Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SIMULASI GENERALIZED FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

PADA 5G UNTUK RADIO OVER FIBER

ANALYSIS OF SIMULATION GENERALIZED FREQUENCY DIVISION


MULTIPLEXING IN 5G FOR RADIO OVER FIBER
Rizqi Ainul Qolbi1, Desti Madya Saputri, S.T., M.T.2, Ir. Akhmad Hambali, M.T.3
1,2,3
Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom
1
rizqiainul@student.telkomuniversity.ac.id, 2destimadyasaputri@telkomuniversity.ac.id,
3
ahambali@telkomuniversity.ac.id.

Abstrak
Sistem transmisi telekomunikasi terdiri dari wireless dan wireline. Generalized Frequency Division Multiplexing
(GFDM) merupakan salah satu kandidat teknik multiplexing teknologi 5th Generation (5G) pada komunikasi
wireless. Sistem transmisi wireless memiliki kekurangan seperti rentan terhadap interferensi, sedangkan
kekurangan wireline adalah daerah cakupan kurang luas. Radio over Fiber (RoF) merupakan teknologi untuk
menggabungkan kedua sistem transmisi telekomunikasi tersebut untuk mendapatkan kualitas sinyal yang bagus
dan cakupan yang luas. Pada Tugas Akhir ini, dilakukan perancangan GFDM pada 5G untuk jaringan RoF
menggunakan bit rate 2,5 Gbps dan menggunakan modulasi digital 64-Quadrature Amplitude Modulation (64-
QAM) dengan frekuensi radio 3,5 GHz. Pada Tugas Akhir ini dilakukan analisis terhadap transport aspects untuk
proses modulasi optik dengan variasi jarak kabel fiber optic 20 km, 40 km, 60 km, dan 80 km. Berdasarkan hasil
penelitian, penggunaan modulasi optik dan jarak kabel fiber optic memengaruhi performansi jaringan RoF.
Penggunaan modulasi optik secara external modulation memiliki performansi jaringan yang lebih baik
dibandingkan secara direct modulation. Semakin jauh jarak kabel fiber optic yang digunakan juga menimbulkan
performansi jaringan yang semakin buruk. Hal tersebut berdasarkan dari nilai Bit Error Rate (BER) yang
didapatkan dari hasil simulasi. Nilai BER pada jarak 20 km menggunakan skenario external modulation yaitu
8,81735 × 10−26 , sedangkan menggunakan skenario direct modulation 3,7675 × 10−20 . Begitu juga pada jarak
80 km, hasil nilai BER menggunakan skenario external modulation yaitu 1,67967 × 10−19 , sedangkan secara
direct modulation 1,25316 × 10−13 .

Kata kunci : GFDM, RoF, transport aspects

Abstract
Telecommunications transmission systems consist of wireless and wireline. Generalized Frequency Division
Multiplexing (GFDM) is one of the candidates for the 5th Generation (5G) technology multiplexing techniques in
wireless communication. Wireless telecommunications transmission systems have a drawback, which is being
susceptible to interference, while drawback of wireline telecommunications transmission systems is a small
coverage area. Radio over Fiber (RoF) is a technology to combine both telecommunications transmission systems
to get a good signal quality and wide coverage area. In this thesis, a GFDM design is performed on 5G for RoF
networks using a bit rate of 2.5 Gbps and using 64-Quadrature Amplitude Modulation (64-QAM) for its digital
modulation in 3.5 GHz radio frequency. In this thesis, an analysis of transport aspects is carried out for the optical
modulation process with variation in the distance of the optical fiber cable used are 20 km, 40 km, 60 km, and 80
km. Based on the results of the research, the use of optical modulation and optical fiber cable distance affects
performance of the RoF network. The use of optical modulation in external modulation has better network
performance compared to direct modulation. The farther distance of the optical fiber cable used results in the
worse network performance, based on the value of the Bit Error Rate (BER) obtained from the simulation results.
The BER value at a distance of 20 km uses an external modulation scenario is 8,81735 × 10−26 , while using a
direct modulation scenario is 3,7675 × 10−20 . At a distance of 80 km, the BER value using an external
modulation scenario is 1,67967 × 10−19 , while direct modulation is 1,25316 × 10−13 .

