Anda di halaman 1dari 12

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 2%

Date: Saturday, July 31, 2021


Statistics: 108 words Plagiarized / 5142 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

KOMPENSATOR EFEK DOPPLER BERKEMAMPUAN MIMO UNTUK FUTURE RAILWAY


MOBILE COMMUNICATION SYSTEM (FRMCS) PADA KERETA CEPAT DOPPLER SPREAD
COMPENSATOR HAVING MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT (MIMO) CAPABILITY FOR
FUTURE RAILWAY MOBILE COMMUNICATION SYSTEM (FRMCS) PROPOSAL TUGAS
AKHIR Disusun sebagai syarat mata kuliah Penyusunan Karya Ilmiah dan Proposal pada
Program Studi Strata 1 Teknik Telekomunikasi Oleh Nisa Noor Amalia 1101170156
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2020 ABSTRAK Kereta
cepat di masa depan menggunakan teknologi komunikasi pensinyalan Future Railway
Mobile Communication System (FRMCS) berbasis the ?fth gene- ration new radio (5G
NR) yang masih memiliki masalah efek Doppler karena ke- cepatan kereta yang tinggi.

Tugas Akhir ini mengusulkan Doppler Spread Com- pensator (DSC) yang memiliki dua
fungsi sekaligus yaitu: (i) memperbaiki sinyal yang diterima dengan menggunakan
teknik interpolasi dan (ii) mengubah kapasitas kanal dengan Multiple Input Multiple
Output (MIMO), sehingga sistem komunikasi pensinyalan kereta memiliki bit rate tinggi
yang memungkinkan untuk berbagai ap- likasi tambahan di masa depan. Tugas Akhir ini
menggunakan interpolator berbasis Minimum Mean Square Er- ror (MMSE). Evaluasi
performansi dilakukan dengan menghitung bit error rate (BER) dan frame error rate
(FER) teknik FRMCS terhadap signal-to-noise power ratio (SNR), dan terhadap
normalized Doppler Spread (F dTs) yang keduanya sa- ling mengkon?rmasi dengan
gradien performansi kurva yang sama. Seluruh eva- luasi dan validasi dilakukan dengan
simulasi komputer memperhatikan parameter lingkungan realistis Indonesia.

MIMO-DSC yang diusulkan diharapkan dapat: (i) mengatasi efek Doppler yang terjadi
pada kereta cepat yang bergerak dengan kecepatan maksimal 300 km/jam de- ngan
error-?oor di bawah 10 -3 dan (ii) memberikan kanal komunikasi pensinyalan kereta
cepat dengan teknik FRMCS. Hasil Tugas Akhir ini diharapkan dapat men- jadi referensi
untuk pengembangan kereta cepat di Indonesia. Kata Kunci: Future Railway Mobile
Communication System, Doppler Spread Com- pensator, Multiple Output Multiple Input
iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ii ABSTRAK iii DAFTAR ISI iv DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii I PENDAHULUAN 1 1.1

Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 1.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . .


. . . . . . . . . . . . . . 2 1.3 Tujuan dan Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.4 Batasan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3 1.5 Metode Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . 3 1.6 Jadwal Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 II KONSEP DASAR 6 2.1
Future Railway Mobile Communication System (FRMCS) . . . . . 6 2.2 Efek Doppler . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 2.3 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) . . . . .
. . 7 2.3.1 Cyclic Pre?x . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . 8 2.3.2 Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dan Fast Fourier Transform
(FFT) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 2.3.3 Numerologi OFDM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.3.4 Matriks Circulant dan Matriks Toeplitz . . . . . . . . . . . 9 2.4 Multiple Input Multiple
Output (MIMO) . . . . . . . . . . . . . . . 10 2.4.1 Spatial Diversity . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4.2 Spatial Multiplexing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 2.5 Bit Error Rate (BER) dan Frame
Error Rate (FER) . . . . . . . . . 12 2.5.1 Pengujian Bit Error Rate (BER) . . . . . . . . . . . . . . . 12
2.5.2 Pengujian Frame Error Rate (FER) . . . . . . . . . . . . .

12 iv III MODEL SISTEM DAN PERANCANGAN 13 3.1 Model Sistem Komunikasi Kereta
Cepat . . . . . . . . . . . . . . . 13 3.2 Tahap Perancangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 3.3
Doppler Spread Compensator (DSC) . . . . . . . . . . . . . . . . . 14 3.4 Sistem MIMO-DSC . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 3.4.0.1 Transmitter . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 3.4.0.2 Receiver . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 REFERENCES 19 DAFTAR REFERENSI 19 v DAFTAR GAMBAR 1.1
Perkembangan teknologi pensinyalan kereta cepat. . . . . . . . . . 1 2.1 Sistem antena kereta
cepat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 2.2 Sistem MIMO. . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . 11 3.1 Sistem komunikasi kereta cepat dengan DSC-MIMO. . . . . . . . . 13


