Anda di halaman 1dari 8

STUDI LITERATUR : KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

MATEMATIKA SISWA DALAM PEMBELAJARAN DARING DI MASA


PANDEMI COVID-19
Nabilla Shafira1*, Maimunah Nazmi Hasibuan2, Mila Sari Tanjung3
1,2,3
Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan
* nabillashafira@mhs.unimed.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam
pembelajaran daring pada masa pandemi Covid-19. Berpikir merupakan poin penting dalam memecahkan
masalah matematika. Berpikir kreatif dapat mengembangkan daya pikir yang mencakup wawasan dengan
unsur-unsur yang luas. Kemampuan berpikir kreatif matematis dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk memecahkan masalah matematika dengan lebih dari satu solusi dan siswa berpikir dengan lancar,
fleksibel, melakukan elaborasi, dan memiliki orisinalitas dalam jawabannya. Penelitian ini menggunakan
metode studi literatur dari beberapa buku dan jurnal. Penelitian ini mengaitkan definisi, karakteristik,
faktor dan teori keterampilan berpikir kreatif dalam pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.
Peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19 berdampak pada
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kata kunci: Kemampuan berpikir kreatif matematis, pembelajaran daring, pandemi Covid-19.

ABSTRACT
This study aims to determine students' mathematical creative thinking skills in online learning during
the Covid-19 pandemic. Thinking is an important point in solving math problems. Creative thinking can
develop thinking power that includes insight with broad elements. Mathematical creative thinking ability
can be defined as the ability to solve mathematical problems with more than one solution and students
think fluently, flexibly, do elaboration, and have originality in their answers. This research uses literacy
study methods from several books and journals. This study links the definitions, characteristics, factors
and theories of creative thinking skills in online learning during the Covid-19 pandemic. Researchers can
conclude that online learning during the Covid-19 pandemic affected students' mathematical creative
thinking abilities.
Keywords: Mathematical creative thinking ability, online learning, Covid-19 pandemic

Pendahuluan
Menurut Surya, Dermawan dan Syahputra (2017:29) Pendidikan adalah suatu proses untuk
membantu manusia dalam mengembangkan potensinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
yang terjadi. Melalui pendidikan seseorang akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Di era yang penuh dengan teknologi, setiap orang diharuskan untuk menguasai ilmu
pengetahuan agar mampu bersaing. Dengan demikian, pendidikan sangatlah berguna bagi kehidupan.
Begitu juga dengan ilmu, ilmu tidak akan pernah habis tetapi akan berkembang jika digunakan. Menurut
Surya, Putrid dan Mukhar (2017) Pendidikan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk memperoleh
“kesempatan”, “harapan”, dan pengetahuan agar hidup lebih bermakna. Besarnya peluang dan harapan
sangat tergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh.
Empat pilar pendidikan dari UNESCO yaitu learning to know, learning to do, learning to live
together, dan learning to be. Implementasi dalam pembelajaran matematika dapat dilihat pada
pembelajaran dan penilaian yaitu belajar untuk mengetahui (fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip),
belajar untuk berbuat (doing matematika), belajar untuk menjadi (menikmati matematika), dan belajar
untuk hidup bersama (belajar kooperatif dalam matematika). (Surya, 2017)

