutan Zafran, dan ikut-ikutan Riani.
(5Cm:38)

Ian memang awalnya memiliki hubungan sosial yang kurang baik kepada
teman-temannya. Ian belum menemukan jati dirinya sendiri dalam berhubungan
dengan sahabat-sahabatnya, sehingga sering kali Ian hanya menjadi benalu dalam
persahabatan mereka berlima. Akan tetapi, Ian memiliki sahabat-sahabat yang
memang benar-benar menyayanginya. Setelah Ian menyadari kesalahannya, dan
meminta maaf, sahabat-sahabatnya mau mengerti dan memaafkan semua kesalahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ian, karena mereka sadar, dari semua itu, mereka belajar menjadi lebih baik.
Saling mengerti adalah sebuah kewajiban dalam bersahabat, begitu pula
dalam persahabatan mereka. Keempat laki-laki dalam persahabatan ini sangat
mengerti keadaan sahabat wanita mereka satu-satunya, sebagai makhluk yang
lebih lemah, wajib dilindungi dan dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
sebagai berikut.

”Nggak-lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan


memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ’makanya jangan
debat Riani’ kalau soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi
nggak seperti biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak
keras dan kepalanya jadi agak tinggi, Genta menggumam dalam hati.
Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul
’tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngliat ke HP
masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggal-
tanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal.
Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.(5Cm:59)

Hubungan sosial yang baik dan patut dicontoh tidak hanya terdapat
antarsahabat. Para tokoh utama dalam novel ini juga berusaha bersosialisasi
dengan baik kepada orang lain di luar persahabatan mereka. Salah satu contoh
kesadaran bersosialisasi antara tokoh-tokoh novel ini dengan tokoh lain antara lain
dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

Dinda langsung jongkok di depan si Mbok lalu mengulurkan selembar lima


puluh ribuan yang dilipat rapi. Dinda mengenggam tangan si Mbok.
”Mbok ini aku kasih lebih ya, buat mbok. Tapi besok pagi Mbok janji nggak
usah ke pasar minta kardus, Mbok tidur aja di rumah. Janji ya, Mbok!” kata
Dinda pelan.(5Cm:176)

Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun


Lempuyangan. Suara peluit dari stasiun dan doa si mbok masih mengisi
telinga mereka berempat. Riani melihat keluar jendela kereta, matanya terkejut,
dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun Lempuyangan dilihatnya banyak sekali
sosok perempuan tua seperti si mbok penjual nasi tadi. Di antara lambatnya
kereta, mata Riani memperhatikan muka lelah mereka satu per satu,
membayangkan nasib mereka yang mungkin nggak jauh berbeda dengan si
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Mbok. Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi, pemandangan di luar


seperti memasuki hatinya, tenggorokannya seperti menelan sesuatu yang tidak
enak, yang disangkal hatinya.(5Cm:176)

Pada kedua kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Dinda dan Riani menjalin
sebuah sosialisasi yang lebih mendalam karena prihatin dengan keadaan si Mbok
yang sudah tua. Keadaan ekonomi yang sulit membuat si Mbok harus bekerja
siang dan malam, siang hari menjadi pengais kardus di pasar dan malam hari
menjadi penjual nasi di stasiun. Kondisi warga yang bertaraf menengah ke bawah
memang sangat memprihatinkan, mereka bekerja siang dan malam hanya untuk
hidup hari itu saja, apabila sakit, maka tidak ada yang dapat diandalkan. Oleh
karena itu, tokoh-tokoh dalam novel ini sangat prihatin dengan keadaan
perekonomian yang demikian.
Hubungan sosial lain yang dapat dilihat adalah hubungan baik yang terjalin
antara Ian dan dosen pembimbing skripsinya. Dosen pembimbing skripsi Ian
sangat membantu Ian dalam pembuatan skripsinya. Dosennya yang menyalakan
api semangat dalam diri Ian, sehingga Ian dapat segera lulus kuliah. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan sebagai berikut.

