Anda di halaman 1dari 1

NIM : 044125512

NAMA : Natasha Neyshananda


UPBJJ : Purwokerto
1. Ketiadaan TAP MPR merupakan akibat amandemen UUD 1945 yang membatalkan
kewenangan MPR untuk mengamanatkan TAP MPR sebagai produk yang diatur. Hal ini
wajar (tidak diakui oleh TAP MPR) karena TAP MPR NOMOR I/MPR/2003 diterbitkan
untuk mengukuhkan status hukum TAP MPR sebelum UU 10/2004 mulai berlaku. Ketetapan
MPR tidak dicantumkan sebagai salah satu sumber hukum dikarenakan:
 Delapan undang-undang telah dihapuskan dan dinyatakan kadaluwarsa.
 Ada 3 keran yang masih berlaku dengan syarat.
 Ada delapan tap yang akan tetap berlaku sampai terbentuknya pemerintahan setelah
pemilihan umum 2004.
 Ada 11 kran yang akan tetap berlaku sampai undang-undang ini mulai berlaku.
 Lima ketukan berlaku sampai aturan acara MPR yang baru diundangkan sebagai hasil
dari pemilihan umum 2004. Kapan
 Ada 104 undang-undang yang bersifat final, dicabut, atau diselesaikan dan tidak
memerlukan tindakan lebih lanjut.
2. UU 12/2011 memperkenalkan kembali TAP MPR sebagai sumber hukum dan memperkuat
posisi TAP MPR yang masih berlaku sebagai sumber hukum. Dalam membangun peraturan
perundang-undangan, setiap norma hukum dalam hierarki norma (tatanan peraturan
perundang-undangan) berarti norma yang lebih tinggi tingkatannya menjadi dasar
pembentukan norma hukum berikutnya. Jika TAP MPR diakui secara tertib hukum, hal ini
menimbulkan dua akibat hukum. Pertama, TAP MPR harus menjadi dasar pembentukan
norma hukum di bawahnya. Kedua, TAP MPR dapat menjadi batu ujian untuk menguji
hukum yang mendasarinya.

Anda mungkin juga menyukai