1
Menurut Simamora, dkk. (2017) Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dan
wajib dalam pendidikan formal serta berperan penting dalam dunia pendidikan. Keterampilan matematika
diperlukan untuk mempelajari mata pelajaran lain, seperti fisika, kimia, biologi bahkan ilmu sosial.
Menurut Surya dan Sari (2017:15) matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.
Siswa perlu mempelajari matematika karena pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu matematika juga sangat penting bagi siswa untuk mempelajari dan memahami mata pelajaran lain,
namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak menyukai matematika. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa mata pelajaran
matematika wajib diberikan kepada semua siswa, dimulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan bekerja sama. Hasanah & Surya,
2017). Hal senada juga sejalan dengan Menurut Depdiknas (dalam Risqi & Surya, 2017) bahwa salah satu
tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah melatih berpikir dan bernalar dalam menarik
kesimpulan, mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah, dan mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah. mengembangkan kemampuan untuk memberikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan secara lisan, tertulis, gambar, grafik, peta, diagram, dll.
Orang yang kreatif akan mencari hal baru, menemukan dan mengembangkan hal baru (Johnson,
2013: 29). Menurut Munandar (2009) Kreativitas adalah kemampuan untuk menggabungkan,
memecahkan atau menjawab masalah, dan mencerminkan kemampuan operasional anak kreatif. Namun,
Menurut Nehe, Surya dan Syahputra (2017:2146) Kreativitas adalah sesuatu yang diabaikan dalam
pembelajaran matematika. Selama ini guru hanya mengedepankan logika dan kemampuan komputasi
(menghitung) sehingga kreativitas dianggap tidak diperlukan dalam proses belajar mengajar di kelas.
Kreativitas siswa atau kemampuan berpikir kreatif siswa seringkali menjadi terabaikan dalam
pembelajaran matematika. Umumnya orang beranggapan bahwa kreativitas dan matematika tidak ada
hubungannya satu sama lain, dan umumnya berpikir bahwa logika paling diperlukan dalam matematika,
sedangkan kreativitas penting dalam pembelajaran matematika. Padahal, pada latar belakang Kurikulum
2006 disebutkan bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan untuk menguasai dan menciptakan
teknologi di masa depan. Salah satu manfaat matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Maulana (2011) mengatakan bahwa berpikir kreatif berkaitan dengan kemampuan untuk
menghasilkan atau mengembangkan sesuatu yang baru, yaitu sesuatu yang berbeda. Untuk memperjelas
indikator berpikir kreatif matematis, Maulana (2011) mensintesiskan pendapat para ahli sebelumnya,
bahwa indikator berpikir kreatif terdiri dari lima aspek, yaitu: (1) kepekaan terhadap masalah; (2)
kelancaran dalam memecahkan masalah; (3) kemampuan memecahkan masalah dari berbagai perspektif
atau fleksibilitas; (4) langkah-langkah rinci dalam mengembangkan solusi (elaborasi); dan (5) orisinalitas
jawaban atau solusi yang tidak biasa (originality).
Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa merupakan salah satu tujuan pendidikan.
Namun, penerapan pembelajaran yang ada tidak mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Menurut
Hasanah dan Surya (2017), dua faktor penyebab berpikir kreatif tidak berkembang selama pendidikan
adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas, sehingga pendidik lebih
fokus menyelesaikan materi daripada metode pengajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif. Menurut Siswono dan Novitasari (2007), untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
dalam pembelajaran matematika perlu dilakukan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif khususnya dalam matematika.
Daniel Fasko (dalam Nehe, dkk, 2017: 2146) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kreatif
dalam matematika adalah kemampuan berpikir pada tataran matematis yang meliputi keaslian, elaborasi,
keluwesan dan kelancaran. Menurut Dahlan (dalam Nasution, 2017) kemampuan berpikir tingkat tinggi
dalam matematika atau Mathematical Thinking terdiri dari kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis,
analitis, kreatif, produktif, menalar, menghubungkan, mengomunikasikan, dan memecahkan masalah
matematika.

