Anda di halaman 1dari 415

REKAYASA TRAFIK

TELEKOMUNIKASI

Dibuat oleh :

SOFIA NANING HERTIANA

NIP : 99710170-1

ISTITUT TEKNOLOGI TELKOM

BANDUNG

2009

LEMBAR PENGESAHAN

DIKTAT KULIAH

REKAYASA TRAFIK
TELEKOMUNIKASI

Dibuat oleh :

SOFIA NANING HERTIANA

NIP : 99710170-1

Bandung,

Maret 2009

Ketua Dept. Teknik Elektro

Ir. Jangkung Raharjo. MT

NIP : 91660051

DAFTAR ISI
LEMBAR
PENGESAHAN.........................................................................................i.

DAFTAR
ISI................................................................................................................ ii

KATA
PENGANTAR..................................................................................................

PENDAHULUAN

KONSEP DASAR TRAFIK

2.1

Tujuan instrusional

2.2

Definisi

2.3

Besaran
Trafik

1. L
aj
u
ke
da
ta
ng
an

2. H
ol
di
ng
Ti
m
2.5

Variasi Trafik

2.6

Busy Hour

2.7

Latihan

DERAJAT PELAYANAN

3.1

Tujuan Instruksional

3.2

Aliran Trafik

1. Offered Traffic

2. Carried Traffic

3.Lost/block traffic

3.3

Derajat Pelayanan

3.4
Probabilitas of Blocking

3.5

Kemacetan (Congestion)

1. Kemacetan waktu

2. Kemacetan panggilan

3.Kemacetan trafik

3.6

End to End Grade of


Service ( NNGOS
Gaudreau)

4. Struktur dasar
persamaan
recursive
Gaudreau

5.Matrik Gaudreau

3.7

Latihan Soal

PEMILIHAN MODEL TRAFIK

4.1

Tujuan Instruksional

4.2

Pola kedatangan
trafik

6. Pola
kedatangan
smooth

7. Pola
Penanganan panggilan yang ditolak

4.3.1 Lost call held

10

11

12

18

19

22

25

25

26

28

28

33

34

34
34

34

36

36

38

42

43

43

44

45

45

48

49

ii

4.4

4.5

4.6

4.7

4.8

4.9

5
6

2. Lost call cleared

3. Lost call delayed

4.Lost call retried

Jumlah sumber trafik

Waktu genggam

Proses kelahiran dan kematian

Persamaan kesetimbangan

Diagram transisi kondisi

Latihan soal

50

51

52

54

54

57

59

59

60

SISTEM RUGI

5.1
Tujuan instruksional

5.2

Model Poisson

1. Diagram Transisi Kondisi

2.Persamaan kesetimbangan

5.3

Model Erlang B

3. Diagram Transisi Kondisi

4. Persamaan
Kesetimbangan

5. Tabel Erlang

6. Kepekaan dan efisiensi

7. Rumus Rekursiv

8. Metode Pencarian jalan

9.Latihan

5.4

Model
Ekstended
Erlang B

10. Diagra
m Alir
EEB

11.Latihan

5.5

Model
Engset
2. Persamaan Kesetimbangan

3. GoS pada Engset

4.Latihan 61

62

62

67

68

69

72

73

75

77

79

90

93

93

93

94

94

96
97

MODEL TRAFIK LUAP

6.1

Tujuan Instruksional

6.2

Ruting

1. Rute langsung

2.Rute alternative

6.3

Diagram transisi Kondisi

6.4

Karateristik trafik overflow

6.5

Equivalent Random Method

6.6

Metode Frederic-Hayward

6.7

Pemisahan Rata-rata

6.8

Rumus Pemisahan

6.9
Latihan Soal

99

99

99

100

102

103

107

113

113

114

114

iii

SISTEM TUNGGU

7.1

Tujuan Instruksional

7.2

Asumsi
7.3

Jenis Sistem Antrian

7.4

Diagram Transisi Kondisi

7.5

Persamaan Kesetimbangan

7.6

Probabilitas pada system


tunggu

1. Probabilitas dilayani

2. Probabilitas
menunggu

3.Probabilitas bloking

7.7

Hubungan Probabilitas Tunggu dengan formula erlang B

7.8

Faktor delay

7.9

Rumus Little

7.10

Aplikasi sistem tunggu/antrian pada layanan data

7.11

M/M/1
7.12

VOIP

117

117

118

120

120

125

125

126

127

128

130

133

136

139

145

PERAMALAN TRAFIK

8.1

Pengertian Peramalan

8.2
Metode Peramalan

1. Metode kualitatif

2.Metode kuantitatif

8.3

Prosedur peramalan

8.4

Metode peramalan demand

8.5

Peramalan trafik

3. Peramalan trafik
jumlah satuan
sambungan

4.Peramaln trafik untuk perencanaan jaringan

151

151

152

152

152

153

159

160

161

TRAFIK PADA APLIKASI JARINGAN


BERGERAK SELULER
9.1

Jaringan Telepon Mobile Seluler

9.2

Multiple acces dan Kapasitas


kanal

1. FDMA

2. TDMA

3.CDMA

9.3

Model Transaksi

9.4

Skema handoff

4. Skema
Handoff
tanpa
prioritas

5. Skema
Handoff
dengan
prioritas

6. Skema
Handoff
dengan
prioritas
fix
reservasi

7.Skema Handoff dengan prioritas adaptif reservasi

9.5

Soft handoff
175

176

177

177

177

180

181

181

183

183

185

186

188

188

192

194

iv

10

PENGUKURAN TRAFIK

10.1

Konversi carried traffic ke


offered traffic
10.2

Pengulangan Trafik

DAFTAR PUSTAKA

195

196

203

iii

K
A
T
A
P
E
N
G
A
N
T
A
R

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas
penyelesaian

Buku teks Rekayasa Trafik yang disajikan secara khusus untuk kepentingan
Departemen

Teknik Elektro. Buku ini diharapkan dapat membantu mahasiswa S1 program


studi teknik

telekomunikasi pada khususnya dan mahasiswa teknik elektro pada


umumnya untuk

memahami konsep dan aplikasi trafik pada jaringan telekomunikasi.


Pembahasan trafik pada
pendahuluan, bab 2 tentang konsep dasar trafik, bab 3 membahas
konsep bloking, bab 4

tentang pemilihan model trafik, bab 5 sistem rugi, bab 6 sistem luap,bab 7
sistem tunggu,

bab 8 trafik pada jaringan telepon bergerak, bab 9 peramalan trafik dan bab
10 tentang

pengukuran trafik. pembuatan gambar dan contoh-contoh penyelesaian


soal diutarakan

sebagai bahan untuk memudahkan pemahaman akan materi dari buku ini.
Rasanya tepat bila

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan

mengesahkan buku ini, baik langsung maupun tidak langsung. Semoga


semua yang penulis

lakukan dapat menjadi ladang amal bagi kepentingan dunia ilmu


pengetahuan dan teknologi

maupun dunia pengajaran pendidikan tinggi khususnya. Dan tak lupa


pula penulis berharap

masukan untuk perbaikan

agar buku ini dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi

mahasiswa dan pembaca yang berminat di dalam dunia pertelekomunikasian di


Indonesia.

Bandung, April 2008

Sofia Naning
Institut Teknologi
Telkom

Pendahuluan
1

� � � T a k melakukan apa-apa merupakan kekuatan setiap

orang���. (Samuel Johnson)

Jaringan telekomunikasi dibuat dengan tujuan untuk menyediakan sarana

pertukaran informasi antar pengguna yang menginginkannya ketika ia


memerlukan

informasi. Dalam proses tukar-menukar informasi tersebut terjadi perpindahan

informasi dari pengirim ke penerima. Perpindahan informasi dari satu tempat ke

tempat lain di dalam jaringan telekomunikasi tersebut disebut dengan trafik

telekomunikasi (teletraffic).
Jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan suara, jaringan data, jaringan

local area (LAN) dan jaringan telepon bergerak seluler memerlukan biaya yang
amat

besar. Dalam system ini sangat tidak ekonomis jika sumber daya (perangkat)
seperti

fasilitas switching dan fasilitas transmisi disediakan untuk masing-masing

pelanggan. Hampir semua fasilitas jaringan digunakan secara bersama untuk

sejumlah pelanggan, akibatnya timbul adanya yang panggilan ditolak atau

menunggu
dalam melakukan hubungan telekomunikasi. Untuk memuaskan

pelanggan, penolakan atau antrian panggilan tidak boleh melebihi dari


nilai tertentu.

Dalam hal diperlukan dengan kompromi antara efisiensi jaringan dengan


kualitas

jaringan (quality of service). Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan bantuan


teori

teletraffic.

Teletraffic teory didifinisikan sebagai aplikasi dari teori probabilitas ( stokastik

proses, teori antrian dan simulasi) untuk menyelesaikan masalah-masalah

yang

berhubungan dengan perencanaan, evaluasi unjuk kerja dan maintenance dari


system

telekomunikasi. Teori teletraffic digunakan dalam perancangan sebuah jaringan

telekomunikasi, menentukan jumlah komponen-komponen yang diperlukan

berdasarkan nilai quality of service (QOS) yang disepakati dan digunakan

untuk
evaluasi dan analisa jaringan terpasang. Tugas dari rekayasa trafik seperti
ditunjukan

pada gambar 1.1[1]

Pendahuluan

GOS

Karakteristik demand trafik

Pemodelan trafik

Pemodelan trafik

Pemodelan trafik

2
Pemodelan trafik

Pemodelan trafik

Pemodelan

trafik

Pemodelan trafik

Pengontrolan dan dimensioning

Pemodelan trafik

Pemodelan trafik

Monitoring performansi

Pemodelan trafik

Gambar 1.1: Tugas dari


rekayasa trafik [ ]

Secara umum tugas dari rekayasa trafik adalah menentukan hubungan yang

optimal antara trafik yang ditawarkan ke jaringan, jumlah sumber daya jaringan

(misal jumlah saluran, perangkat) dan kualitas jaringan yang diinginkan.


Hubungan

ketiga parameter seperti ditunjukkan pada gambar 1.2. Notasi N mewakili


sumber

daya jaringan, notasi A mewakili trafik yang ditawarkan ke jaringan dan qos
adalah

kualitas jaringan :

N
qos

qos
A

Ganbar 1.2 Hubungan antara Trafik yang ditawarkan, sumber daya jaringan

dan kualitas jaringan

Pendahuluan

Setiap jaringan telekomunikasi mempunyai karakteristik trafik yang berbeda

sehingga setiap jaringan harus menggunakan pendekatan yang berbeda

pula.

Jaringan telekomunikasi secara garis besar dibagi ke dalam 2 group yaitu


jaringan

circuit swithed dan packet switched [3].

Saluran digenggam
Selama terjadinya

hubungan

Gambar : 1.3. Jaringan circuit switch

Contoh dari jaringan circuit switch adalah jaringan telepon ( PSTN dan Mobile

phone) . Pada Jaringan Telepon, koneksi panggilan bersifat Connection oriented,

dimana koneksi dibangun end-to-end sebelum dilakukan pertukaran informasi

,Sumberdaya (resources) dipertahankan selama durasi koneksi ,jika sumber daya


tidak tersedia, panggilan ditolak (block call) dan hilang (lost call) dan
pertukaran

informasi sebagai aliran kontinyu. Komunikasi berlangsung di dalam tiga


tahap yaitu

pembentukan koneksi antara dua pihak yang berkomunikasi,pertukaran


informasi,

pemutusan koneksi.

Contoh dari jaringan paket switch adalah jaringan data paket.


Digunakan pada

jaringan untuk menukarkan informasi data. Pesan sebelum dikirimkan ke


jaringan,

dipecah ke dalam beberapa pesan yang ukurannya lebih pendek, pesan-pesan


yang

ukurannya pendek ini disebut paket. Di sisi penerima, paket-paket itu akan
disusun

kembali membentuk pesan semula. Pada jaringan ini sumber daya jaringan (
sirkit)

dipakai bersama oleh sejumlah pelanggan yang ada pada jaringan (tidak
dedicated),

bila suatu pelanggan tidak mentransfer informasi maka pelanggan tersebut tidak

3
Pendahuluan

akan menggunakan sumber daya jaringan. Terdapat dua macam teknik packet

switching yaitu datagram packet switching dan virtual circuit packet switching.

Pada datagram packet swicthing hubungan bersifat connectionless, tidak ada


pembentukan koneksi dahulu, paket-paket yang dikirimkan diberi identitas node

pengirim dan tujuan, paket yang sampai di intermediate node ( antara) akan

diteruskan ke node berikutnya (bila memungkinkan), intermediate node


tidak perlu

menunggu sampainya semua paket yang berasal dari suatu pesan. Proses simpan
dan

teruskan (store-and-forward) dilakukan berulang sampai paket tiba di


tujuan, karena

tidak ada pembentukan koneksi dulu, paket-paket yang berasal dari suatu
pesan yang

sama dapat menempuh jalur yang berbeda, paket-paket bisa sampai ke


penerima

secara tidak terurut dan kadang ada paket yang hilang. Datagram packet
switching

tidak cocok untuk transfer voice akibat tidak adanya jaminan delay dan
jitter[6].

Datagram packet switching cocok untuk transfer data yang tidak sensitif
terhadap

delay .

B1
B2

B1

B2

B2
A3

B1

A2

A3 B1

A1

A1

A2

A3

A2

A1

A2

A3

Gamb
ar
1.4 :
Penya
luran
paket
pada
Datag
ram
packet
switch
ing

Virtua
l
circuit
packet
switch
ing,
masih

berlangsung, setelah koneksi terbentuk,paket-paket yang berasal dari suatu pesan

yang sama akan dikirimkan melalui jalur yang sudah ditentukan ketika
pembentukan

koneksi, paket-paket tiba di tujuan secara terurut, karena alokasi sumber daya
dishare antar pelanggan maka ada kemungkinan bahwa pada suatu saat tertentu,
suatu

pelanggan yang membutuhkan sumber daya jaringan tidak akan


memperolehnya,

paket terpaksa harus disimpan lebih lama di suatu node, delay dan jitter
tidak bisa

terlalu dijamin, teknologi virtual circuit cocok untuk transmisi informasi yang

sensitif terhadap delay pada jaringan yang digunakan untuk mentransfer data

. B1
B2

B1

B2

A2

A1

A3

B2
A1

A1

A2

A3

A1

A2

A3

Ga
m
ba
r
1.5
:
Pe
ny
alu
ra
n
pa
ket
pa
da
vir
tua
l
pa
ck
et
c. Jaringan packet switch dengan trafik homogen

d. Jaringan packet switch dengan trafik homogen

Klasifikasi trafik sesuai dengan karakteristik jaringan seperti ditunjukkan

pada gambar 1.6 [5]:

Trafik

Paket switch

Contoh : trafik

data

Circuit switch

Contoh : trafik

telepon

Flow level

Contoh: TCP,

UDP

Paket level

Contoh: IP

Elastik

Contoh: TCP

Streaming

Contoh: UDP

Gambar 1.6:
klasifikasi
trafik
berdasrakan
tipe jaringan
6

Konsep Dasar Trafik

� � � A n d a menciptakan alam semesta anda sendiri saat anda

memulai���. (Winston Churchill)

2.1

Tujuan Instruksional

Pembaca

memahami konsep
dasar dan model
trafik Erlang,
Diagram

transisi kondisi, probabilitas pendudukan, holding time, probabilitas

blocking dan GOS serta dapat melakukan perhitungan besaran trafik

2.2

Definisi

Trafik telepon didefinisikan sebagai okupansi dari perangkat transmisi dan

switching yang digunakan dalam jaringan, selama proses penyambungan dan

berlangsungnya panggilan. [15]

Teori teletrafik pertama kali dikembangkan untuk arsitektur jaringan

circuit-switched seperti PSTN (public switched telephone network), sehingga

dasar dari teori teletrafik diperkenalkan dengan konsep teletrafik yang

berhubungan dengan PSTN. Teori teletrafik yang diaplikasikan untuk jaringan

voice traditional digunakan untuk menentukan jumlah panggilan suara dalam


suatu periode, dan jumlah trunk (dalam PSTN terdapat dua perbedaan tipe dari

koneksi yaitu line dan trunk. Line atau saluran menghubungkan telepon

dengan switching telepon, seperti PBX dan sentral. Trunk menghubungkan

switching dengan switching )[12].

Perusahaan telepon menggunakan switching sebagai konsentrator karena

jumlah telepon lebih besar daripada jumlah panggilan simultan yang terjadi.

Contoh sebuah perusahaan mempunyai 600 telepon yang dihubungkan ke

PBX,

maka trunk yang menghubungkan PBX dengan sentral sebanyak 50. (bagaimana

menentukan jumlah ini ?).

Konsep Dasar Trafik

Kriiii� � �

� � � .ng

756418

7565933

Gambar 2.1 : Koneksi


pada Jaringan Telepon

Jumlah trunk yang diperlukan berdasarkan pada asumsi probabilitas trafik,

terdapat empat asumsi yang digunakan :

1. berapa banyak sumber trafiknya ?

2. bagaimana karakteristik trafik yang datang?

3. berapa panggilan yang dapat dilayani?

4. bagaimana switching menangani trunk yang dialokasikan ?


Pada awalnya PSTN merupakan jaringan untuk sistem telepon analog, tetapi

dalam perkembangannya PSTN menjadi jaringan digital, termasuk untuk


layanan

internet dan mobile fixed telepon sehingga teori teletrafik pada jaringan PSTN
juga

berkembang ke arah teori trafik untuk komunikasi data dan mobile

telepon. PSTN
Gambar 2.2 . Jaringan PSTN dan terminal yang terhubung

Konsep Dasar Trafik

2.3

Besaran trafik

Dalam konsep dasar trafik terdapat besaran trafik yang digunakan dalam

analisis suatu jaringan diantaranya yaitu, laju kedatangan, holding time,

laju pelayanan, volume trafik dan intensitas trafik :

2.3.1

laju kedatangan (arrival rate)

Laju kedatangan adalah banyaknya panggilan (c) yang akan datang ke

fasilitas selama periode tertentu atau umlah rata-rata panggilan yang ditawarkan
per

satuan waktu. Laju kedatangan biasanya dinotasikan dengan lambda


(� � ).