3.2 Diagram alir desain dan simulasi MIMO-DSC. . . . . . . . . . . . 14 3.3 Doppler Spread
Compensator untuk kereta cepat. . . . . . . . . . . 16 3.4 Sistem komunikasi kereta cepat
dengan DSC-MIMO. . . . . . . . . 17 vi DAFTAR TABEL 1.1 Jadwal pelaksanaan. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 5 2.1 Parameter Numerologi OFDM pada Teknologi 5G NR. . . . . . . . 8 3.1
Parameter MIMO-OFDM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 vii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar
Belakang Masalah Kereta cepat adalah transportasi umum kereta api dengan kecepatan
lebih dari 300 km/jam.

Sistem pensinyalan kereta cepat menggunakan standart yang sama dengan teknologi
seluler. Seiring perkembangan teknologi seluler, teknologi pensinyalan kereta cepat pun
ikut berkembang. Gambar 1.1 merupakan perkem- bangan pensinyalan kereta cepat di
dunia. Pensinyalan kereta cepat dimulai dari Global System for Mobile
Communication–Railway (GSM-R) , Terrestrial Trunked Radio (TETRA), Long Term
Evolution – Railway (LTE-R), hingga teknologi masa depan Future Railway Mobile
Communication System (FRMCS) [1]. GSM-R merupakan pensinyalan kereta cepat yang
populer. GSM-R akan berhenti pada tahun 2030 seperti yang dikemukakan oleh GSM-R
Industry Group [2], dan akan digantikan dengan teknologi FRMCS.

Meskipun spektrum frekuensi pada teknologi FRMCS akan menggantikan spektrum


frekuensi GSM-R, namun terdapat penambahan bandwidth [3]. Gambar 1.1
Perkembangan teknologi pensinyalan kereta cepat. 1 Pergerakan kereta cepat dapat
menimbulkan efek Doppler. Efek Doppler meru- pakan perubahan frekuensi sinyal yang
diterima karena adanya pergerakan trans- mitter atau receiver [4]. Efek Doppler yang
besar dapat mengakibatkan error-?oor pada bit yang diterima. Error–?oor adalah error
yang tidak turun meskipun noise semakin kecil. Kedua hal tersebut mengakibatkan
kerusakan sinyal dan meng- ganggu sistem komunikasi kereta cepat. Efek Doppler akan
bertambah besar seiring dengan pertambahan kecepatan kereta.

Efek Doppler dapat diatasi dengan Doppler Spread Compensator (DSC). Teknik DSC
pada kereta cepat sudah pernah diteliti dengan menggunakan antena susunan untuk
mengurangi efek Doppler, dan Bit Error Rate yang didapatkan cukup baik [5]. Kanal yang
digunakan adalah kanal FRMCS berbasis the ?fth genera- tion new radio (5G NR) [6].
Teknologi 5G memiliki bandwidth yang lebih besar, sehingga sistem komunikasi 5G
akan menyediakan layanan data kecepatan tinggi untuk operasi kereta cepat [7]. Tugas
Akhir ini menambahkan fungsi Multiple Input Multiple Output (MIMO) untuk
mengoptimalkan kerja DSC, sehingga DSC tidak hanya mampu mengatasi kerusakan
sinyal akibat efek Doppler tapi mampu mengubah kapasitas kanal se- hingga sistem
komunikasi pensinyalan kereta cepat memiliki bit rate yang tinggi. Teknik penyetaraan
yang digunakan adalah Minimum Mean Square Error (MMSE) berbasis interpolator [8].

Evaluasi performansi dilakukan dengan menghitung Bit Error Rate (BER) , dan Frame
Error Rate (FER) terhadap signal to noise ratio (SNR), dan terhadap normalized Doppler
Spread (F dTs). Hasil luaran Tugas Akhir ini adalah MIMO-DSC yang mampu mengatasi
efek Doppler pada kereta cepat de- ngan kecepatan 300 km/jam dengan error-?oor di
bawah 10 -3, dan memberikan kanal komunikasi pensinyalan kereta cepat dengan
teknik FRMCS. 1.2 Rumusan Masalah Sistem pensinyalan kereta cepat di Indonesia
belum optimal dikarenakan adanya efek Doppler sehingga menimbulkan error-?oor
yang mengganggu pensinyalan kereta cepat.
Selan itu, Kereta cepat masa depan juga memerlukan kanal pensinyalan kereta yang
memiliki bit rate yang tinggi untuk berbagai aplikasi tam- bahan di masa depan yang
saat ini belum terkover oleh teknologi pensinyalan yang ada. 2 1.3 Tujuan dan Manfaat
Tugas Akhir ini bertujuan mengoptimalkan Doppler Spread Compensator (DSC)
sehingga memiliki dua fungsi yaitu: (i) memperbaiki sinyal yang diterima dengan
menggunakan teknik interpolasi dan (ii) merubah kapasitas kanal Multiple Input
Multiple Output (MIMO), sehingga sistem komunikasi pensinyalan kereta memiliki bit
rate tinggi yang memungkinkan berbagai aplikasi tambahan di masa depan. Luaran
Tugas Akhir ini diharapkan menjadi referensi untuk pengembangan kereta cepat di
masa depan.

