Anda di halaman 1dari 15

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : Dean Wahyu Renaldy

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043440866

Tanggal Lahir : 31 Mei 2001

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 21-UPBJJ Jakarta

Hari/Tanggal UAS THE : 13 July 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA

Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Dean Wahyu Renaldy


NIM : 043440866
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4111/Pendidikan Kewarganegaraan
Fakultas : FHISIP
Program Studi : 311-Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : 21-UPBJJ Jakarta

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Selasa, 13 July 2021

Yang Membuat Pernyataan

Dean Wahyu Renaldy


JAWABAN :
1.) A.) Faktor pendukung yakni, kekuatan jaringan antara dalam negeri dan luar negeri, budaya permisif
dari sebuah masyarakat serta lemahnya pencegahan atau penegakan hukum oleh pemerintah
terhadap kelompok yang dapat dikategorikan sebagai teroris.

Penjelasan :
Radikalisme sebagai paham akan mudah mempengaruhi karakter generasi yang baru tumbuh ketika
nilai-nilai yang diyakini itu di cantumkan atau disisipkan dalam pelajaran sekolah. Penyisipan nila-
nilai yang bertengtangan dengan pancasila dapat disebabkan unsure kesengajaan tetapi juga akibat
ketidaktelitian dari pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan dan penerbitan buku itu. Anak-
anak yang baru tumbuh akan dengan mudah menyerap apa saja yang ditulis dalam buku pelajaran
sekolah, baik itu benar ataupun salah.maka itu akan sangat merusak ketahanan nasional indonesia.

B.) 1) Munculnya respons dalam bentuk evaluasi, penolakan, bahkan perlawanan. Masalah yang
ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai.

2) Adanya kelemahan elemen masyarakat baik pada bidang aqidah, syariah maupun perilaku,
sehingga radikalisme Islam merupakan ekspresi dari tajdid (pembaruan), islah (perbaikan), dan jihad
(perang) yang dimaksudkan untuk mengembalikan muslim pada ruh Islam yang sebenarnya.

3) Adanya kepentingan golongan untuk menggulingkan kekuasaan politik, makanya gerakan radikal
tersebut muncul di negara-negara Islam, termasuk di Indonesia.

4) Terdapat tujuan kelompok tertentu yang ingin mengganti NKRI menjadi khilafah juga tidak jelas.
Menurutnya, khilafah sudah hancur pada abad ke-8 masehi, saat munculnya dinasti Bani Umayah.

Dampak munculnya faham tersebut terhadap keberlangsungan hidup bangsa yang dirasakan adalah
sebagai berikut:

1) Memakan banyak nyawa

2) Menimbulkan banyak kerusakan

3) Menghancurkan nasionalisme bangsa

b. Tantangan lainnya yang dapat mengancan nasionalisme Indonesia di era globalisasi saat ini
adalah sebagai berikut:

1) Politik

Kegiatan ekonomi yang terjadi pada saat ini didominasi oleh negara-negara maju berpengaruh
terhadap kondisi politik di negara berkembang, seperti di Indonesia. Hal ini lantaran adanya
intervensi dan negara maju mengenai kebijakan politik di negara berkembang dalam upaya
menciptakan rasa ketergantungan kepada negara maju, agar lebih di untungkan.

2) Budaya

Globalisasi menyebabkan pertukaran dalam arti budaya semakin mudah. Bangsa Indonesia dikenal
sebagai bangsa ramah dan terbuka dengan budaya lain. Akan tetapi, sikap yang kurang bijak dan
selektif terhadap budaya lain dapat menyebabkan lunturnya budaya Indonesia.

3) Ekonomi
Tantangan pada sistem pasar bebas menuntut adanya persaingan produk-produk agar mampu
diterima pasar dunia. Oleh karena itu, globalisasi mendorong persaingan agar setiap pihak mampu
menunjukkan potensi terbaik yang dimiliki.

c. Fungsi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai bagian dari ketahanan
nasional dalam menangani merebaknya faham radikalisme di Indonesia adalah sebagai berikut:

(a) menyusun dan menetapkan kebijakan, strategi, dan program, nasional di bindang
penanggulangan terorisme; (b) Menyelenggarakan kordinasi kebijakan, strategi, dan program
nasional di bidang penanggulangan terorisme; (c) melaksanakan kesiapsiagaan nasional, kontra
radikalisasi, dan deradikalisasi.