”Yes!” Ian bersorak gembira ketika nama dan hasil sidangnya diumumkan.
Saat itu juga Ian melesat cepat sekali ke ruangan dosennya. Bayangan teman-
temannya yang sedang tersenyum kepadanya ikut berkejaran, berlarian. Ian
langsung memeluk dosennya sambil menahan cekat di tenggorokannya dan
mata yang hampir berair. Ian berkata lembut, ”Saya... nggak... akan...
pernah... lupa... jasa... Bapak... nggak akan pernah.” (5Cm:133)

Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Ian sangat berterima kasih
kepada dosennya yang telah membantu kelancaran skripsinya. Kegigihan Ian dan
kesabaran serta bimbingan dari dosennya membuat hasil yang sangat memuaskan
bagi Ian. Ian lulus dengan hasil yang memuaskan.
Hubungan sosial antartokoh dengan orang tua mereka juga terdapat dalam
novel ini, rasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka
membuat persahabatan mereka ini seolah-olah sebuah keluarga besar. Rasa kasih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sayang ini tidak hanya tertuju kepada anak-anak mereka masing-masing, tetapi
juga kepada sahabat anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai
berikut.

Untung aja mamanya Arial baik banget makanya mereka pada suka, biarpun
stok makanannya sering dihabisin, biarpun kucingnya waktu itu disiram sama
Genta, biarpun remote TV-nya pernah diilangin sama Zafran, biarpun buku
masaknya ”distempel hak milik” sama Riani alias udah dua tahun nggak
dibalikin.(5Cm:20-21)

Berhubungan sosial adalah kebutuhan mutlak bagi manusia. Kodrat


manusia adalah makhluk monodualisme yang memiliki sifat makhluk individu dan
sosial. Dalam banyak hal, individu memerlukan keberadaan orang lain untuk
saling memberi penilaian, membantu, mendukung dan bekerja sama dalam
menghadapi tantangan kehidupan.

b. Nilai Pendidikan Moral


Nilai moral pada umumnya merupakan nilai kepatutan dalam pergaulan di
masyarakat. Dalam nilai moral, terjalin erat unsur nilai agama dan nilai sosial. Nilai
moral terdiri dari unsur moral sosial, moral agama, moral susila dan moral lain
yang harus dipertimbangkan. Nilai moral tidak hanya ditemui ketika berhubungan
dengan masyarakat, tetapi setiap seseorang berbuat sesuatu dapat dihubungkan
dengan nilai moral.
Pengarang sebuah novel dapat memasukkan nilai moral melalui amanah
atau inti cerita. Pandangan-pandangan hidup yang bermanfaat dapat menjadi nilai
moral tersendiri yang direfleksikan oleh pengarang. Oleh karena setiap karya
memiliki tujuan tertentu, maka pengarang bisa memasukkan nilai-nilai moral
sebagai impuls yang baik bagi pembacanya.
Pesan moral utama yang ingin disampaikan oleh Donny adalah mimpi.
Sebagai manusia, sesorang harus memiliki mimpi karena dengan percaya pada
mimpi, kita masih memiliki sebuah tujuan hidup. Pesan moral ini disampaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dalam kisah persahabatan antara lima anak muda yang masih mencari jalan terbaik
mereka menuju mimpi-mimpinya. Dalam kebersamaan persahabatan mereka
tersebut, mereka mengalami berbagai pengalaman yang membuat mereka semakin
berpikir positif.

Dulu Ian belum mengerti itu. Akhirnya Ian jadi orang yang suka apa yang
orang lain suka, bukan dirinya sendiri yang bilang suka. Hingga suatu saat
akhirnya mereka berempat mulai melihat kalau ternyata bukan soal selera saja
Ian mulai labil dan bingung sendiri, tapi juga bingung gimana menjadi
seorang Ian. Ian pun mulai nggak ikutan nongkrong lagi, nggak ikutan jalan
lagi. Mereka berempat semuanya kangen Ian yang lucu, yang kadang-kadang
bego sendiri.(5Cm:39)

Berdasar kutipan di atas, mereka mendapatkan sebuah pengalaman besar


dari salah satu teman mereka yaitu Ian. Ian yang belum menemukan jati dirinya
masih terlalu naif dan belum dapat mengambil sikap dalam kesehariannya. Sebagai
teman yang baik, mereka mau membantu Ian menemukan jati dirinya. Mereka
menegur secara halus, agar tidak melukai hati Ian. Hingga Ian sadar dan meminta
maaf, dengan hati terbuka mereka memaafkan Ian.
Berdasar kutipan tersebut juga berisi tentang pesan moral yang baik agar
kita tidak menjadi manusia yang suka meniru orang lain. Semua manusia memiliki
ciri khas dan kesenangannya sendiri, hal itu merupakan jati diri yang membedakan
kita dari orang lain.