� � � � � �
c

(2.1)

Dist
ribu
si
pang
gila
n ke
sebu
ah
grou
p
serv
er
berv
arias
i
terg
antu
ng
pada

sumbernya. Pelanggan memanggil ke line group bersifat acak, masing-masing


saling

bebas terhadap yang lain, proses acak yang banyak digunakan


untuk memodelkan

proses kedatangan panggilan telepon adalah poisson arrival

process. 2.3.2
Holding time (waktu genggam atau waktu pelayanan) :

Waktu Ganggam atau Holding time ( h ) adalah waktu pendudukan sebuah

saluran, lamanya sebuah panggilan atau waktu pelayanan. Waktu pelayanan ini

termasuk, lamanya suatu percakapan berlangsung, waktu call setup, waktu


menuggu
T2

T3

Gambar 2.3 Diagram waktu holding time

Konsep Dasar Trafik

Contoh dalam sebuah sambungan telepon, rata-rata holding time adalah ratarata
dari waktu dial, ring to answer dan sebagainya seperti ditunjukkan pada tabel

2.1 dan gambar 2. 4 [17]:

Tabel 2.1 : holding time sebuah sambungan telepon

Item

Outgoing call

Incoming call

Dialing time (DTMF)

1-7 detik

1 detik

Dialing time (rotari)

5-12 detik

5 detik ( @10pulse/detik+

Network callsetup

1-3 detik

1-3 detik
Ringing time

12 detik ( 2 ring)

12 detik ( 2 ring)

Operator

answer 5-8

detik

5-8 detik

Ringing at station

12 detik ( 2 ring)

12 detik ( 2 ring)

Conversation time

Variable

Variabel

Gambar 2.4 contoh fase call set up pada sistem telepon[ ]

2.3.3

Volume trafik

Volume trafik didefinisikan sebagai total waktu pendudukan dari seluruh

panggilan yang menduduki suatu perangkat/saluran.

Jika, c adalah panggilan dan hi adalah waktu pendudukan suatu saluran

oleh suatu panggilan (holding time) ke i, maka :

10

Konsep Dasar Trafik


Volume trafik adalah :

V� � �


��hi i

� � � 1

(2.2)

atau volume trafik dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah panggilan


(c) dengan

rata-rata waktu pendudukan saluran (h).

V� � �

c���h (2.3)

Contoh 2.1:

Jika 50 panggilan dibangkitkan dalam 1 jam dengan rata-rata waktu


pendudukan 3

menit maka volume trafik yang diperoleh adalah :

3*50 = 150 panggilan menit atau 150/60 = 2,5 panggilan jam

volume trafik ini belum dapat digunakan untuk menentukan

jumlah

perangkat/saluran yang dibutuhkan, untuk itu diperlukan suatu ukuran


yang dapat

mengidentifikasi rata-rata beban kerja dari suatu jaringan yaitu intensitas

trafik. 2.3.4.
Intensitas trafik

Dalam teori trafik biasanya kata trafik digunakan untuk menyatakan


intensitas trafik yaitu trafik persatuan waktu. Intensitas trafik
didefinisikan sebagai

jumlah waktu pendudukan per satuan waktu pengamatan (T).

Definisi intensitas menurut ITU-T (1993[34]) adalah sebagai berikut [1]:

The instantaneous traffic intensity in a pool of resources is the number of busy

resources at a given instant of time.

Resources atau seumber daya yang dimaksud dapat berupa sebuah grup

server atau grup saluran trunk. Dengan statistik intensitas trafik dapat dihitung
untuk

periode T, dengan rata-rata intensitas trafik adalah :

(2.4)

11

Konsep Dasar Trafik

Dimana :

n(t) menyatakan
jumlah saluran yang
sedang terpakai
pada waktu t.

Y (T) adalah Carried traffic (Y = Ac) yaitu trafik yang dibawa oleh group

server selama interval waktu T.

Dalam aplikasi yang dimaksud intensitas trafik adalah rata-rata intensitas

trafik . Intensitas trafik sama dengan :

A� �

� V

T
(2.5)

A� �

c�

� �

hT

(2.6)

atau

Dalam model teori trafik terdapat konsep offered traffic. Trafik ini adalah

trafik yang dibawa jika tidak ada trafik yang ditolak (jika jumlah server

tidak terbatas ~ unlimited)

Trafik yang ditawarka (offered traffic) adalah nilai teoritis dan tidak dapat

diukur, nilai trafik ini hanya dapat diestimasi. Secara teoritis diperlukan dua

parameter berikut :

1. intensitas panggilan ~ yang berarti jumlah rata-rata panggilan yang

ditawarkan per satuan ,

1. rata-rata waktu layanan ( mean service time ) atau holding time.

2.4 Satuan trafik

Ukuran intensitas trafik untuk koneksi circuit switched adalah Erlang.

Sebenarnya intensitas trafik tidak bersatuan (dimensionless), artinya


bahwa intensitas

trafik ini tidak menggunakan periode waktu tertentu. Periode waktu bisa dalam

detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Untuk memberi penghargaan

kepada
12

Konsep Dasar Trafik

A.K Erlang yang telah mengenalkan teori trafik (thn 1909) maka intensitas

trafik diberi satuan Erlang.

Satuan erlang didefinisikan sebagai [9] :

(1)Satuan dari trafik telepon . Persentase dari rata-rata penggunaan saluran atau

sirkit ( atau kanal) atau

(2)Perbandingan dari waktu sebuah sirkit dipakai (volume trafik) dan waktu

pengamatan. Trafik yang memakai sebuah sirkit selama satu jam sama dengan 1

erlang.

Suatu trafik dikatakan 1 Erlang bila ada satu saluran diduduki secara
terus- menerus

selama periode pengamatan. (Biasanya periode pengamatan diambil 1 jam yaitu

pada jam sibuk)


Perhatikan pernyataan berikut :

� � �

jika intensitas trafik dari sebuah saluran pelanggan 1 erlang maka

saluran tersebut dipakai selama 60 menit dalam 1 jam.

� � �

Jika sebuah saluran tersebut digunakan 3 menit dalam satu jam maka

intensitas trafiknya 50 mErlang .


� � �

Intensitas trafik maksimum dari sebuah saluran 2-Mbps (30 PCM channels)

adalah 30 erlang, dimana seluruh kanal digunakan selama 60 menit dalam

1 jam.

Contoh 2.2 :

Dalam sebuah group sirkit,masing-masing dipakai selama 30 menit dalam

pengamatan 2 jam.hitung trafik yang dibawa oleh group tersebut:

Penyelesaian:

Trafik yang dibawa per sirkit = durasi pemakaian / total durasi

= 30 menit / 120 menit

= 2,5 Erlang

13

Konsep Dasar Trafik

Contoh 2.3:

sebuah group yang terdiri dari 20 server membawa trafik 10 E, jika rata-rata
durasi

dari panggilan adalah 3 menit, hitung jumlah panggilan yangdilewatkan


oleh satu

server dan oleh group tsb selama periode 1 jam.

Penyelesaian:
Trafk per server (A)

= 10 / 20
= 0,5 E

Jumlah panggilan yang lewat 1 server = A. T / h

= ( 0,5 x 60 ) / 3

= 10 panggilan

Jumlah panggilan yang lewat 1 group = 10 x 20

= 200 panggilan

Contoh 2. 4:

Dalam waktu pengamatan 20 menit, 40 pelanggan membangkitkan panggilan.

Durasi total panggilan 4800 detik. Hitung beban trafik yang ditawarkan oleh

pelanggan ke jaringan dan rata-rata trafik pelanggan

Penyelesaian

� � = 40 panggilan /20 menit = 2 panggilan / menit

h = 4800 detik / 40 = 120 detik / panggilan = 2 menit/

panggilan intensitas trafik (A)

= � � . h

= 2 panggilan/menit . 2 menit/panggilan

= 4 Erlang

Contoh 2. 5:

Misalkan ada suatu sentral. Asumsikan bahwa rata-rata terdapat 1800


panggilan baru

dalam 1 jam, rata-rata waktu pendudukan adalah 3 menit (ini sama dengan h)
maka :

� � = 1800 panggilan/jam = 1800 panggilan/30

menti Maka intensitas trafik adalah

A = 1800x3/60 = 90

Jika rata-rata waktu pendudukan naik dari 3 menit menjadi 10 menit,

maka A= 1800 x 10/60 = 300

14

Konsep Dasar Trafik

Contoh 2.6:

Panggilan dilakukan pada jam 2.00 antara sebuah computer sentral dan

sebuah terminal data. Diasumsikan hubungan berlangsung secara kontinyu

dan data

ditransfer dengan kecepatan 34 kbit/s. Berapa intensitas trafik (dalam


erlang) jika

panggilan selesai pada 2.45 ?

� � �

Intensitas Trafik = (1 panggilan)(45menit)(1jam/60 menit) atau

0.75 Erlang. Catatan trafik ini tidak ada habungan dengan data rate

komunikasi hanya holding time.

contoh 2.7:

Sebuah grup terdiri dari 20 pelanggan, membangkitkan 50 panggilan


dengan ratarata holding time 3 menit. Berapa rata-rata trafik per
pelanggan ?

Trafik = (50 panggilan )(3menit)(1 jam/60 min)


= 2.5 Erlang

= 2.5 / 20 atau 0.125 Erlang per pelanggan = 125 milli-Erlangs.

Dalam penjelasan contoh-contoh di atas, trafik dapat dihitung dalam 2 cara yaitu
;

� � �

Berdasarkan trafik yang dibangkitkan oleh pelanggan

� � �

Berdasarkan pengamatan dari server yang sibuk dalam jaringan

Intensitas trafik juga diukur dengan cara yang lain. Contoh ukuran lain yaitu

CCS (centum call second), CS (call second) dan CM (call menit), yang
semuanya

menunjukkan perkalian panggilan dan waktu . CCS diukur dalam setiap


100 detik,

CS dalam setiap detik dan CM setiap menit

1 E = 36 CCS = 3600 CS = 60 CM
Contoh 2. 8:

Seorang pelanggan membuat 3 panggilan


telepon, selama 3 menit, 4 menit dan 2

menit dalam periode 1 jam. Hitung trafik pelanggan dalam erlang, CCS, CS dan
CM

Penyelesaian

15
Konsep
Dasar Trafik

Trafik
pelanggan
dalam erlang
= 0,15 E

Trafik dalam CCS

= (3 + 4 + 2) x 60 detik / 100 detik

= 5,4 CCS

Trafik dalam CS

= (3 + 4 + 2) x 60 detik / 1 detik

= 540 CS

Trafik dalam CM

=(3 + 4 + 2) x 60 detik / 60 detik

= 9 CM

Tabel 2.2 : konversi erlang ke CCS

CCS sebagai ukuran intensitas trafik hanya valid digunakan pada sirkit telepon.

Untuk mendukung layanan voice, data dan lainnya lebih baik digunakan Erlang.

Satuan trafik yang lainnya dan konversi dengan satuan erlang dapat dilihat

pada tabel 2.3

16

Konsep Dasar Trafik

Tabel 2.3 : Satuan trafik

Satuan

Erlang

CCS
ARHC

TU

HCS

EBHC

VE

UC

1
Erlang

1 TU

36

30

36

36

30

1
1 VE

1 CCS

1 HCS

1 UC

1 ARHC

1 EBHC

TU

= Traffic unit

Harga

VE

= Verkehrseinheit

pendudukan rata-rata

CCS

= cent call second

Jumlah pendudukan (panggilan) rata-rata

HCS

= hundered call second

per jam dgn waktu pendudukan rata-rata

UC

= Unit call

100 detik
ARHC =

Appels

re� �

� duits a

l� � �

heure Harga

yang

yang

menunjukkan

menunjukkan

jumlah

jumlah

pendudukan rata-rata

chargee

EBHC = Equated Busy hour

Call

Agner Krarup Erlang lahir pada tahun 1878 di L � � n b o r g , Denmark.

Beailu adalah pioner dalam studi trafik telekomunikasi. pada 1909, beliau

mempublikasikan pekerjaan pertamanya: The Theory of Probabilities and

Telephone Conversations. Erlang tidak pernah menikah. Beliau bekerja untuk

Copenhagen Telephone Company selama 20 tahun sampai meninggal tahun


1. dari tahun 1940 an, Erlang menjadi satuan dari trafik telekomunikasi

dan formula ini masih digunakan sampai sekarang dalam merancang jaringan

telekomunikasi.

17

Konsep Dasar Trafik

2.5 Variasi Trafik

Pada jaringan telepon (PSTN), Trafik berfluktuasi dari waktu ke waktu .

fluktuasi/variasi trafik dapat diamati dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari
ke hari,

jam ke jam dan detik ke detik. Variasi trafik selama 1 jam seperti ditunjukkan
pada

gambar 2.4.

variasi trafik ( 60 menit)

120

panggilan

100

80

60

Series1

40

20

0
1

9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57

waktu

Gambar 2.4:variasi trafik dalam 60 menit

Variasi trafik ini sangat relatif, tergantung pada area dimana data

dikumpulkan. Biasanya untuk area yang mempunyai karakteristik yang sama,


variasi

dari beban trafiknya mirip. Sebagai contoh, untuk area perkantoran, pada pagi
hari

dari jam 00 sampai dengan jam 6 pagi hampir tidak ada trafik, tarfik mulai
ada

setelah jam 6 pagi dan sampai puncaknya pada jam 10 dan jam 12. setelah
jam 12

trafik mulai menurun karena biasanya digunakan untuk istirahat makan


siang dan

trafik tinggi lagi setelah istirahat selesai dan akan menurun ketika mendekati

jam pulang kerja sekitar jam 17.00. Karakter trafik ini berbeda sekali untuk area

perumahan, dimana trafik puncaknya terjadi sore hari ketika orang-orang sudah

pulang ke rumah. Variasi trafik dalam 24 jam seperti ditunjukan pada gambar 2.5
.

18

Konsep Dasar Trafik

40
jumlah panggilan

35

30

25

20

Series1

15

10

11

13

15

17

19

21
23

jam dalam 1 hari

Gambar 2.5 : variasi trafik dalam 24 jam

2.6 Busy Hour (jam sibuk)

Busy hour (jam sibuk) adalah satu jam dalam satu tahun yang mempunyai

rata-rata intensitas trafik tertinggi. Untuk keakuratan, jam sibuk


ditentukan dengan

memilih 10 hari kerja dalam setahun yang mempunyai intensitas trafik


tertinggi [16].

Tujuan utamanya adalah untuk menentukan kapasitas minimum yang masih

memberikan GOS yang memuaskan.


Jam sibuk dapat berbeda-beda dari satu sentral dengan sentral lainnya

tergantung pada lokasi sentral dan interest dari pelanggan. Kemungkinan


jam sibuk

tidak terjadi pada jam yang sama setiap harinya .

Perencanaan kapasitas jaringan didasarkan pada intensitas trafik jam sibuk.

Dalam rekayasa trafik, digunakan penentuan jam sibuk dengan menggunakan


TCBH

(time consistent Busy our) dan Bouncing Busy Hour (BBH) yang dikenal juga

dengan Post Selected Busy Hour (PSBH)[16].


a. TCBH

Berdasarkan TCBH, jam sibuk sama dengan 60 menit dalam sehari yang

mempunyai rata-rata trafik tertinggi. Trafik ini diukur pada hari kerja, dengan
mengabaikan hari libur dan hari abnormal.

Contoh perhitungan TCBH adalah sebagai berikut:

19

Konsep Dasar Trafik

Contoh 2.8.

Terdapat data trafik dari jam 9.00 sampai dengan jam 16.00 dari hari senin

s/d j u m � � � a t sebagai berikut:

Hari/jam

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

Senin

304

248

368

392
351

289

285

194

Selasa

334

240

360

334

305

219

280

170

Rabu

314

201

335

360

342

299

235
143

Kamis

305

224

361

329

315

239

287

116

Jum�

� � at

297

242

308

391

300

298

255

125

Tota

1554
1155

1732

1806

1613

1404

1342

748

Berdasarkan TCBH, trafik pada jam yang sama dijumlahkan. Total trafik

terbesar pada jam tersbut dipilih untuk menentukan jam sibuk, maka pada
contoh di

atas jam sibuk adalah jam 12.00 dan besarnya trafik1806 dan trafik rata-rata:
1806 :

jumlah panggilan

5 = 361.2. grafik data trafik seperti diperlihatkan pada gambar

2.6 2000

1800

1600

Senin

1400

1200

1000

800
600

Selasa

Rabu

Kamis

Jum�

� � at

Total

400

200

10

11

12

13

14

15

16

jam

Gambar 2.6 : grafik penghitungan data trafik

20

Konsep Dasar Trafik


b. BBH

Pada BBH, hanya trafik puncak yang diperhitungan. Hanya satu puncak dalam I

hari, I dalam I minggu, 1 dalam satu bulan dan 1 dalam satu tahun. Contoh

perhitungan BBH adalah sebagai berikut :

Contoh 2.9

Terdapat data trafik dari jam 9.00 sampai dengan jam 16.00 dari hari senin s/d

j u m � � � a t sebagai berikut:

Hari/jam

9.00

10.00

11.00

12.00

13.00

14.00

15.00

16.00

Senin

304

248

368

392
351

289

285

194

Selasa

334

240

360

334

305

219

280

170

Rabu

314

201

335

360

342

299

235
143

Kamis

305

224

361

329

315

239

287

116

Jum�

� � at

297

242

308

391

300

298

255

125

450

jumlah
panggilan
400

350

Senin

300

Selasa

250

Rabu

200

Kamis

150

Jum�

� � at

100

50

10

11

12

13

14

15
16

jam

Gambar 2.7 : grafik penghitungan data trafik

21

Konsep Dasar Trafik

Pada perhitungan dengan BBH, dipilih


trafik terbesar tiap harinya. Trafik

terbesar tiap hari tersebut dijumlahkan dan hasil penjumlahkan dibagi


dengan jumlah

hari uantuk mendapatkan besar trafik. Dari contoh di atas besar trafik adalah :

392+360+360+361+391=1864:5 = 372.8
7. Latihan :

1.Jika 100 panggilan dibangkitkan dalam 1 jam dengan rata-rata waktu

pendudukan 3 menit. Hitung volume trafik.

