Anda di halaman 1dari 1

1.

 Berikan pendapat anda  mengapa dalam UU No. 10 Tahun 2004, Ketetapan 


MPR tidak dicantumkan sebagai salah satu sumber hukum?

2. Apa konsekuensi hukum dengan dicantumkannya kembali Ketetapan MPR


sebagai salah satu sumber hukum dalam UU No. 12 Tahun 2011?

Sumber : https://www.slideshare.net/RizkyPradnya/komparasi-tap-mpr-nomor-iii

Jawaban :

1.  Dalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat tidak termuat dalam tata urutan perundang – undangan. Karena dalam sistem
kenegaraan sesudah amandemen Undang – Undang Dasar 1945 MPR tidak mempunyai
kewenangan untuk mengeluarkan produk peraturan perundang – undangan. MPR hanya
memiliki kewenangan mengubah dan menetapkan terhadap peraturan – peraturan yang
bersifat menetapkan (beschikking) khususnya peraturan yang masih berlaku menurut
TAP MPR Nomor 1/MPR/2003.  Aturan mengenai hal tersebut tertuang dalam pasal 1
ketentuan aturan tambahan amandemen ke-IV Undang –Undang Dasar 1945 yang
berbunyi : “Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan
terhadap materi dan status hukum Ketapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003”.menurut saya ya sebagai rakyat kita harus
pada undang undang, apabila memang begitu ya kita harus menguatkan fungsi dari MPR
yaitu salah satunya mengubah dan menetapkan undang undang dasar sebagai sumber
hokum, MPR harus benar benar cermat sebelum UU disahkan agar bisa memenuhi
kebutuhan dan kehendak rakyat.

2. berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Tap MPR kembali menjadi


Peraturan Perundangan yang secara hierarki berada di bawah UUD 1945.[2] Pimpinan
MPR sempat menyatakan bahwa kembali berlakunya Tap MPR pun tidak serta-merta
mengembalikan posisi MPR seperti kondisi sebelumnya, dikarenakan pada era reformasi
pembuatan Tap MPR baru tidak akan seperti masa yang sebelumnya, mengingat peran
pembuatan Undang-Undang (legislatif) pada era reformasi diserahkan sepenuhnya
kepada Presiden dan DPR.
Perubahan UUD 1945 membawa implikasi terhadap kedudukan, tugas, dan
wewenang MPR. MPR yang dahulu berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara, kini
berkedudukan sebagai lembaga negara yang setara dengan lembaga negara lainnya
(seperti Kepresidenan, DPR, DPD, BPK, MA, dan MK).
Sehingga menurut saya akan terjadi konflik kepentingan sehingga bisa terjadi tumpeng
tindih aturan apabila tidak ada koordinasi yang baik antara berbagai lembaga negara
tersebut. Bisa terjadi kekacauan karena bertumpuknya undang undang dalam satu masalah.

Anda mungkin juga menyukai