Ian terdiam... matanya menatap ke dosennya penuh arti. Sekilas bayang-


bayang perjuangannya yang bisa bikin stres dan jumpalitan selama dua bulan
ini lewat di matanya. Omongan Pak Sukonto Legowo seperti kelembutan
yang mengalir mengisi hatinya. Dosennya benar, nggak ada yang namanya
hoki, tapi kerja keras dengan hati yang nggak kenal nyerah, teguh, dan, tulus.
(5Cm:134)

Kutipan di atas mencerminkan bahwa persahabatan tidak hanya tercipta


dari teman seumur saja. Persahabatan yang baik juga dapat tercipta dari mahasiswa
dan dosennya. Saling membantu dan saling menasehati demi kebaikan merupakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

suatu keharusan antarumat manusia. Dosen yang membantu Ian juga memberikan
nasihat yang sangat bermanfaat untuk Ian.
Sahabat juga dapat menjadi teladan baik yang dapat diikuti oleh sahabatnya
yang lain. Persahabatan dapat mempertemukan manusia-manusia yang memiliki
sifat dan sikap yang berbeda, sehingga dari persahabatan itu semua sikap dan sifat
yang baik dan buruk bertemu. Manusia yang cermat akan mencari sifat dan sikap
yang baik dan direfleksikan dalam dirinya. Hal itu juga ada dalam persahabatan di
novel ini.

Zafran serasa ditampar keras sekali hari itu, hatinya seperti ditusuk, kayaknya
dari kemarin gue belum pernah ngasih sedikit pun kalo ada pengemis. Gue
cuma bisa ngomong bagus tentang derita, tapi nggak pernah bertindak,
sedangkan Arial yang nggak pernah ngomong selalu ngasih. Parah banget
sih gue, parah banget gue!(5Cm:192)

Kutipan di atas berisi pesan moral yang baik. Alangkah sebaiknya


seseorang lebih mengutamakan tindakan dari pada hanya berpendapat tanpa ada
realisasinya. Zafran yang menyadari sikap dermawan Arial, mencerminkannya di
dalam dirinya. Zafran pun berjanji tidak hanya berbicara, tetapi akan bertindak
nyata.

c. Nilai Pendidikan Religius


Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa sebagai penciptanya. Nilai religius mencerminkan kewajiban umat yang
beragama untuk melakukan hal yang diperintahkan agamanya dan menjauhi
larangannya.
Mempercayai ajaran agama dan keyakinan yang dianut dalam agamanya
merupakan wujud nyata ketakwaan seorang manusia. Mensyukuri dan menjaga
segala ciptaan Tuhan merupakan salah satu tindakan nyata sebagai salah seorang
makhluk yang beragama.

“Gile... masa masih begini juga ya?! Heran gue. Udah puluhan kali lebih gue
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ke Mahameru, tapi kalo nglihat puncaknya begitu, gue masih merinding.”


“Fiuh... wahh... Subhanallah... Allah Mahabesar.”(5Cm:215)

Kutipan di atas menandakan betapa besar kuasa Tuhan sang Pencipta.


Manusia yang percaya pasti akan terkesima dan bersyukur telah melihat salah satu
ciptaanNya. Keindahan Gunung Mahameru yang mereka daki semakin
memperkuat keyakinan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Angin malam tiba-tiba berembus agak keras, membuat rambut gondrong


Deniek beriap terbang. Deniek dan keempat temannya menunduk dan berdoa.
“Yo wiss, kita duluan.” Deniek dan teman-temannya menyalami mereka. Ian
memberikan pelukan laki-laki.
“Sampai jumpa di puncak.” Ian menepuk punggung Deniek.
“Di sini... kita... nggak... akan... pernah... tau,” desis Deniek pelan.(5Cm:221)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan,


manusia wajib berdoa dan meminta restu-Nya. Berdoa sebelum memulai sesuatu
merupakan sebuah permohonan kepada Tuhan agar diberi kelancaran dan
keselamatan. Akan tetapi, kuasa Tuhan yang tidak terbatas kadang menakdirkan
hal lain yang akan terjadi. Oleh sebab itu, memohon perlindungan-Nya merupakan
sebuah kewajiban umat beragama.