1. Dalam sebuah group sirkit,masing-masing dipakai selama 30 menit dalam

pengamatan 2 jam. Hitung intensitas trafik yang dibawa oleh group tersebut:

1. Sebuah group yang terdiri dari 20 server membawa trafik 10 E, jika rata-
rata

durasi dari panggilan adalah 3 menit, hitung jumlah panggilan yang dilewatkan

oleh satu server dan oleh group tsb selama periode 1 jam.
1. Dalam waktu pengamatan 20 menit, 40 pelanggan membangkitkan
panggilan.

Durasi total panggilan 4800 detik. Hitung beban trafik yang ditawarkan
oleh
pelanggan ke jaringan dan rata-rata trafik pelanggan

1. Sebuah grup terdiri dari 20 pelanggan, membangkitkan 50 panggilan


dengan

rata-rata holding time 3 menit. Berapa rata-rata trafik per pelanggan ?

1. Dalam sebuah group mempunyai 10 server, masing-masing mempunyai

okupansi 30 menit dalam setiap pengamatan dengan interval 2 jam. Berapa

trafik yang dapat dibawa oleh group tersebut ?

1. Sebuah group mempunyai 20 server membawa trafik sebesar 10 E. jika


rata-rata

panggilan 3 menit, hitung jumlah panggilan yang dapat dibawa oleh setiap server

selama satu jam.


1. Dalam selang 1 jam, tiap seperempat jam yang berurutan terdapat data sbb :

� � jam

� � jam

� � jam

� �

am
j 20

30

50

40

Berapa intensitas trafik rata-rata dalam selang 1 jam tersebut bila data

tersebut berupa :
22

Konsep Dasar Trafik

a. intensitas trafik

b. volume trafik

c.jumlah pendudukan rata-rata dimana waktu pendudukan rata-rata 5

menit

1. Sebuah group mempunyai 4 buah server. Dalam pengamatan


selama 3 jam.
Dua

server mempunyai okupansi 20 menit, dua server yang lain mempunyai

okupansi 40 menit. Berapa beban trafik graoup tersebut ?

1. Terdapat data sebagai berikut : 5 4 5 6 0 10. bila data tersebut merupakan

data pemakaian satu saluran (dalam menit) dalam satu jam. Berapa utilitas dari

saluran tersebut ?

1. jika suatu paket (panjang 3.600 karakter ) datang ke system dengan rate 10
per

menit, ditransmisikan pada link dengan kecepatan 9.600 bps dan panjang per

karekter 8 bit, maka besar utilisasi sama d e n g a n � � � � � � .


1. Suatu operator mempunyai 100 pelanggan. Tiap-tiap pelanggan rata-rata

melakukan panggilan 2 kali dalam satu jam. Operator tersebut mempunyai 4

server dan mampu melayani 250 panggilan per jam tiap servernya. Berapa

lama rata-rata waktu pelayanan per panggilan?

1. Terdapat data sebagai berikut : 5 4 5 6 0 10, bila data tersebut merupakan


data pemakaian dua saluran (dalam menit) dalam satu jam. Berapa utilitas dari

tiap saluran tersebut ?

1. Pengamatan dalam 10 hari dan tiap hari dari jam 9.00 s/d 14.20 terdapat
data

jumlah pendudukan seperti table di bawah ini :

9.00-
9.20-

9.40-

10.00-

10.20-

10.40-

11.00-

11.20-

9.20

9.40

10.00

10.20

10.40

11.00

11.20

11.40
12

14

11

16

13

13

10

15

12

18

15

13

19

15

17

12

15

20

14

22
20

16

24

17

18

14

17

21

16

20

20

18

26

20

19

17

19

24

18

14

13
20

25

21

20

19

20

25

20

13

12

16

20

20

18

20

18

20

19

12

11

14
17

16

14

11

14

18

15

10

12

10

14

12

11

10

12

10

23

Konsep Dasar Trafik

11.40-

12.00-
12.20-

12.40-

13.00-

13.20-

13.40-

14.00-

12.00

12.20

12.40

13.00

13.20

13.40

14.00

14.20

12

14

11

14

15

20

24
10

15

12

18

15

13

20

15

11

17

15

20

14

22

20

16

23

15

14

10

18
21

16

20

20

18

20

19

28

25

24

24

18

14

13

20

12

18

27

25

25

25
20

13

12

16

20

21

22

23

24

20

19

12

11

14

16

17

18

20

21

18

15
10

12

10

15

15

14

15

12

12

10

a.Bila waktu lamanya pendudukan rata-rata sebesar 5 menit dan harga

diluar periode tersebut kecil (dapat diabaikan).

b. Tentukan jam sibuknya

c.Berapa nilai intensitas trafiknya pada jam sibuk tersebut.

24

Derajat pelayanan

� � � S e t i a p orang adalah pemimpin dan akan


dipertanggungjawabkan k e p e m i m p i n a n n y a � � � .

(Muhammad Saw)

3.1 Tujuan Instruksional


Pembaca memahami konsep kegagalan panggilan dan kemacetan dalam

jaringan, dapat membedakan kemacetan panggilan dan kemacetan waktu.


Pembaca

mampu melakukan perhitungan kualitas jaringan dan GOS ( grade of

service) Rekayasa trafik adalah sebuah kunci untuk operator jaringan

telekomunikasi untuk menjaga pelanggannya bahagia sementara investasi

jaringan dapat diminimalisir. Seberapa besar rasa bahagia pelanggan

tergantung pada derajat

pelayanan atau grade of service (GoS, ketersediaan atau quality of the service)
yang

diterima. GOS tergantung pada kapasitas jaringan yang dapat melayani


permintaan

pelanggan.

Gos pada bab ini hanya ditujukan untuk layanan circuit-switched,

sebagai ukuran dari seberapa besar panggilan yang sukses atau

ditolak.

3.2 Aliran Trafik

Sebelum menghitung GOS, perlu diketahui bahwa dalam PSTN terdapat tiga

aliran trafik yaitu trafik yang ditawarkan ke jaringan (offered traffic), trafik yang

dapat dilayanai jaringan (carried traffic) dan trafik yang dibuang ( loss traffic).

Aliran trafik dapat digambarkan sebagai berikut :

Offered traffic (A)

SN
carried traffic (Y)

loss traffic (R)

Gambar 3.1: aliran trafik

25

Derajat Pelayanan

3.2.1

Offered traffic (A)

Trafik teoritis,
yang akan dibawa
jika tidak ada
blocking di dalam
system.

Nilai offered trafik ini adalah nilai teoritis dan tidak dapat diukur, hanya
mungkin

diestimasi dari carried traffic

Offered load = carried load/(1 - blocking factor)[17]

(3.1)

Sayangnya, rumus ini tidak menghitung panggilan yang mencoba


mengulang ketika

panggilan sebelumnya ditolak, jika panggilan yang mencoba

mengulang diperhitungkan dapat digunakan rumus berikut :


Offered load = carried load * OAF

(3. 2)

OAF = Offered Load Adjustment Factors

= [1.0 - (R * blocking factor)]/(1.0 - blocking factor)

Dimana R adalah prosentase dari probabilitas mengulang. Contoh


R=0.6 untuk
60

persen mengulang

3.2.2

Carried traffic (Y)

Trafik sesungguhnya yang dapat dibawa atau ditangani oleh system. Dalam

teori, satu trunk dapat menangani 36 CCS atau satu erlang trafik per jam. Tetapi

kasus seperti

itu biasanya tidak terjadi, karena panggilan dibangkitkan

secara random, hal

itu bisa terjadi jika pelanggan meminta sebuah layanan ketika

pelanggan lain berakhir. Dalam praktek, trunk hanya bisa menangani sebagian
kecil

dari total kapasitas karena ada waktu kosong menunggu pelanggan


minta dilayani.

26

Derajat Pelayanan

Contoh 3.1 :

Terdapat pendudukan Empat buah trunk seperti pada gambar 3.2 hitung volume,

intensitas dari carried traffic dan berapa rata-rata waktu pendudukan ?

2 menit

2 menit

3 menit
1

3 menit

4 menit

1 menit

1 menit

1 menit

7 menit

1 menit

15 menit

15 menit

Waktu dalam menit

Gambar 3.2 pendudukan trunk

Penyelesaian :

Volume trafik = total waktu pendudukan = 40 menit = 2.67 erlang jam

Rata-rata waktu pelayanan

= total waktu pelayanan / jumlah pendudukan

= 40 menit / 11

= 3.64 menit
Perhitungan di atas dapat diselesaikan dengan menggunakan worksheet

seperti pada gambar 3.3

waktu pendudukan (menit ke)

saluran 1 2

11

11

1
3

567

111

314

10

11

1
3

12

13

14

1
1

total

15 waktu

15

40

27

Derajat Pelayanan

saluran

jumlah pendudukan

0
1

7 8 9 10 11 12 13 14 15

w aktu (menit)

Gambar 3.3: perhitungan dengan menggunakan worksheet

3.2.3

Lost /blocked traffic (R)

Loss traffic atau trafik yang hilang adalah selisih antara offered traffic dan

carried traffic. Trafik ini merupakan trafik yang tidak dapat dibawa oleh system

dikarenakan system blocking

3.2

Derajat Pelayanan Grade of Service

Untuk menghitung GOS, perlu diketahui bahwa dalam loss system (system
rugi),

trafik yang dibawa atau dilayani oleh jaringan lebih kecil dari trafik
yang ditawarkan

sesungguhnya ke jaringan. Kelebihan trafik yang tidak mampu dilayani


oleh jaringan

akan ditolak atau dibuang. Jumlah trafik yang ditolak oleh jaringan
digunkan
sebagai

indek dari kualitas pelayanan dari jaringan yang disebut dengan grade of

service (GOS) atau B.

Grade of Service didefinisikan sebagi perbandingan trafik yang hilang

(ditolak) dengan trafik yang ditawarkan ke jaringan.

GOS = B � � �

(
3.
3
)

atau

28

Derajat Pelayanan

B� � �

A� � �

(3.4)

Semakin kecil nilai GOS, maka semakin baik pelayanan. GOS yang

direkomendasikan di Indonesia (telkom) sebesar 0.01 atau 1 %, artinya

satu

panggilan gagal setiap 100 panggilan datang. Biasanya setiap


nilai GOS tertinggi dari setiap sub system jaringan. Nilai Gos pada
persamaan 3.3

dan 3.4 hanya berlaku jika panggilan dilewatkan langsung dari sentral asal
ke sentral

tujuan tanpa melewati sentral transit atau sentral tandem. Sepeti


ditunjukkan pada

gambar 3. 4

Kriiii� � �

� � � .ng

Sentral tujuan
Sentral asal

Sentral asal

7565933

Gambar
3.4 : rute
langsung

Pada rute
langsung,
sentral asal
dan sentral
tujuan
terhubung
secara
langsung .

dalam hubungannya, pengirim hanya melewati satu link untuk sampai


ke penerima.

Jika panggilan terpaksa harus melewati sentral transit seperti ditunjukan

pada gambar 3.5 maka nilai GOS menjadi berbeda


29
7565933

Sentral Tandem

Gambar : 3.5 : rute tandem

Bila dalam hubungannya, sentral asal sampai sentral tujuan hanya melewati

satu sentral tandem, maka ada 2 link yang harus dilalui yaitu : link
originatingtandem dan tandem-destination. Dalam hubungan 2 link ini,
probabilitas blocking

(B) yang terjadi adalah sebagai berikut :

B2
B1

y3

y2

Y1

R1

B3

R2
(3.5)

30

Derajat Pelayanan

trafik yang dibawa oleh link pertama sebesar :

Y1 � � � A� � � R1

� � � A� � � A.B1

��� A(1 � � � B1 ) (3.6)

Sedangkan trafik yang dibawa oleh link kedua sebesar :

Y2 � � � Y1 � � � R2

� � � Y1 � � � Y1 .B2

� � � Y1 (1 � � � B2 )

� � � A(1 � � � B1 )

(1 � � � B2 ) (3.7)

Probabilitas total yang terjadi dari hubungan 2 link

adalah : Btotal � � �

Rtotal A � � � Y2

� � �

B
t
o
ta
l

A

Btotal � � � 1� � � (1 � � � B1 )(1
� � � B2 ) � � � B1 � � � B2
_ B1.B2

(3.8)

jika B1dan B2 relatif kecil, B1.B2 diabaikan sehingga :

Bsystem � � � B1


�� B2 (3.9)

Bila sentral asal sampai sentral tujuan dalam hubungan melewati sebanyak N
link,

maka probabilitas blocking yang terjadi adalah:

Btotal � � �


�� Bk (3.10)

���1

31

Derajat
Pelayanan

Dalam PSTN, panggilan ditolak tidak semuanya diakibatkan karena jaringan

tidak mampu melayani (saluran sibuk). Ada alasan lain yang mengakibatkan

panggilan ditolak atau sebuah call attempt (percobaan panggilan) tidak dapat

menjadi sebuah percakapan. Contohnya jika panggilan tersambung tetapi


tidak ada

jawaban dari pihak yang dipangil.


Call attempt dikatakan sukses atau komplit jika terjawab oleh pihak yang

dipanggil. Dari kondisi tersebut terdapat beberapa parameter sebagai berikut [12]
:

CCR ( call completion rate)

CCR adalah perbandingan dari jumlah panggilan sukses dengan jumlah

call attempt selama jam sibuk.

CCR � � �

panggilan

sukses BHCA

(3.11)

CCR digunakan dalam dimensioning kapasitas jaringan. Jaringan

biasanya dirancang untuk nilai CCR 0.7

BHCA (Busy hour call attempt)

BHCA adalah jumlah call attempt selama jam sibuk. BHCA merupakan

parameter penting untuk menentukan kapasitas prosesor.

BHCR (busy hour calling rate)

BHCR didefinisikan sebagai rata-rata jumlah panggilan yang sukses

yang dibangkitkan oleh pelanggan selama jam sibuk.

BHCR � � �

panggilan

sukses jumlah

pelanggan
(3.12)

Contoh 3.2 :

sebuah sentral telepon melayani 2000 pelanggan, jika rata-rata BHCA


10.000 dan

CCR 60 %. Hitung BHCR.

32
Derajat Pelayanan

Penyelesaian :

Panggilan sukses

= BHCA x CCR

= 10.000 x 0,6

= 6000

BHCR

= panggilan sukses /
jumlah pelanggan

= 6000 / 2000

=3

BHCR digunakan dalam ukuran sentral untuk menangani trafik

puncak. 3.4

Probability of Blocking

Blocking terjadi jika lebih dari n pelanggan membuat percakapaan


dalam

waktu yang bersamaan. Untuk probabilitas panggilan yang tidak


sukses, operator
mendefinisikan nilai target tertentu, dimana nilai probabilitas panggilan
tidak sukses

ini adalah nilai tertentu yang dapat diterima oleh pelanggan. Semakin kecil nilai

probabilitas blocking ini maka semakin banyak kapasitas yang harus dibangun

di jaringan.
Probabilitas Blocking didefinisikan sebagi probabilitas seluruh saluran

(server) dalam system sedang sibuk. Jika seluruh saluran sibuk, tidak ada
trafik yang

bisa dilayani oleh system dan panggilan yang datang akan ditolak.
Secara sepintas

GOS dan PB adalah sama tetapi sebenarnya berbeda. Perbedaan GOS dan PB
terlihat

pada contoh berikut :

Contoh 3.4;

Untuk jumlah saluran (server) sama dengan jumlah pelanggan akan


menghasilkan

GOS sama dengan nol, dimana setiap pelanggan selalu dapat


dilayani tetapi

probabilitas dimana seluruh saluran sibuk, maka probabilitas blocking


tidak sama

dengan nol.

33
Derajat
Pelayanan

1. 5

Kemacetan
(congestion
)
Banyaknya

telekomunikasi

panggilan

melebihi

atau

trafik

kapasitas

yang

jaringan

ditawarkan

menyebabkan

ke

jaringan

kemacetan

(congestion). Kemacetan ini menyebabkan adanya trafik yang harus dibuang


atau

tidak bias dilayani. Secara umum kemacetan jaringan diukur dalam 3


parameter

yaitu kemaccetan waktu (time congestion), kemacetan panggilan (call


congestion)

dan kemacetan trafik (traffic congestion)

3.5.1
Kemacetan waktu
Kemacetan waktu adalah probabilitas seluruh saluran sibuk, kemacetan ini

diukur dengan perbandingan total waktu seluruh saluran sibuk dengan


total waktu

pengamatan

(3.13)
3.5.2

Kemacetan
panggilan

Kemacetan
panggilan
adalah
probabilitas
panggilan
yang
ditawarkan
ke

jaringan akan ditolak, kemacetan ini diukur dengan perbandingan


panggilan yang

ditolak dengan total penggilan yang ditawarkan ke

jaringan (3.14)
3.5.3

Kemacetan Trafik

Kemacetan trafik adalah probabilitas trafik yang ditawarkan ke jaringan

akan ditolak, kemacetan ini diukur dengan perbandingan trafik yang

ditolak dengan total trafik yang ditawarkan ke jaringan

(3.15)

34

Derajat Pelayanan
panggilan yang ditolak. Sedangkan probabilitas blocking diukur dari
titik network

atau switching, dimana diamati server-server (saluran) yang sibuk dalam system

switching. GOS disebut juga dengan Call congestion atau loss probability dan

probabilitas blocking disebut dengan time congestion.


probabilitas bloking yang berdasarkan call congestion (GOS) pada

prakteknya tidak mudah dilakukan, sehingga digunakan probabilitas


berdasarkan

time congestion. Sebagai contoh : pemakaian path jaringan telekomunikasi


tunggal

merupakan probabilitas blocking berdasarkan time congestion.