Keywords: GFDM, RoF, transport aspects

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dipengaruhi oleh tuntutan baru dari pelanggan,
volume traffic yang semakin meningkat, dan lebih banyak perangkat dengan persyaratan layanan yang beragam.
Semua itu menuntut adanya ketersediaan data rate yang tinggi, kapasitas bandwidth yang lebar, low attenuation
serta nilai latency yang rendah [1]. GFDM merupakan salah satu kandidat teknik multiplexing teknologi 5G dengan
teknik filtered-multi carrier non-orthogonal pada komunikasi wireless. GFDM sendiri menggunakan teknik pulse

1
shaping yang fleksibel pada masing-masing subcarrier yang dibentuk dengan bentuk pulsa non-rectangular
filter/circular filter [2]. Teknologi 5G juga mendukung penggunaan modulasi Quadrature Phase-Shift Keying
(QPSK), 16-QAM, 64-QAM, dan 256-QAM [18]. Sistem transmisi telekomunikasi wireless memiliki kekurangan
yaitu seperti rentan terhadap interferensi. Begitu juga dengan wireline yang memiliki kekurangan yaitu seperti
daerah cakupan yang kurang luas [3]. RoF merupakan teknologi untuk menggabungkan kedua sistem transmisi
telekomunikasi tersebut untuk mendapatkan kualitas sinyal yang bagus dan cakupan yang luas.
Penelitian tentang GFDM telah dilakukan [4] dengan menganalisis performansi GFDM menggunakan
modulasi Offset-QAM dan [5] menganalisis performansi GFDM untuk RoF menggunakan empat frekuensi carrier
yang berbeda. Sedangkan [6] menganalisi performanasi OFDM-RoF untuk aplikasi Passive Optical Network
(PON) terhadap variasi power splitter dan variasi jarak. Pada Tugas Akhir ini dibahas mengenai analisis simulasi
GFDM pada 5G untuk RoF dengan menggunakan modulasi 64-QAM. Terdapat dua skenario terhadap transport
aspects yang digunakan untuk jaringan RoF. Skenario pertama yaitu GFDM untuk jaringan RoF secara direct
modulation. Sedangkan skenario kedua yaitu GFDM untuk jaringan RoF secara external modulation. Selain itu,
juga menggunakan variasi jarak kabel fiber optic 20 km, 40 km, 60 km, dan 80 km untuk kedua skenario tersebut.
Bit rate yang digunakan yaitu 2,5 Gbps dan menggunakan frekuensi radio 3,5 GHz.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Generalized Frequency Division Multiplexing (GFDM)
GFDM merupakan modulasi multicarrier fleksibel yang telah diusulkan menjadi air interface teknologi 5G.
GFDM terdiri atas struktur blok K dan M sampel, dimana K subcarriers masing-masing membawa M subsymbols.
Hal itu memungkinkan untuk merancang struktur pada bagian time dan frekuensi untuk mencocokkan batasan
waktu latency dari setiap aplikasi. Subcarrier tersebut difilter dengan menggunakan prototype filter yang digeser
secara circular pada domain waktu dan frekuensi. GFDM adalah solusi menjanjikan untuk 5G physical layer
karena fleksibilitasnya dapat mengatasi berbagai peryaratan yang berbeda dari setiap user. GFDM hanya
memerlukan satu Cyclic Prefix (CP) dalam setiap frame dari time slot yang terdiri atas 7 symbol. Dari hal tersebut,
maka GFDM dapat memenuhi persyaratan 5G dari sisi nilai latency [4] [8].

2.2 5G Fronthaul Network


Perubahan utama arsitektur Radio Access Network (RAN) dari teknologi 4G ke 5G adalah fungsi Baseband
Unit (BBU) dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Central Unit (CU), Distribution Unit (DU) dan Remote Unit
(RU). Arsitektur tersebut lebih memudahkan untuk implementasi virtualisasi RAN. Arsitektur RAN di jaringan
4G terdiri dari Evolved Packet Core (EPC), BBU dan Remote Radio Head (RRH) [19]. Ketika berevolusi menjadi
jaringan 5G, terdapat beberapa pemindahan fungsi yaitu: fungsi User Plane (UP) dari EPC ke CU dan DU, fungsi
Layer 2 (L2) non-real time dan Layer 3 (L3) dari BBU ke CU, fungsi Layer 1 (L1)/ L2 real-time dari BBU ke DU,
dan fungsi L1 lainnya dipindahkan dari BBU ke RU. Sementara itu, fungsi EPC didistribusikan di Next Generation
Core (NGC), CU dan DU. Terdapat dua jaringan fronthaul yaitu fronthaul-I dan fronthaul-II atau dapat disebut
juga sebagai midhaul. Fronthaul-I merupakan koneksi antara DU dan RU sedangkan fronthaul-II/midhaul
merupakan koneksi antara CU dan DU. Fronthaul tersebut dapat menggunakan teknologi wireless maupun
wireline yaitu fiber optic atau Ethernet [19].

