ASMA BRONKHIAL
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing :
A. PENGERTIAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan
napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini
bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi
umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada
usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
(Bousquet, 2008).
B. KLASIFIKASI
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4, yaitu:
2. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
serangan asma yaitu (GINA,2006) :
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat,bisa
berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat,lebih
suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang
terdengar pada saatinspirasi.
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang
lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar
tanpa stetoskop
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar
mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang penderita
asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan asmaringan
dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi
henti nafas yang dapat menyebabkan kematian.
C. ETIOLOGI
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer &
Bare,2002) :
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsic (non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti commoncold,
infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
c. Asma gabungan bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
D. ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI ASMA
1. ANATOMI
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan dengan
rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke
depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan
masuk ke dalam trakhea di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang
tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi
pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf
C) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya
bergerak ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang
dilapisi oleh otot polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari
6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan,
terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebihkecil
disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli
terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara,
O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini
kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-
paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen
pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen
yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan
yang bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam
lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap
duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum
mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan
terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada
sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat
berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernapas.
2. FISIOLOGI ASMA
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara
masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis.
Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler- kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung
(atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan- jaringan dan sel- sel), di
sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju
kebilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan
paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2
ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring
sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglottis
terbuka,begitu seterusnya.Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan
batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama,
dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan.
Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung
(medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat
napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat
pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu
mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian
mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang
dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik,
yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari
luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura danparu-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu
pada orang-orang muda dan padaperempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan
banyak ditemukan pada laki-laki.
3. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-
sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian
dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan
menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan
konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun
letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme,
pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah
dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-
satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada. Untuk melihat tanda dan gejala
asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan
khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita
terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi
setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkatIII
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes
fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila
pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan
keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis beberapa serangan
asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada
dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal.
F. KOMPLIKASI
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas (Smeltzer & Bare,
2002).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
2) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan,dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennyadapat
menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3) Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, danpelebaran
rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan
yang terjadi adalah:
4) Pemeriksaan faalparu
Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya
dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC
selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5) Elektrokardiografi
Gambaran elektro kardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan
disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah
jarum jam
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya.
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian Primer Asma
a. Airway
Peningkatan sekresipernafasan
Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis,sianosis
c. Circulation
d. Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan
memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan
darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2. Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan
kusam.
3. Thorak
a. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan
diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
b. Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma
menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik
atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Managementand Prevension In Children. www. Dimuat
dalamwww.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. NamaInisial Klien : An. F
2. Umur : 7 Tahun
3. Alamat : jl. Talang gading kel. kalidoni
4. Agama : Islam
5. Tanggal Masuk RS/RB: 12 Oktober 2021
6. Nomor Rekam Medis: 2021-12-39-74
7. Bangsal : Penyakit Dalam
1. HEALTH PROMOTION
a. KesehatanUmum : compos mentis
- Alasan masuk rumah sakit :
Keluarga pasien mengatakan An. F sesak nafas dan batuk, dan ada
dahak tetapi tidak keluar
- Tekanan darah : -
- Nadi : 92x/menit
- Suhu : 36,60 C
- Respirasi :24x/m
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan, dll) :
Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat pengobatan
NamaObat/Jamu Dosis Keterangan
- - - -
- - - -
- - - -
f. Pengobatan sekarang :
No NamaObat Dosis Kandungan Manfaat
1. Cefotaxim 8mg Antibiotic Untuk
membunuh
bakteri
2. Dexamethason 1 mg kortikosteroid Untuk
meningkatkan
imun
3. Ventolin 10 – 20 ml salbutamol Untuk
melegakan
saluran nafas
g. Riwayat Imunisasi (pada anak) :
Jenis Ke-1 Ke-2 Ke-3
Imunisasi
BCG Umur : 1 bulan
Oleh :
Komplikasi :
Hepatitis B Umur : 0 bulan Umur : 1 bulan Umur : 6 bulan
Oleh : perawat Oleh : bidan Oleh : bidan
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
DPT Umur : 2 bulan Umur :3 bulan Umur :4 bulan
Oleh : bidan Oleh : bidan Oleh : bidan
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
Polio Umur : 1 bulan Umur : Umur :
Oleh : bidan Oleh : Oleh :
Komplikasi : Komplikasi : Komplikasi :
Campak Umur : 9 bulan
Oleh : bidan
Komplikasi :
Imunisasi Jelaskan :
lain yang
pernah
dijalani
2. NUTRION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT :
1) BB biasanya :23 kg dan BB sekarang : 23 kg
2) Lingkar perut :-
3) Lingkar kepala :-
4) Lingkar dada :-
5) Lingkar lengan atas :-
23 𝑘𝑔 23 𝑘𝑔 23
6) IMT : IMT = = = = 16,37
125 𝑐𝑚 1,25 𝑚 𝑥 1,25 𝑚 1,5625
3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidak nyamanan)
Ibu An. F mengatakan pasien BAK 4 – 6 x/hari
2) Riwayat kelainan kandung kemih :tidak ada kelainan kandung
kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) : Warna kuning jernih,
tidak berbau
4) Distensi kandung kemih/retensi urine: tidak ada distensi kandung
kemih
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi :-
2) Konstipasi dan factor penyebab konstipasi : -
c. Sistem Integumen
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/warna/suhu) : tidak ada
gangguan pada sistem integumen
ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : Ibu An. F mengatakan An. F tidur jam 21.00
2) Insomnia : Ibu An. F mengatakan tidak ada gangguan
insomia
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan :-
2) Kebiasaan olahraga :-
3) ADL
a) Makan : 3x sehari
b) Toileting : BAB 1x sehari dan 4-6x BAK sehari
c) Kebersihan : pasien mandi 2x sehari
d) Berpakaian :-
4) Bantuan ADL :-
5) Kekuatan otot :-
6) ROM : normal
7) Resiko utuk cidera :-
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :-
2) Edoma esktremitas :-
3) Tekanan darah dan nadi: 92x/menit
a) Berbaring:
b) Duduk
4) Tekanan vena jugularis: -
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : normal
b) Palpasi : normal
c) Perkusi : normal
d) Auskultasi : normal
d. Pulmonary respon
1) Penyakit system nafas : asma bronkial
2) Penggunaan O2 : menggunakan nebulizer
3) Kemampuan bernafas : 25x/m
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) : ibu pasien
mengatakan An. F sesak dan batuk serta ada dahak, pasien
bernapas tampak berat/dangkal, terdengar suara napas tambahan
(ronchi)
4. PERCEPTION/COGNITION
a. Oerintasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SD
2) Kurangp pengetahuan :-
3) Pengetahuan tentang penyakit:-
b. Orientasi (waktu, tempat, orang):
Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : Tidak ada
2) Sakit kepala : Tidak ada
3) Penggunaan alat bantu : Tidak ada
4) Penginderaan : Normal
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada
5. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : tidak ada
2) Perasaan putusasa/kehilangan :tidak ada
3) Keinginan untuk menciderai : tidak ada
4) Adanyaluka/cacat : tidak ada
6. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : Anak
2) Orang terdekat :Ayah dan ibu
3) Perubahan konflik/peran :-
4) Perubahan gaya hidup :-
5) Interaksi dengan orang lain : tidak ada masalah
7. SEXUALITY
a. Identitasseksual
1) Masalah/disfungsiseksual :-
2) Perioden menstruasi :-
9. LIFE PRINCIPLES
a. Nilaikepercayaan
1) Kegiatan ke agamaan yang diikuti : pasien sudah bisa belajar
sholat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :-
3) Kegiatna kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah :-
10. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tandainfeksi :tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi :tidak ada
e. Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan, hipoglikemia,
syndrome disuse, gaya hidup yang tetap) : Tidak Ada
11. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbul kan nyeri) : -
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :-
3) Regio (dimanale taknya) :-
4) Scala (berapaskalanya) :-
5) Time (waktu) :-
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada
c. Gejala yang menyertai :tidak ada
12. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. DDST (Form dilampirkan)
B. DATA LABORATORIUM
Tanggal Jenis Hasil Harga
Satuan Interpretasi
& Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
01/11/ Hemoglobin 13,9 12 – 16 g/dl
2021 Leukosit 12,1 4,8 – 10,8 10A3/mmA
Hematokrit 40 37 – 47 3
Trombosit 297 150 – 450 %
Eosinofil 5 2–4 10A3/mmA
Basofil 0 1 3
Stab 3 2–6 %
Sagmen 69 50 – 70 %
Limfosit 18 25 – 40 %
Monosit 6 2–8 %
%
ANALISIS DATA
DO : Penyempitan jalan
-Pasien bernapas nafas
tampak berat/
dangkal Peningktanan kerja
-Terdengar suara otot pernafasan
napas tambahan
(ronchi) Pola nafas tidak
-N : 92x/m efektif
-S : 36,60C
2. DS : Perubahan pola Gangguan
Ibu pasien napas pola tidur
mengatakan selama
di rumah sakit An. F muncul pada malam
sulit tidur dan hari
aktivitasya terbatas
karna batuk dan gangguan pola tidur
dahak yang tidak
keluar
DO :
-Tingkat kesadaran
compos mentis
-Pasien tambak
batuk dan terdengar
suara napas
tambahan (ronchi)
MASALAH KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pola tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi secret.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidak effektifan jalan nafas .
NURSING PLANING
1. Memberikan posisi
yang nyaman untuk
mengurangi sesak
2. Memberikan terapi
inhalasi : ventolin
3. Mengukur tanda
vital (suhu)
4. Mengganti cairan
infus asering 500ml
1. Mengidentifikasi
pola aktivitas dan
tidur
2. Mengidentifikasi
faktor pengganggu
tidur (fisik dan
psikologis)
3. Menjelaskan
pentingnya tidur
cukup selama sakit
4.Menganjurkan
pasien utk tidur tepat
waktu
1 Bersihan jalan 17/11/2 S:Keluarga pasien
nafas tidak 021 mengatakan An. F
efektif 19.00 masih merasa sesak
berhubungan dan dahak belum
dengan banyak keluar
peningkatan O:
produksi secret -Dahak sudah keluar
di tandai -Suara napas
dengan : tambahan ronchi
keluarga pasien -Nadi 87x/mt
mengatakan -Suhu 36,1°C
sesak dan batuk - RR 24x/mnt
A :Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
2 Gangguan pola S : Keluarga pasien
tidur mengatakan An. F
berhubungan bisa tidur tetapi
dengan ketidak masih suka terbangun
effektifan jalan karena batuk
nafas . O: ku normal
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan
1 Bersihan jalan 18/11/2 S: Keluarga pasien
nafas tidak 021 mengatakan sudah
efektif 18.45 tidak sesak lagi dan
berhubungan dahak sudah keluar
dengan O : KU normal
peningkatan - Nadi 87x/mt
produksi secret - Suhu 36.0°C
di tandai RR 22x/mnt
dengan : A :Masalah teratasi
keluarga pasien P :intervensi
mengatakan dihentikan
sesak dan batuk
2 Gangguan pola 18.45 S : Keluarga pasien
tidur mengatakan bisa tidur
berhubungan O: ku normal, pasien
dengan ketidak tidur
effektifan jalan A : Masalah teratasi
nafas . P : Intervensi
dihentikan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
NEBULIZER
A. Pengertian
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang
dihirup. Pengobatan yang memanfaatkan nebulizer biasanya diberikan pada penderita gangguan
pernapasan, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) saat gejala sesak napas
sedang muncul.
No Kegiatan
1 Tahap Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat:
- Set nebulizer
- Obat bronkodilator
- Bengkok 1 buah
- Tissue
- Spuit10cc
- CairanNacl 0.9%
- Tissue
- Handscoon
- Stetoskop
2 Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3 Tahap Kerja
1. Mengucapkan Basmallah
2. Mencucitangan dan memakai handscoon
3. Menjaga privacy pasien
4. Mengatur pasien dalam posisi duduk
5. Melakukan pemeriksaan awal suara nafas pasien
6. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer
7. Memasukkan obat bronkodilator sesuai dosis
8. Diencerkan dengan cairan Nacl 0.9% 5-10 ml
9. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
10. Memasang masker pada pasien
11. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
12. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
4 TahapTerminasi
1. Merapikan klien dan tempat tidur klien
2. Melakukan evaluasi tindakan, cek kembali suara nafas pasien
3. Membereskan alat
4. Melepas handscoon
5. Mencuci tangan
6. Mengucapkan hamdallah
7. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan Keperawatan