1
2

Nx M

(N > M)

Gambar
3.7:
konsent
rator
sentral
telepon

Gambar
3.7
menunj
pelanggan). jika lebih dari M pelanggan membuat panggilan external
panggilan pada

waktu bersamaan, maka mereka akan ditolak dan akan mencoba lagi.

Jumlah panggilan external bervariasi secara acak dan dipastikan tidak pernah

ditolak (bloking) jika M=N sama dengan jumlah pelanggan. Hal ini

merupakan

solusi yang terlalu mahal karena jumlah pelanggan yang tersambung ke


sentral lokal

biasanya sangat banyak dan hanya sebagian kecil yang melakukan panggilan

external secara bersamaan. Secara prinsip bagaimana menentukan kapasitas,


jumlah

35

Derajat Pelayanan

M dalam contoh di atas, secara ekonomis dapat diterima dan pelanggan

puas dijelaskan kemudian.

3.6

End to End Grade of Service ( NNGoS GAUDREAU)

Dalam menganalisis suatu trafik atau unjuk kerja suatu jaringan, seringkali

harus melibatkan banyak node atau sentral. Begitu pula algoritma routing

yang

digunakan sering tidak sederhana. Tingkat pelayanan (GoS) hubungan antara


suatu

node ke node yang lain akan sangat dipengaruhi oleh jalan dan node
yang dilaluinya.

Salah satu metode yang dipakai untuk menganalisis GoS node ke node
adalah
metode Gaudreau. Metode ini diperkenalkan oleh Manon Gaudreau, secara
umum

bekerja dengan memperhatikan blocking tiap link dan

mempertimbangkan parameter routing yang dilalui.


Asumsi yang digunakan pada metode ini adalah :

� � �

Tidak boleh ada trafik yang melalui sentral (node) yang sama sampai dengan

dua kali atau lebih.

� � �

Antar sentral paling sedikit harus ada satu rute

� � �

Untuk setiap pasangan OD (originating-Destination), fungsi luap T

harus mempunyai berkas akhir (final route)

� � �

Tidak diperhitungkan adanya pengulangan panggilan (repeat call attemp)

3.6.1

Struktur Dasar Persamaan Rekursive Gaudreau

B(o,d,a,T)

F
b

B(o,d,a,b)

B(o,d,b,F
)

gambar 3.8 : Struktur Dasar Persamaan RekursiveGaudreau

36

Derajat Pelayanan

� � � Notasi yang digunakan pada algoritma NNGoS Gaudreau adalah

esbagai berikut :

� � � o

= originating node (titik asal )

� � � d

= destination node (titik tujuan)

� � � B (o,d,a,b) = probabilitas blocking dari sentral a ke sentral b

muaeli semua rute yang dikembangkan dari F (o,d,a,b) dan T(o,d,a,b)

� � � F (o,d,a,b) = forward link, adalah sentral berikutnya

setelah call menduduki link (a,b). dgn originating o dan destination d

� � � T (o,d,a,b) = transit link, adalah sentral berikutnya

bila panggalin meluap dari link (a,b)

� � � P (a,b)

= probabilitas blocking link (a,b)


Formula rekursif Gaudreau pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu

untuk probabilitas blocking di sentral diabaikan (kecil) dan probabilitas


di sentral

tidak diabaikan.

� � � Untuk probabilitas di sentral diabaikan, maka formula

Gaudreau dapat dituliskan sebagai berikut :

B (o,d,a,b) = 0, � � � � � � � � � � � � .
Bilaa = d

=
1 , � � � � � � � � � � � � � � � b i l
a a � � � d dan b = 0

=
b i l a � � � � � � � � � � � � � � � .
a � � � d dan b � � � 0

� � � 1 � � � P � � � a ,
b � � � � � � � � � B � � � o , d , b, F
� � � o , d , a, b � � � � � � � � �
P���a, b � � � � � �
B � � � o , d , a, T � � � o , d , a,
b � � � � � �

(3.16)

Untuk probabilitas di sentral tidak diabaikan, maka formula gaudreau

dapat dituliskan sebagai berikut :

B (o,d,a,b) = 0,
� � � � � � � � � � � � . Bilaa = d

1 , � � � � � � � � � � � � � � � b i l a

a � � � d dan b = 0 37

Derajat Pelayanan
� � � � � � 1 � � � w
� � � � � � P � � � a , b � � �
� � � w
� � � � � � B � � � o , d , a,T
� � � o , d , a, b � � � � � �

(
3
.
1
7
)
Pada metoda Gaudreau terdapat tiga matriks sebagai parameter utama untuk

menentukan unjuk kerja suatu jaringan yaitu :

o Forward matrix

o Transit matrix

oBlocking probability matrix

Forward Matrix

Forward matrix adalah matriks bujur sangkar dimana elemen-lemen

pembentuk matriks adalah nomor-nomor sentral berikutnya yang dituju

jika

panggilan berhasil menduduki link (a,b). nomor baris menunjukkan


nomor sentral

asal dan nomor kolom menunjukkan sentral tujuan panggilan. Isi (elemen) dari

matrik merupakan korelasi antara sentral asal dan sentral tujuan.


� � � Elemen matrik berharga = 0 , bila tidak terdapat hubungan

� � � Elemen matrik berharga = d , bila b = d

� � � Elemen matrik berisi nomor sentral berikutnya (sentral


forward), bila ada

hubungan dan b

��� d 38
Derajat Pelayanan

Transit Matrix
Transit matrix adalah matriks bujur sangkar dimana elemen-lemen

pembentuk matriks adalah nomor-nomor sentral luapan yang dituju jika

panggilan meluap dari link (a,b). nomor baris menunjukkan nomor senttral

asal

dan nomor kolom menunjukkan sentral tujuan panggilan. Isi (elemen) dari
matrik

merupakan korelasi antara sentral asal dan sentral tujuan.

� � � Elemen matrik berharga

= -1 , bila tidak terdapat hubungan

� � � Elemen matrik berharga = 0, bila terdapat hubungan,


tetapi saularn tersebut

merupakan rute terakhir, yaitu panggilan tidak akan diluapkan lagi dan akan

dihilangkan.
� � � Elemen matrik berharga sesuai dengan nomor sentral
transit , bila terdapat

hubungan dan saluran bukan merupakan rute terakhir.

c
Blocking Probability Matrix

Blocking probability matrix adalah matriks bujur


sangkar dimana

elemen-lemen pembentuk matriks adalah harga


probabilitas blocking dari

setiap link (a,b) pada jaringan tersebut. nomor baris menunjukkan nomor sentral

asal dan nomor kolom menunjukkan sentral tujuan panggilan. Isi (elemen) dari

matrik merupakan korelasi antara sentral asal dan sentral tujuan.


� � � Elemen matrik berharga = 1 , bila tidak terdapat hubungan
antara a dan b

� � � Elemen matrik berharga = p (probabilitas link (a,b) , bila


etdrapat hubungan,

antara a dan b

� � � Elemen matrik berharga = 0, untuk setiap harga internal

bolcknig. Contoh 3.5:

Tentukan End to End GOS B (1,4,1,4) pada struktur jaringan pada Gambar 3.9

berikut , Dengan asumsi bloking sentral diabaikan dan probabilitas bloking

tiap saluran : p = 0,1

39

Derajat Pelayanan

Sentral 3

Sentral 2

Sentral 1

Gambar 3.9: jaringan telekomunikasi

Jawaban:

� � � Untuk probabilitas di sentral diabaikan, maka formula

Gaudreau dapat dituliskan sebagai berikut :

B (o,d,a,b) = 0, � � � � � � � � � � � � .
Bail a = d

=
1 , � � � � � � � � � � � � � � � b i l a
a � � � d dan b = 0
=
b i l a � � � � � � � � � � � � � � � . a
� � � d dan b � � � 0

� � � 1 � � � P � � � a ,
b ��������� B � � � o , d , b, F
� � � o , d , a, b � � � � � � � � �
P���a, b � � � � � �
B � � � o , d , a, T � � � o , d , a, b � � � � � �

Sebelum mencari B (1,4,1,4), maka terlebih dahulu menentukan matrik F,T

dan P.

� � � Matrik

Forward (F) 1

3
0

40

Derajat Pelayanan

� � � Matrik

transit (T) 1

-1

3
2

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

-1

� � � Matrik probabilitas

blocking (P) 1

1
0

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

Selanjutnya mencari nilai B(1,4,1,4) .

� � � B (1,4,1,4) ?
B (1,4,1,4) = {1-p(1,4)}. B{1,4,4,F(1,4,1,4)}+ p(1,4).B{1,4,1,T(1,4,1,4)}

= (1-0,1).B(1,4,4,4) + 0,1.B(1,4,1,3)

= 0,1 B(1,4,1,3)

B(1,4,1,3) = {1-p(1,3)}. B{1,4,3,F(1,4,1,3)}+ p(1,3).B{1,4,1,T(1,4,1,3)}

= (1-0,1).B(1,4,3,4) + 0,1.B(1,4,1,2)

= 0,9 B(1,4,3,4) + 0,1 B(1,4,1,2)

B(1,4,3,4) = {1-p(3,4)}. B{1,4,4,F(1,4,3,4)}+ p(3,4).B{1,4,3,T(1,4,3,4)}

= (1-0,1).B(1,4,4,4) + 0,1.B(1,4,3,0)

= 0,1

B(1,4,1,2) = {1-p(1,2)}. B{1,4,2,F(1,4,1,2)}+ p(1,2).B{1,4,1,T(1,4,1,2)}

= (1-0,1).B(1,4,2,3) + 0,1.B(1,4,1,0)

= 0,1 B(1,4,2,3) + 0,1

B(1,4,2,3) = {1-p(2,3)}. B{1,4,3,F(1,4,2,3)}+ p(2,3).B{1,4,2,T(1,4,2,3)}

= (1-0,1).B(1,4,3,4) + 0,1.B(1,4,2,0)

= 0,9 x 0.1 + 0,1

41

Derajat Pelayanan

= 0,09 + 0,1

= 0,19

B(1,4,1,2) = 0,1 B(1,4,2,3) + 0,1

= 0,1 x 0,19 +0,1


= 0,019 + 0,1

= 0,119

B(1,4,1,3) = 0,9 B(1,4,3,4) + 0,1 B(1,4,1,2)

= 0,09 + 0,119

= 0,209

B (1,4,1,4) = 0,1 B(1,4,1,3)

= 0,1 x 0,209

= 0,0209

7. Latihan soal

1. Apakah yang dimaksud dengan time congestion dan call congestion ?


dalam hal

apa harga time congestin sama dengan call congestion dan dalam hal apa kedua

harga tersebut berbeda ?


1. Untuk menghubungkan panggilan dari Bandung ke jayapura harus
melewati

sentral transit di Jakarta, makasar, dan Ambon. Masing-masing link yang dilalui

mempunyai probabilitas blocking sebesar 0,01. jika pada jam sibuk terdapat 90

panggilan dari Bandung dengan tujuan Jayapura dengan rata-rata lamanya

panggilan 10 menit. Berapa besarnya blocking total dari Bandung ke Jayapura?

1. Tentukan matrik F, P dan T dan tentukan B (1,4,1,4) dengan menggunakan

NNGOS Gaudreau untuk gambar berikut :

2
3

0,4

0,2

0,2

0,3

0,1

42

Pemilihan

Model Trafik

Andrej
Markov
(1856
� � �
1922)

4.1

Tujuan
Instruksional

Pembaca
memahami
cara
pemilihan
model trafik,
mengetahui
parameter-

parameter yang digunakan dan dapat menentukan model trafik


untuk perhitungan
mengetahui trafik secara kuantitatif harus diselesaikan dengan statistik dan teori

probabilitas. Sehubungan dengan hal tersebut peristiwa trafik dideskripsikan

ke dalam model matematis yang disesuaikan dengan[17] :

1. pola kedatangan panggilan

2. pola lamanya waktu pendudukan

3. penanganan panggilan yang gagal

4.disiplin operasi

4.2

Pola kedatangan
trafik

Langkah pertama dalam pemilihan model trafik adalah menentukan pola

kedatangan trafik. Pola kedatangan trafik penting untuk pemilihan model

trafik karena kedatangan trafik yang utama adalah sebagai berikut :

a. pola kedatangan panggilan smooth ( smooth call arrival pattern)

b.pola kedatangan panggilan peak ( peak call arrival pattern)

43

Pemilihan Model Trafik

44

c.pola kedatangan random ( random call arrival pattern)

perbedaan pola trafik menyebabkan perbedaan fasilitas trafik. Pola

4.2.1

Pola kedatangan panggilan smooth (Smooth Call Arrival Pattern)


Smooth atau hypo-exponential traffic terjadi jika tidak tidak terdapat

variasi trafik yang besar. Waktu pendudukan (holding time) dan waktu antar

kedatangan (interarrival time) dapat diprediksi. Sebagai contoh


dalam merancang

sebuah jaringan voice untuk layanan informasi, dimana agen-agen


menghabiskan

seluruh waktunya untuk menelpon. Misalnya dalam hal ini dapat

diperkirakan terdapat 30 panggilan berurutan setiap 2 menit. Dalam hal ini

diperlukan satu trunk untuk menangani panggilan dalam 1 jam


Gambar 4.1: pola kedatangan smooth

Volume trafik = 30 x 2 menit

= 60 panggilan menit

Intensitas Trafik = volume / waktu total

= 60 menit/ 60 menit

= 1 erlang

44

Pemilihan Model Trafik

45

Dari perhitungan 1
saluran cukup untuk
melayani 30 panggilan

Pola smooth ini lebih sering terjadi pada sistem dengan jumlah sumber

terbatas. Distribusi probabilitas pada pola smooth seperti pada gambar 4.2

Gambar 4.2 : distribusi probabilitas pola smooth


4.1.2

Pola Kedatangan panggilan Puncak (Peaked Call Arrival Pattern)

Pola trafik peak mempunyai big spikes dari nilai rata-rata trafiknya. Pola

kedatangan ini disebut juga pola kedatangan hyper-exponential . Pola


peaked trafik

biasanya untuk menggambarkan kedatangan trafik pada keadaan beban


trafik yang

sangat tinggi seperti trafik pada hari raya keagamaan, hari kemerdekaan dan

sebagainya. Pola puncak ini perlu diketahui untuk menyediakan


cadangan sumber

daya sehingga tidak terjadi bloking yang terlalu besar. Untuk contoh, untuk

menangani 30 panggilan diperlukan 30 trunk.. Distribusi probabilitas pada

pola puncak seperti pada gambar 4.3


45

Pemilihan Model Trafik

46

Gambat 4.3: Pola


kedatangan Peak

Gambar : 4.4 distribusi probabilitas pola peak

4.2.3

Pola kedatangan acak (Random Call Arrival


Pattern)

Pola trafik acak adalah benar-benar acak. Pola ini disebut juga dengan

distribusi poisson atau distribusi exponensial. Pola trafik random terjadi dalam

keadaan
dimana terdapat beberapa pemanggil, masing-masing membangkitkan trafik.
Pola

trafik ini dapat ditemukan pada lingkungan sentral atau PABX. Distribusi

probabilitas pada pola acak seperti ditunjukkan pada gambar 4.5

Figure 4.5: Pola Kedatangan Acak

46

Pemilihan Model Trafik

47

Gambar : 4.6 distribusi probabilitas pola random

Random poisson

Kedatangan dan berakhirnya panggilan pada jaringan telepon secara random,

sering diasumsikan bahwa kedatangan panggilan terjadi sesuai dengan

proses poisson, dimana probabilitas k panggilan datang dalam waktu t

adalah :

� � �

� � � t � � � k
� � � � � � � � � t � � �

P� � � t � � � � � �

k!

(4
.1
)

d
e
panggilan per satuan waktu. Jumlah panggilan yang berakhir pada periode T

adalah :

� � �

� � � t � � � k
� � � � � � � � � t � � �

P� � � t � � � � � �

k!

(4
.2
)

4
7

Pemilihan Model Trafik

48

Contoh 4.1:

Sebuah sentral telepon lokal biasanya menerima 4 panggilan per menit dan
rata- rata

6 panggilan berakhir per menit. Berapa (a) probabilitas terdapat 8


panggilan datang

dan (b) probabilitas 8 panggilan berakhir dalam selang waktu 30

detik ? Penyelesaian :
(a) � � = 4/menit = 1/15 detik

jika t =30 detik maka � � t = 2 sehingga probabilitas 8 panggilan datang

dam
l selang waktu 30 detik adalah
(b) Probabilitas 8 panggilan berakhir

� � = 6/menit= 1/10 detik

jika t =30 detik maka � � t = 3 sehingga probabilitas 8 panggilan

berakhirdalam selang waktu 30 detik adalah

4.3

Penanganan Panggilan yang ditolak (Block call)

Block call adalah sebuah panggilan yang tidak dapat dilayani dengan

segera. Sebuah panggilan dapat dipertimbangkan sebagai block call


jika panggilan

tersebut dirutekan lagi ke trunk group yang lain atau disimpan dalam antrian.

Penanganan block call menentukan model yang akan dipilih karena

penanganan block call yang berbeda menghasilkan beban trafik yang berbeda
Trafik yang dilayani

Trafik yang ditawarkan

LCR

LCH

LCC

LCD

48

Pemilihan Model Trafik

49
Gambar : 4.7 penanganan panggilan gagal / ditolak

Tiga tipe utama dari penanganan block call adalah lost call held, loss call cleared

an loss call delayed. Ketiga tipe tersebut adalah sebagai berikut :

Lost Calls Held (LCH)

Pada system ini panngilan yang hilang dianggap tidak pernah kembali lagi .
pada

dasarnya system LCH berdasarkan teori yang menyatakan bahwa seluruh


panggilan

yang ditawarkan ke system akan ditahan dalam sementara waktu. Penanganan

panggilan pada system LCH diilustrasikan pada gambar 4.8.


