DASAR TEORI
5
dihasilkan dari perancangan sebesar -26 dB. Dengan demikian antena ini sudah
dapat bekerja dengan baik, karena dari hasil perancangan sudah memenuhi target
yang diharapkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pragyan Jyoti Gogoi, Dhruba Jyoti Gogoi,
dan Nidhi S. Bhattacharyya yang berjudul “Modified Ground Plane Of Patch
Antenna For Broadband Applications In C-Band” mengenai pengaruh modifikasi
ground plane terhadap hasil kinerja antena tersebut. Pada penelitian ini,
modifikasi ground plane dilakukan dengan membuat 2 slot dan 3 slot secara
geometri. Antena ini dirancang dengan menggunakan bahan FR-4, konstanta
dielektrik sebesar 4,3 dan ketebalan 1,6 mm dengan menggunakan frekuensi C-
Band. Pada antena yang belum dimodifikasi ground plane menghasilkan return
loss sebesar -27,35 dB dan bandwidth sebesar 6,33% pada frekuensi 6 GHz. Pada
ground plane yang dimodifikasi dengan satu slot geometri menunjukkan hasil
return loss sebesar -23,42 dB dan penurunan bandwidth sebesar 3,72% pada
frekuensi 5,91 GHz. Pada ground plane yang dimodifikasi dengan dua slot
geometri menunjukkan tiga frekuensi resonansi dengan return loss sebesar -17 dB
dan peningkatan bandwidth sebesar 11,74% pada frekuensi 5,96 GHz. Pada
ground plane yang dimodifikasi dengan tiga slot geometri menunjukan dua
frekuensi resonansi dengan return loss -20 dB dan peningkatan bandwidth sebesar
13,05% pada frekuensi 5,44 GHz.
Pada dasar teori membahas tentang teknologi LTE, frekuensi 1800 MHz,
Multiple input multiple output (MIMO), antena mikrostrip dan parameter-
parameter dalam antena.
Fourth Generation (4G) mulai muncul pada tahun 2009 yang merupakan
teknologi pengembangan dan lanjutan dari teknologi sebelumnya yaitu 3G.
Sebelum adanya jaringan 4G, sudah terdapat teknologi sebelumnya yang hampir
sama dengan 4G yang dikembangkan di Korea Selatan pada tahun 2006 yaitu
WiMAX. Long Term Evolution (LTE) merupakan salah satu dari teknologi 4G
6
yang diperkenalakan oleh 3GPP dengan menggunakan teknologi Orthogonal
Frekuensi Divison Multiplexing (OFDM). Pada teknologi LTE menggunakan
sistem all-IP pada arsitektur jaringannya. LTE tidak mendukung soft handover
dan juga LTE beroperasi dengan menggunakan Time Division Duplexing (TDD)
dan Frequency Division Duplexing (FDD). Kecepatan akses data pada LTE
mampu mencapai 100 Mbps untuk bagian downlink dan 50 Mbps untuk bagian
uplink.
Generasi keempat (4G) merupakan sistem telepon seluler yang
menawarkan pendekatan baru dan solusi infrastruktur yang mengintegrasikan
teknologi nirkabel yang telah ada sebelumnya termasuk wireless broadband
(WiBro), 802.16e, CDMA, WLAN dan yang lainnya. Teknologi 4G
menggunakan frekuensi 900 MHz, 1800 MHz, 2100 MHz dan 2300 MHz.
Teknologi 4G memberikan pelayanan pengiriman data yang cepat untuk
mengakomodasi berbagai aplikasi yang bersifat online, seperti video
conferencing, video streaming, video call, game online, browsing dan yang
lainnya [1].
Di Indonesia, teknologi LTE pertama kali mucul pada tanggal 14
November 2013 yang diluncurkan oleh PT. Internux dengan merk dagang Bolt
Super 4G LTE dengan menerapkan teknologi Time Division Duplexing (TDD)
pada frekuensi 2300 MHz. Sitra WiMAX adalah salah satu operator 4G pertama
di Indonesia yang meluncurkan layanan 4G wireless broadband pada bulan Juni
2010. Sitra WiMAX merupakan bagian dari Lippo Group dengan merk dagang
terbaru dari PT. Firstmedia Tbk. Kemudian bermunculan operator di Indonesia
yang menggunakan teknologi 4G LTE, antara lain Telkomsel 4G LTE dengan
menggunakan frekuensi 1800 MHz, XL HotRod 4G LTE, Indosat Super 4G-LTE,
Smartfren 4G LTE dan HCPT 3.
Pada arsitektur jaringan 4G LTE ini dirancang dengan tujuan latency yang
rendah, mendukung trafik packet switching dengan mobilitas yang tinggi dan
quality of service (QoS). Pada arsitektur 4G LTE dirancang sangat sederhana
sekali yang hanya terdiri dua node saja, yaitu dari eNodeB dan Mobility
Management Entity/Gateway (MME/GW) [2].
7
2.2.2. Regulasi Frekuensi 1800 MHz
8
Gambar 2.1 Multiple Input Multiple Output (MIMO) [4]
9
untuk mencari panjang dan lebar antena mikrostrip dapat menggunakan
Persamaan 1 [5]:
𝑐
𝑊= (1)
𝜀
2 × 𝑓𝑜 √ 2𝑟
Dimana :
W = Lebar patch (mm)
εr = Konstanta dielektrik
c = Kecepatan cahaya di ruang bebas (3x108)
fo = Frekuensi kerja antena
Sedangkan untuk menentukan panjang patch (L) diperlukan parameter ΔL
yang merupakan pertambahan panjang dari L akibat adanya fringing effect.