1.4 Batasan Masalah Ruang lingkup pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai
berikut: 1. Channel model yang digunakan adalah channel model 5G. 2. Tugas Akhir ini
menggunakan interpolator berbasis Minimum Mean Square Error (MMSE). 3. Kecepatan
kereta dibatasi maksimal 300 km/jam. 4. Performansi BER dan FER dievaluasi terhadap
Signal-to Noise Power Ratio dan normalized Doppler Spread (F dTs). 1.5 Metode
Penelitian Metode Penelitian yang diterapkan dalam Tugas Akhir ini, diantaranya
sebagai berikut: 1.

Studi Literatur Tahap ini melakukan studi literatur dengan mengumpulkan referensi
yang dibutuhkan untuk memperoleh informasi dan data yang berkaitan khusunya
mengenai efek Doppler, sistem pensinyalan kereta cepat, Doppler Spread Compensator
(DSC), Multiple Input Multiple Output (MIMO), dan teori-teori dasar mengenai Wireless
Communication. Referensi dapat berupa buku – buku, artikel – artikel, maupun hasil
penelitian yang berkaitan dengan peneli- tian. 3 2. Perancangan Sistem MIMO-DSC
Tahap ini melakukan perancangan sistem MIMO dan interpolator. Peranca- ngan
dilakukan dengan menggunakan software. Tahap ini juga menentukan desain
interpolator yang sesuai dengan MIMO-DSC. 3.

Simulasi MIMO-DSC Tahap ini melakukan simulasi MIMO-DSC pada sistem kereta cepat.
Tahap ini juga melakukan validasi performansi dengan menghitung Bit Error Rate (BER),
dan Frame Error Rate terhadap Signal to Noise Ratio (SNR) dan ter- hadap normalized
Doppler Spread pada sistem kereta cepat dengan MIMO- DSC dan tanpa MIMO-DSC.
Tahap ini juga menghitung kapasitas kanal pada kereta cepat. 4. Analisis dan Evaluasi
Tahap ini melakukan analisis performansi Doppler Spread Compensator (DSC) yang
dihubungkan dengan MIMO pada sistem kereta cepat.

Tu- gas Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengimplementasi sistem kereta
cepat di Indonesia. 5. Penarikan kesimpulan Tahap ini melakukan penarikan kesimpulan
berdasarkan hasil simulasi dan analisis MIMO-DSC yang telah dilakukan. Kesimpulan
dari tahap ini akan ditulis dalam laporan Tugas Akhir. 1.6 Jadwal Pelaksanaan Rincian
jadwal pelaksanaan Tugas Akhir ini ditunjukkan oleh Tabel 1.1. 4 Tabel 1.1 Jadwal
pelaksanaan. No Deskripsi Tahapan Durasi Tanggal Selesai Milestone 1 Studi Literatur 3
bulan 25 Maret 2020 Mendapatkan informasi mengenai DSC, MIMO, dan teori lain
pendukung Tugas Akhir 2 Perancangan MIMO-DSC 2 bulan 25 Mei 2020 Mendapatkan
Sistem MIMO dan interpolator yang sesuai untuk MIMO-DSC 3 Simulasi MIMO-DSC 2
bulan 25 Juli 2020 Simulasi dengan MIMO-DSC dan tanpa MIMO-DSC pada kereta
cepat Jakarta-Bandung 4 Evaluasi BER dan FER performansi 2 bulan 25 September 2020
Hasil evaluasi BER dan FER terhadap SNR dan F dTs 5 Analisis 1 bulan 25 Oktober 2020
Analisis pengaruh MIMO-DSC pada kereta cepat 6 Penyusunan Tugas Akhir 2 bulan 25
Desember 2020 Tugas Akhir sudah dikirimkan 5 BAB II KONSEP DASAR 2.1

Future Railway Mobile Communication System (FRMCS) FRMCS adalah teknologi


pensinyalan kereta cepat berbasis (5G NR). FRMCS akan menggantikan GSM-R,
dikarenakan GSM-R akan berakhir pada tahun 2030 [2]. FRMCS memiliki rentang
frekuensi yang sama dengan GSM-R, namun ada penambahan bandwidth menjadi 7
MHz. Spektrum frekuensi uplink sekitar 873 MHz sampai dengan 880 MHz, dan
frekuensi downlink sekitar 918 MHz sampai dengan 925 MHz. Kelebihan FRMCS
dibandingkan teknologi pensinyalan kereta lainnya adalah sebagai berikut: 1. Latensi
data yang rendah. 2. Kecepatan data yang lebih tinggi. 3. Komunikasi multimedia. 4.
Keandalan komunikasi yang ditingkatkan. 2.2