Contoh 4.2

2 sumber trafik

10 menit

Sumber 1

Offered Traffic

Sumber 2

Offered Traffic

Hanya 1
saluran
Traffic

Carried

22

Total
Traffic
Carried
:

TC =
0.6 E

Gambar 4.8 : ilustrasi system LCH

49

Pemilihan Model Trafik

50

Terdapat dua sumber trafik yang menginginkan pelayanan. Sumber pertama

membangkitkan trafik pada menit pertama dan keempat masing-masing selama 2

menit. Sumber kedua membangkitkan trafik pada menit kedua selama 2 menit
dan

menit ketujuh selama 1 menit. Jumlah saluran yang melayani hanya terdiri
dari satu

saluran. Sehingga panggilan yang dibangkitkan oleh sumber pertama pada


menit ke

2 tidak bisa langsung dilayani. Pada system LCH jika panggilan datang
ketika masih

ada panggilan yang sedang dilayani maka panggilan tersebut digenggam


sementara waktu. Terlihat pada gambar pada menit ke 2 sampai ke 3 (selama 1

menit) panggilan pertama dari sumber kedua digenggam tetapi belum dilayani.

Perhitungan trafik pada kasus ini adalah sebagai berikut :

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (2menit + 2 menit)/10 menit = 4

erlang

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (2menit + 1 menit)/10 menit = 3

erlang

Total traffic yang ditawarkan sumber 1 dan 2 = 4 erlang + 3 erlang = 7 erlang

Trafik yang dibawa oleh 1 saluran = 4 erlang + 2 erlang = 6 erlang

Lost Calls Cleared (LCC)

Pada system ini panggilan yang di blok akan dihilangkan atau dibersihkan
dari

system, artinya bahwa ketika sebuah panggilan di bloj, panggilan pergi


ke tempat

lain. Penanganan panggilan pada system LCC diilustrasikan pada gambar

4.9. Contoh 4.
50

Pemilihan Model Trafik

51

2 sumber trafik

10 menit

Sumber 1
Offered Traffic

Sumber 2

Offered Traffic

Hanya 1 saluran

Traffic

Carried

Gamba
r 4.9 :
ilustras
i
system
LCC

Terdapat dua sumber trafik yang menginginkan pelayanan. Sumber pertama

membangkitkan trafik pada menit pertama dan keempat masing-masing selama 2

menit. Sumber kedua membangkitkan trafik pada menit kedua selama 2 menit
dan

menit ketujuh selama 1 menit. Jumlah saluran yang melayani hanya terdiri
dari satu

saluran. Sehingga panggilan yang dibangkitkan oleh sumber pertama pada


ke

2 tidak bisa langsung dilayani. Pada system LCC jika panggilan datang
ketika masih

ada panggilan yang sedang dilayani maka panggilan tersebut akan dibuang dan

dianggap tidak kembali lagi. Terlihat pada gambar pada menit ke 2 sampai ke

panggilan pertama dari sumber kedua tidak dilayani. Perhitungan trafik pada
kasus

ini adalah sebagai berikut :

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (2menit + 2 menit)/10 menit = 4 erlang

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (1 menit)/10 menit = 3 erlang

Total traffic yang ditawarkan sumber 1 dan 2 = 4 erlang + 3 erlang = 7 erlang

Trafik yang dibawa oleh 1 saluran = 4 erlang + 1 erlang = 5 erlang

Lost Calls Delayed (LCD)

51

Pemilihan Model Trafik

52

Pada system ini panggilan yang di blok akan ditunda sampai system selesai

melayani panggilan yang sebelumnya. Penanganan panggilan pada system

LCD diilustrasikan pada gambar 4.10.

Terdapat dua sumber trafik yang menginginkan pelayanan. Sumber pertama

membangkitkan trafik pada menit pertama dan keempat masing-masing selama 2

menit. Sumber kedua membangkitkan trafik pada menit kedua selama 2 menit
dan

menit ketujuh selama 1 menit. Jumlah saluran yang melayani hanya terdiri
dari satu

saluran. Sehingga panggilan yang dibangkitkan oleh sumber pertama pada


menit ke

2 tidak bisa langsung dilayani. Pada system LCD jika panggilan datang
ketika masih

ada panggilan yang sedang dilayani maka panggilan tersebut ditunda sampai

panggilan sebelumnya selesai dilayani. Terlihat pada gambar pada menit ke 2


sampai ke 3 panggilan pertama dari sumber kedua ditunda. Perhitungan trafik
pada

kasus ini adalah sebagai berikut :

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (2menit + 2 menit)/10 menit = 4 erlang

Trafik yang ditawarkan oleh sumber 1 = (1 menit)/10 menit = 3 erlang

Total traffic yang ditawarkan sumber 1 dan 2 = 4 erlang + 3 erlang = 7 erlang

Trafik yang dibawa oleh 1 saluran = 4 erlang + 3 erlang = 7 erlang

52

Pemilihan Model Trafik

53

2 sumber trafik

10 menit

Sumber 1

Offered Traffic
1

Sumber 2

Offered Traffic

Hanya 1 saluran

Traffic

Carried

Total
Traffic
Carried
:

TC =
0.7 E

Gambar 4.10 : ilustrasi system LCD

Lost Calls Retried (LCR)

Pada system ini panggilan yang di blok diasumsikan sebagian ada yang
kembali ke

system . LCR diturunkan dari LCC.


Secara umum penanganan panggilan pada jaringan circuit switch dimodelkan

seperti ditunjukkan pada gambar 4. 11 . Dalam penerapannya jaringan circuit

switch ( PSTN dan mobile cellular) menggunakan tiga mekanisme berikut : loss

sistem atau sistem rugi, delya sistem (queueing sistem) atau sistem
tunggu/antrian

dan sistem overflow atau sistem luap. berikut :

� � �

loss systems

pada sistem ini panggilan yang tidak dapat ditangani akan ditolak dengan

diberikan/ ditandai adanya busy tone. Penanganan LCH, LCC dan LCR temasuk

pada mekanisme ini

� � �

queueing systems

53

Pemilihan Model Trafik

54

pada sistem ini panggilan yang tidak dapat ditangani diantrikan. Sistem

antrian digunakan dalam jaringan telepon untuk menentukan berapa lama

pelanggan boleh menunggu (berapa buffer yang harus disediakan), karena jika

terlalu lama maka pelanggan akan kehilangan kesabaran. Yang termasuk

mekanisme ini LCD


� � �

Oveflow sistem

Dimana panggilan yang tidak dapat ditangani diluapkan ke rute lain.

Overflow systems membuat alternative routing circuit groups atau

paths untuk

mengalihkan kelebihan trafik dan untuk mengurangi kemungkinan

congestion. Congestion ini tidak boleh terlalu lama sehingga panggilan tidak

banyak yang hilang.

Kanal/sirkit

Dengan laju pelayanan

1/h

Tempat antrian (buffer)

Panggilan yang

mengulang
( lost call return)

Trafik yang ditawarkan

Dengan laju kedatangan

� �

Panggilan yang

dihilangkan

( lost call
clear)

Gambar : 4.11 model penanganan panggilan

4.4

Jumlah Sumber Trafik

Jumlah panggilan juga menentukan model


yang dipilih. Contoh jika

terdapat satu sumber panggilan dan satu saluran, maka probabilitas bloking

dari panggilan adalah nol. Jumlah sumber trafik semakin meningkat,

probabilitas bloking semakin meningkat pula. Jumlah dari sumber trafik

sangat menentukan ukuran dari PABX, sentral dan perangkat yang lainnya.

54

Pemilihan Model Trafik

4.5

55

Waktu Genggam
(Holding Times)
Beberapa model trafik diambil dari penghitungan holding time dari panggilan,

tetapi kebanyakan model trafik tidak menggunakannya karena diasumsikan

holding time eksponensial. Secara umum penggilan yang mempunyai holding

time pendek lebih banyak dari panggilan yang mempunyai holding time
lama, ini

berarti bahwa holding time suatu panggilan mempunyai distribusi

eksponensial negatif.
Waktu lamanya pembicaraan telepon adalah variabel acak yang kontinyu,

yang mempunyai nilai tidak negatif. Pengukuran menunjukkan bahwa bila h


adalah

harga rata-rata dari lamanya pembicaraan dan T adalah waktu lamanya


pembicaraan

dari suatu panggilan yang acak, maka probabilitas lamanya suatu


panggilan kurang

dari waktu t adalah

P � � � T � � � t� � �

��� 1� � � e� � � t / h (4.3)

Contoh 4.5:

Jika dalam jaringan telepon diketahui hoding time rata-rata 2 menit.

Hitung berapa probabilitas suatu panggilan

a. Kurang dari 0.5 menit

b. Kurang dari 1 menit

c. Kurang dari 1.5 menit


d. Lebih dari 2 menit

Penyelesaian :

a.

b.

55

Pemilihan Model Trafik

56

d.

Setelah menentukan pola kedatangan panggilan dan menentukan block call,

jumlah sumber (saluran) dan holding time, maka langkah selanjutnya adalah

memilih model trafik yang sesuai (yang mendekati). Tidak ada model trafik yang

benar-benar tepat untuk menggambarkan situasi yang sebenarnya. Beberapa

model trafik berdasarkan dari parameter di atas adalah sebagai berikut :

Pemilihan model

trafik

terbatas

Tak terbatas

Jumlah sumber trafik

held

held
clear

Penanganan panggilan

clear

Penanganan panggilan

delay

delay

Model Poisson

Model erlang B

Model Binomial

Waktu pendudukan

panggilan

eksponensial

Model Engset

Formula delay

konstan

Model

CrommelinPollazek

Model Erlang C

Gambar 4.1 2:
Diagram klasifikasi
model Trafik

Perbandingan dari fitur model trafik seperti ditunjukkan pada gambar

4.12 sedangkan aplikasi tiap model trafik ditunjukkan pada table 4.1
Tabel 4.1 : perbandingan fitur model trafik

perbandingan model

trafik

sumber

Pola

Penanganan

Holding

kedatangan

panggilan gagal

Times

56

Pemilihan Model Trafik

Poisson

Infinite

Random

Held

Exponential

Erlang B

Infinite

Random

Cleared
Exponential

Extended Erlang B

Infinite

Random

Retried

Exponential

Erlang C

Infinite

Random

Delayed

Exponential

Engset

Finite

Smooth

Cleared

Exponential

EART/EAR
C

Infinite

Peaked

Cleared

Exponential
Neal-Wilkerson

Infinite

Peaked

Held

Exponential

Crommelin

Infinite

Random

Delayed

Constant

Binomial

Finite

Random

Held

Exponential

Delay

Finite

Random

Delayed

Exponential

57
Semua model trafik yang digunakan pada jaringan telekomunikasi yang

disebutkan di table 4.1 diidiskripsikan secara matematis. Diskripsi matematis


yang

dipakai dalam persoalan trafik ini dikenal dengan proses kelahiran dan proses

kematian.
4.6 Proses Kelahiran dan Kematian

Penggambaran matematis untuk proses trafik yaitu dengan stokastik yang

disebut dengan proses kelahiran dan proses kematian. Proses kelahiran dan
kematian

adalah diagram transisi kondisi dari rantai markov. proses kelahiran pada
telepon

diasumsikan sebagai proses datangnya panggilan dan proses


kematian diasumsikan

adalah proses berakhirnya panggilan. Jumlah populasi adalah variable acak dan

menyatakan kondisi dari proses. Proses ini bergerak dari kondisi k ke kondisi k-

jika terjadi kematian, atau bergerak ke k+1 jika terjadi kelahiran. Tetap di
kondisi k

57

Pemilihan Model Trafik

58

jika tidak ada panggilan yang datang maupun berakhir. Perubahan kondisi akibat

proses kelahiran dan kematian seperti ditunjukkan pada gambar 4.13

Pada saat

��t k
K-1

K+1

Pada saat t

Pada saat

� � t Pada

saat � � t

Gambar 4.13:
proses
kelahiran dan
kematian

Proses
kelahiran dan
kematian
sangat berguna
dalam analisis
jaringan

telekomunikasi. Sebuah jaringan telekomunikasi dapat dimodelkan sebagai


proses

kelahiran dan kematian dimana sejumlah sirkit (saluran) menyatakan


populasi.

Sebuah panggilan yang meminta panggilan dinyatakan sebagai proses


kelahiran dan

sebuah panggilan yang berakhir berarti sebuah kematian. Jika :

Pk(t) = probabilitas system berada pada kondisi k pada saat

t ( k saluran sibuk pada saat t)

� �

= laju panggilan pada kondisi k

� �
P [ hanya 1 panggilan berakhir]

=� � � � t

P [ tidak ada panggilan datang]

=1 - � � � � t

P [ tidak ada panggilan berakhir]

=1 - � � � � t

Probabilitas yang terjadi di system pada kondisi k dalam waktu t + � � t


adalh sebagai

berikut :

58

Pemilihan Model Trafik

59

( (4.

4)

Sisi kanan bagian pertama pada persamaan di atas menunjukkan

kemungkinan ditemukannya system pada kondisi k-1 pada saat t dan

sebuah

kelahiran panggilan atau permintaan panggilan terjadi pada selama selang waktu
t, t+

� � t . Kemungkinan ditemukannya system dalam kondisi k+1 pada waktu


t dan sebuah

kematian atau berakhirnya panggilan terjadi selama selang waktu t, t+


� � t ditunjukan

pada bagian kedua. Bagian terakhir menunjukkan tidak ada panggilan yang
datang

atau berakhir. Dengan menjabarkan persamaan 4 � � � . Dan


mengabaikan
� � t 2 maka

didapatkan :

(4.5)

Dengan menyusun kembali persamaan 4 � � � di

dapaktan. (4.6)

Untuk limit

� � t � � � 0 , di

dapatkan (4.7)

Persamaan 4.7 diperuntukkan seluruh nilai k � � � 1 , untuk k=0,


tidak ada panggilan di

dalam progress sehingga tidak ada panggilan yang dapat berakhir. Dengan kata
lain

� � 0 = 0 , tidak ada kondisi -1. Oleh karena itu, untuk k= 0 persamaan


4���.
Dimodifikasi

menjadi

(4.8)

4.7 Persamaan Kesetimbangan

59

Pemilihan Model Trafik

60

Persamaan-persamaan di atas menunjukkan perubahan kondisi ketika system

belum stabil, pada keadaan stabil atau setimbang (steady state) probabilitas
kondisi

mencapai nilai kesetimbangan (equilibrium) dan tidak berubah dengan

waktu Pk(t1)=Pk(t2)=Pk(ti)=Pk. Pada kondisi ini

(4.9)

Dan proses kelahiran dan kematian menjadi stationer, sehingga persamaan


proses

kelahiran dan kematian pada keadaan setimbang menjadi

untuk k � � � 1
(4.10)

untuk k = 0

(4.11)

4.8

Diagram
transisi
kondisi

Contoh diagram transisi kondisi untuk menggambarkan proses kelahiran

dan kematian seperti ditunjukkan pada gambar 4 � � �

� �

P(0)

P(1)
2 � �

� �

� �

� �

� �

P(2)

3 � �

P(3)

P(4)



4

Gambar 4.14: Daigram transisi kondisi

adalah state atau kondisi yang


menggambarkan jumlah saluran

(berkas) yang sibuk pada suatu saat. Proses yang ditinjau adalah

kondisi yang menyatakan jumlah saluran atau peralatan yang diduduki

sebagai fungsi waktu.


Pemilihan Model Trafik

P(0),P(1),� � �

N)
(P 61

adalah state probability atau probabilitas kondisi yaitu

lamanya kondisi tersebut berlangsung dalam interval

waktu tertentu

Transisi atau berubahnya kondisi tertentu ke kondisi yang

lain. Pada waktu dt kondisi n dapat menjadi (n+1) jika

terdapat 1 panggilan dating dan (n-1) jika terdapat 1

pangilan berakhir

4.9 Latihan Soal

1. Sebuah sentral telepon lokal biasanya menerima 6 panggilan per menit dan
ratarata 4 panggilan berakhir per meni. Berapa (a) probabilitas terdapat 4
panggilan

datang dan (b) probabilitas 4 panggilan berakhir dalam selang waktu 30 detik ?

1. Jika dalam jaringan telepon diketahui hoding time rata-rata 3 menit. Hitung

berapa probabilitas suatu panggilan

a. Kurang dari 1 menit

b. Kurang dari 2 menit

c.Lebih dari 3 menit

61

5
Sistem Rugi

S i m � � o n Denis Poisson

5.1 Tujuan Instruksional

Pembaca memahami yang dimaksud dengan sistem rugi ( loss system) dalam

pemodelan trafik telekomunikasi, mengetahui model trafik yang masuk dalam


sistem

rugi dan mampu melakukan perhitungan dan analisa.

Pada sistem rugi atau loss sistem panggilan yang tidak dapat ditangani oleh

jaringan akan ditolak dengan diberikan/ ditandai adanya busy tone.

Penanganan panggilan Loss Call Held, Loss Call Clear dan Loss Call Return

temasuk pada

mekanisme ini. Model trafik yang termasuk pada sistem rugi adalah model
poisson,

model erlang B dan model engset

5.2
Model Poisson

Dalam model poisson, panggilan datang ketika seluruh saluran sibuk (block

call) akan digenggam (held) sampai tersedia sebuah sirkit, pemanggil

hanya membuat satu panggilan. Model poisson berdasarkan asumsi berikut

� � �

Jumlah sumber tidak berhingga

� � �

Pola kedatangan trafik random


� � �

Blocked calls held

� � �

Distribusi waktu pendudukan eksponensial negative

� � �

disiplin operasi :

� � � sumber trafik tak terbatas

� � � jumlah saluran yang melayani : � � � ( panggila


yang dating selalu dilayani)

� � � Mean holding time terbatas = h

� � � Rate rata-rata datangnya panggilan :

��� (konstan) 61

Sistem Rugi

Berkas masuk

Berkas keluar

Switching network

s = � � �

n = � � �

Gambar 5.1 model Poisson

5.2.1

Diagram Transisi Kondisi


Diagram transisi kondisi untuk model poisson ditunjukkan pada gambar 5.2,

kondisi pada model ini terjadi dari kondisi 0 sampai kondisi tak terhingga

dikarenakan asumsi jumlah saluran yang digunakan jumlahnya tak

terhingga.