Dalam penanggulangan terorisme di Indonesia pada umumnya dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu melalui hard approach atau penindakan yang merupakan kewenangan polri dan soft approach
atau pencegahan yang kewenangannya dititik beratkan kepada BNPT.
C.) Adapun tugas dan fungsi yang diemban oleh BNPT adalah melakukan penanggulanan
terorisme di Indonesia dengan menggunakan pendekatan utama soft power (Pencegahan).
Melalui pendekatan soft power BNPT melaksanakan dua program yaitu deradikalisasi dan kontra
radikalisasi.

2.) A.) Hak asasi manusia adalah masalah lokal sekaligus masalah global, yang tidak mungkin
diabaikan dengan dalih apapun termasuk di Indonesia. Implementasi hak asasi manusia di setiap
negara tidak mungkin sama, meskipun demikian sesungguhnya sifat dan hakikat hak asasi manusia
itu sama. Adanya hak asasi manusia menimbulkan konsekwensi adanya kewajiban asasi, di mana
keduanya berjalan secara paralel dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Pengabaian salah satunya akan menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia atas hak asasi
manusia yang lain. Implementasi hak asasi manusia di Indonesia, meskipun masih banyak kasus
pelanggaran hak asasi manusia dari yang ringan sampai yang berat dan belum kondusifnya
mekanisme penyelesaiannya, tetapi secara umum baik menyangkut perkembangan dan
penegakkannya mulai menampakkan tandatanda kemajuan pada akhir-akhir ini. Hal ini terlihat
dengan adanya regulasi hukum Hak Asasi Manusia melalui peraturan perundang-undangan serta
dibentuknya Pengadilan Hak Asasi Manusia dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi.

B.) Hak asasi manusia yaitu hak yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan. Hak
asasi manusia telah menempuh perjalanan yang jauh untuk berjuang demi mendapatkan keadilan
bagi manusia di seluruh dunia. Secara historis, usaha-usaha yang ditempuh untuk memecahkan
persoalan kemanusiaan telah dilaksanakan sejak lama di dunia, dan tidak ada seorangpun yang
mengetahui secara pasti sejak kapan hak asasi manusia mulai diperjuangkan. Kronologis
konseptualisasi penegakan HAM yang diakui secara yuridis-formaldiawali dengan munculnya
perjanjian Agung (Magna Charta) di Inggris pada 15 juni 1215, selanjutnya Petition of Rights di
Inggris tahun 1628 yang juga dikenal dengan the Great of the Liberties of England, Deklarasi
kemerdekaan Amerika Serikat pada 6 Juli 1776, Deklarasi hak-hak asasi manusia dan negara
(Declaration des Droits de I‟Homme et du Citoyen/Declaration of the Rights of Man and of the
Citizen) di Prancis tahun 1789, Deklarasi Universal tentang hak asasi manusia (Universal
Declaration of Human Rights/UDHR). Penegakanan hak asasi manusia merupakan cerminan atau
perwujudan dari sila pancasila yang kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradap. Penegakan
hak asasi manusia terjadi karena adanya pelanggaran hukum yang dilakukan. Penegakan dan
perlindungan hak asasi manusia di Indonesia mengalami kemajuan pada tanggal 06 Nomber 2000,
di mana Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000
mengenai Pengadilan Hak Asasi Manusia (HAM) yang diundangkan pada tanggal 23 November
2000.
C.) Hal ini Nyambung kepada Pancasila kedua "kemanusiaan yang adil dan beradab" yaitu bicara
humanisme/HAM.

Dikarenakan Relativisme kultural itukan suatu pandangan bahwasanya setiap budaya itu kan relatif,
maksudnya prinsip atau etika seseorang dalam memahami budaya orang yang berbeda-beda. Yang secara
Simplenya relativisme kultural itu menghargai budaya orang untuk itulah hal Ini nyambung sama sila kedua
yang bicara humanisme

Penjelasan:

Sila kedua berbicara mengenai kemanusiaan yang beradab yang notabene itu juga merupakan asas
daripada menghargai setiap hak-hak asasi manusia, relativisme kultural merupakan salah satu contoh yang
mempunyai kolerasi dengan hak asasi manusia.

Prinsip relativisme kultural merupakan prinsip yang mana kita harus menghargai setiap hak kebudayaan
suatu masyarakat/individu, dengan bersikap menyesuaikan diri dengan budaya tersebut.