Efek Doppler Efek Doppler adalah perubahan frekuensi sinyal dari sumber yang diterima
oleh penerima akibat pergerakan transmitter atau receiver. Efek Doppler berlaku pada
gelombang bunyi dan gelombang elektromagnetik. Efek Doppler dapat merusak sinyal.
Frekuensi pergeseran Doppler maksimum dinyatakan dengan fd = v cos T c fc (2.1)
dengan v adalah kecepatan kereta (m/s), fc adalah frekuensi carrier (Hz) [9], c adalah
kecepatan cahaya yang bernilai 3 × 108 m/s, ? adalah sudut antara trans- mitter dengan
receiver.

Besarnya efek Doppler dipengaruhi oleh frekuensi carrier dan kecepatan kereta. Semakin
besar frekuensi carrier dan kecepatan kereta maka semakin besar efek Doppler. Semakin
besar efek Doppler, maka semakin cepat perubahan kanal yang terjadi sehingga
mempengaruhi penerimaan sinyal pada re- ceiver. 6 Gambar 2.1 Sistem antena kereta
cepat. Sinyal yang dipancarkan dari base station ke kereta akan terkena Efek Doppler.
Gambar 2.1 menjelaskan kereta yang bergerak menuju titik O dengan kecepatan v (m/s),
l adalah jarak dari BTS ke rel, dan a adalah jarak dari titik O ke antena kereta elemen
pertama [10].

Efek Doppler tiap antena dapat dinyatakan dengan D (t ) = fc · v c · cos Tn (t ) (2.2) cos
Tn (t ) = a + nd - vt p (a + nd - vt )2 + d2 ,n = 0 - K (2.3) dengan n adalah indeks antena
dan K adalah total elemen antena. 2.3 Orthogonal Frequency Division Multiplexing
(OFDM) Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) merupakan skema un- tuk
mengirimkan bit informasi melalui satu saluran dengan frekuensi tertentu untuk
transmisi data berkecepatan tinggi melalui kanal multipath fading. OFDM men- gurangi
kerusakan sinyal akibat Inter-Symbol Interference (ISI) dan Inter-Carrier Interference (ICI)
dengan penggunaan cyclic pre?x.

OFDM menggunakan subcar- rier yang saling orthogonal untuk meningkatkan e?siensi
bandwidth pada kanal [11]. OFDM menggunakan Inverse Fast Fourier Transform (IFFT)
pada sisi trans- mitter dan Fast Fourier Transform (FFT) pada receiver agar subcarrier
orthogonal. 7 Tabel 2.1 Parameter Numerologi OFDM pada Teknologi 5G NR.
Parameter/Numerology 0 1 2 3 4 Subcarrier Spacing(KHz) 15 30 60 120 240 OFDM
Symbol Duration 66.67 33.33 16.67 8.33 4.17 Cyclic Pre?x Duration 4.69 2.34 1.17 0.57
0.29 OFDM Symbol incl.CP 71.35 35.68 17.84 8.92 4.46 Bandwidth minimum (MHz) 4.32
8.64 17.28 34.56 69.12 Bandwidth maximum (MHz) 49.5 99 198 396 397.44 2.3.1

Cyclic Pre?x Cyclic Pre?x didapat dengan mereplika bit yang terletak di bagian akhir dari
simbol untuk diletakkan di bagian awal simbol. Cyclic Pre?x digunakan untuk
menghilangkan ISI akibat kanal multipath fading, sehingga proses deteksi pada sisi
receiver lebih mudah dilakukan pada simbol yang telah dilengkapi Cyclic Pre?x
walaupun terkena ISI. Dalam Cyclic Pre?xed Orthogonal Frequency Division Mul-
tiplexing (CP-OFDM), satu blok simbol kompleks dipetakan ke satu pasang orthog- onal
carrier. CP-OFDM memiliki kompleksitas yang rendah karena penggunaan IFFT [12].

Selain itu, untuk menjamin kinerja sistem yang terbebas dari ISI, pan- jang Cyclic Pre?x
didesain sama atau lebih besar dari jumlah path dalam power delay prole (PDP). 2.3.2
Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dan Fast Fourier Transform (FFT) Inverse Fast
Fourier Transform (IFFT) adalah proses yang dilakukan pada transmitter untuk
menghasilkan subcarrier yang saling orthogonal. Fast Fourier Trasnform (FFT) adalah
proses pada receiver yang digunakan untuk mentransfor- masi simbol OFDM sebelum
didemodulasi dan diubah menjadi bit informasi.