� �

P(0)

P(1)

P(2)

2





3


� � �

4 � �

Gambar 5.2 : Diagram Transisi Kondisi

5.2.2 Persamaan Kesetimbangan

Pada keadaan kesetimbangan statistik (statistical equilibrium), yaitu proses

perubahan dari kondisi (k-1) ke (k) sama jumlahnya dengan perubahan


kondisi (k)

ke (k-1). Penurunan pada keadaan kesetimbahan adalah sebagai berikut :

Pertama ditinjau keadaan kesetimbangan kondisi 0 dan kondisi 1


� � � P(0) = � � P(1)

P(1) = � � � / � � P(0) ,

dimana � � � / � � adalah A

(intensitas trafik ) 62

Sistem Rugi

setelah didapatkan persamaan pada keadaan kesetimbangan kondisi 0 dan


1 maka

ditinjau kondisi selanjutnya yaitu kondisi 1 dan kondisi

2 P(1) = A P(0)
� � � P(1) = 2 � � P(2)

P(2) =

���/2�� P(1)

P(2) = A/2 P(1)

P(2) = A/2 A P(0)


P(2) = A2/2 ! P(0)

Dan seterusnya.

Dari persamaan-persamaan tersebut, didapatkan nilai probabilitas N, yaitu

probabilitas N saluran sedang sibuk atau sedang diduduki sebuah


panggilan. yaitu :

P(N) = AN/N ! P(0)

Harga P(0) di dapat dari keadaan normal

� � � P(k )


��1 k � � � 0

Ak

P(0) � � � 1

� � �

k� � � 0 k!

(5.1)

P(0)


� �

Ak
k!

���0

(5.2)

dimana :

Ak

� �
� eA

� �

k
� �
� 0

sehingga :

P(0) = e-
A

(5.3)

63

Sistem
Rugi

Jadi Formula model poisson adalah sebagai berikut :

Ax e � � � A

P � � � N � � � � � �
Dimana :

A= trafik yang ditawarkan kepada trunk

e= logaritmik natural (e= 2,7183)

Distribusi poisson digunakan untuk mendimensikan group trunk pilihan terakhir

(final trunk group) dimana panggilan yang diblok tidak ditawarkan kepada

group sirkit lainnya, dipakai dalam kasus erlang B dipakai.

Jika rata-rata pemakaian kanal adalah A (dalam Erlang), persamaan 5.4

memberikan juga nilai probabilitas jumlah kanal yang dipakai pada waktu

berlangsungnya panggilan. (dalam system ini, pada satu waktu, satu kanal

hanya

dapat dipakai oleh satu panggilan, sehingga probabilitas jumlah kanal


yang sedang

terpakai sama dengan probabilitas banyaknya panggilan yang


sedang berlangsung).

Blocking terjadi jika seluruh n kanal terpakai atau kejadian (panggilan)

melebihi jumlah kanal).


Formula poisson dikenal juga dengan the Molina lost calls held trunking

formula,dengan probabilitas blocking sebagai berikut :

N� � � 1

p(k � � � n) � � � 1-� � �

���0

A x e-A

[
x!

(5.5)

Contoh 5.1

Hitung probabilitas bloking pada sistem poisson jika . Rata-rata intensitas


trafik yang

ditawarkan A=1 Erlang dan jumlah kanal yang disediakan n=3.

64
Sistem Rugi

Penyelesaian:

Probabilitas bahwa seluruh kanal bebas (x=0) adalah P(0)=0,37, satu kanal
dipakai

adalah P(1)=0,37 dan dua kanal dipakai adalah dipakai ( 1 kanal bebas) adalah

p(2)=0,18.
Dengan mengurangkan 1 dengan penjumlahan P(0), P(1), P(2) didapatkan

probabilitas blocking, yaitu probabilitas kanal yang dipakai adalah 3 atau


lebih (x � � �

3). Kita dapatkan hasil bahwa probabilitas blocking sebesar 8 %, berarti bahwa

setiap 12 panggilan maka pelanggan akan di blok dan menerima sinyal sibuk.

Contoh 5.2:
Total Trafik yang ditawarkan selama jam sibuk adalah 2 Erl (A = 2); dan
jumlah

server (dalam hal ini saluran transmisi ) sebanyak 5 (n = 5),


didapatkan probabilitas

blocking sebesar 5.3 % [ P ( x � � � 5) = 0.053]. ini berarti


bahwa, rata-rata
selama jam

sibuk setiap 19 panggilan akan di

block. Contoh 5.3

Tentukan berapa saluran yang diperlukan jika suatu sentral kira-kira membuat
dan

menerima 300 panggilan per hari dengan rata-rata holding time 4 menit (240

detik). Diinginkan probabilitas bloking atau GoS 1 %, diasumsikan pada

jam sibuk 20% panggilan terjadi pada jam sibuk.


Penyelesaian :

300 panggilan * 20% = 60 panggilan selama jam sibuk

Trafik yang ditawarkan : (60 panggilan * 240 detik)/3600 = 4 erlangs selama jam

sibuk

Dilihat pada table poisson pada trafik 4 erlang dan pada probabilitas bloking

0.81 persen (mendekati 1 persen), maka didapatkan 10 saluran.

Atau bisa dihitung dengan menggunakan formula poisson sebagai

berikut : 65

Sistem Rugi

Tabel 5.1 : kapasitas Trafik Poisson dalam Erlang

saluran

Trafik (A) dalam Erlang

(N)
0.05

0.01

0.11

0.35

0.70

0.01

0.02

0.03

0.1

0.2

0.100

10
11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

66

Sistem Rugi

5.2.3 Latihan soal :

Sebuah sentral local dengan 1.000 pelanggan mempunyai average


originating traffic

0.08 erlang. 10% dari total trafik menuju ke sentral toll

a.Rencanakan jumlah sirkit yang menuju sentral tol dengan

probabilitas blocking 1%

b.Jika dalam keadaan overload beban trafik menjadi 2 kali lipat, berapa

sisrkit yang harus disediakan ?

5.3 Model Erlang B


Sebuah system telepon mempunyai jumlah kanal yang terbataas untuk

membawa trafik. Panggilan yang dating dialokasikan sebuah kanal sampai


seluruh

kanal terpakai, setelahnya jika ada panggilan yang datang panggilan


tersebut akan

di blok atau di tunda.

Model erlang B adalah model erlang yang paling banyak digunakan untuk

menentukan jumlah sirkit yang diperlukan untuk membawa trafik selama jam

sibuk

dari nilai GOS dan beban trafik yang ditentukan.

Model erlang B

mengasumsikan bahwa seluruh panggilan yang ditolak akan di bersihkan (clear).

Dalam sebuah system telepon Erlang B, disediakan kanal (saluran) sebanyak N.

panggilan baru (new call) diijinkan sampai seluruh kanal penuh. Ketika seluruh

kanal telah terpakai, dan terdapat panggilan datang maka panggilan


tersebut akan

ditolak. Panggilan tersebut akan dibuang dari system dan pelanggan tidak akan

mengulang. Model erlang B digunakan hanya untuk percobaan panggilan yang

pertama kali dimana tidak mempertimbangkan panggilan ulang (panggilan

ulang dianggap panggilan baru)


Berkas masuk

Berkas keluar
Switching network

s=� �

n=N

Gambar 5.3: Model Erlang B

67

Sistem Rugi

Jumlah panggilan aktif digambarkan sebagai proses markov dan panggilan

datang sesuai dengan proses markov dengan laju kedatangan rata-rata sebesar
� �

panggilan per satuan waktu dan panggilan berakhir dengan laju � �


panggilan per

satuan waktu. Secara ringkas asumsi yang digunakan pada model erlang B
adalah

sebagai berikut :

1. kedatangan panggilan acak (random arrival)

2. waktu pendudukan : distribusi eksponensial negative

3. disiplin operasi :

� � � sumber trafik tak terbatas ( � � � )

� � � jumlah saluran yang melayani : N , terbatas. Panggilan

yang dating pada waktu semua saluran sibuk, dihilangkan.

� � � Full availability/berkas sempurna, setiap saluran yang

bebas selalu dapat diduduki oleh panggilan yang datang


� � � Mean holding time terbatas = h

� � � Rate rata-rata datangnya panggilan :


� � � (konstan)

5.3.1 Diagram Transisi Kondisi

� �

P(0)

� �

P(1)

2 � �

� �

� �

� �

P(2)

3 � �

P(3)

4


P(4)

N � �

Gambar 5.4 : diagram transisi kondisi

Diagram transisi kondisi untuk model Erlang B ditunjukkan pada gambar

5.4, kondisi pada model ini terjadi dari kondisi 0 sampai kondisi N

dikarenakan 68

Sistem Rugi

asumsi jumlah saluran yang digunakan jumlahnya terbatas sejumlah N


dan kondisi

diasumsikan sebagai keadaan jumlah panggilan aktif di dalam jaringan.

5.3.2 Persamaan Kesetimbangan

Pada keadaan kesetimbangan statistik (statistical equilibrium), yaitu


proses

� � �

perubahan dari kondisi (k-1) ke (k) sama jumlahnya dengan perubahan


kondisi (k)

ke (k-1). Penurunan pada keadaan kesetimbahan adalah sebagai berikut :

Pertama ditinjau keadaan kesetimbangan kondisi 0 dan kondisi 1


� � � P(0) = � � P(1)

P(1) = � � � / � � P(0) ,

dimana � � � / � � adalah A (intensitas trafik )

setelah didapatkan persamaan pada keadaan kesetimbangan kondisi 0


dan 1
maka

ditinjau kondisi selanjutnya yaitu kondisi 1 dan kondisi

2 P(1) = A P(0)

� � � P(1) =

2�� P(2) P(2) =

� � � /2� �

P(1) P(2) = A/2 P(1)

P(2) = A/2 A P(0)

P(2) = A2/2 ! P(0)

Dan seterusnya.

Dari persamaan-
persamaan tersebut,
didapatkan nilai
probabilitas N, yaitu

probabilitas N saluran sedang sibuk atau sedang diduduki sebuah


panggilan. Yaitu :

P(N) = AN/N ! P(0)

(5.6)
Harga P(0) di dapat
dari keadaan
normal

69

Sistem Rugi

� � � P(k )


��1 k � � � 0
P(0)
��� 1

� � �

���0

k! N

P(0)
���

(5.7)

� �

Ak

k!

���0

sehingga :

P( k )
���

A k k!

� �

� Ak

���
N

� �

� Ak

���

0 (5.8)

(5.9)

k!

P(N) biasanya disimbulkan dengan E1,N(A) atau EN(A) atau B atau rumus rugi

erlang atau rumus erlang B. P (N) pada model erlang B juga menyatakan

probabilitas bloking yaitu probabilitas seluruh kanal sedang sibuk. Pada


kondisi ini

jika ada panggilan yang datang maka panggilan baru tersebut akan ditolak.
Sehingga

probabilitas bloking atau formula erlang B adalah sebagai

berikut : AN

B(N, A) � � �

N N! k A

� � �

���0

k! (5.10)

Dimana :
� � �

B(N,A) = P(N)=Pb = adalah probabilitas panggilan ditolak.

� � �

N adalah jumlah saluran

70

Sistem Rugi

� � �

A adalah trafik yang


ditawarkan

Probabilitas N saluran
diduduki atau P(N)
merupakan probabilitas
bloking pada

model Erlang B dan merupakan time congestion. Untuk call congestion pada
erlang

B sama dengan time congestion

Gos � � �
� � � . Pb

� � �

� � � Pb

Distribusi erlang digunakan


untuk :

Mendimensikan sirkit antara 2


sentral local atau toll yang
dihubungkan secara

� � � d i r e c t � � �

a(tnpa overflow) Contoh 5.4 :


Berapa probabilitas bloking ?

Jika jumlah saluran bertambah menjadi 6 saluran, berapa probabilitas

bloking ? 71

Sistem Rugi

5.3.3 Tabel Erlang

P(N) biasanya disimbulkan dengan E1,N(A) atau EN(A) atau B atau rumus
rugi

erlang atau rumus erlang B. Rumus rugi erlang ini mempunyai 3 besaran yaitu :
A,N

dan B. harga-harga tersebut dapat ditabelkan seperti pada tabel 5.2.

N
1

10

P005
.005

.106

.349

.702

1.13

1.62

2.16

2.73

3.33

3.96

P02

.021

.224

.603

1.09

1.66

2.28

2.94

3.63

4.34

5.08
Tabel 5.2: contoh tabel erlang B

P005 P02

11

4.62

5.84

21

12

5.28

6.62

22

13

5.96

7.41

23

14

6.66

8.20

24

15
7.38

9.01

25

16

8.10

9.83

26

17

8.83

10.7

27

18

9.58

11.5

28

19

10.3

12.3

29

20

11.1
13.2

30

P005

11.9

12.6

13.4

14.2

15.0

15.8

16.6

17.4

18.2

19.0

P02

14.0

14.9

15.8

16.6

17.5

18.4

19.3
20.2

21.0

21.9

Cara membaca tabel erlang

Contoh 5.5:

Berapa kanal yang diperlukan untuk melayani 100 user dengan GOS 2 %
jika ratarata trafik per user 30 mE ?

A = 100 x 30 mE = 3 Erlang

Dari tabel pilih dengan GOS 0.02, cari untuk nilai trafik 3 Erlang (atau
nilai yang

terdekat) kemudian tarik garis yang bersinggungan dengan jumlah trunk.


Dari tabel

ditemukan untuk trafik ~3 Erlang dan gos 0.02 jumlah kanal yang
diperlukan adalah

8 kanal.

Tabel 5.3 : cara pembacaan table erlang

saluran

Trafik dalam Erlang

0.01

0.015

0.02

0.03
0.05

0.07

0.1

0.15

72

Sistem Rugi

0.0101

0.0204

0.153

0.223

0.455

3.62

3.627

7
8

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

5.2.3

Kepekaan dan efisiensi

Ada dua sifat penting dari rumus rugi erlang tersebut, yaitu efisiensi
dan kepekaan.

Efisiensi (A/N)

Untuk B tertentu, dengan bertambah besarnya A, akan diperlukan N yang lebih

besar pula. Untuk B tertentu (misalnya 1%). Makin besar saluran makin baik

efisiensinya. Ini merupakan keuntungan bekerja pada N besar.


Contoh 5.6:

Untuk menghasilkan probabilitas bloking kurang dari 1% dengan trafik

yang ditawarkan sebesar 5 Erlang

maka diperlukan setidaknya jumlah saluran

sebanyak 11. Jika trafik 10 erlang dengan masing-masing 5 erlang maka

dibutuhkan saluran sebanyak 22

A=5 erlang

B=1%

73

Sistem Rugi

N= 11

Efisiensi
jika
diinginkan
trafik 10
erlang
dengan
masing-
masing 5
erlang
adalah
:

Efisiensi =
A/N

= 10/ 22

= 0.45

= 45 %

Jika trafik 10 erlang dalam satu group, maka jumlah saluran yang diperlukan
Kepekaan terhadap perubahan trafik

Pada berkas saluran yang besar akan lebih besar pula kepekaannya bila

dibandingkan dengan berkas yang kecil. Ini merupakan kerugian bila

bekerja dengan N besar.

Hal-hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5.4

berikut: Tabel 5.4 : kepekaan formula erlang[12]

A
/
N

1,
1
A
(
A
n
ai
k
1
0
%
)

(1,1A dan N tetap) B berubah menjadi

0.15

0.075

0.165
10

4.46

0.440

0.906

0.015(=1.5%)

50

37.90

0.760

41.690

0.030(=3.0%)

Formula erlang B digunakan di Eropa dan formula poisson digunakan


di Amerika

untuk perencanaan jaringan. Untuk membandingkan hasil dua pendekatan

yang berbeda ini,


Formula erlang B menghasilkan nilai yang lebih optimis dibandingkan dengan

formula poisson. perhatikan contoh berikut :

74

Sistem Rugi

contoh 5.7

Trafik rata-
rata A=2
Erlang. Jika
jumlah
saluran n=5,
blocking
yang
dihasilkan
dihasilkan 0.053.

5.3.5

Rumus Rekursive Erlang B:

Untuk tujuan penghitungan dengan komputer, maka rumus erlang B dibuat


rumus

recursive . rumus rekursive erlang B diturunkan dari persamaan berikut :

Turunan rumus erlang B:


P( N ) � � � E N ( A) � � �

A N N!

� �

� A i! i

i
� � �
0

EN
� � �
1 ( A)
� �

AN

� � � 1

(N

� � �

1)! N

� � �

1
AN

� � �

(N� � � 1) N!

EN� � � 1 ( A)

��� N i A

AN� � � 1

� � �

� � �

(N� � �

1)! i

� � �

0 i! (5.11)

pembilang dan penyebut dikalikan dengan

P(0) � � �

� �

Ai

i!

���0

1
A

Ai

� � �

� � �

(N� � �

1) N! i!

EN
� � � 1
( A) ��� N i

� � � i

���0 N

� � � 1





A
i

(N� � �

1)! i
N

75

Sistem Rugi

� � �

E N ( A) ( N

� � �

1)

EN
� � � 1
( A) �

AN

���1 1

1 � �

� � �
Ni

(N� � �

1)! A

� � �

i
� � � 0
i!

EN
� � � 1
( A) �

A.E N ( A)
N� � � 1 N!