Ini merupakan manifestasi dari sila kedua dan amanat konstitusi yang menghargai intrepetasi setiap
masyarakat maupun individu

Intinya relativisme kultural itu kita harus menyusahkan diri kita dengan budaya mereka, jangan menganggap
budaya kita lebih tinggi atau sebaliknya.

D.) Dua puluh tiga tahun lalu, 12 Mei 1998, peristiwa mencekam dan berdarah terjadi di kampus Universitas
Trisakti, Grogol, Jakarta Barat, saat mahasiswa melakukan demonstrasi menentang pemerintahan
Soeharto. Empat mahasiswa tewas dalam penembakan terhadap peserta demonstrasi yang melakukan aksi
damai, yaitu Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie. Sementara itu,
dokumentasi Kontras menulis, korban luka mencapai 681 orang dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi simbol dan penanda perlawanan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Baru.
Setelah tragedi itu, perlawanan mahasiswa dalam menuntut reformasi semakin besar, hingga akhirnya
memaksa Presiden Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998. Kerusuhan yang bernuansa rasial
sebenarnya sempat terjadi sehari setelah Tragedi Trisakti, yaitu pada 13-15 Mei 1998. Namun, kerusuhan
itu tidak mengalihkan perhatian mahasiswa untuk tetap bergerak dan menuntut perubahan. Hingga
kemudian, pada 18 Mei 1998 mahasiswa berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR, dan beberapa
hari kemudian menjatuhkan pemerintahan yang berkuasa selama 32 tahun. Lalu, apa yang terjadi pada 12
Mei 1998 itu? Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang
menuntut reformasi sejak awal 1998. Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak Soeharto diangkat
menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam Sidang Umum MPR pada 10 Maret 1998.

E.) Dengan diundangkannya UU ini, setidaknya memberikan kesempatan untuk membuka kembali
kasus pelanggaran HAM berat yang penah terjadi di Indonesia sebelum diundangkan UU
Pengadilan HAM sebagaimana diatur dalam Pasal 43-44 tentang Pengadilan HAM Ad Hoc. Dan
Pasal 46 tentang tidak berlakunya ketentuan kadaluwarsa dalam pelanggaran HAM yang berat.
Masuknya ketentuan tersebut dimaksudkan agar kasus-kasus yang terjadi sebelum diundangkannya
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat diadili.
Dalam UU No. 26 Tahun 2000 hukum acara atas pelanggaran HAM berat dilakukan berdasarkan
ketentuan hukum acara pidana yang terdiri dari:

1. Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan penangkapan.


2. Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan penahanan.
3. Komnas HAM sebagai penyelidik berwenang melakukan penyelidikan.
4. Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan penyidikan.
5. Jaksa Agung sebagai penyidik berwenang melakukan penuntutan.
6. Pemeriksaan dilakukan dan diputuskan oleh Majelis Hakim Pengadilan HAM.

3.) A.) Perbandingan terhadap demokrasi yang pernah diterapkan di indonesia pada masa orde lama,
masa orde baru,dan maupun masa reformasi antara lain adalah:

- Pada masa orde lama yang dimana merupakan masa yang berada dibawah kepemimpinan oleh
Presiden Soekarno yang ditetapkan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Masa Orde
Lama merupakan dimana terbentuknya ataupun terlaksananya demokrasi terpimpin yaitu hal yang
berupa setiap keputusan ada pada penguasa dan sifatnya absolut serta di demokrasi terpimpin inilah
tercipta rasa untuk bergotong royong, Tidak mau memperoleh kemenangan dan bersifat membeda-
bedakan terhadap golongan lain yang berbeda. Terdapat batasan terhadap partai politik juga.

- Pada masa orde baru yang berbeda dengan orde lama dimana masa orde baru adalah masa yang
berada dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto yang ciri-ciri dari masa orde baru dapat dilihat
bahwa penentuan keputusan ada pada kekuasaan yang ada di tangan Presiden, lalu dimasa orde
baru juga tidak dikenal dengan yang namanya periode jabatan sehingga Soeharto mampu dapat
menjabat hingga 32 tahun, Di masa orde baru juga terdapat maraknya KKN (Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme) yang meresahkan rakyat serta terjadinya pembatasan dibagian hak-hak politik rakyat
sendiri.