Uku- ran FFT berdasarkan jumlah subcarrier dari simbol OFDM yaitu ukuran 2n de- ngan
n adalah jumlah sampel yang diubah dari domain waktu ke domain ke domain frekuensi
[13]. IFFT, FFT, dan Cyclic Pre?x digunakan untuk mengatasi komplek- sitas sistem dan
melindungi simbol OFDM dari ISI dan efek Doppler. 2.3.3 Numerologi OFDM Teknologi
5G menggunakan Numerologi OFDM untuk memenuhi permintaan pada frekuensi dan
aplikasi yang didukung oleh 5G NR menggantikan OFDM tunggal pada teknologi 4G
LTE yang tidak dapat memenuhi permintaan tersebut.
8 Numerologi OFDM ditunjukan pada Tabel 2.1 yang meliputi bandwidth, panjang Cyclic
Pre?x, jarak antar subcarrier, durasi persimbol OFDM, ukuran FFT, dan bandwidth
maksimum serta minimum [14]. Numerologi Tugas Akhir ini menggu- nakan
Numerologi OFDM 0 dengan mengacu pada teknologi yang digunakan yaitu FRMCS.
2.3.4 Matriks Circulant dan Matriks Toeplitz Sinyal yang diterima receiver dinyatakan
sebagai y = FHFH · x + n (2.4) dengan n adalah vektor noise, x adalah simbol yang
ditransmisikan, F adalah ma- triks FFT, FH adalah matriks IFFT, dan H adalah matriks
Toeplitz yang komponen diagonalnya berisi path kanal h. Simbol yang ditransmisikan x
= [abcd ] dengan penambahan CP.

Panjang CP LCP =2 menjadi XCP = [cdabcd ]. Nilai path kanal h = [1 ,0 .8 ,0 .6 ], maka


sinyal yang diterima pada receiver dapat dinyatakan de- ngan y = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? 1 0 0 0 0 0 0 .7 1 0 0 0 0 0 .4 0 .7 1 0 0 0 0 0 .4 0 .7 1 0 0 0 0 0 .4 0 .7 1 0 0 0 0 0 .4 0
.7 1 0 0 0 0 0 .4 0 .7 0 0 0 0 0 0 .4 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? c d a b c d
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? + ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? (2.5) y = ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? c 0 .7c + d 0 .4c + 0 .7d + a 0 .4d + 0 .7a +
b 0 .4a + 0 .7b + c 0 .4b + 0 .7c + d 0 .4c + 0 .7d 0 .4d ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? + ? ? ?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? n1 n2 n3 n4 n5 n6 n7 n8 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (2.6) 9 Setelah
CP dihilangkan, sinyal yang diterima dapat dinyatakan dengan y = ? ? ? ? ? ? 0 .4c + 0
.7d + a 0 .4d + 0 .7a + b 0 .4a + 0 .7b + c 0 .4b + 0 .7c + d ? ? ? ? ? ? + ? ? ? ? ? ? n3 n4
n5 n6 ? ? ? ? ? ? (2.7) yang ekivalen dengan y = ? ? ? ? ? ? 1 0 0 .4 0 .7 0 .7 1 0 0 .4 0 .4 0
.7 1 0 0 0 .4 0 .7 1 ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? a b c d ? ? ? ? ? ? + ? ? ? ? ? ? n3 n4 n5 n6 ? ? ? ? ?
? (2.8) y = Hc · x + n (2.9) 2.4

Multiple Input Multiple Output (MIMO) Multiple input Multiple Output (MIMO) adalah
sistem wireless yang dapat meningkatkan kapasitas data rate dengan menggunakan
multi antena disisi trans- mitter dan receiver. Sistem MIMO memperoleh peningkatan
kapasitas yang sig- ni?kan, sehingga kinerja sistem menjadi lebih baik dibandingkan
dengan sistem Single Input Single Output (SISO). Kanal MIMO terdiri dari sejumlah Mt
antena di sisi transmitter dan Mr antena di sisi receiver. Gambar 2.2 Kanal MIMO Mt ×
Mr untuk H pada (2.16). Sistem tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut y = H · x + n (2.10) dengan y adalah sinyal yang diterima, x adalah sinyal yang
dikirim, H adalah MtxMr kanal matriks [15]. Matriks H dapat dinyatakan sebagai berikut
H = ? ? ? ? ? ? h11 h21 ... hM1 h12 h22 ... hM2 . . ... . h1M h2M ... hMM ? ? ? ? ? ? (2.11)
dengan hi , j menyatakan koe?sien kanal dari antena transmitter j dan antena re- ceiver i
dengan asumsi Complex Gaussian random variable. 10 2.4.1