Ai

� � �

���0

i! N

EN
� � �
1 ( A)
���

A.E N ( A)

(N
� �
� 1)(1
� � �

� � � E

N ( A)) N

� � � 1

EN
� � � 1
( A) � � �

A.E N ( A)

(N� � � 1)

� � � A.E N ( A))

sehingga :
A= trafik yang ditawarkan kepada trunk

N = jumlah sirkit/server yang melayani

5.3.5.1 Diagram Alir Bila yang dicari adalah B

Bila yang dicari adalah nilai B pada A=x dan N=Q, maka diagram alirnya

sebagai berikut:

76

Sistem Rugi

start

Inisialisasi:

A= x

N=1

B=y%

EN(A) = A.E(N-1)

N+A.En-1(A)

N=Q

Berhenti

N=N+1

Gambar 5.5: diagram alir untuk mencari nilai B pada nilai A dan N

tertentu Contoh 5.8 :


hitung probabilitas bloking dengan menggunakan rumus rekursif, jika
trafik yang

ditawarkan sebesar 2 E dan jumlah saluran N=3.

Penyelesaian :
Probabilitas bloking dengan menggunakan
rumus rekursif erlang adalah sebagai

berikut:

E N ( A) � � �

A.E N � � � 1 ( A)

N� � � A.E N � � � 1 ( A))

Untuk menghitung probabilitas tersebut, pertama kali yang dilakukan

adalah menghitung E1(A) dengan nilai masukan E0=1

77

Sistem Rugi

A.E0 ( A)

1
� �
� A.E0
( A)

2 .1

� �

1
� �
� 2 .1

� �
E1 ( A) � � �

A.E1 ( A)

2� � � A.E1
( A)

1. 2 / 3


� �

2

� �
2. 2 / 3

4/3


� �


� �
4 / 10
���
0,4

10 / 3

E2 ( A)

� �

A.E2
( A)

3

� �
A.E2
( A)

2 . 4 / 10
Jadi probabilitas bloking untuk A=2 E dan N=3 saluran adalah Pb= 0,21

5.3.5.2 Bila yang dicari adalah jumlah saluran

78

Sistem Rugi

start

Inisialisasi:

A= x

N=1

B=y%

EN(A) = A.E(N-1)

N+A.En-1(A)

EN(A)<B?

Berhenti

N=N+1

Gambar
5.6:
diagram
alir
untuk
mencari
N pada
nilai A
dan B
tertentu

iterasi berhenti kalau B yang dihitung E ( N ) � � � B , dan N yang


dicari adalah N
% dan intensitas trafik 2 E.

Penyelesaian :

Untuk menghitung jumlah saluran yang diperlukan menggunakan cara yang


sama

dengan menghitung probabilitas bloking, , pertama kali yang dilakukan

adalah menghitung E1(A) dengan nilai masukan E0=1


79

Sistem Rugi

A.E0 ( A)

1
� �
� A.E0
( A)

2 .1

� �

1
� �
� 2 .1

� �

� �
� 0,67

E1 ( A)
� �

A.E1 ( A)
2� � � 2. 2 / 3

4/3

� � �

� � � 4 / 10
��� 0,4

10 / 3

E2 ( A) � � �

A.E2 ( A)

3� � � A.E2
( A)

2 . 4 / 10

� � �

3� � � 2 . 4 / 10

8 / 10

� � �

� � � 8 / 38
��� 0,21

38 / 10

E3 ( A) � � �

A.E3 ( A)

4� � � A.E3
( A)

2 .8 / 38

� � �

4� � � 2 .8 / 38
16 / 38

� � �

� � � 16 / 168
��� 0.095

168 / 38

E4 ( A) � � �

A.E4 ( A)

5� � � A.E4 ( A)

2 .16 / 168

� � �

5� � � 2 .16 / 168

32 / 168

� � �

� � � 32 / 872
��� .0.037

872 / 168

E5 ( A) � � �

80

Sistem Rugi

A.E5 ( A)

6
� �
� A.E5
( A)

2 . 32 / 872

� �
6� � � 2 . 32 / 872

64 / 872

� � �

� � � 64 / 5296 � � � 0,012

5296 / 872

E6 ( A) � � �

Dari hasil perhitungan, E6(A) = 0,012 < probabilitas yang diinginkan. Maka
jumlah

saluran yang dimaksud adalah N= 6.

6. Metode pencarian jalan (sentral step by step):

Ada 2 metode pencarian jalan pada sentral step by step yaitu metode homing

dan metode non homing :

1.metode homing

Kanal/sirkit

Dengan laju pelayanan

1/h

Y1

R1

Y2

R2
R3

YN

RN

Panggilan yang

dihilangkan

( lost call
clear)

Trafik yang ditawarkan

Dengan laju kedatangan

� �

Gambar 5.7 metode


homing

pada metode homing,


pemilihan jalan selalu
mulai dari
1,2,3������d
st.
Ini berarti

bahwa setelah selector dipakai, wiper selalu dikembalikan ke tempat semula

81

Sistem Rugi

(permulaan jalan keluar ke 1) dan beban atau muatan trafik pada jalan-jalan
keluar

permulaan lebih besar dari pada jalan-jlan keluar akhir.

a, Perhitungan muatan pada homing selector.


Misalkan sejumlah
dan

berkas saluran keluar terdiri dari N saluran.

Di berkas masuk terdapat trafik A yang ditawarkan ke berkas keluar yang terdiri
N

saluran. Karena setiap pengetesan jalan keluar selalu dimulai dari jalan ke 1,

kemudian jalan ke 2, dst,


maka :

Besarnya R1, R 2 , R 3 � � � R N dapat dihitung dengan rumus rugi

anelrg . RN=A.EN(A)

(5.13)

R1=A-Y1, Dimana Y1 adalah besarnya trafik yang dimuat oleh jalan


keluar ke 1

R2=R1-Y2, Dimana Y2 adalah besarnya trafik yang dimuat oleh jalan keluar ke
2

R3=R2-Y3, Dimana Y3 adalah besarnya trafik yang dimuat oleh jalan keluar ke
3

RN � � � RN

� � � 1 � � � YN

(5.14)
dst

maka Y 1 , Y 2 , Y 3 � � � . . Y N dapat dihitung (jadi muatan tiap


saluran dapat dihitung.

Contoh 5.10:

Hitung trafik yang dapat dimuat oleh saluran ke 1, 2 dan 3, untuk sistem

homing. Trafik yang ditawarkan sebesar 2 Erlang dan jumlah saluran sebanyak

3.
Penyelesaian :

� � �

Trafik yang dimuat oleh saluran ke 1 adalah Y1

o Y1 = A-R1

o R1 = A * B(1,A)

A1

B(1, A) � � �

1 1! i A

� � �

i� � � 0 i!

o B(1,A) =
� � � �
� �

o R1

= � � � � � � . 82

Sistem Rugi

o Y1 = 2 -
� � � �
� �

� � �

Trafik yang dimuat


oleh saluran ke 2
adalah Y1

o Y2 = R1-R2

o R2 = A * B(2,A)
A2

B(2, A) � � �

2 2! i A

� � �

i� � � 0 i!

o B(2,A) =
� � � �
� � .

o R2 =
� � � �
� �

o Y2 = � � � .

� � �

Trafik yang dimuat


oleh saluran ke 3
adalah Y3

o Y3 = R2-R3

o R3 = A * B(3,A)

A3

B(3, A) � � �

3 3! i A

� � �

i� � � 0 i!

o B(3,A)=

o R3 =
b waktu pencarian jalan

Pada mtode ini pengetesan selalu dimulai dari langkah (saluran ke 1), sehingga

beban tiap saluran keluar tidak sama. Muatan saluran-saluran permulaan lebih
besar

dari muatan saluran-saluran yang lebih akhir.

dipakai rumus rugi erlang:


P � � � n � � � k
� � � � � � Ek
��� A � � �

Ptes � � � n � � � k
� � � � � � Ek ���1
� � � A � � �
� � �
Ek � � � A � � �

jumlah sa;uran rata-rata yang di tes:

83

Sistem Rugi

n � � �
r a t a
� �
� rata
� �

� �

��� k
� � �
E k
� � �
1
� �

N

���

1k

� �

� 1

� �

� �

� �
� k
� �

1���
Ek
� �
� 1
� �

A �
� �
� �

� �
� Ek
� �
� 1
� �

A���

substitusi
y=k-1 :

N
N� � � 1

���1

� �

� 1s

� �

� 1s

� �

� 1s

� �

� 0

� �

� �
� sE s
� �

A �
� �
���
� �
� sE s
� �

A �
� �
� �
� NEN
� �

A �
� �
Kanal/sirkit

Dengan laju pelayanan

1/h

Y1

Y2

Y3

YN

RN

Panggilan yang

dihilangkan

( lost call
clear)

Trafik yang ditawarkan

Dengan laju kedatangan

� �

Gambar 5.8: metode


non homing

a Perhitungan muatan
untuk non homing
selector

Karena muatan tiap jalan keluar (saluran) rata/sama maka dapat dihitung sbb:

Y (muatan trafik pada berkas keluar)

Maka :

Y1=Y2=Y3=Y/N
Y= A-RN

RN= A. B(N,A)

AN

B(N, A) � � �

N N! i A

� � �

���0

i! 85

Sistem Rugi

(5.16)

Contoh :

Hitung
trafik yang
dapat
dimuat oleh
saluran ke
1, 2 dan 3,
untuk
sistem non

homing. Trafik yang ditawarkan sebesar 2 Erlang dan jumlah saluran sebanyak
3.

Penyelesaian :

Y1=Y2=Y3=Y/N= Y/3
Y=A� � �
R3

R3= A. B(3,A)
� � �

i� � � 0 i!

b Waktu pencarian jalan

Ini berarti bahwa pengetesan tidak selalu dimulai dari langkah ke 1, tetapi

random dan sebagai konsekuensinya : beban (muatan) tiap saluran keluar merata

(sama).

Bila beban tiap saluran = p, maka berarti :

Probabilitas saluran sibuk = p

Probabilitas saluran bebas = 1-p = q

Akan dicari waktu lamanya rata-rata proses pencarian jalan (karena switch perlu

waktu untuk mengetes jalan (saluran), bila bebas lalu diduduki.

Switch akan mengalami keadaan-keadaan sbb :

Tabel 5.4 : Tabel Pengetesan Jalan

No

Kondisi

Pengetesan

Probabilitas

langkah ke n

1 saluran pertama yang

86
Sistem Rugi

dites(pengetesan secara

q = 1-p

random) : bebas

1 saluran pertama yang dites :

sibuk

pq = p(1-p)

1saluran yang dites kedua :

bebas

2saluran pertama yang dites :

P2(1-p)

sibuk

1 saluran yang dites ketiga :

bebas

:
:

N-1

(N-2) saluran pertama yang

PN-2(1-p)

dites : sibuk

1 saluran yang dites ke(N-


1) :

N-1

bebas

(N-1) saluran pertama yang

PN-1(1-p)

dites : sibuk

1 saluran yang dites ke N :

bebas

N+1 (N-1) saluran pertama yang

PN

dites : sibuk

1 saluran yang dites ke N :

sibuk
Harga rata-rata dari pengetesan yang ke n atau jumlah rata-rata langkah (saluran)

dihitung mulai dari langkah permulaan sampai dengan berhentinya

switch : N

n rata � � � rata � � �

��� n � � � p(n) n � � � 1

� � � 1.(1 � � � p) � � � 2. p(1 � � �
p) �.............. � � � N{ p N � � � 1 (1 � � �
p) � � � p N }

� � � 1 � � � p� � � p2

� � � ........... � � � pN� � � 1 87
Sistem Rugi

n rata � � � rata � � �

1� � � pN� � � 1

1� �

� p

(5.17)

waktu
lamanya
pengetesa
n = n rata-
rata x
waktu
tes/sal

7. Latih
an :

1.Buat perencanaan ulang dari long distance trunk group untuk mendapatkan

probabilitas blocking sekitar 1%, dimana dari hasil cacatan sentral terdapat

offered trafik sebesar 17 Erlang. Berapa trunk groip yang harus disediakan ?
� � �

berapa intensitas trafik selama jam sibuk?

� � �

dengan menggunakan table perkirakan GoS (blocking probability).

1. Berapa total intensitas trafik yang ditawarkan dari PABX ke PSTN jika
dibuat

10 panggilan dengan masing-masing durasi panggilan 6 menit selama jam

sibuk ?
1. Seorang pelanggan membuat satu panggilan selama 6 menit dalam
satu hari

antara 10:00 dan 10:06. berapa rata-rata intensitas trafik pelanggan

tersebut selama

( a ) 1 0 : 0 0 � � � 1 0 : 0 6 , (b) 1 0 : 0 0 � � � 1 0 : 1 5 , (c)
10:00���11:00, and (d) 0 0 : 0 0 � � � 2 4 : 0 0

1. Gambar dua kurva untuk GOS 1% dan 10%. Gunakan sumbu vertikal
sebagai

A/n dari 1% sampai 100% dan sumbu horizontal sebagai jumlah saluran n dari

1 sampai 10. gunakan tabel.


1. Apa komentarmu tentang utilitas kanal jika jumlah salurannya kecil?

Bagaimana hubungan utilitas kanal dengan probabilitas bloking yang

diijinkan?

1. Pelanggan pada sebuah sentral local membangkitkan 100 mErl trafik


melalui

sentral ke jaringan. Berapa jumlah trunk yang diperlukan jika jumlah


pelangan
pada sentral local tersebut :

88

Sistem Rugi

(a)10, (b) 100, (c) 1,000, and (d) 4,000?

Blocking yang diijinkan 1%. Gunakan table untuk mnentukan

jumlah trunk yang diperlukan !

1. untuk memudahkan perhitungan computer, rumus rugi erlang B dibuat

recursive-nya.

a. turunkan relasi recursive tersebut

b.dengan rumus tsb, hitung prob blocking bila offered trafik 2,5 Erlang

dan N=4

c.hitung jumlah saluran N, bila offered traffic = 4 erlang dan

diinginkan B = 20 %

1. suatu system penyambungan mempunyai offered traffic 2 E, 4 berkas


keluar.

Masing-masing berkas mempunyai 5 saluran. Tiap-tiap saluran di dalam berkas

mempunyai pola pemilihan secara non homing sedang antar berkas

pemilihannya homing.
� � �

tentukan trafik yang dapat dimuat oleh berkas kedua

� � �
tentukan trafik yang dapat dilayani oleh masing-masing saluran pada

berkas kedua tersebut

1. Sebuah sentral local dengan 1.000 pelanggan mempunyai average


originating

traffic 0.08 erlang. 10% dari total trafik menuju ke sentral toll

� � �

Rencanakan jumlah sirkit yang menuju sentral tol dengan probabilitas

blocking 1%

� � �

Jika dalam keadaan overload beban trafik menjadi 2 kali lipat, berapa

sisrkit yang harus disediakan ?

5.14 Model Extended Erlang B (EEB)

Model trafik Extended Erlang B dikembangkan oleh james jewit dan

jacqueline shrago pada pertengahan tahun 1970. Formula EEB

diperuntukan 89

Sistem Rugi

untuk meningkatkan akurasi formula erlang B yang tidak memperhitungkan

panggilan yang mengulang. Pada erlang B diasumsikan pemanggil tidak

pernah mengulangi panggilannya ketika tidak berhasil dilayani. Panggilan

yang mengulang dianggap sebagai panggilan baru, tetapi pada kenyataanya

terdapat sejumlah user yang mengulang. EEB dirancang dengan

memperhitungkan
panggilan yang mengulang (panggilan yang ditolak mencoba lagi).

Model trafik Extended Erlang B berdasarkan asumsi sebagai berikut :

� � �

Jumlah sumber tidak terbatas

� � �

Pola kedatangan trafik acak

� � �

Panggilan yang ditolak dihilangkan (Blocked calls cleared)

� � �

Tidak ada overflow

� � �

Hold times exponentially distributed

Untuk menghitung probabilitas bloking dengan menggunakan EEB

diperlukan : total trafik yang ditawarkan, jumlah saluran dan prosentase

panggilan yang ditolak mencoba lagi (0% s/d 100 %).

5.4.1 Diagram Alir EEB

Diagram alir dari model EEB seperti ditunjukkan pada gambar :

90

Sistem Rugi

Trafik yg dilayani oleh

pilihan pertama
Trafik yang ditawarkan

(A)

Pilihan pertama tersedia ?

Trafik yang ditolak

R=A.Pb

Panggilan yang

mengulang

M=R.rf

Penanganan Panggilan

Trafik overflow

Trafik yg tidak dilayani

Gambar 5.9 : Diagram alir EEB

Contoh 5.12:

bandingkan nilai probabilitas bloking model erlang B dan EEB


dengan prosentase

panggilan yang mengulang 50 %. Trafik yang ditawarkan (A) sebesar 3 Erlang

dan jumlah saluran (N)=6.


Penyelesaian :

� � �

Untuk memperolah nilai probabilitas bloking model erlang B dapat

dilakukan dengan menggunakan formula erlang B atau


dengan menggunakan tabel

model erlang B yang sudah tersedia. Dari tabel probabilitas bloking model

erlang B dengan trafik yang ditawarkan sebesar 3 Erlang dan jumlah saluran

(N)=6 didapatkan :

91

Sistem Rugi

� � �

Dengan menggunakan model EEB, perhitungan probabilitas bloking

dengan cara iterasi. Beberapa kali iterasi harus dilakukan untuk

mendapatkan nilai probabilitas bloking yang dimaksud. Langkah-langkah

perhitungan dengan menggunakan model EEB adalah sebagai berikut :

� � �

Pertama, hitung probabilitas bloking model erlang B ( Pb) untuk

trafik yang ditawarkan sebesar A dan jumlah saluran sebanyak

� � �

Kedua, hitung trafik yang ditolak pada berkas pertama ( R )

� � �

� � �

Ketiga, hitung trafik yang mengulang

� � �

� � �
rf = factor pengulangan

O = R * (1-rf)

Kelima , hitung trafik yang dibawa oleh pilihan pertama ( Y )

� � �

No � � �

AM=R*

rf

Keempat,
hitung trafik
yang
diluapkan ( O
)

� � �

� � �

R = A. Pb

Y = (A
� � �
R) + M

Pb

Y+O
2

0.0522 0.1566

0.0782

0.0782 2.8435 2.9218 3.0782

3.0782 0.0565 0.1740

0.0870

0.0870 2.9042 2.9912 3.0870

3.0870 0.0570 0.1760

0.0880

0.0880 2.9110 2.9990 3.0880

3.0880 0.0571 0.1762

0.0881

0.0881 2.9117 2.9999 3.0881

3.0881 0.0571 0.1764


0.0882

0.0882 2.9118 3.000

3.0882

Dari table terlihat bahwa dengan trafik yang ditawarkan sebesar 3 Erlang dan

saluran yang melayani 6, probabilitas bloking yang terjadi 0.0571. nilai

92

Sistem Rugi

probabilitas ini lebih besar dibandingkan dengan probabilitas bloking

model erlang b sebesar 0,052

5.4.2 Latihan :

1.