Pertambahan panjang dari L (ΔL) tersebut dapat dicari menggunakan Persamaan 2
dan 3:
𝑊
(𝜀𝑒𝑓𝑓 + 0,3) ( + 0,264)
∆𝐿 = 0,412 × ℎ [ ℎ ] (2)
𝑊
(𝜀𝑒𝑓𝑓 − 0,258) ( + 0,8)
ℎ
1
𝐿= − 2∆𝐿 (3)
2𝑓𝑜 √𝜀𝑒𝑓𝑓 √𝜇𝑜 𝜀𝑟
Dimana:
∆𝐿 = Pertambahan panjang patch
h = Tebal substrate (mm)
µ0 = Konstanta dielektrik ( 4𝜋 × 10−7 𝑓/𝑚)
εeff = Konstanta dielektrik efektif
L = Panjang patch (mm)
Dimana untuk mengitung panjang patch (L), pertama harus ditentukan nilai
konstanta dielektrik efektif (εeff) yang dirumuskan pada persamaan 4:
1
𝜀𝑟 + 1 𝜀𝑟 − 1 ℎ −2
𝜀𝑒𝑓𝑓 = + [1 + 12 × ] (4)
2 2 𝑊
10
coaxial feed. Untuk menentukan panjang dan lebar dari inset feed dirumuskan
pada persamaan 5 dan 6:
𝜆
𝐿𝑓 = (5)
√𝜀𝑒𝑓𝑓
4
2ℎ 𝜀𝑟 − 1 0,61
𝑊𝑠𝑡 = [𝐵 − 1 − 𝑙𝑛(2𝐵 − 1) + (𝑙𝑛(𝐵 − 1) + 0,39 − )] (6)
𝜋 2 × 𝜀𝑟 𝜋
Dimana:
Lf = Panjang feed (mm)
Wst = Lebar feed (mm)
B = Besarnya impedansi pada saluran pencatu
Di mana variabel B dapat dihitung menggunakan persamaan 7 [5]:
60𝜋 2
𝐵= (7)
𝑍𝑜 √𝜀𝑟
11
Gambar 2.3 Mikrostip Line Feed [6]
Radiating Slot
Patch
Groundplane
Radiating Slot
Substrate
12
Gambar 2.5 Coaxial feed [6]
Patch
Substrate 1
Slot/Aperture
Groundplane
Mikrostrip slot antena memiliki konsep awal yaitu perancangan slot antena
dengan menggunakan saluran mikrostrip. Bentuk slot antena mempunyai banyak
model dalam perancangannya dan mempunyai kelebihan tersendiri. Slot pada
13
antena mikrostrip dapat mempengaruhi nilai dari return loss, gain, VSWR dan
bandwidth. Pada dasarnya sebuah antena mikrostrip terdiri dari elemen konduktor
dan peradiasi yang pencetakan dilakukan pada substrate. Sedangkan, eksitasinya
dilakukan oleh saluran mikrostrip, saluran transmisi koaksial, maupun kopling
elektromagnetik [7].
Antena array merupakan susunan dari beberapa antena yang identik atau
sama. Dalam antena mikrostrip patch, yang disusun secara array yaitu pada
bagian patch. Untuk membentuk pola yang memiliki keterarahan tertentu,
diperlukan medan dari setiap elemen array berinterferensi secara membangun
pada arah yang diinginkan dan berinterferensi secara merusak pada arah lain [8].
2.2.8. Gain
Gain antena yang absolut dalam arah tertentu dapat didefinisikan sebagai
rasio intensitas. Dengan intensitas radiasi akan diperoleh jika daya yang diterima
oleh antena akan terpancar secara isotropik.
Intensitas radiasi sesuai dengan daya yang terpancar secara isotropik
sama dengan daya yang diterima oleh antena terbagi dengan 4π. Biasanya, gain
mengacu pada nilai maksimum G. Secara matematis, gain dapat dinyatakan
sebagai berikut [8]:
14
𝑉𝑜− 𝑍𝐿 − 𝑍𝑜
Γ= = (9)
𝑉𝑜+ 𝑍𝐿 + 𝑍𝑜
Dimana:
ZL = Impedansi beban
Zo = Impedansi saluran
Sedangkan, untuk persamaan VSWR adalah sebagai berikut:
|𝑉|𝑚𝑎𝑥 1 + |Γ|
𝑆= = (10)
|𝑉|𝑚𝑖𝑛 1 − |Γ|
Kondisi VSWR yang bagus yaitu ketika nilainya 1 (S=1) yang berarti
tidak ada refleksi ketika saluran dalam keadaan matching yang sempurna. Namun
pada saat pengaplikasiaanya, nilai tersebut sulit untuk didapatkan. Oleh karena itu,
nilai yang digunakan sebagai standar VSWR pada saat pembuatan antena yaitu ≤
2 [8].
15
Dimana λg merupakan panjang gelombang pada bahan dielektrik
yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
𝜆
𝜆𝑔 = (13)
√𝜀𝑒𝑓𝑓
Dengan λ merupakan panjang gelombang yang berada diudara
bebas yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini [8]:
𝑐
𝜆= (14)
𝑓𝑜
2.2.12. Pola Radiasi
16
radiasi omnidirectional mempunyai jarak pancaran yang pendek sehingga daerah
cakupannya kecil (coverage area) [9].
2.2.13. T-Junction
2.2.14. Bandwidth
17
Gambar 2.10 Rentang Kerja Frekuensi [11]
18