“Nabi Muhammad SAW pernah bilang, kalo kamu punya unta, serahkanlah
unta itu pada Allah. Tapi jangan lupa, unta itu juga harus diikat. “Intinya,
jangan pernah menyerah sama keadaan, harus ada usaha,” Genta coba
memperjelas.(5Cm:269)

Kutipan di atas melengkapi kutipan sebelumnya, yaitu selain berdoa, kita


wajib berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang akan kita raih.
Memiliki niat dan tekad kuat dibantu dengan doa dan usaha yang tak kenal lelah
membuat tujuan yang akan diraih menjadi lebih mungkin untuk diraih.

d. Nilai Pendidikan Estetika


Keindahan adalah salah satu fungsi dari karya sastra. Keindahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ditampilkan oleh sebuah karya sastra kepada pembacanya memberikan kesan yang
lebih mendalam bagi setiap pembacanya. Keindahan yang ditampilkan dapat
berupa keindahan dalam pemilihan kata-kata. Dengan keindahan atau estetik suatu
cerita dapat menimbulkan keindahan yang dapat menggetarkan sukma seseorang
sehingga ada rasa kesenangan atau kebencian terhadap suatu hal.
Keindahan dapat ditemui dalam karya sastra sebagai salah satu hasil karya
manusia. Pandangan kebudayaan refleksi karya manusia itu pada hakikatnya
bertujuan untuk memungkinkan hidup dan memberikan suatu kedudukan yang
penuh hormat dalam masyarakat. Oleh karena itu, manusia harus menghasilkan
karya yang lebih banyak dan lebih baik agar dapat dihormati oleh masyarakat.
Keterkaitan antara karya sastra dengan manusia sedemikian erat sebab
karya sastra merupakan salah satu hasil budidaya pikir manusia berdasarkan
pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Hal
ini memberikan petunjuk bahwa karya sastra lahir bukan tanpa tujuan dan tanpa
makna. Akan tetapi, karya sastra memberi wawasan tentang hidup manusia dan
segala sesuatunya kepada pembaca. Sebuah karya sastra memperbincangkan
masalah kehidupan manusia, yakni menggambarkan tentang kehidupan yang dapat
berupa cinta, kasih sayang, penghargaan, martabat, kewajiban, kebencian, dan
pengkhianatan, dan lain-lain yang meliputi masalah hubungan manusia dengan
manusia lainnya, hubungan manusia dengan makhluk lain, dan hubungan manusia
dengan pencipta.
Nilai estetika dapat ditampilkan melalui berbagai macam cara. Kekuatan
cerita, pemilihan kata-kata maupun penggunaan majas-majas yang tepat. Penulis
dapat menyalurkan setiap nilai keindahan yang ingin disajikannya pada pembaca
melalui karya yang dibuatnya. Nilai yang mengiringi amanah dari penulis dapat
menimbulkan ketertarikan para pembacanya.
Novel 5Cm juga menampilkan nilai-nilai keindahan yang dapat menarik
minat pembacanya. Nilai keindahan yang ditampilkan melalui berbagai cara, selain
kekuatan dan keindahan ceritanya, juga melalui kata dan majas yang menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengarang memiliki cara yang unik untuk menampilkan cerita kepada pembaca.
Pengarang menampilkan penceritaan secara ringan dan mudah dicerna oleh
pembaca. Pengarang juga menggunakan sinonim-sinonim yang menambah nilai
estetika dalam penceritaannya.