- Pada masa reformasi, dimana pada masa inilah diberlakukan periode jabatan untuk presiden dan
wakil presiden yaitu disepakati dengan masa jabatan selama 5 tahun. Setelah 5 tahun, akan
melakukan pergantian. Lalu, pelaksanaan demokrasi di masa reformasi ini dapat dilihat
perubahannya yang ada pada pemilihan kepala pemerintahan yang dilakukan secara langsung, lalu
adanya pemberdayaan buat masyarakat-masyarakat sipil, adanya partai politik yang independen
serta terjadinya dan terbentuk lembaga-lembaga penguatan masyarakat.

B.) Peran Pemerintah Pusat dibatasi untuk menangani hanya hal-hal yang berhubungan dengan
pertahanan, kebijakan luar negeri, kebijakan fiskal-moneter dan makroekonomi, peradilan dan
agama. Yang tidak kalah penting adalah bahwa Daerah menerima bagian pendapatan yang lebih
besar dari produksi sumber daya alam lokal. Sebelumnya, Daerah selalu merasa tidak nyaman
melihat mayoritas pendapatan dari sumber daya alam lokal mengalir kepada para pemangku
kepentingan di Ibukota Jakarta. Namun, karena tidak setiap daerah di Indonesia diberkati dengan
sumber daya alam yang melimpah, kesenjangan di antara daerah kaya dan miskin meningkat.

Seiring dengan kekuasaan, korupsi juga terdesentralisasikan ke tingkat daerah. Muncul “negara-
negara bayangan” tempat elit daerah memegang kendali kekuasaan, bisnis dan aliran dana. Salah
satu korban dari era baru ini adalah lingkungan hidup Indonesia. Izin-izin penebangan dan
pertambangan dalam skala besar diberikan oleh otoritas lokal (terutama di pulau-pulau yang kaya
sumber daya seperti Sumatera dan Kalimantan) sebagai ganti bayaran uang yang besar. Pemberian
izin ini biasanya dilakukan tanpa proses administratif maupun pengawasan yang layak. Sekarang,
hampir 20 tahun kemudian, konsekuensi dari tindakan-tindakan ini masih tetap terasa karena sering
ada ketidakjelasan tentang ukuran wilayah konsesi karena pemerintahan yang lemah di era pasca-
Suharto.

Proses desentralisasi juga disertai dengan tindakan-tindakan kekerasan di daerah-daerah di


Indonesia. Kekerasan ini terkait kuat dengan aspek etnis atau agama karena munculnya persaingan
untuk posisi politik lokal dalam kaitannya dengan kebangkitan identitas daerah. Untuk informasi lebih
lanjut tentang topik ini, kunjungi bagian Kekerasan Etnis dan Agama.

C.) Dalam rangka perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka
dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002, konsepsi Negara Hukum atau “Rechtsstaat” yang
sebelumnya hanya tercantum dalam Penjelasan UUD 1945, dirumuskan dengan tegas dalam Pasal
1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara
Hukum itu, diidealkan bahwa yang harus dijadikan panglima dalam dinamika kehidupan kenegaraan
adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa digunakan dalam
bahasa Inggeris untuk menyebut prinsip Negara Hukum adalah „the rule of law, not of man‟. Yang
disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang
hanya bertindak sebagai „wayang‟ dari skenario sistem yang mengaturnya.

4.) A.) Pembangunan Nasional yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah di berbagai
bidang/sektor banyak membutuhkan anggaran/ biaya yang salah satunya bersumber dari
pemanfaatan dan penggunaan segala sumber daya yang ada termasuk penggunaan sumber daya
alam yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatnya penggunaan sumber
daya alam akan diikuti pula dengan meningkatnya kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya perhatian untuk menjaga keseimbangan antara tingkat pembangunan dan kelestarian
sumber daya alam. Berbagai dampak negatif bagi lingkungan yang ditimbulkan akibat pengelolaan
dalam penggunakan sumber daya alam yang tidak benar, maka akan mengorbankan
lingkungan,sumber-sumber daya alam lainnya bahkan bukan mensejahterakan masyarakat malah
akan merugikan masyarakat sekitarnya. Jika hal itu terjadi seperti hal tersebut, maka tidak sesuai
dengan yang diamanahkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang menentukan
bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karena itu maka pengelolaan
sumberdaya alam harus berorientasi kepada konservasi sumberdaya alam (natural resource
oriented) untuk menjamin kelestarian dan keberlanjutan fungsi sumberdaya alam, dengan
menggunakan pendekatan yang bercorak komprehensif dan terpadu. Sesuai Pasal 33 ayat (4) UUD
1945 yaitu Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip

B.) Dengan diundangkan UU No. 23 Tahun 2014 Sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9
Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, mengalami tolaktarik kewenangan pengelolaan antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Permasalahan yang dibahas adalah (1) Apa kedudukan pemerintah daerah dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah? (2) Mengapa pemerintah daerah wajib memiliki kewenangan pengelolaan tambang mineral
dan batubara? Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif, dengan pendekatan
perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan Konseptual (Conceptual Approach).
Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan pengelolaan tambang mineral dan batubara di daerah
kabupaten/kota yang berdasarkan pada asas pemerintahan yang baik dengan mengutamakan aspek
lingkungan hidup. Hasil penelitian ini, pertama Kedudukan pemerintah daerah tidak dalam tahap ikut
serta menentukan penetapan izin pertambangan mineral batubara (upaya preventif), tapi pada
penyelesaian maasalah yang timbul (upaya represif). Hal ini jelas meniadakan hak dan tanggung
jawab pemerintah daerah kabupaten/kota sebagai daerah otonom. Kedua: ketiadakan kewenangan
pemerintah daerah dalam megelola pertambangan mineral dan batubara berimplikasi hukum pada:
1. Pemerintahan Daerah: dengan berlakunya UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
maka pemerintah daerah kabupaten/kota tidak memiliki dasar hukum tetap dan mengikat untuk
mengelola pertambangan mineral dan batubara pasif dalam menjalankan pemerintahannya untuk
mencapai good governance.
2. Lingkungan Hidup: mengakibatkan tidak berdayanya pemerintah daerah kabupaten/kota
mengendalikan pertumbuhan pertambangan dalam pencegahan kerusakan ekosistem dan
mengontrol diwilayah pertambangan.

C.) pemerintahan yang baik (good governance). Patut dikemukakan bahwa berdasarkan kondisi
empirik, selama ini yang menganut asas desentralisasi hanyalah pemerintah, sektor swasta belum,
setidaknya belum sinkron, belum ada keterpaduan dari sektor ini sekalipun mungkin mereka telah
memiliki pendekatan atau pola managemen swasta yang relevan dengan azas desentralisasi,
namun di lapangan penjabarannya masih sendiri sendiri. Tahap terakhir dari satu proses
pembangunan politik satu bangsa adalah politik berkelimpahan, seperti telah disebutkan, yakni satu
fase dimana pemerintah telah berada pada posisi regulator dan administratur. Namun kondisi ini
akan berhasil diterapkan setelah melampaui beberapa fase sebelumnya, yaitu fase unifikasi primitif,
fase industrialisasi dan fase kesejahteraan. Pada fase politik berkelimpahan, pola desentralisasi
pemerintahan yang relevan bukan lagi desentralisssi yang bersifat struktural sebagaimana selama
ini diterapkan dari masa ke masa, mulai dari masa penjajahan hingga kemerdekaan dan dengan
undang undang yang telah silih berganti. Desentralisasi yang relevan pada tahap politik
berkelimpahan adalah desentralisasi kultural, dimana sektor swasta (privat cektor) dan masyarakat
sipil (civil society) telah menerapkan pola pola pelimpahan kewenangan yang terbangun dari
karakter saling percaya (trust atau mutual respect), transparansi, demokratisasi dan jaminan atas
hak hak sipil atau masyarakat.

Mei 1998, peristiwa ini menandai awal


Waktu Presiden Suharto turun dari jabatannya pada
dari sebuah era baru dalam sejarah Indonesia. Setelah dikuasai oleh rezim
otoriter Orde Baru Suharto selama lebih dari tiga dekade, Indonesia memulai
fase baru yang dikenal sebagai Reformasi. Era ini dipandang sebagai awal
periode demokrasi dengan perpolitikan yang terbuka dan liberal. Dalam era
baru ini, otonomi yang luas kemudian diberikan kepada daerah dan tidak lagi
dikuasai sepenuhnya oleh Pemerintah Pusat (desentralisasi). Dasar dari
transisi ini dirumuskan dalam UU yang disetujui parlemen dan disahkan
Presiden Indonesia di tahun 1999 yang menyerukan transfer kekuasaan
pemerintahan dari Pemerintah Pusat ke pemerintah-pemerintah daerah

Anda mungkin juga menyukai