Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dean Wahyu Renaldy

NIM : 043440866
Mata Kuliah : Sistem Hukum Indonesia

Soal :

1.) Berikan pendapat anda  mengapa dalam UU No. 10 Tahun 2004, Ketetapan 
MPR tidak dicantumkan sebagai salah satu sumber hukum?

2.) Apa konsekuensi hukum dengan dicantumkannya kembali Ketetapan MPR


sebagai salah satu sumber hukum dalam UU No. 12 Tahun 2011?

Jawab :

1.) Poin huruf a, bahwa tidak masuknya TAP MPR adalah sebagai konsekuensi
amandemen UUD 1945 yang telah meniadakan wewenang MPR untuk
menetapkan suatu TAP MPR sebagai produk hukum yang bersifat
mengatur (regelling). Ini menjadi wajar (tidak diakui TAP MPR), karna sebelum
UU 10/2004 dibentuk, telah dikeluarkanTAP MPR NOMOR I/MPR/2003 untuk
meninjau status hukum TAP MPR yang dikelompokkan menjadi beberapa
bagian: (1) ada 8 Tap yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi; (2) ada 3
Tap yang tetap berlaku dengan ketentuan; (3) ada 8 Tap yang tetap berlaku
sampai dengan terbentuknya pemerintahan hasil Pemilu 2004; (4) ada 11 Tap
yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang; (5) ada 5 Tap
yang masih berlaku sampai ditetapkannya Peraturan Tata Tertib MPR baru hasil
Pemilu 2004; dan (6) ada 104 Tap yang tidak perlu dilakukan tindakan hukum
lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig (final), telah dicabut, maupun telah
selesai dilaksanakan.
2.) Poin huruf b, UU 12/2011 memberlakukan kembali TAP MPR sebagai sumber
hukum bertujuan untuk menguatkan kedudukan TAP MPR yang masih berlaku
(lihat kategori di atas) sebagai sumber hukum. Dalam konstruksi peraturan
perundang-undangan, setiap norma hukum yang berada pada hierarki norma
(tata urutan peraturan perundang-undangan), maka akan membawa
konsekuensi bahwa norma yang berada pada tingkatan lebih tinggi akan menjadi
dasar untuk membentuk norma hukum di bawahnya. Maka sudah seharusnya,
jika TAP MPR telah diakui dalam tata urutan peraturan perundang-undangan
maka akan membawa dua konsekuensi hukum: satu, TAP MPR harus menjadi
dasar pembentukan norma hukum di bawahnya. dua, TAP MPR dapat menjadi
batu uji (konsideran) pengujian peraturan perundang-undangan di bawahnya.

Anda mungkin juga menyukai