Matahari seakan juga ikut bercerita kepada daun-daun taman kampus, kepada
gedung kampus, juga kepada buku yang di bawa sang dosen, betapa selama
ini sang dosen telah menjadikan seorang bisa berjalan dalam dunia ilmu ke
tingakt selanjutnya, membuatkan anak tangga pengetahuan ke setiap anak
manusia yang dibimbingnya...(5Cm:135)

Kutipan di atas menggambarkan teknik penulisan sinonim yang digunakan


pengarang. Matahari yang menyinari daun-daun taman kampus, gedung kampus
juga buku yang dibawa oleh sang dosen disinonimkan dengan ‘bercerita’.

B. Pembahasan Hasil Peneitian


1. Unsur Intrinsik dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro
a. Tema
Hasil penelitian dapat diuraikan dalam berbagai unsur yang membangun
jalan cerita dalam novel ini. Tema yang diambil pengarang dalam novel ini yang
saling berkaitan. Tema percintaan, persahabatan, kehidupan dan keyakinan para
tokoh tentang mimpi yang ingin mereka raih menjadikan novel ini patut untuk
diteliti dari unsur intrinsiknya. Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81)
memaparkan tema dalam berbagai jenis tingkatan. Tema persahabatan, percintaan
dan kehidupan dalam novel ini masuk dalam tingkatan tema sosial. Tema
kepercayaan para tokoh terhadap keajaiban mimpi yang beragam dapat
digolongkan dalam tema tingkat divine.
Burhan Nurgiyantoro sendiri membedakan tema dalam dua jenis yaitu tema
mayor dan tema minor. Tema mayor yang terdapat dalam novel ini adalah tema
tentang persahabatan. Tema ini terlihat dari setiap kisah yang terdapat dalam novel,
kisah tentang para tokoh maupun commit
peristiwa-peristiwa
to user yang terjadi. Tema minor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang terlihat adalah tema percintaan, kehidupan dan kepercayaan tokoh terhadap
keajaiban mimpi, karena tema-tema tersebut tersebar dan terpisah-pisah menjadi
tema tambahan yang memperkaya cerita serta mendukung tema mayor.
b. Penokohan
Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan
karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam
karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing).
Novel ini menggunakan metode langsung (telling) dalam menceritakan kisah setiap
tokoh. Metode ini dapat dilihat dari ciri-ciri nya, yaitu menggunakan nama tokoh,
melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang.
Berdasarkan peranannya, penokohan dalam novel ini dibagi menjadi tokoh
utama (protagonis) dan tokoh tambahan (tritagonis). Tokoh yang termasuk tokoh
utama (protagonis) adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda,
sedangkan tokoh tambahan (tritagonis) adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo.
c. Alur
Dalam novel ini, alur yang digunakan sebagian besar merupakan alur lurus
atau alur maju, dan terdapat sedikit alur sorot-balik untuk menjelaskan beberapa
peristiwa. Alur ini dipandang dari waktu terjadinya peristiwa.
Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot
menjadi lima macam, yakni tahap situation (tahap penyituasian), tahap generating
circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap ricing action (tahap peningkatan
konflik), tahap climax (tahap klimaks), dan tahap denouement (tahap
penyelesaian). Novel ini telah memenuhi tahapan plot ini, dimulai dari tahap
penyituasian yang mengenalkan latar dan tokoh-tokohnya. Tahap penyelesaian
yang ditandai dengan kehidupan para tokoh setelah menikah dan berkeluarga
sepuluh tahun kemudian. Penyelesaian cerita dalam novel 5Cm digolongkan ke
dalam penyelesaian tertutup. Hal ini dikarenakan nasib setiap tokoh telah
ditentukan oleh pengarang di akhir cerita.
d. Latar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan latar menjadi tiga unsur