Spatial Diversity Spatial diversity digunakan untuk mengurangi error akibat fading dan
noise dengan diversitas antena transmitter dan receiver. Pada Spatial Diversity data yang
dipancarkan pada setiap transmitter adalah sama. Metode selection diver- sity adalah
metode untuk memilih sinyal dari transmitter yang memiliki kualitas terbaik. Metode
lainnya adalah metode combining dengan Equal Gain Combining (EGC) atau Maximum
ratio Combining (MRC) untuk mendapatkan diversity spa- tial. 2.4.2

Spatial Multiplexing Pada Spatial Multiplexing data masukan dapat dipecah menjadi
beberapa bagian dan dikirimkan oleh masing - masing antena transmitter yang bekerja
pada frekuensi yang sama. Spatial multiplexing memiliki kelebihan yaitu dengan men-
girimkan sinyal yang berbeda pada bandwidth yang sama dan dapat disandingkan
dengan tepat pada receiver, sehingga seperti terdapat satu kanal untuk satu trans-
mitter. Spatial multiplexing dapat meningkatkan data rate. Gambar 2.2 Sistem MIMO. 11
2.5 Bit Error Rate (BER) dan Frame Error Rate (FER) 2.5.1 Pengujian Bit Error Rate (BER)
Perhitungan BER dalam Tugas Akhir ini berdasarkan pada sistem CP-OFDM.

BER dihitung dengan P b = BitError BitTransmitted (2.12) dengan Bit error merupakan
jumlah bit yang diterima melalui jalur komunikasi yang mengalami perubahan akibat
gangguan sistem transmisi sinyal data, dan Bit transmitted adalah jumlah informasi yang
dikirimkan selama proses berlangsung. BER dikatakan baik jika bernilai semakin kecil.
Performansi BER pada kanal mul- tipath fading lebih baik dibandingkan singlepath
fading akibat diversity.

Perfor- mansi BER model kanal kereta Indonesia dikatakan benar jika gradien kurva BER
sama dengan gradien kurva teori. 2.5.2 Pengujian Frame Error Rate (FER) Perhitungan
FER dalam Tugas Akhir ini berdasarkan pada sistem CP-OFDM. FER dihitung dengan F e
= FrameError FrameTransmitted (2.13) dengan Frame error adalah jumlah frame yang
mengalami perubahan akibat gang- guan sistem transmisi sinyal data, dan Frame
Transmitted adalah jumlah informasi yang dikirimkan. Prinsip FER tidak jauh berbeda
dengan BER. FER dikatakan baik jika bernilai semakin kecil. 12 BAB III MODEL SISTEM
DAN PERANCANGAN 3.1

Model Sistem Komunikasi Kereta Cepat Future Railway Mobile Communication System
(FRMCS) adalah teknologi pensinyalan kereta cepat berbasis teknologi 5G. FRMCS
memiliki rentang frekuensi yang sama dengan GSM-R dengan penambahan bandwidth
sebesar 7 MHz. Pergerakan kereta yang sangat cepat mengakibatkan efek Doppler.
Tugas Akhir ini mendesain Doppler Spread Compensator yang memiliki antena. Sinyal
yang diterima antena akan diteruskan ke interpolator. Pada interpolator, sinyal yang
rusak akibat efek Doppler diperbaiki seperti sinyal semula. Sinyal yang keluar dari
interpolator akan diteruskan ke OFDM receiver seperti yang ditampilkan pada Gambar
3.1. Gambar 3.1
Sistem komunikasi kereta cepat dengan DSC-MIMO. 13 Gambar 3.2 Diagram alir desain
dan simulasi MIMO-DSC. 3.2 Tahap Perancangan Langkah perancangan yang dilakukan
ialah melakukan desain interpolator dan MIMO - DSC dengan spesi?kasi yang telah
ditentukan. Kemudian setelah mende- sain interpolator dan MIMO - DSC dilakukan
simulasi MIMO - DSC pada sistem Kereta Cepat. Diagram alir untuk desain interpolator
hingga skenario pengujian parameter ditunjukkan pada Gambar 3.2. 3.3 Doppler Spread
Compensator (DSC) Efek Doppler adalah perubahan frekuensi sinyal yang diterima
akibat pergera- kan transmitter atau receiver. Efek Doppler menyebabkan kerusakan
sinyal akibat pergerakan kereta yang sangat cepat.