2.3 Radio over Fiber (RoF)


Radio over Fiber (RoF) merupakan teknologi terbaru yang menyediakan konvergensi jaringan antara jenis
transmisi wireless dan wireline [12]. RoF dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pengiriman data informasi
dalam bentuk sinyal radio yang dikirimkan melalui media transmisi kabel fiber optic. RoF memiliki 2 fitur utama
yaitu: (i) Mempertahankan bentuk gelombang sinyal radio selama transmisi menggunakan fiber optic dalam
kondisi ideal ataupun mendekati kondisi ideal, dan (ii) Sinyal RoF dalam fiber tidak terpengaruh terhadap
interferensi frekuensi dari sinyal radio terdekat. Konsep dasar RoF terdiri atas komponen untuk konversi Electric-
to-Optic (E/O), konversi Optic-to-Electric (O/E), dan fiber optic untuk proses transmisi [11] [13].

2.4 Transport Aspects


Pada sistem RoF sebelum sinyal melalui fiber optic, terdapat perubahan sinyal dari elektrik ke optik.
Transport aspects menjadi bagian penting dalam proses perubahan sinyal tersebut. Konversi sinyal elektrik ke
optik tercakup dalam transport aspects yang terdiri atas dua bagian yaitu secara direct modulation dan external
modulation.

2.4.1 Direct Modulation


Direct modulation adalah skema modulasi optik untuk memperoleh sinyal RoF secara langsung dari sumber
cahaya tanpa menggunakan modulator tambahan. Direct modulation adalah metode termudah dan paling hemat
biaya untuk mendapatkan sinyal optik yang dimodulasi karena perangkat optik yang diperlukan hanya sumber
laser [11].

2
2.4.2 External Modulation
External modulation adalah skema modulasi optik untuk memperoleh sinyal RoF dengan menggunakan
koponen tambahan yaitu modulator eksternal. Komponen modulator eksternal tersebut digunakan untuk proses
konversi sinyal elektrik ke sinyal optik. Modulator eksternal yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah Mach
Zehnder Modulator (MZM) [14]. Skema ini dapat menghasilkan sinyal optik atau sinyal RoF yang memiliki
kualitas bandwidth lebih tinggi dibandingkan dengan skema direct modulation [11].

2.5 Radio over Fiber (RoF) Pada 5G Fronthaul Network


GFDM merupakan teknik multiplexing untuk 5G physical layer sehingga dapat diimplementasikan pada
mobile fronthaul yang menghubungkan antara DU dan RU [19]. Tidak ada pemrosesan sinyal baseband yang
diperlukan di RU, sehingga penggunaan energi menjadi lebih efisien. Pada bagian DU sebagai blok transmitter,
terdapat proses modulasi QAM, GFDM transmitter, dan konversi E/O. Proses konversi E/O dapat dilakukan secara
direct modulation maupun external modulation untuk mendapatkan sinyal RoF menggunakan Laser atau LED.
Pada bagian mobile fronthaul link sebagai blok optical link dapat menggunakan teknologi fiber optic jenis Single
Mode Fiber (SMF) atau Multi Mode Fiber (MMF) untuk menghubungkan antara DU dan RU. Sedangkan pada
bagian RU sebagai blok receiver, terdapat proses konversi O/E untuk mengubah sinyal optik menjadi sinyal
elektrik menggunakan photodetector jenis APD atau PIN. Selain itu, pada bagian RU juga terdapat proses GFDM
receiver dan demodulasi QAM [11].

2.6 Parameter Analisis


Pada Tugas Akhir ini terdapat beberapa parameter analisis untuk setiap skenario. Parameter analisis tersebut
terdiri dari Power Link Budget (PLB), Rise Time Budget (RTB), Signal to Noise Ratio (SNR), Q-Factor, dan Bit
Error Rate (BER).