pokok, yakni latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang menonjol dalam
novel ini antara lain, Secret Garden,yaitu suatu tempat di rumah Arial, dan tempat-
tempat pendakian Gunung Mahameru. Latar waktu yang menonjol dalam novel ini
adalah pada tanggal 17 Agustus, ketika mereka mengadakan upacara bendera di
puncak Mahameru. Latar sosial yang menonjol dalam novel ini antara lain tentang
keadaan kota Jakarta, tentang pendudukan gedung DPR/MPR pada masa
reformasi, dan kebersamaan antar sesama pendaki di Mahameru.
e. Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai oleh pengarang dalam novel ini sepenuhnya
menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu. Sudut pandang pengarang
serba tahu ini dapat dilihat dari cara pengarang menyebut nama tokoh dengan
sebutan nama atau dia, dan tidak hanya fokus pada satu tokoh saja, tapi semua
tokoh mendapatkan penonjolan cerita. Teknik ini disebut sebagai omniscient
narratif. (Herman J. Waluyo, 1994: 184). Teknik serba tahu membuat pengarang
lebih bebas mengekspresikan cerita tokoh-tokohnya secara detail.

2. Keterjalinan Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm karya Donny


Dhirgantoro
Unsur-unsur intrinsik dalam novel ini saling terjalin dengan baik. Tema
yang merupakan unsur pembangun utama didukung dengan sudut pandang yang
di ambil oleh pengarang dalam menceritakan tokoh-tokohnya. Alur yang
disesuaikan dengan jalannya cerita, dilengkapi dengan pengenalan latar oleh
pengarang, membuat novel ini dapat dicerna dengan baik oleh pembaca.
Keterjalinan antarunsur intrinsik ini dapat diuji melalui hukum plot, yaitu
plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense (ketegangan), dan unity
(kesatuan). Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum
plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik.
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai keterjalinan antarunsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

intrinsik novel 5Cm di atas, disimpulkan bahwa setiap unsur mempunyai


keterjalinan dengan unsur-unsur lainnya. Tema dalam 5Cm mendukung
keseluruhan unsur intrinsik karena tema adalah gagasan dasar yang melatari cerita.
Penokohan dan hubungan antartokoh dalam cerita 5Cm mendukung terjalinannya
plot. Unsur latar memberi penekanan pada penokohan dan mendukung terjadinya
jalinan cerita/plot. Sudut pandang penceritaan memberi kontribusi yang bebas bagi
pengarang dalam menjalin semua unsur berdasarkan posisinya sebagai pengarang.

3. Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm Karya Donny


Dhirgantoro
Nilai pendidikan dalam sebuah karya sastra secara garis besar dibagi
menjadi empat bagian. Empat bagian nilai pendidikan ini sangat berguna untuk
merangsang setiap pembaca dalam menelaah dan memahami makna pendidikan
dalam kehidupan. Nilai pendidikan ini tidak dimiliki oleh pengetahuan lain, sebab
karya sastra dan pendidikan memiliki kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
a) Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial bertujuan membentuk manusia yang mempunyai
kesadaran sosial, sikap sosial, dan kemampuan sosial. Karya sastra merupakan
tempat bagi pengarang untuk menyalurkan nilai pendidikan sosial. Pendidikan
sosial yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat berupa pengalaman pribadi
dalam bermasyarakat maupun pandangan subyektifnya sendiri tentang cara
bersosialisasi dalam masyarakat.
Novel 5Cm ini memberikan berbagai contoh nilai pendidikan sosial.
Hubungan sosial antar sesama sahabat yaitu saling mengerti tentang kelebihan dan
kekurangan masing-masing merupakan hal yang mutlak antar sesama sahabat.
Hubungan sosial antar sesama manusia yaitu memandang semua manusia
memiliki derajat yang sama dan patut disayangi. Hubungan sosial antara anak dan
orang tua yaitu kepatuhan anak kepada orang tua, serta kasih sayang orang tua
kepada anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Nilai Pendidikan Moral