Besarnya efek Doppler sebanding dengan ke- cepatan kereta, semakin cepat kereta
semakin besar efek Doppler. DSC berfungsi 14 untuk memperbaiki bit-bit yang rusak
akibat efek Doppler, sehingga kembali seperti sebelum terkena efek Doppler [5]. Sistem
DSC terdiri dari antena, interpolator, dan OFDM receiver seperti pada gambar 3.3.
Antena disusun sebanyak K elemen. Antena dipasang sejajar arah per- gerakan kereta.
Antena menerima sinyal, dan diteruskan ke interpolator, hasil dari interpolator
diterapkan pada OFDM receiver untuk dilakukan demodulasi sinyal. r(t) = h r0 (t ) ,r1 (t )
, ...,rK -1 (t ) iT (3.1) r (t ) adalah fungsi transpose sinyal yang diterima K elemen pada
waktu t. K adalah jumlah antena yang digunakan pada DSC. Hasil dari interpolator
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut r (x;t ) = wT (x )r (t ) , (3.2) w (x ) adalah
weight vector yang digunakan untuk estimasi penerimaan sinyal saat posisi x. Weight
vector dihitung dengan w (x ) = R -1 b (X ) , (3.3) b (x ) adalah cross correlation vector,
dengan R adalah correlation matrix antar ele- men antena yang dihitung dengan b (x ) =
J0 (2 p (kd - x ) / ? ) (3.4) J0 (x ) adalah zero-th order fungsi Bessel dari jenis pertama.

Correlation matrix dapat dihitung dengan Rkn = J0 (2 pd (n - k ) / ? ) (3.5) dengan ?


adalah panjang gelombang, n, dan k adalah elemen antena. 15 Gambar 3.3 Doppler
Spread Compensator untuk kereta cepat. 3.4 Sistem MIMO-DSC Tugas Akhir ini
mengusulkan MIMO-DSC. Sistem MIMO terletak pada an- tena. Antena tidak hanya
sebagai DSC yang dapat mengatasi efek Doppler tapi berfungsi sebagai MIMO yang
mampu mengubah kapasitas kanal sehingga memi- liki bit rate yang tinggi. Gambar 3.4
menunjukkan sistem komunikasi kereta cepat dengan MIMO-DSC. 3.4.0.1

Transmitter Pada sisi Transmitter, data biner u dikirimkan secara acak sebanyak jumlah
bit tertentu dengan probabilitas kemunculan bit 0 dan 1 sama banyak. Bit yang telah
dikirimkan akan masuk ke channel encoder. Hasil luaran kemudian masuk ke in-
terleaver untuk diacak agar tidak ada korelasi dalam proses iterative decoding. In-
formasi akan dipetakan dan memasuki proses modulasi, modulasi dengan BPSK. MIMO
module dapat ditentukan berdasarkan lingkungan. Simbol keluaran kemu- dian
ditransformasikan menggunakan IFFT untuk mengubah simbol dari domain frekuensi
menjadi domain waktu.

Selanjutnya dilakukan proses Serial to paral- lel untuk membagi deretan simbol pada
transmitter menjadi deretan simbol par- alel yang akan dikirimkan melalui antena
berbeda. Blok Insertion CP berfungsi 16 menambahkan bagian akhir simbol ke bagian
awal simbol sehingga membentuk simbol baru. Simbol tersebut selanjutkan akan
ditransmisikan melalui kanal. Pada saat proses pengiriman inilah terjadi efek Doppler.
Pemodelan kanal sudah diteliti sebelumnya [6] dengan software New York Simulation
(NYUSIM). 3.4.0.2 Receiver Pada sisi receiver, simbol akan masuk ke sistem Doppler
Spread Compensator yang berfungsi menghilangkan efek Doppler.

Kemudian simbol yang diterima akan masuk ke blok CP removal untuk menghilangkan
CP. Deretan simbol paralel yang diterima dijadikan deretan seri dengan Parallel to serial
converter. Kemudian sim- bol ditransformasikan kembali menggunakan FFT untuk
mengubah kembali dari domain waktu ke domain frekuensi. Selanjutnya diproses oleh
MIMO module. Hasil keluaran didemodulasi dan dikembalikan menjadi kumpulan bit
pada blok Demapper. Kemudian bit hasil keluaran dilakukan deinterleaving. Bit akan di-
decode menggunakan channel decoder. Gambar 3.4 Sistem komunikasi kereta cepat
dengan DSC-MIMO. 17 Tabel 3.1

Parameter MIMO-OFDM Parameter Nilai Tx X Rx 4 x 4 Subcarrier Spacing (KHz) 15


OFDM Symbol Duration 66.67 Cyclic Pre?x Duration 4.69 OFDM Symbol incl. CP 71.35
Bandwidth minimum (MHz) 4.32 Bandwidth Maximum (MHz) 49.5 Tugas Akhir ini
menggunakan parameter numerologi OFDM 0. Bandwidth yang digunakan sebesar 7
MHz dengan frekuensi 873 MHz – 880 MHz untuk up- link dan 918 MHz – 925 MHz
untuk Downlink. Hal tersebut menyesuaikan dengan spesi?kasi komunikasi FRMCS. 18
DAFTAR REFERENSI [1] K. Anwar, I. A. Rangkuti, M. Hendra Maulana Sambas, and A. K.
Ridwanud- din, “Studi sistem komunikasi nirkabel untuk pensinyalan kereta cepat
indone- sia,” vol. 21, no. 4, 2019.

[2] EIM, “Future railway mobile communication system, eim expectation and key
challenges,” Tech. Rep., December 2016. [3] ETSI, “Gsm-r networks evolution,” Tech.
Rep., February 2017. [4] T. Liu, X. Ma, R. Zhao, H. Dong, and L. Jia, “Doppler shift
estimation for high-speed railway scenario,” in 2016 IEEE 83rd Vehicular Technology
Con- ference (VTC Spring), May 2016, pp. 1–5. [5] M. Okada, H. Takayanagi, and H.
Yamamoto, “Array antenna assisted doppler spread compensator for ofdm,” European
Transactions on Telecommunica- tions, vol. 13, no. 5, pp. 507–512, september-oktober
2002. [6] M. Hendra Maulana Sambas, K. Anwar, and A.

Sugiana, “Study on doppler effect for future railway mobile communication system in
indonesia,” 2019. [7] T. Zhou, H. Li, Y. Wang, L. Liu, and C. Tao, “Channel modeling for
future high-speed railway communication systems: A survey,” IEEE Access, vol. 7, pp. 52
818–52 826, 2019. [8] W. Zhou, J. Wu, and P. Fan, “High mobility wireless
communications with doppler diversity: Fundamental performance limits,” IEEE
Transactions on Wireless Communications, vol. 14, no. 12, pp. 6981–6992, Dec 2015. [9]
N. Habibi and I. Sucahyo, “Perancangan alat ukur kecepatan menggunakan sensor
ultrasonik dan prinsip efek doppler,” vol. 4, no. 3, pp. 48–54, 2015. [10] Y. Yang, P. Fan,
and Y.

Huang, “Doppler frequency offsets estimation and diversity reception scheme of high
speed railway with multiple antennas on separated carriages,” in 2012 International
Conference on Wireless Communi- cations and Signal Processing (WCSP), Oct 2012, pp.
1–6. 19 [11] N. Michailow, M. Matth´ e, I. S. Gaspar, A. N. Caldevilla, L. L. Mendes, A. Fes-
tag, and G. Fettweis, “Generalized frequency division multiplexing for 5th ge- neration
cellular networks,” IEEE Transactions on Communications, vol. 62, no. 9, pp. 3045–3061,
Sep. 2014. [12] P. Guan, D. Wu, T. Tian, J. Zhou, X. Zhang, L. Gu, A. Benjebbour, M.
Iwabuchi, and Y. Kishiyama, “5g ?eld trials: Ofdm-based waveforms and mixed
numerologies,” IEEE Journal on Selected Areas in Communications, vol.

35, no. 6, pp. 1234–1243, June 2017. [13] L. Marijanovic, S. Schwarz, and M. Rupp,
“Optimal numerology in ofdm sys- tems based on imperfect channel knowledge,” in
2018 IEEE 87th Vehicular Technology Conference (VTC Spring), June 2018, pp. 1–5. [14] J.
Vihri¨ al¨ a, A. A. Zaidi, V. Venkatasubramanian, N. He, E. Tiirola, J. Medbo, E. L¨
ahetkangas, K. Werner, K. Pajukoski, A. Cedergren, and R. Baldemair, “Numerology and
frame structure for 5g radio access,” in 2016 IEEE 27th An- nual International
Symposium on Personal, Indoor, and Mobile Radio Com- munications (PIMRC), Sep.
2016, pp. 1–5. [15] A. Goldsmith, Wireless Communications.

Cambridge University Press, 2005.

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - http://digilib.uinsgd.ac.id/29368/4/4_bab1.pdf
<1% - https://idoc.pub/documents/laporan-kerja-praktek-34m27kvvvon6
<1% - https://repository.bsi.ac.id/index.php/unduh/item/50577/PDF-TA.pdf
<1% -
https://www.slideshare.net/dudun9/pedoman-usulan-proposal-ta-dan-laporan-tugas-ak
hir
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/299931247.pdf
<1% - https://www.scribd.com/document/361388482/Data-TA-2017-xlsx
<1% - https://journals.telkomuniversity.ac.id/jett/article/download/107/56/
<1% -
https://www.researchgate.net/profile/Apriana-Toding/publication/324557951_Improving
_Method_MIMO_Multi_Relay_Using_Zero_Forcing_At_Network_System/links/5ad556ff0f7
e9b285936b40e/Improving-Method-MIMO-Multi-Relay-Using-Zero-Forcing-At-Networ
k-System.pdf
<1% -
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1035/2/ART_Yonathan%20Santoso_Si
stem%20MIMO_Full%20text.pdf
1% -
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=1482474&val=11423&title=
SISTEM%20MIMO%20DAN%20APLIKASI%20PENGGUNAANNYA
<1% - https://yanaanwar94.wordpress.com/category/makalah/
1% - https://academic.oup.com/cid/article/41/5/768/332400

Anda mungkin juga menyukai