2.6.1 Power Link Budget (PLB)


Power Link Budget (PLB) berfungsi untuk mengetahui batasan redaman total yang diizinkan sesuai dengan
daya transmitter dan sensitifitas photodetector pada bagian receiver. Nilai daya terima (𝑃𝑅 ) oleh photodetector
dalam dBm dapat ditentukan melalui persamaan
𝑃𝑅 = 𝑃𝑇 − 𝐾𝐿 − 𝑀𝑆 (2.1)
dengan 𝑃𝑇 adalah daya transmitter dalam dBm, 𝐾𝐿 adalah redaman total dalam dB, dan 𝑀𝑆 adalah sistem margin
dalam dB. Nilai 𝐾𝐿 dapat ditentukan melalui persamaan [15]
𝐾𝐿 = 𝑛𝑐 . 𝛼𝑐 + 𝑛𝑠𝑝 . 𝛼𝑠𝑝 + 𝐿. 𝛼𝑓 . (2.2)
2.6.2 Rise Time Budget (RTB)
Rise Time Budget (RTB) bertujuan untuk memastikan bahwa sistem dapat beroperasi dengan baik pada laju
bit yang diinginkan. Persamaan yang digunakan untuk menghitung nilai RTB adalah persamaan
𝑡𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 = √𝑡𝑇𝑥 2 + 𝑡𝑚𝑎𝑡 2 + 𝑡𝑚𝑜𝑑 2 + 𝑡𝑅𝑥 2 (2.3)
Nilai 𝑡𝑚𝑎𝑡 dapat dihitung dengan persamaan
𝑡𝑚𝑎𝑡 = 𝐷𝑚𝑎𝑡 × 𝐿 × 𝜎𝜆 (2.4)

Pada RTB terdapat nilai degradasi transition time link berupa line coding yang terdiri atas Non Return Zero (NRZ)
dan Return Zero (RZ). Nilai dari NRZ adalah 70% dari periode bit, dan RZ adalah 35% dari periode bit [7] [15].

2.6.3 Signal to Noise Ratio (SNR)


Signal to Noise Ratio (SNR) adalah perbandingan antara daya rata-rata terhadap daya noise rata-rata yang
diterima oleh receiver. Pada komunikasi optik, nilai minimum SNR adalah 20 dB agar jaringan dalam kategori
baik. Nilai SNR dapat ditentukan melalui persamaan [7] [15]
(𝑃𝑅 ×𝑅×𝑀)2
𝑆𝑁𝑅 = 4×𝐾𝐵 ×𝑇×𝐵𝑅𝑥 (2.5)
2×𝑞×𝑃𝑅 ×𝑅×𝑀2 ×𝑁𝐹×𝐵𝑅𝑥 +
𝑅𝐿
2.6.4 Q-Factor
Q-Factor adalah faktor yang menentukan kualitas dari jaringan pada komunikasi fiber optic. Nilai minimum
Q-Factor = 6 agar jaringan dalam kategori baik. Nilai Q-Factor dapat dihitung melalui persamaan [7]
𝑆𝑁𝑅
10 20
𝑄= (2.6)
2
2.6.5 Bit Error Rate (BER)
Bit Error Rate (BER) dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah bit-bit error terhadap jumlah
bit yang terkirim pada receiver. Nilai BER maksimum agar masih dalam kategori baik adalah 10−9 . Nilai BER
dapat dihitung melalui persamaan [15]
2
1 𝑄 𝑒𝑥𝑝(−𝑄 ⁄2)
𝐵𝐸𝑅 = 𝑒𝑟𝑓𝑐 ( ) ≈ (2.7)
2 √2 𝑄√2𝜋

3
3 Model Sistem dan Perancangan
3.1 Diagram Alir Perancangan Sistem
Dibawah ini merupakan diagram alir perancangan sistem GFDM pada 5G untuk Radio over Fiber:

Gambar 3.1 Diagram alir perancangan sistem.

3.2 Model Sistem Radio over Fiber (RoF)


Model sistem RoF pada Tugas Akhir ini yaitu secara direct modulation dan external modulation dengan
variasi jarak kabel fiber optic 20 km, 40 km, 60 km, dan 80 km. Model sistem terdiri atas blok transmitter, blok
optical link, dan blok receiver. Pemrosesan sinyal dari seluruh sistem dilakukan pada software OptiSystem dan
MATLAB. Gambar 3.2 menunjukkan model sistem menggunakan direct modulation. Blok berwarna biru pada
Gambar 3.2 menunjukkan pemrosesan sinyal dilakukan di software OptiSystem dan blok berwarna orange
dilakukan di MATLAB. Pada blok transmitter, PRBS akan mengirimkan bit informasi dengan bit rate 2,5 Gbps
yang diteruskan ke blok QAM untuk dimodulasi dengan menggunakan 64-QAM. Keluaran sinyal dari blok
mapper tersebut berupa sinyal Inphase (I) dan Quadrature (Q). Data dari kedua sinyal tersebut disimpan yang
kemudian datanya dibaca dan diolah pada blok GFDM transmitter. Kedua sinyal keluaran dari GFDM transmitter
tersebut kemudian menuju blok Quadrature Modulator untuk digabungkan dengan menggunakan frekuensi radio
3,5 GHz. Sinyal hasil penggabungan tersebut kemudian dimodulasi secara direct modulation dengan
menggunakan frekuensi optik 193,1 THz dari Laser EC-48. Pada blok optical link, sinyal keluaran blok laser akan
ditransmisikan menuju blok receiver melalui optical fiber berjenis Single Mode Fiber (SMF) tipe G.652.D pada
beberapa variasi jarak. Pada blok receiver, sinyal optik akan dideteksi oleh photodetector InGaAs APD jenis
KPDXA10G untuk dirubah kembali menjadi sinyal elektrik. Setelah itu, sinyal melalui proses yang berkebalikan
dari bagian transmitter. Pada bagian akhir receiver, sinyal keluaran dari blok QAM berupa sinyal M-Ary,
kemudian dirubah kembali menjadi sinyal elektrik menggunakan Pulse Generator. Proses terakhir, sinyal difilter
menggunakan komponen Low Pass Rectangle Filter untuk kemudian dideteksi oleh komponen BER Analyzer agar
didapatkan nilai Q-Factor dan BER dari simulasi yang telah dilakukan. Sedangkan untuk skenario external
modulation ditambahkan komponen MZM untuk proses modulasi optik setelah CW Laser. Jenis Laser yang
digunakan untuk external modulation adalah ML48G2A-K.

Gambar 3.2 Model sistem dengan direct modulation.


4
3.3 Penentuan Parameter
Parameter dari blok transmitter, blok optical link, dan blok receiver tertera pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, dan
Tabel 3.3.

Tabel 3.1 Parameter blok transmitter.

No. Parameter Direct Modulation External Modulation


1 Bit Rate 2,5 Gbps 2,5 Gbps
2 Jenis Modulasi 64-QAM 64-QAM
3 Frekuensi Radio 3,5 GHz 3,5 GHz
4 Power Transmit of Laser 0 dBm 0 dBm
5 Optical Source Frequency 193,1 THz 193,1 THz
6 Optical Rise Time 150 ps 35 ps
7 Spectral Width 0,1 nm 0,2 nm

Tabel 3.2 Parameter blok optical link. Tabel 3.3 Parameter blok receiver.

No. Parameter Nilai/Keterangan No. Parameter Nilai/Keterangan


1 Panjang Gelombang 1550 nm 1 Photodetector APD
20 km, 40 km, 60 km, 2 Responsitivitas 0,85 A/W
2 Fiber Length
80 km
3 Center Frequency 193,1 THz
3 Attenuation 0,2 dB/km
4 Multiplikasi APD 10
4 Dispersion 17 ps/(nm × km)
5 Noise Figure 5,5
5 Dispersion Slope 0,056 ps/(nm2 × km)
6 Filter Low Pass Rectangle Filter
Pada blok optical link, fiber optic yang digunakan adalah SMF tipe G.652.D [16]. Pada blok transmitter, sumber
cahaya yang digunakan untuk skenario direct modulation yaitu Laser EC-48 . Sedangkan untuk skenario external
modulation menggunakan Continuous Wave (CW) Laser ML48G2A-K [17].

3.4 Perhitungan Matematis Parameter Performansi


Pada perancangan GFDM untuk RoF dilakukan perhitungan matematis untuk mendapatkan nilai empiris
performansi jaringan yang akan dirancang. Parameter performansi yang digunakan terdiri dari PLB, RTB, SNR,
Q-Factor, dan BER. Perancangan sistem secara direct modulation dan external modulation menggunakan
spesifikasi perangkat Laser yang berbeda. Sedangkan untuk perangkat optical link dan photodetector
menggunakan spesifikasi perangkat yang sama. Sehingga perhitungan matematis untuk parameter performansi
PLB, SNR, Q-Factor dan BER untuk kedua modulasi optik tersebut hasilnya sama. Namun, untuk perhitungan
matematis parameter performansi RTB hasilnya berbeda. Berikut adalah contoh perhitungan matematis secara
direct modulation dan external modulation untuk jaringan RoF pada jarak kabel fiber optic 20 km.

3.4.1 Perhitungan Power Link Budget (PLB)


Berikut adalah perhitungan PLB dengan panjang kabel 4 km/haspel. Redaman total (𝐾𝐿 ) dapat ditentukan
menggunakan persamaan (2.2)
𝐾𝐿 = (2 ∗ 0,2) + (4 ∗ 0,05) + (20 ∗ 0,2) = 4,6 dB
dengan nilai 𝑃𝑇 = 0 dBm dan 𝑀𝑆 = 6 dB, maka daya receiver (𝑃𝑅 ) dapat dihitung dengan persamaan (2.1)
𝑃𝑅 = 0 − 4,6 − 6 = −10,6 dBm.
Dari perhitungan tersebut, diperoleh nilai 𝑃𝑅 adalah -10,6 dBm yang nilainnya lebih besar dari sensitivitas
photodetector yaitu -28 dBm. Maka dari itu, PLB untuk kedua skenario pada jarak 20 km terpenuhi.

3.4.2 Perhitungan Rise Time Budget (RTB)


Nilai rise time material (𝑡𝑚𝑎𝑡 ) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.4). Sedangkan nilai rise
time sistem (𝑡𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 ) dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (2.3)
𝑡𝑚𝑎𝑡 = 17 ps⁄km − nm × 20 km × 0,2 nm = 68 ps = 0,068 ns
𝑡𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 = √(0,035)2 + (0,068)2 + (0)2 + (0,04375)2 = 0,08811 ns

untuk penggunaan bit rate 2,5 Gbps, nilai 𝑡𝑁𝑅𝑍 = 0,28 ns dan 𝑡𝑅𝑍 = 0,14 ns. Dari hasil tersebut menunjukkan nilai
𝑡𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 < 𝑡𝑁𝑅𝑍 dan 𝑡𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 < 𝑡𝑅𝑍 , maka rise time sistem memenuhi kelayakan transmisi NRZ dan RZ.

5
3.4.3 Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR)
Nilai SNR dapat dihitung melalui persamaan (2.5)
(8,70964 × 10−5 × 0,85 × 10)2
𝑆𝑁𝑅 = 4×1,38×10−23 ×298×8×109
2 × 1,69 × 10−19 × 8,70964 × 10−5 × 0,85 × 102 × 5,5 × 8 × 109 +
50
𝑆𝑁𝑅 = 4861,71980 = 10𝑙𝑜𝑔(4861,71980) = 36,86790 dB

3.4.4 Perhitungan Q-Factor


Perhitungan Q-Factor terhadap nilai SNR = 36,86790 dB dengan menggunakan persamaan (2.6)
36,86790
10 20
𝑄= = 34,86302
2
3.4.5 Perhitungan Bit Error Rate (BER)
Perhitungan BER terhadap nilai Q-Factor = 34,86302 menggunakan persamaan (2.7)
−(34,863022 )⁄
𝑒𝑥𝑝 ( 2)
𝐵𝐸𝑅 = = 8,49874 × 10−266
34,86302√2 × 3,14

4 Analisis Hasil Dan Simulasi


Analisis dilakukan dari hasil perhitungan matematis dan hasil simulasi terhadap beberapa parameter
performansi jaringan.
4.1 Analisis Hasil Perhitungan Matematis

Tabel 4.1 Hasil perhitungan matematis


Jarak (km) Pr (dBm) SNR (dB) Q-Factor BER
20 -10,6 36,86790 34,86302 8,49874 × 10−266
40 -14,85 32,45269 20,97030 3,85555 × 10−97
60 -19,1 27,79148 12,26151 4,60779 × 10−34
80 -23,35 22,60596 6,74945 4,75951 × 10−11

Tabel 4.1 menunjukkan hasil perhitungan matematis untuk skenario direct modulation dan external
modulation. Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin jauh jarak kabel, maka nilai power received semakin kecil
yang menyebabkan nilai SNR juga semakin kecil. Sistem memenuhi PLB hingga jarak 80 km karena nilai Pr yang
didapatkan lebih besar dari sensitivitas photodetector yaitu -28 dBm. Nilai Q-Factor dipengaruhi dari nilai SNR,
sehingga semakin jauh jarak kabel, maka nilai Q-Factor juga semakin kecil. Sedangkan untuk nilai BER, semakin
jauh jarak kabel, maka nilai BER semakin besar. Berdasarkan hasil perhitungan, maka hingga jarak 80 km sistem
jaringan dalam kategori baik karena nilai SNR ≥ 20 dB, Q-Factor ≥ 6, dan BER ≤ 10−9.

4.2 Analisis Hasil Simulasi


Analisis hasil simulasi dilakukan terhadap parameter PLB, Q-Factor dan BER untuk dua skenario pada
variasi jarak kabel fiber optic 20 km, 40 km, 60 km, dan 80 km. Hasil simulasi tersebut tertera pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil simulasi terhadap nilai Power Received, Q-Factor dan BER
Direct Modulation External Modulation
Jarak (km)
Pr (dBm) Q-Factor BER Pr (dBm) Q-Factor BER
20 -4,449 9,11961 3,76758 × 10−20 -7,486 10,4299 8,81735 × 10−26
40 -8,452 8,97034 1,47350 × 10−19 -11,447 10,026 5,70842 × 10−24
60 -12,45 8,44902 1,46862 × 10−17 -15,605 9,51558 8,71597 × 10−22
80 -16,456 7,31855 1,25316 × 10−13 -19,431 8,9504 1,67967 × 10−19

6
4.2.1 Analisis Hasil Simulasi Terhadap Power Link Budget (PLB)

Gambar 4.1 Grafik nilai power received terhadap


transport aspects dan variasi jarak.

Gambar 4.1 adalah grafik nilai power received oleh photodetector APD terhadap beberapa variasi jarak kabel
fiber optic. Grafik tersebut menggambarkan nilai power received cenderung menurun. Nilai daya terima terbesar
yaitu -4,449 dBm dengan skema direct modulation pada jarak 20 km. Sedangkan nilai daya terima terkecil yaitu -
19,431 dBm dengan external modulation pada jarak 80 km. Grafik tersebut menunjukkan bahwa variasi terbaik
adalah dengan menggunakan skema direct modulation pada jarak kabel fiber optic 20 km. Selain itu, grafik
tersebut juga menunjukkan bahwa semakin jauh jarak kabel fiber optic, maka nilai daya terima semakin kecil.
Berdasarkan grafik tersebut, daya terima dengan skema direct modulation lebih besar daripada dengan skema
external modulation pada beberapa variasi jarak. Hal tersebut dikarenakan pada skenario external modulation
terdapat redaman tambahan yang timbul dari komponen MZM. Semua nilai daya terima dengan dua skema
modulasi optik masih memenuhi PLB karena nilainya lebih besar dari sensitivitas photodetector.

4.2.2 Analisis Hasil Simulasi Terhadap Q-Factor dan Bit Error Rate (BER)
Pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan hasil simulasi nilai Q-Factor untuk kedua modulasi optik pada
beberapa variasi jarak. Nilai Q-Factor terbesar yaitu 10,4299 secara external modulation pada jarak 20 km.
Sedangkan nilai Q-Factor terkecil yaitu 7,31855 secara direct modulation pada jarak 80 km. Berdasarkan Gambar
4.2, penggunaan secara external modulation memiliki nilai Q-Factor lebih besar daripada secara direct modulation
untuk beberapa variasi jarak. Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.3, nilai BER terbesar yaitu 1,25316 × 10−13
pada jarak 80 km secara direct modulation. Sedangkan nilai BER terlecil yaitu 8,81735 × 10−26 . Tabel 4.2 dan
Gambar 4.3 menunjukkan nilai BER dan Log(BER) terkecil yaitu dengan external modulation. Selain itu,
penggunaan jarak kabel fiber optic juga memengaruhi nilai Q-Factor dan BER untuk dua skema modulasi optik.
Semakin jauh jarak kabel fiber optic, nilai Q-Factor semakin kecil dan mengakibatkan nilai BER semakin besar

Gambar 4.2 Grafik nilai Q-Factor terhadap transport Gambar 4.3 Grafik nilai Log(BER) terhadap
aspects dan variasi jarak. transport aspects dan variasi jarak.

7
yang berarti kualitas sistem jaringan semakin buruk. Hasil simulasi GFDM untuk RoF secara direct modulation
dan external modulation untuk beberapa variasi jarak terhadap nilai Q-Factor dan BER menunjukkan bahwa
sistem jaringan komunikasi optik yang dirancang masih dalam kategori baik. Hal tersebut dikarenakan nilai Q-
Factor ≥ 6 dan BER yang didapatkan lebih kecil dari standar kualitas jaringan yaitu 10−9 . Berdasarkan hasil
simulasi terhadap nilai BER, performansi terbaik adalah dengan menggunakan skema external modulation

5 Simpulan
Berdasarkan analisis dari hasil simulasi GFDM untuk RoF dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Sistem GFDM dengan direct modulation memiliki nilai 𝑃𝑅 yang lebih besar daripada menggunakan external
modulation untuk beberapa variasi jarak. Seperti pada jarak 20 km dengan skenario direct modulation
didapatkan nilai 𝑃𝑅 sebesar -4,449 dBm, sedangkan dengan skenario external modulation yaitu -7,486 dBm;
2. Nilai Q-Factor dari hasil simulasi GFDM untuk RoF secara direct modulation pada jarak 20 km yaitu
9,11961 dan pada jarak 80 km 7,31855. Pada jarak 20 km dengan skenario external modulation didapatkan
nilai Q-Factor sebesar 10,4299 dan pada jarak 80 km 8,9504. Untuk kedua skenario tersebut pada beberapa
variasi jarak, nilai Q-Factor yang didapatkan masih memenuhi standar karena nilai Q ≥ 6;
3. Kualitas sistem GFDM menggunakan skenario external modulation lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan direct modulation. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai BER yang diperoleh. Nilai BER
pada jarak 20 km secara external modulation yaitu 8,81735 × 10−26 , sedangkan secara direct modulation
3,7675 × 10−20 . Begitupun pada jarak 80 km, hasil nilai BER secara external modulation yaitu
1,67967 × 10−19 , sedangkan secara direct modulation 1,25316 × 10−13 .

6 Daftar Pustaka
[1] ITU-R, “‘IMT Vision – Framework and overall objectives of the future development of IMT for 2020 and
beyond,’” Itu-R M.2083-0, vol. 0, p. http://www.itu.int/publ/R-REC/en, 2015.
[2] G. F. Nicola Michailow, Rohit Datta, Stefan Krone, Michael Lentmaier, “Generalized Frequency Division
Multiplexing: A Flexible Multi-Carrier Modulation Scheme for 5th Generation Cellular Networks,” 2012.
[3] P. Aggarwal, “Wireless and Wire Line Network,” IJCSIT Int. J. Comput. Sci. Inf. Technol., vol. 1, no. 2, pp.
78–80, 2014.
[4] F. H. Ramadiansyah, “Generalized Frequency Division Multiplexing Dengan Menggunakan Offset
Quadrature Amplitude,” 2017.
[5] M. Chen et al., “Multi-broadband radio over fiber system based on Generalized Frequency Division
Multiplexing,” ICOCN 2016 - 2016 15th Int. Conf. Opt. Commun. Networks, no. 1, pp. 15–17, 2016.
[6] W. Ika Syukrina, “Simulasi Jaringan Radio Over Fiber (RoF) Dengan Mengimplementasikan Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM) Pada Arsitektur PON,” Bandung, 2018.
[7] M. Christine, A. Hambali, and K. Sujatmoko, “Analisis Performansi Sistem Jaringan Radio Over Fiber Untuk
Pengaplikasian Telekomunikasi Dalam Ruangan,” pp. 0–7, 2019.
[8] N. Michailow et al., “Generalized frequency division multiplexing for 5th generation cellular networks,”
IEEE Trans. Commun., vol. 62, no. 9, pp. 3045–3061, 2014.
[9] F. Didactic, Quadrature Amplitude Modulation ( QAM ). 2014.
[10] A. Technologies, “Agilent Digital Modulation in Communications Systems — An Introduction Application
Note 1298 Introduction,” pp. 1–5, 2005.
[11] ITU-T, “5G Basics 2017,” 2017.
[12] Pooja, Saroj, and Manisha, “Advantages and Limitation of Radio over Fiber System,” Int. J. Comput. Sci.
Mob. Comput., vol. 45, no. 5, pp. 506–511, 2015.
[13] A. Seal, S. Bhutani, and A. Sangeetha, “Performance analysis of radio over fiber (RoF) system for indoor
applications,” Proc. - 2017 Int. Conf. Tech. Adv. Comput. Commun. ICTACC 2017, vol. 2017-Octob, pp.
73–76, 2017.
[14] R. Singh, M. Ahlawat, and D. Sharma, “Study and performance evaluation of Radio over Fiber using Mach
Zehnder Modulator,” Int. J. Adv. Res. Comput. Sci., vol. 8, no. 5, 2017.
[15] G. P. Agrawal, Fiber-Optic Communications Systems, Third Edition., vol. 6. 2002.
[16] ITU-T, “Recommendation ITU-TG.652,” 2016.
[17] PerkinElmer, http://www.perkinelmer.co.uk/CMSResources/Images/44-
6538APP_AvalanchePhotodiodesUsersGuide.pdf.
[18] Ali A. Zaidi, Robert Baldemair, Mattias Andersson, Sebastian Faxér, Vicent Molés-Cases, Zhao Wang.
(2017). “Designing for the future: the 5G NR physical layer”. [Online]. Tersedia:
https://www.ericsson.com/en/reports-and-papers/ericsson-technology-review/articles/designing-for-the-
future-the-5g-nr-physical-layer. [27 September 2019].
[19] Itu-t, “ITU-T Supplement 66 SERIES G: TRANSMISSION SYSTEMS AND MEDIA, DIGITAL
SYSTEMS AND NETWORKS 5G wireless fronthaul requirements in a passive optical network context,”
vol. 66, 2019, [Online]. Available: http://handle.itu.int/11.1002/1000/11.

Anda mungkin juga menyukai