Nilai pendidikan moral disebut juga dengan pendidikan kepatutan atau
pendidikan etika. Pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran
patutnya manusia bergaul di dalam kehidupan bermasyarakat. Karya sastra dapat
dipahami sebagai alat didik yang cukup bagus untuk memenuhi kelayakan bagi
seorang makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang pengarang
haruslah berhati-hati dalam menciptakan karya sastra. Ia tidak bisa seenaknya saja
menciptakan karya-karya sastra yang menyesatkan, tetapi harus mampu
menghadirkan nilai pendidikan etika yang benar sehingga menimbulkan efek yang
positif bagi pembacanya.
Novel 5Cm ini menyiratkan pendidikan moral yang baik. Judul novel ini
sendiri berarti bahwa sebagai manusia, kita harus meletakkan mimpi kita 5 cm di
depan kening kita. Makna yang terkandung adalah agar kita senantiasa melihat,
mengingat dan merasakan mimpi kita tersebut, sehingga kita tidak mudah
menyerah dalam menggapai impian atau cita-cita. Nilai moral lain adalah saling
tolong menolong antar sesama manusia, dan lebih mengutamakan tindakan nyata
daripada hanya perkataan.
c) Nilai Pendidikan Religius
Nilai religius merupakan sudut yang mengikat manusia dengan Tuhan
pencipta alam dan seisinya. Sesuatu yang berbau religius dapat berarti segala
sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Keterkaitan antara nilai religius
dengan karya sastra sangat erat, terutama karena sastra banyak berangkat dari
pengalaman-pengalaman religi pengarangnya.
Novel 5Cm ini menyertakan nilai religius yang paling pokok, yaitu
mempercayai keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya. Manusia sebagai ciptaan Tuhan
harus selalu menyembah dan berdoa kepadaNya. Melestarikan dan memanfaatkan
ciptaan Tuhan dengan sebaik-baiknya merupakan bentuk rasa syukur yang
mendalam.
d) Nilai Pendidikan Estetika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Nilai estetika atau nilai keindahan adalah salah satu fungsi karya sastra.
Membaca sebuah karya sastra membuat pembaca menemukan gaya bahasa yang
indah, keberadaan diksi-diksi yang indah, irama dan nada yang indah, dan lain-
lainnya termasuk peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang dipulasnya dengan
keindahan.
Novel 5Cm ini memiliki nilai estetika yang cukup menarik. Metode
penceritaan dan pemilihan kata-kata yang indah menjadikan nilai estetikanya
mudah untuk dibayangkan pembacanya. Pengarang menggambarkan keadaan
alam gunung Mahameru yang sangat indah dengan pemilihan kata yang tepat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Analisis Struktural
Penceritaan novel ini disusun dari berbagai unsur intrinsik yang saling
berhubungan. Unsur-unsur intrinsik tersebut tersusun dan membangun peristiwa
serta makna dalam cerita. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah sebagai berikut.
a. Tema
Tema dalam novel 5Cm ini adalah tema tentang persahabatan, percintaan
dan mimpi-mimpi para tokohnya.
b. Alur
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Sebagian
besar alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju yang diselingi
beberapa alur mundur untuk mengisahkan masa lalu tokoh-tokohnya.
c. Penokohan
Tokoh utama yang dihadirkan oleh pengarang adalah lima orang sahabat
karib yaitu Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian.
d. Sudut Pandang
Pengarang novel 5Cm menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu.
e. Latar
Latar yang terdapat dalam novel ini adalah latar tempat, waktu, dan sosial.
Latar tempat dalam novel ini antara lain tempat tinggal mereka di Jakarta, dan di
Gunung Semeru. Latar waktu yang sangat terlihat adalah ketika mereka berupacara
di puncak Gunung Semeru tanggal 17 Agustus. Latar sosial dalam novel ini antara
lain keadaan sosial di Jakarta dan keadaan sosial ketika mereka mendaki Gunung
Semeru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Keterjalinan antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm


Unsur-unsur intrinsik dalam novel ini yaitu tema, alur, latar, dan
penokohan dapat dipahami secara mudah karena pengarang novel menggunakan
sudut pandang orang ketiga.
3. Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm
a. Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial mengacu pada hubungan sosial yang baik dengan sesama
sahabat, orang tua, dan dosen, bahkan orang-orang yang baru mereka kenal.
b. Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral yang ditonjolkan yaitu mau membantu sesama agar menjadi
lebih baik, serta sebagai manusia harus memiliki mimpi dan cita-cita yang harus
dikejar sekuat tenaga.
c. Nilai Pendidikan Religius
Nilai religius novel ini mengajarkan untuk selalu mempercayai dan selalu
berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
d. Nilai Pendidikan Estetika
Nilai estetika tersirat pada penggambaran tempat dan pemilihan kata yang
menarik.

B. Implikasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menganalisis karya sastra perlu
dilakukan analisis unsur intrinsik yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan
sudut pandang. Pemahaman tentang analisis unsur intrinsik mempermudah peneliti
untuk menganalisis hal lainnya seperti analisis pendidikan dalam karya sastra.
Analisis pendidikan dalam karya sastra meliputi analisis pendidikan moral,
pendidikan sosial, pendidikan religius dan pendidikan estetika. Implikasi yang
didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Implikasi Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Menambah pengetahuan mengenai pendalaman materi bersastra, khususnya


karya sasta novel.
b. Menambah pengetahuan mengenai beragam novel yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.
c. Memungkinkan adanya penelitian yang lebih beragam mengenai analisis
struktural, hubungan antarunsur intrinsik dalam membangun keindahan
dan nilai pendidikan.
2. Implikasi Pedagogis
a. Menambah referensi novel yang dapat digunakan untuk pembelajaran
menganalisis novel. Novel 5Cm dapat digunakan sebagai alternatif materi
pembelajaran apresiasi sastra karena isinya tidak terlalu serius, tetapi
mengandung banyak nilai pendidikan yang dapat diambil hikmahnya. Jika
dikaitkan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, novel
5Cm cocok diberikan untuk siswa kelas XI SMA. Silabus Bahasa
Indoensia di SMA kelas XI berisi standar kompetensi berupa memahami
berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Standar kompetensi
tersebut berisi kompetensi dasar yang relevan dengan penelitian ini, yakni
menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/
terjemahan.
b. Memberi gambaran bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya
tergantung pada faktor dari siswa tetapi faktor-faktor yang berasal dari
guru juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh
karena itu, siswa maupun guru haruslah mempunyai kesadaran tentang
tugas dan kewajiban masing-masing supaya tercipta proses pembelajaran
yang efektif, efisien, kondusif, dan pada akhirnya akan mampu mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Implikasi Praktis
a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian
sastra sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk melakukan penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sejenis yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah.


b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati media
pembelajaran yang tepat bagi siswa.

C. Saran
Beberapa saran berikut semoga dapat menjadi masukan yang baik guna
memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
1. Saran bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebaiknya dapat menggunakan novel
5Cm sebagai media pembelajaran. Pembeelajaran yang dapat diambil khususnya
mengenai apresasi karya sastra yang menitikberatkan kepada apresiasi pendidikan
yang terdapat di dalamnya.
2. Saran bagi Siswa dan Mahasiswa
Siswa hendaknya membiasakan diri membaca karya sastra, khususnya
berupa novel. Novel yang dibaca dan diserap setiap nilai-nilai luhurnya dapat
sangat bermanfaat untuk menambah, mempertajam dan meningkatkan pemahaman
kedewasaan dan pola pikir yang lebih baik.
Mahasiswa calon peneliti karya sastra diharapkan dapat memilah-milah
nilai karya sastra yang terdapat dalam novel. Kepada mahasiswa FKIP Bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi calon guru Bahasa Indonesia yang dapat
menyerap nilai-nilai luhur dalam karya sastra berupa novel sehingga dapat
mengajarkan nilai-nilai luhur tersebut kepada murid-muridnya kelak.
3. Saran bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti lain yang hendak melakukan penelitian, khususnya
mengenai kajian karya sastra ditinjau dari struktural dan nilai pendidikan.
Alangkah baiknya penelitian tersebut dikerjakan setelah peneliti memperkaya diri
dengan bacaan-bacaan tentang penelitian yang serupa. Sehingga dapat
memperlancar pengerjaan dan dapat menemukan lebih dari tiga rumusan masalah
yang dapat dipecahkan. Peneliti karya sastra berupa novel harus melengkapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

penelitiannya dengan buku-buku yang berkaitan dengan pengkajian karya sastra


sehingga dapat menunjang penelitian. Peneliti diharapkan dalam meneliti sastra
dengan tinjauan sastra struktural dan nilai pendidikan perlu terlebih dahulu
mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan sastra agar tidak menemukan
kesulitan.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai