Anda di halaman 1dari 6

2.

4 Jurnal yang Berghubungan Dengan Multiplexing


Adapun jurnal-jurnal yang berhubungan dengan multiplexing antara lain sebagai berikut.
1. Jurnal Pertama
a. Penelitian ini memiliki judul “Analisis Kinerja Transmisi Citra Menggunakan
Teknik Modulasi QAM Pada Sistem Orthogonal Frequency Division
Multiplexing”.
b. Abstrak
Teknologi telekomunikasi nirkabel yang berkembang pesat saat ini memberikan
manfaat bagi operator dan pelanggan. Long Term Evolution merupakan teknologi
nirkabel 4G memberikan layanan aplikasi multimedia berupa gambar, video dan
audio berkualitas tinggi dan kecepatan internet yang tinggi menggunakan teknik
transmisi Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). Pada penelitian
ini sumber informasi berupa citra warna dikirim melalui kanal AWGN
dibandingkan kanal rayleigh fading menggunakan teknik modulasi 16 QAM
dengan 64 QAM, selanjutnya dilakukan analisis kinerja transmisi citra
menggunakan teknik modulasi QAM pada sistem OFDM. Hasil perbandingan
transmisi setiap citra melalui kanal AWGN dan Rayleigh fading menggunakan
teknik modulasi 16 QAM lebih cepat mendekati nilai standard BER sebesar 10-3
daripada 64 QAM. Sistem kinerja transmisi citra pada teknik modulasi 16 QAM
ini menunjukkan kinerja transmisi lebih baik disebabkan rendahnya nilai Eb/No
yang dibutuhkan dengan selisih nilai rata-rata sekitar 8 dB mampu memberikan
persentase error yang cukup kecil dari pada menggunakan 64 QAM.
Kata Kunci: OFDM, AWGN, Rayleigh Fading, QAM, BER

c. Metode Penelitian
Metode penelitian pada jurnal ini menggunakan pemodelan dan simulasi, untuk
mempelajari atau menganalisis perilaku kerja dari suatu sistem atau proses kinerja
sistem OFDM dengan menghitung nilai BER. Untuk parameter yang digunakan
adalah:
1) Input data merupakan citra bertipe RGB.
2) Modulasi yang digunakan adalah 16-QAM dan 64-QAM.
3) Menggunakan guard interval dengan cyclic prefix dengan nilai 25% dari
jumlah subcarrier.
4) Kanal yang digunakan AWGN dan Rayleigh Fading.
5) Dallam sistem OFDM ini, transmitter dan receiver diasumsikan berada dalam
keadaan tetap(fixed).
6) Jumlah subcarrier pada sistem OFDM adalah 512 titik.
d. Hasil Percobaan

Dari tabel hasil percobaan diatas dapat dilihat jika perbandingan pada hasil
transmisi masing-masing citra berbeda ukuran dalam pixel yang melalui kanal
Rayleigh fading menggunakan teknik modulasi 16 QAM lebih cepat mendekati
nilai standart BER sebesar 10-3. Sistem ini lebih memperlihatkan kinerja transmisi
lebih baik disebabkan rendahnya nilai Eb/No yang dibutuhkan untuk mempu
memberikan persentase error yang cukup kecil dari pada menggunakan teknik
modulasi 64 QAM.

e. Kesimpulan
Hasil perbandingan transmisi masing-masing citra yang berbeda ukuran dalam
pixel yang melalui kanal AWGN maupun kanal Rayleigh fading menggunakan
teknik modulasi 16 QAM lebih cepat mendekati nilai standard BER sebesar 10-3
daripada teknik modulasi 64 QAM. Sistem kinerja transmisi citra pada teknik
modulasi 16 QAM ini menunjukkan kinerja transmisi lebih baik disebabkan
rendahnya nilai Eb/No yang dibutuhkan dengan selisih nilai rata-rata sekitar 8 dB
mampu memberikan persentase error yang cukup kecil dari pada menggunakan
teknik modulasi 64 QAM.
2. Jurnal Kedua
a. Penelitian ini memiliki judul, “Optimalisasi Operasi MIMO Dengan Teknik
Spatial Multiplexing”.
b. Abstrak
Multi-Input Multi-Output (MIMO) dengan beberapa antena Tx-Rx digunakan
untuk mencapai peningkatan kapasitas sistem komunikasi nirkabel. Multiplexing
spasial dalam operasi MIMO menerapkan pembagian bit stream menjadi multi
sub-stream sebagai konsep transmisi informasi independen dari setiap antena,
dengan dampak pengurangan interferensi pada setiap proses transceiver. Dalam
mencapai efisiensi spektral yang tinggi, kinerja MIMO sangat dipengaruhi oleh
kombinasi jumlah antena pada pemancar dan penerima. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan studi dan uji coba penerapan sistem MIMO berbasis standar
LTE pada lapisan fisik, LTE Physical Layer (PHY). Metode ini melibatkan semua
pemrosesan dalam bit data hingga PHY menggunakan operasi Orthogonal
Frequency Division Multiplexing (OFDM) penuh, terutama melalui pemetaan
lapisan dan operasi pra-pengodean. Urgensi penelitian adalah mengembangkan
standar aplikasi LTE pada 5G sebagai representasi dari transformasi evolusioner
teknologi seluler seluler. Selain itu, standar LTE masih menjadi bagian penting
dalam penyelenggaraan akses teknologi mobile broadband. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa optimasi kinerja operasi MIMO dengan teknik spatial
multiplexing linier pada jumlah antena yang digunakan. Level modulasi
quadrature phase shift keying (QPSK) orde rendah dan level MxN MIMO yang
besar menunjukkan Rx-optimal dan stabilitas yang lebih baik dengan BER rendah.
Kata kunci: MIMO, multiplexing spasial, LTE, OFDM, PHY

c. Metode Penelitian
Pemodelan Single-Input Single-Output berbasis OFDM-ooperative dengan tujuan
membangun pemodelan SISO pemancar-penerima berbasis OFDM-cooperative
yang akan lebih mengoptimalkan fungsi perangkat Tx-Rx sebagai sebuah terminal
relay, dimana Tx-Rx akan bekerjasama sebagai relay terhadap sistem
lainnya. Cooperative wireless merupakan konsep konektivitas eksis yang
terjangkau signal oleh setiap perangkat Tx-Rx lain yang memiliki fungsi sama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal pengembangan multi-hop OFDM-
cooperative maka perlu mempertimbangkan beberapa aspek dalam pengguanan
guard interval, interpolation dan decimation, slicer, sistem coding awal pada data
originalnya, simulation melalui multipath channel dan lain-lain. Dalam tahapan
simulasi pemodelannya, metode yang digunakan telah menggunakan analisis
untuk
pengkajian pada operasi MIMO dengan teknik spatial multiplexing sesuai dengan
standar LTE Physical Layer (PHY).

d. Hasil Penelitian
Skema multiplexing spasial operasi MIMO dilaksanakan dengan membagi aliran
data menjadi subaliran yang bebas , dimana masing-masing dihubungkan dengan
satu untuk setiap antena pengirim yang digunakan. Teknik Multiplexing spasial
juga membutuhkan teknik decoding yang kuat di penerima. Selain itu, dua
parameter yang digunakan dalam perbandingan hasil skenario ini adalah non-
linear interference cancellation yakni Zero-Forcing dan Minimum-Mean-Square-
Error. Dari hasil pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kinerja Rx-ML adalah yang
terbaik sebagai parameter Rx-optimal. Secara eksponensial, Rx-ML linear
terhadap jumlah antena yang digunakan sedangkan bagi Rx- MMSE-SIC dan Rx-
ZF-SIC masih senantiasa terpengaruh dengan interferensi cancellation.

e. Kesimpulan
MIMO dalam aplikasi penggunaan beberapa antenna pada sisi pemancar serta sisi
penerima, dan melalui metode spatial multiplexing menghasilkan bit stream
menjadi multi sub-streams dengan dampak interference reduction disetiap proses
transceiver. Secara eksponensial, Rx-ML linear terhadap jumlah antena yang
digunakan sedangkan bagi Rx-MMSE-SIC dan Rx- ZF-SIC masih senantiasa
terpengaruh dengan interferensi cancellation. Kinerja ini ditunjukkan melalui
paramater BER terhadap level modulasi orde QPSK dan tingkat MxN antenna
yang digunakan.

3. Jurnal Ketiga
a. Penelitian ini memiliki judul, “Analisis Performansi Optical Distribution Network
(ODN) NG-PON2 Menggunakan Teknologi Time-and-Wavelength Division
Multiplexing (TWDM)”.
b. Abstrak
Salah satu teknologi komunikasi serat optik yang baru saja dikembangkan adalah
Next-Generation Passive Optical Network Stage 2 (NG-PON2). NG-PON2
digagas untuk memenuhi kebutuhan jaringan akses broadband masa depan
dengan kemampuan untuk meningkatkan bitrate hingga lebih dari 10 Gbps
dengan metode agregasi OLT dan menggunakan teknologi Time-and-Wavelength
Division Multiplexing (TWDM). Pada Tugas Akhir ini dilakukan perancangan dan
analisis performansi jaringan NG-PON2 berbasis TWDM. Perancangan dilakukan
untuk mengetahui pengaruh fisik khususnya segmen distribusi terhadap
performansi NG-PON2. Skenario pengujian menggunakan 4 OLT dengan
kecepatan 40 Gbps, lima tipe serat optic berdasarkan standar ITU-T G.652.C/D,
G.652.B, G.653, G.655, dan G.652.A, dengan jarak 20 km menggunakan dua titik
pembagi (dengan total split ratio 1:64 dan 1:128). Dari hasil simulasi, dilakukan
analisis terhadap Link Power Budget (LPB), Signal to Noise Ratio (SNR), Q-
factor, dan Bit Error Rate (BER). Berdasarkan hasil simulasi, didapatkan tipe
serat G.652.C dan G.652.D memberikan performansi yang terbaik pada setiap
parameter performansi. Dengan 64 ONU arah downstream menghasilkan LPB = -
25,407 dBm, Q-factor = 9,115, BER = 2,72 x 10-19, sedangkan arah upstream
menghasilkan LPB = -25,037, Q-factor = 10,619, BER = 1,36 x 10-24. Dan
dengan 128 ONU arah downstream menghasilkan LPB = -25,491 dBm, Q-factor
= 8,576, BER = 6,86 x 10-16, sedangkan arah upstream menghasilkan LPB = -
25,047 dBm, Q-factor = 12,064, BER = 1,59 x 10-24.
Kata kunci: NG-PON2, ODN, TWDM.
c. Metode Penelitian
Langkah pertama merancang sistem NG-PON2 berbasis TWDM. Langkah
selanjutnya adalah memasukkan parameter-parameter yang digunakan dalam
sistem ini, setelah dilakukan rekayasa pada atribut kabel optik, kemudian
dilakukan rekayasa pada bagian split ratio, total split ratio yang digunakan pada
penelitian ini adalah 1:64 dan 1:128. Langkah selanjutnya, data yang didapat dari
hasil simulasi dianalisis sesuai dengan parameter performansi yang telah
ditentukan. Teknik yang digunakan sendiri adalah gabungan dari TDM dan
WDM. Penentuan teknik multiplexing hybrid TDM dan WDM sebagai solusi
untuk NG-PON2. Perbedaan mendasar NG-PON2 dengan generasi PON
sebelumnya adalah dilakukannya agregasi empat sampai delapan OLT yang
digabungkan menggunakan wavelength multiplexer. TWDM menggabungkan
kelebihan dari TDM yaitu penyediaan kapasitas yang lebih besar, dan kelebihan
WDM yaitu penyediaan panjang gelombang kerja yang lebih banyak dalam satu
sistem.

d. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian untuk parameter received power, tipe serat
G.652.C/D selalu memiliki nilai daya terima yang paling tinggi hal ini disebabkan
karena tipe serat G.652.C/D memiliki nilai atenuasi atau redaman yang terkecil
yaitu 0,3 dB/Km. Begitupun sebaliknya tipe serat G.652.A selalu memiliki nilai
daya terima yang terendah hal ini disebabkan karena tipe serat G.652.A memiliki
nilai atenuasi atau redaman yang tertinggi yaitu 0,4 dB/Km. Namun terlihat
perbedaan yang tidak signifikan antara hasil perhitungan manual dengan hasil
simulasi, hal ini disebabkan karena perbedaan atenuasi dari panjang gelombang
yang digunakan. Nilai SNR memiliki korelasi dengan received power, yaitu
berbanding lurus, semakin tinggi nilai daya terima dalam LPB maka semakin
tinggi juga nilai SNR begitupun sebaliknya. Namun terlihat perbedaan antara hasil
simulasi untuk arah downstream dan upstream, terlihat dimana hasil simulasi
untuk arah upstream memiliki nilai mendekati hasil perhitungan manual
sedangkan hasil simulasi untuk arah downstream memiliki nilai yang lebih kecil
dibandingkan dengan hasil perhitungan manual dan hasil simulasi
upstream. Secara keseluruhan nilai Q-factor dan BER hasil perhitungan dengan
hasil simulasi memiliki pola yang relatif sama. Dimana nilai Q-factor tertinggi
pada setiap skenario untuk masing-masing arah downstream dan upstream
didapatkan menggunakan G.652.C/D dan nilai Q-factor terendah didapatkan
menggunakan G.652.A, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara Q-factor
dengan Signal-to-Noise.

e. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan bahwa tipe serat G.652.C/D memiliki
performansi terbaik dari semua parameter pengujian, sedangkan tipe serat
G.652.A memiliki performansi terburuk dari semua parameter pengujian. Hasil
pengujian membuktikan bahwa sistem yang dirancang dapat bekerja dengan baik,
karena setiap parameter pengujian terpenuhi sesuai rekomendasi, yaitu received
power > -28 dBm, SNR > 10,79 dB, Qfactor >= 6, BER downstream < 10-3, dan
BER upstream < 10-4.

Daftar Pustaka
Amillia, F., & Mulyono, M. (2017, May). Analisis kinerja transmisi citra menggunakan
teknik modulasi qam pada sistem orthogonal frequency division multiplexing. In Seminar
Nasional Teknologi Informasi Komunikasi dan Industri (pp. 368-374). (Jurnal Pertama)
Prianggono, S., Hambali, A., & Pambudi, A. D. (2017). Analisis Performansi Optical
Distribution Network (odn) Ng-pon2 Menggunakan Teknologi Time-and-wavelength
Division Multiplexing (twdm). eProceedings of Engineering, 4(3). (Jurnal Ketiga)
Sirmayanti, S., & Mahjud, I. (2020, January). OPTIMALISASI OPERASI MIMO DENGAN
TEKNIK SPATIAL MULTIPLEXING. In Seminar Nasional Hasil Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat (SNP2M) (pp. 103-108). (Jurnal Kedua)

Anda mungkin juga menyukai