2
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa sangat erat kaitannya dengan pembelajaran
matematika. Menurut Sagala (2015), belajar harus didefinisikan sebagai suatu proses interaksi antara
siswa, guru, bahan ajar, dan lingkungannya, untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif, yang
dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk secara mandiri mengkonstruksi pengetahuan baru. Guru
dapat memilih metode pembelajaran yang baik untuk mencapai tujuan pelajaran tertentu atau metode
pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar atau kelompok siswa. (Manurung, 2017). Namun,
dalam beberapa bulan terakhir proses belajar mengajar mengalami perubahan akibat wabah yang
menyerang seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Menurut Putria, dkk. (2020: 863) Pandemi COVID-19 pertama (corona virus disease2019)
muncul pada akhir tahun 2019 tepatnya di Wuhan, China. COVID-19 merupakan virus yang
penularannya sangat cepat dan sulit untuk mengetahui ciri-ciri orang yang telah terinfeksi virus ini karena
masa inkubasinya kurang lebih 14 hari. Dengan virus ini, semua sektor termasuk sektor pendidikan
terkena dampaknya. Menurut UNESCO, setidaknya ada 1,5 miliar anak usia sekolah yang terdampak
COVID-19 dari 188 negara, termasuk 60 juta di Indonesia. Akibat pandemi ini sekolah-sekolah
diliburkan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Meski sekolah diliburkan, kegiatan belajar mengajar atau proses belajar mengajar tidak berhenti,
berdasarkan surat edaran dari menteri pendidikan dan kebudayaan bahwa semua kegiatan pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan sistem pembelajaran daring di rumah. Menurut Putria, dkk. . (2020: 863)
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan dari jarak jauh melalui media berupa internet
dan alat penunjang lainnya seperti handphone dan komputer. Pembelajaran daring sangat berbeda dengan
pembelajaran tatap muka seperti biasanya. Menurut Riyana (2019: 14) pembelajaran daring lebih
menekankan pada ketelitian dan kejelian siswa dalam menerima dan mengolah informasi yang disajikan
secara daring. Pembelajaran daring bertujuan untuk memberikan pengajaran yang bermutu dalam jaringan
yang bersifat padu dan terbuka untuk menjangkau pelajar (Sofyana & Abdul, 2019).
Dengan adanya perubahan proses belajar mengajar yang semula tatap muka menjadi
pembelajaran daring, peneliti melakukan studi literatur tentang kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa dalam pembelajaran daring di masa pandemi Covid-19.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode studi literatur. Hal ini dikarenakan
penelitian ini merupakan studi kepustakaan. Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal dan semua
referensi pendukung untuk kebutuhan penelitian. Menurut Nazir (2014:79) Penelitian dalam studi
kepustakaan mengetahui sejauh mana ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian telah
berkembang, sejauh mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang telah dilakukan, sehingga dapat
diperoleh keadaan yang diperlukan.
Menurut Nazir (2014) dan Arikunto (2013) Studi literatur dilakukan dengan membaca sumber-
sumber perpustakaan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan langkah-langkah yaitu: Pertama,
membaca semua informasi yang terdapat dalam penelitian, apakah informasi tersedia sesuai dengan latar
belakang. di balik masalah penelitian (Nazir, 2014: 88). Kedua, mengumpulkan sumber bahan kajian
yang relevan dengan masalah dalam penelitian (Arikunto, 2013: 66). Ketiga, mengutip informasi yang
terkandung dalam bacaan dapat berupa kutipan (direct quoting), parafrase (menggunakan kata-kata
sendiri) (Nazir, 2014: 88) dan menuliskan hasil belajar ke dalam kartu-kartu yang disediakan (Arikunto,
2013). : 66). Keempat, mencatat hal-hal penting dengan terlebih dahulu melihat mana yang penting
dengan juga mempelajari indeks pada halaman belakang buku untuk menemukan halaman-halaman yang
berhubungan dengan yang tercatat pada kartu-kartu yang disediakan (Nazir, 2014: 88). Kelima,
menyimpulkan hasil yang diperoleh. Keenam, menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika

3
Berpikir adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat dan memahami
(Sagala, 2015; 27). Berpikir adalah aktivitas mental yang melibatkan kinerja otak dari informasi yang
dapat mengarah pada pengembangan ide atau konsep. Menurut Lince (2016:207), definisi berpikir yang
paling umum adalah perkembangan ide dan konsep dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan
konsep ini berjalan melalui adanya hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan dalam diri
seseorang dalam bentuk pengertian-pengertian. Aktivitas berpikir juga melibatkan manusia seutuhnya
dan juga melibatkan perasaan dan kehendak manusia. Berarti secara mental untuk memahami sesuatu
yang dialami atau mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Dalam berpikir terkandung
kegiatan meragukan dan memastikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi,
membandingkan, mengklasifikasikan,
Berpikir kreatif adalah berpikir matematis dalam memecahkan masalah matematika. Jika dalam
menyelesaikan soal matematika secara rutin, dan siswa dapat menyelesaikan dengan cara yang berbeda
dengan yang diajarkan guru di kelas, maka siswa tersebut dapat dikatakan kreatif dalam matematika
(Lince,2016:208). Menurut Briggs dan Davis (2008) kreatif dalam matematika bukanlah solusi yang
benar-benar baru, misalnya ketika siswa menemukan solusi dari suatu masalah, berarti sama kreatifnya
untuk menemukan jawaban baru. Hal ini menyebabkan jawaban yang diperoleh siswa merupakan hasil
pemikirannya sendiri.
Munandar (1999:167), berpikir kreatif (disebut juga berpikir divergen) adalah memberikan
berbagai kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman angka dan kesesuaian. Berpikir kreatif memiliki berbagai manfaat yaitu: (1) Kreativitas
merupakan perwujudan dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya, (2) Dengan
kreativitas atau berpikir kreatif, memungkin untuk mampu menyelesaikan masalah, (3) Selain
bermanfaat, kreativitas juga memberikan kepuasan tersendiri bagi individu. Menurut La Moma
(2015:29) berpikir kreatif adalah aktivitas mental yang berhubungan dengan kepekaan terhadap suatu
masalah, mempertimbangkan informasi baru dan ide-ide yang tidak biasa dengan pikiran terbuka, dan
dapat membuat koneksi dalam memecahkan suatu masalah.
Menurut Daniel Fasko, Jr (dalam Nehe, et al., 2017 : 2146) bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis adalah kemampuan berpikir tingkat matematis yang meliputi komponen originality,
elaboration, flexible dan fluency. Ciri-ciri berpikir kreatif yaitu orisinalitas, elaborasi, kelancaran dan
keluwesan. Agar kreativitas anak dapat terwujud diperlukan dorongan dalam diri individu (motivasi
intrinsik) dan dorongan lingkungan (motivasi ekstrinsik). Dari beberapa pernyataan di atas disimpulkan
bahwa untuk memahami matematika diperlukan kemampuan berpikir kreatif dan hasil berpikir kreatif
yang memacu siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran matematika sekolah. Menurut Hwang WY
et.al (dalam Nehe, et al., 2017: 2147) Kreativitas berarti keterampilan kognitif untuk mengusulkan solusi
masalah. Kreativitas berarti keterampilan kognitif kreativitas mengusulkan juga definisi yang diusulkan
didasarkan pada teori kecerdasan ganda Guilford dan menekankan pentingnya kreativitas dalam belajar.
b. Ciri-ciri Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Munandar (1999: 192) menyatakan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang berkaitan
dengan kognisi dapat dilihat dari kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes, kemampuan
berpikir orisinil, kemampuan elaborasi, dan kemampuan menilai. Penjelasan mengenai ciri-ciri yang
berkaitan dengan keterampilan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Ciri-ciri keterampilan kefasihan:
1) Munculkan banyak ide dalam pemecahan masalah
2) Memberikan banyak jawaban dalam menjawab suatu pertanyaan
3) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan sesuatu.
4) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih dari anak-anak lain.
2. Ciri-ciri keterampilan berpikir luwes (flexible):
1) Membangkitkan variasi ide pemecahan masalah atau jawaban atas suatu pertanyaan.
2) Dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
3) Menyajikan konsep dengan cara yang berbeda.

4
3. Ciri-ciri keterampilan asli (keaslian):
1) Memberikan ide-ide yang relatif baru dalam memecahkan masalah atau jawaban yang
berbeda dari biasanya dalam menjawab suatu pertanyaan.
2) Membuat kombinasi yang tidak biasa dari bagian atau elemen.
4. Ciri-ciri keterampilan mendetail (elaborasi):
1) Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
2) Menambah, menyusun atau merinci suatu gagasan sehingga dapat meningkatkan kualitas
gagasan tersebut.
5. Ciri-ciri keterampilan menilai (evaluating):
1) Dapat menemukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu rencana pemecahan
masalah (justification).
2) Dapat mencetuskan ide pemecahan suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar.
3) Memiliki alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik kemampuan berpikir
kreatif dapat dijadikan indikator dalam menilai kemampuan berpikir kreatif seseorang.
c. Faktor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya
kreativitas individu antara lain: dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik). Setiap individu
memiliki kecenderungan atau dorongan batin untuk berkreasi, menyadari potensi, mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Selain dorongan internal, ada juga faktor dari
lingkungan (motivasi ekstrinsik).
d. Teori Kreativitas
Mackler dan Shontz (dalam Semiawan, 1998) mengemukakan bahwa dalam kajian kreativitas
terdapat 6 (enam) teori utama kreativitas, yaitu: (1) Teori Psikoanalisis, (2) Teori Asosiasi, (3) Teori
Gestalt, (4) Teori Eksistensial, (5) ) Teori Interpersonal, dan (6) Teori Sifat.
e. Pembelajaran Daring di masa Pandemi Covid-19
Darwis Dasopang (2017:338) mengenai proses pembelajaran, menurutnya proses pembelajaran
adalah suatu sistem yang melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi
satu sama lain untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Manfaat yang dapat diambil dalam pembelajaran Menurut (Suyono & Hariyanto (2011:15)
adalah memperoleh pengetahuan yang dikembangkan melalui pengalaman yang dikembangkan melalui
berbagi, sehingga dapat memberikan manfaat bagi orang lain.
Menurut Putria, dkk. (2020: 863) Pandemi COVID-19 pertama (corona virus disease 2019)
muncul pada akhir tahun 2019 tepatnya di Wuhan, China. COVID-19 merupakan virus yang
penularannya sangat cepat dan sulit untuk mengetahui ciri-ciri orang yang telah terinfeksi virus ini
karena masa inkubasinya kurang lebih 14 hari. Hampir semua negara mengalami dampak dari pandemi
ini, sehingga banyak negara yang menetapkan status lockdown dan antisipasi lainnya untuk memutus
mata rantai penyebaran COVID-19. Akibat kebijakan tersebut, banyak sektor yang lumpuh, misalnya
sektor ekonomi utama yang lumpuh akibat pandemi ini. Selain sektor ekonomi yang terkena dampak,
pendidikan juga menjadi salah satu sektor yang juga merasakan dampak langsung dari pandemi ini.
Kegiatan yang melibatkan kelompok masyarakat kini mulai dibatasi, seperti pergi ke sekolah,
bekerja, beribadah dan lain sebagainya. Pemerintah mengimbau untuk bekerja, belajar dan beribadah
dari rumah untuk mengurangi jumlah pasien yang terpapar COVID-19. Menteri Nadiem Anwar
Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 kepada Satuan Pendidikan dan Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pada Masa Darurat Penyakit Virus
Corona (COVID-19), sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring di rangka pencegahan
penyebaran penyakit coronavirus (COVID0-19). (Mendikbud, 2020).
Zhafira, Ertika, dan Chairiyaton (2020), menjelaskan bahwa ada model pembelajaran lain yang
dapat digunakan tenaga pengajar sebagai media penyampaian ilmu yaitu pembelajaran daring dan

5
pembelajaran campuran (kombinasi dua metode pembelajaran yaitu tatap muka dan pembelajaran
daring). Metode pembelajaran daring tidak mengharuskan siswa untuk menghadiri kelas. Siswa dapat
mengakses pembelajaran melalui media internet.
Menurut Putra Wijaya dalam (Suryawan, 2020) belajar di rumah tidak menjadi masalah karena
belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, apalagi didukung dengan sistem daring. Sehingga
proses belajar dapat berlangsung di rumah, di sekolah atau di masyarakat. Dengan demikian, dukungan
fasilitas seperti internet dapat membantu berbagai kegiatan agar berjalan dengan baik.
Menurut Sari (2015: 27-28) kelebihan pembelajaran daring adalah menciptakan suasana belajar
yang baru dan berbeda dengan pembelajaran tatap muka di kelas. Menurut Hadisi & Muna (2015:131)
pembelajaran daring mengakibatkan kurangnya interaksi antara guru dengan siswa bahkan antara siswa
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini dapat memperlambat pembentukan nilai dalam proses belajar
mengajar.
Pembelajaran daring tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Anugrahana (2020:
286) kekurangan pembelajaran daring adalah:
1. Tidak memiliki perangkat
2. Kondisi orang tua yang lebih banyak menggunakan Whatsapp
3. Sulitnya mencari jaringan internet dan perangkat smart phone yang sering dibawa orang tua
bekerja
4. Kesulitan sinyal
5. Orang tua yang tidak paham teknologi
6. Fitur perangkat terbatas.
Menurut Anugrahana (2020: 286) Kelebihan pembelajaran daring antara lain:
1. Lebih praktis dan santai
2. Lebih fleksibel, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja
3. Penyampaian informasi lebih cepat
4. Siswa dapat dipantau dan didampingi langsung oleh orang tua masing-masing
5. Guru dan siswa mendapatkan pengalaman baru terkait pembelajaran daring.

Kesimpulan
Simpulan
Kemampuan berpikir kreatif dalam matematika adalah kemampuan untuk menemukan solusi baru
yang bervariasi untuk membuka masalah matematika dengan mudah dan fleksibel, tetapi kebenarannya
dapat diterima. Di masa pandemi Covid-19, proses belajar mengajar yang semula tatap muka berubah
menjadi jaringan (daring). Pembelajaran daring tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu
kelebihan pembelajaran daring adalah lebih fleksibel dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
Saran
Dengan kelebihan-kelebihan dari pembelajaran daring, seharusnya siswa dapat lebih aktif dalam
mencari informasi dari berbagai sumber dan juga dapat menemukan hal-hal baru. Guru berperan sebagai
fasilitator bagi siswa. Dengan pembelajaran aktif berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kreatif siswa.

Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Davis, D. (2008). The Teaching of Mathematics. Massachusetts: Addison-Wesley Publishing.
Hadisi, L., & Muna, W. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi dalam Menciptakan Model Inovasi
Pembelajaran (E-Learning). Jurnal Al-Ta’dib, 8(1), 117–140.

6
Hasanah, M., and Surya, E. (2017). Differences in the Abilities of Creative Thinking and Problem Solving
of Students in Mathematics by Using Cooperative Learning and Learning of Problem Solving.
International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR), 34(1), 286–299.
Jhonson, J. (2013). The Way of Thinking: Tingkatkan Cara Berpikir agar Lebih Kreatif, Rasional, dan
Kritis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Lince, R. (2016). Creative Thinking Ability to Increase Student Mathematical of Junior High School by
Applying Models Numbered Heads Together. Journal of Education and Practice. 7,(6), 206-212
Manurung, T. W. H., & Surya, E. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving
dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Al Hidayah Medan. Journal Mathematics Education, Desember, 1–14.
Maulana. (2011). Berpikir Kreatif Matematis. Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar, 2(2), 43–48.
Menteri Pendidikan. (2020). Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam
Masa Darurat CoronaVirus (COVID-19).
Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Penuntun bagi Guru dan
Orang Tua. Jakarta: Grasindo.
Munandar, U. (2009). Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, P. R. (2017). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Konvensional
di SMPN 4 Padangsidempuan. Peidagogeo, 8(3), 46–62.
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nehe, M., Surya, E., Syahputra, E. (2017). Creative Thinking Ability to Solving Equation and
Nonequation of Linear Single Variable in VII Grade Junior High School. IJARIIE, 3(1), 2146–
2152.
Pane, A., & Darwis Dasopang, M. (2017). Belajar Dan Pembelajaran. Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman, 3(2), 333.
Putria, H., Maula, L.H., Uswatun, D. A. . (2020). Analisis Proses Pembelajaran Dalam Jaringan
(DARING) Masa Pandemi COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 861–872.
Riyana, C. (2019). Produksi Bahan Pembelajaran Berbasis Online. Tangerang: Universitas Terbuka.
Rizqi,N.R., & Surya, E. (2017). An Analysis Of Students’ Mathematical Reasoning Ability In VIII Grade
Of Sabilina Tembung Junior High School. International Journal Of Advance Research And
Innovative Ideas In Education (IJARIIE), 3(2), 3527–3533.
Sagala, S. (2015). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Simamora, R.E., Sidabutar, D.R, S. E. (2017). Improving Learning Activity and Students’ Problem
Solving Skill through Problem Based Learning (PBL) in Junior High School. IJSBAR, 33(2), 321–
331.
Siswono, E, Novitasari, W. (2007). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui
Pemecahan Masalah Tipe “What’s Another Way.” Jurnal Transformasi, 1–13.
Sofyana, L & Rozaq, A. (2019). Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas
Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. Jurnal Nasional Pendidikan
Teknik Informatika, 8(1), 81–86.
Surya, E., Putri, F.A., and M. (2017). Improving Mathematical Problem-Solving Ability And Self-

7
Confidence Of High School Students Through Contextual Learning Model. Journal on
Mathematics Education, 8(1), 85–94.
Surya, E., Sari, N. (2017). Analysis Effectiveness of using Problem Posing Model in Mathematical
Learning. IJSBAR, 33(3), 13–21.
Surya,E., & Syahputra, E. (2017). Improving High-Level Thinking Skills by Development of Learning
PBL Approach on the Learning Mathematics for Senior High School Students. International
Education Studies, 10(8), 12.
Surya,E., Dermawan, D.A., Syahputra, E. (2017). The Efforts to Improving the Creative Thinking Ability
Through Problem-Based Learning of Junior High School Students. International Journal of Novel
Research in Education and Learning, 4(2). 29-40
Suryawan, O. (2020). Guru Diminta Aktif Awasi Pembelajaran Daring Agar Siswa Tetap Fokus.
BBALIPUSPANEWS.COM.
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zhafira, N. H., Ertika, Y., & Chairiyaton, C. (2020). Persepsi Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Daring
Sebagai Sarana Pembelajaran. Jurnal Bisnis Dan Kajian Strategi Manajemen, 4(1). 37-45.

Anda mungkin juga menyukai