Tentukan probabilitas bloking model erlang B untuk trafik yang

ditawarkan sebesar 2 erlang dan jumlah saluran yang melayani 5

5.5 Model Engset

Persamaan engset mirip dengan formula erlang B, tetapi


terdapat satu

perbedaan yaitu jumlah pemanggil (panggilan) yang terbatas, jadi


persamaan engset

digunakan ketika jumlah populasi kecil ( kurang dari 200). Untuk populasi

yang besar, persamaan engset dan erlang B memberikan hasil yang sama.
Formula

engset muncul setelah T.O Engset membuatnya untuk menentukan


probabilitas kemacetan yang terjadi pada grup sirkit telepon.

Model engset juga mengasumsikan bahwa kedatangan panggilan juga

dimodelkan dengan proses poisson dan bahwa waktu pendudukan

mempunyai

distribusi eksponensial negative. Karena jumlah sumber trafik terbatas


dan panggilan

yang sudah berhasil menduduki tidak dapat membuat panggilan lagi, maka
rata- rata

laju datangnya panggilan dianggap sebanding dengan panggilan yang


masih bebas.

Berkas masuk

Berkas keluar

Switching network

s = terbatas
n = terbatas

Gambar 5.10: Model Engset

93

Sistem Rugi

5.5.1 Diagram Transisi


Kondisi

Diagram transisi kondisi untuk model engset ditunjukkan pada


gambar 8 � � � . .

, kondisi pada model ini terjadi dari kondisi 0 sampai kondisi N


dikarenakan asumsi

jumlah saluran yang digunakan jumlahnya N.


0

P(0)

� �

P(1)

2� �

(S-3) ��

(S-2) ��

(S-1) ��

S�

P(2)

P(3)

3�

(S-4)
��

P(4)

4�

N
Gambar 5.11 Digram Transisi Kondisi

Pada keadaan kesetimbangan statistik (statistical equilibrium), yaitu proses

perubahan dari kondisi (i-1) ke (i) sama jumlahnya dengan perubahan kondisi
(i) ke

(i-1). Penurunan pada keadaan kesetimbahan adalah sebagai berikut :

(s-i)���P(i)=(i+1)��P(i+1)
(5.18 )

Pertama ditinjau keadaan kesetimbangan kondisi 0 dan kondisi

1 Untuk i=0

s.���P(0)=��P(1)

P(1)=s. � � � / � � . P ( 0 ) , dimana

� � � / � � =A (intensitas trafik) P(1)=s. A.P(0)

dimana � � � / � � adalah A (intensitas trafik )

setelah didapatkan persamaan pada keadaan kesetimbangan kondisi o dan


1 maka

ditinjau kondisi selanjutnya yaitu kondisi 1 dan kondisi

2 94
Sistem Rugi

Untuk i=1

(s-1)���P(1)=2��P(2)

P(2)=(s-1) � � � / 2 � � . P ( 1 )

P(2)=(s-1) A/2.P(1)
P(2)=(s-1) A/2 s A P(0)

P(2)=(s-1)s. A2/2 P(0)

Untuk i=2

(s-2)���P(2)=3��P(3)

P(3)=(s-2) � � � / 3 � � . P ( 2 )

P(3)=(s-2) A/3.P(2)

P(3)=(s-2) A/3 (s-1)s. A2/2 P(0)

P(3)=(s-2) (s-1)s. A3/3! P(0)

A3

s!

P(3) � � �

� � �

P(0) ,

3! (s

� � �

3)! Dan

seterusnya.

Dari
persamaan-
persamaan
tersebut,
didapatkan nilai
probabilitas N,
yaitu

probabilitas N saluran sedang sibuk atau sedang diduduki sebuah


panggilan. Yaitu
s!

� � �

P(0)

N! (s � � � N )!

Ai

s!



P(
0)

i!
(s


i)!

(5
.1
9)

P(0) dicari dari persamaan normal

� � � P(i)


��1 i � � � 0

95

Sistem Rugi

N
� � �

P(0) � � �

1 i! (s

� � �

i)! P(0)

� � �

� � �

���0

(5.20)

s!



i! ( s � � � i)!

Sehingga P(N) menjadi .

AN

s!

� � �

N! ( s � � �
s!

� � �

� � �

i! (s

� � � i)! i

� � �

0 (5.21)

Probabilitas N saluran diduduki atau P(N) merupakan probabilitas bloking

pada model engset dan merupakan time congestion. Sedangkan call congestion

pada model engset adalah sebagai berikut :

5.5.3 GOS pada Engset

Call congestion = 100% ( jumlah panggilan yang ditolak / jumlah

panggilan yang datang)

Jumlah panggilan yg ditolak � � � S � � � N


� � � ���P � � � N
� � �

Jumlah seluruh panggilan yg datang � � � � � �


�� � s � � � i� � �
p� � � i � � �

� � �

0 Gos

� �


(5.22)

���0

Contoh

5.13:

Hitung probabilitas bloking pada system PABX jika terdapat 2 panggilan per
menit,

PABX tersebut terdapat 3 saluran dan 5 pelanggan., PABX tersebut mampu

melayani 1 panggilan per menit tentukan :


96

Sistem Rugi

Penyelesaian :

Probabilitas bloking pada model engset adalah probabilitas seluruh saluran

yang disediakan diduduki. Probabilitas bloking sama dengan P (3).

A3

s!

� � �

3! ( s � � � 3)!

P(3) � � �

3 Ai

s!

� � �

� � �
i! (s � � � i)!

i� � � 0

A adalah trafik yang ditawarkan,

A= � � / � � = 2 panggilan per menit/1

panggilan per menit S = jumlah sumber trafik = 5

23

5!

� � �

3! (s � � � 3)!

P(3) � � �

3 2i

5!

� � �

� � �

i! (5

� � � i)! i

� � �

= 0.279

4. Latihan

1. Jika
PABX
tersebut
mampu
melayani
1
PABX tersebut terdapat 4 saluran dan 10 pelanggan.

1. Jika PABX tersebut mampu melayani 1 panggilan per menit tentukan


:Hitung

GOS dalam system PABX terdapat 2 panggilan per menit, pada PABX tersebut

terdapat 4 saluran dan 10 pelanggan.

1. Hitung trunk yang diperlukan pada sebuah perusahaan jika PABX


perusahaan

tersebut harus melayani 500 panggilan per hari dengan rata-rata waktu

pendudukan 2 menit dan probabilitas bloking yang diinginkan 1 %


97

Sistem Rugi

1. Hitung trunk yang diperlukan pada sebuah perusahaan jika PABX


perusahaan

tersebut harus melayani 1000 panggilan per hari dengan rata-rata waktu

pendudukan 2 menit dan probabilitas bloking yang diinginkan 1 %


98

Model Trafik

luap

� � � � � � S e t e n g a h gelas air, bisa dilihat


setengah kosong atau s e t e n g a h p e n u h � � �

(unknown)

6.1 Tujuan Instruksional


Pembaca memahami yang dimaksud dengan sistem luap ( overflow system)

dalam pemodelan trafik telekomunikasi, mengetahui model trafik yang masuk


dalam

sistem luap dan mampu melakukan perhitungan dan analisa.

2. Ruting

Dalam jaringan telekomunikasi, untuk menghubungkan antara pengirim dan

penerima memungkinkan melewati beberapa link dan beberapa rute. Rute-rute

dalam jaringan antara lain :

� � �

Rute langsung

� � �

Rute tandem

� � �

Rute alternative

1. Rute Langsung

Dalam rute langsung, sentral asal dan sentral tujuan terhubung secara

langsung . dalam hubungannya, pengirim hanya melewati satu link untuk


sampai ke

penerima. Sebuah rute langsung terdiri dari fasilitas transmisi yang


menghubungkan

2 node dalam jaringan telekomunikasi. Dua node tersebut


mungkin berupa dua

sentral lokal, sebuah sentral telepon lokal dengan homing toll office,
sebuah PABX
dengan sentral lokal, dua PABX, sebuah remote switching dan host, sebuah base

station dan MSC dan sebagainya. Fasilitas yang menghubungkan kedua node

tersebut disebut dengan trunk group.

99

System luap

100

2. Rute
Tande
m

Dalam rute
tandem,
sentral asal
dan sentral
tujuan tidak
mempunyai
hubungan

secara langsung. Untuk bisa berhubungan, sentral asal harus


dihubungkan terlebih

dahulu ke sentral tandem, oleh sentral tandem kemudian dihubungkan ke

sentral tujuan.
3. Rute Alternatif

Rute Terakhir

(Rute final)

Rute Terakhir

(Rute final)

Se
nd

Sentral Tandem

er

Rute Terakhir

(Rute final)

Sentral Tandem

Kriiii� � �

� � � .ng

Rute Primer

Sentral asal

Sentral Tujuan

756418

7565933

Gambar 6.1
Ruting di
jaringan
Telekomunika
si

Dalam rute alternative, Hubungan antara sentral asal dan sentral tujuan
mulamula diusahakan secara langsung, bila tidak berhasil baru diusahakan
lewat tandem.

Contoh jaringan dengan hirarki sebagai berikut :

Trafik dari O(originating) ke D (destination). O-D adalah direct rute dengan


jumlah

kanal sebanyak N (high usage). Jika seluruh kanal ini sibuk maka trafik

akan diluapkan melalui rute alternative O-tandem-D. Trafik yang diluapkan


adalah trafik yang hilang dari rute langsung.

100

System luap

101

(Tandem)

Alt

ute

rn a

tif

High usage (penggunaan tinggi)

(originating)

(Destination
)

Gambar
6.2 : Model
rute
alternatife

System overflow dapat digambarkan seperti pada gambar

Trafik yang

ditawarkan
Trafik yang

dibawa

Server

Trafik luap

� �

Server

Trafik yang dilayani

rute alternatif

Trafik yang

ditolak

(loss
Traffic)

Gambar 6.3 : Aliran trafik pada system overflow

Dengan asumsi untuk trafik luap sebagai berikut :

� � �

Jumlah sumber tak terbatas

� � �

Call arrival/kedatangan panggilan secara random

� � �

Rata-rata kedatangan (calling rate ) = a

� � �
Setiap pangggilan memerlukan 1 device

� � �

Mempunyai 2 group device : group pertama mempunuai N device dan group

kedua ~ (tak terhingga) device

101

System luap

102

� �

Holding
time,
eksponensia
l negatif

� �

Call pertama kali ditawarkan ke group pertama, jika semua device di group

pertama sibuk, call yang datang diluapkan ke group kedua

� � �

Call yang dilayani tidak akan muncul kembali ke system

6.3 Diagram transisi kondisi

Gambar 6.4 :Diagram transisi kondisi system luap

Diagram transisi kondisi system yang mempunyai sebuah group primer

sebanyak n dan overflow tidak berhingga. Kondisi dinotasikan dengan


(i,j) dimana i

adalah kumlah kanal yang sibuk dalam group primer dan j adalah jumlah
kanal sibuk

dalam group
6.4 Karakteristik trafik overflow

Trafik pada grup kedua (grup luapan) tidak bersifat poisson, trafik pada grup

kedua ini berisi burst dari trafik yang ditolak pada grup pertama. Meskipun

trafik 102

System luap

103

luapan tidak bersifat poisson tetapi burst trafik sendiri diasumsikan acak

( proses poisson) seperti digambarkan pada gambar 6.5 [9]

poisson

Burst

Trafik yang dibawa pada grup pertama

Trafik yang dibawa pada grup kedua

Gambar 6.5 : Random burst dari trafik


luapan

Untuk mendapatkan jumlah panggilan di dalam burst pada selang waktu t, maka

Conditional generating function (poisson) adalah:

(6.1)

Sedangkan selang waktu t mempunyai distribusi eksponensial negatif

(6.2)

Dengan ekspektasi

(6.3)

Maka unciditional
generating
function adalah
103

System luap

104

(6.4)

Dimana

Ini menggambarkan distribusi geometric dengan

(6.5)

Dimana r adalah jumlah panggilan yang datang


dalam sebuah burst

Trafik luapan adalah penjumlahan dari seluruh burst dengan generating function

adalah

(6.6)

Dimana � � adalah rata-rata laju burst dan h adalah rata-rata hoding

m
it e. Dan merupakan distribusi binomial negative dengan :

Varian / mean

(6.7)

Dengan � � adalah laju kedatangan panggilan dan � �

adalah aluj burst. 104

System luap

105

Trafik luapan mempunyai perbandingan Varian dan mean lebih besar dari 1,
tidak
seperti poisson yang mempunyai perbandingan sama dengan I dan smooth trafik

yang mempunyai perbandingan kurang dari satu.

1. 3 muatan trafik

Pada system lupan (overflow) tersebut, trafik yang ditawarkan (ke group
pertama)

yaitu :

� � �

a.h (6.8)

dengan

a� �

� c

adalah calling rate atau laju kedatangan

Note = h adalah harga rata2 dari lamanya waktu pembicaraan ���1-


35,Divlat T e l k o m � � �

Trafik yang dibawa (group pertama) yaitu : Y

Carried trafik ini mempunyai mean (Mc) dan Varian (Vc) sebesar :

Mc� � � A(1 � � � B( A, N ))

(6.9)

Vc � � � M c (1

��� Lc ) (6.10)

dengan Lc adalah trafik yang


dibawa oleh device (server)
terakhir.
Lc � � � A � � � B � � � A, N
� � � 1���� � � B( A, N ) � � �

(6.12)

Trafik yang hilang dari group pertama dan merupakan trafik Luap (overflow
traffic)

yaitu : R

Trafik luap ini mempunyai Mean (Mo) dan Varian (Vo) sebesar :

Mo� � � A. B( A, N )

(6.13)

105

System luap

Vo � � � M o (1 � � � Mo� � �

� � � 1 � � �

Mo � � � A 106

(6.14)

PF (peakedness factor) adalah ratio Varian dan Mean

PF � � �

(6
.1
Bila PF=1,maka trafik bersifat random sedangkan untuk PF<1trafik bersifat
smooth

(non random) dan untuk PF>1.trafik bersifat rough (non random)

PF untuk overflow :
M o (1 � � � Mo� � �

PF � � �

PF � � � 1� � � MO� � �

� � � 1 � � �

Mo � � � A Mo

� � � 1 � � �

Mo � � � A (6.16)

(6.17)

Contoh 6.1 :

Sebuah grup dengan jumlah


kanal 16, trafik yang ditawarkan
sebesar 10

erlang. Dengan menggunakan


formula erlang B didapatkan :
probabilitas bloking

2.23% dan trafik yang ditolak 0.2230 erlang. Kemudian grup tersebut
dibagi menjadi
3.3832 erlang. Trafik dari grup primer ini diluapkan ke grup luap.

Dengan menggunakan formula erlang B, didapatkan trafik yang ditolak sebesar


3.3

832 B(8,3.3832) = 0,0493 erlang.

Probabilitas bloking total menjadi 0.493% yang lebih kecil dari 2.23%

Tapi hal ini terdapat kesalahan karena menggunakan formula erlang B karena
trafik

pada berkas luapan tidak bersifat pure chance tetapi bursty.

106
System luap

107

Harga PF overflow (trafik luap) berharga tidak sama dengan satu, trafik luap ini

bersifat

non

random

sehingga

tidak

mengikuti

proses

poisson.

Untuk

menyeles
aikannya
dapat
digunaka
n satu
metode
dikembangkan oleh Wilkinson.

Gambar 66. : Harga PF atau Z untuk berbagai nilai A dan n

6.5 Equivalent Random Method (ERM by Wilkinson)

Metode ERM dapat diterangkan dengan contoh sebagai berikut :

Trafik dari A ke B. A-B adalah direct rute yang mempunyai trafik sebesar A1
dan

jumlah kanal sebanyak N1. Jika seluruh kanal ini sibuk maka trafik
akan diluapkan

melalui rute alternative A-tandem-B

Trafik dari A ke C. A-C adalah direct rute yang mempunyai trafik sebesar A2
dan

jumlah kanal sebanyak N2. Jika seluruh kanal ini sibuk maka trafik
akan diluapkan

melalui rute alternative A-tandem-C. Demikian juga dengan rute A-Z.

107
System luap

108

(Tandem)

Alt

ute
rn a

tif

AB NB

High usage (penggunaan tinggi)

Ac

Nc

Az

Nz

Ga
m
ba
r
6.
7:
str
uk
tur
jar
in
ga
n
sy
ste
m
ov
A(i )

N� � � 1� � � M o (i ) � � � A (i )

(6.19)

108

System luap

109

Bila overflow dari setiap HU tidak saling mempengaruhi maka :

M o total � � �

��� M o (i ) (6.20)

���1

Vo total � � �

���Vo (i ) (6.30)

i� � � 1

struktur jaringan pada gambar 3.8 dapat digambarkan kembali seperti


pada gambar

berikut:

AB
NB
R (MoB, VoB)

Ac

Nc

Az

Nz

R(Moc, Voc)

No

ML, VL

R(Moz, Voz)

A= Trafik yang ditawarkan ,

memiliki rata-rata m dan variansi v

M = V poisson)

R= Trafik yang ditolak, memiliki

rata-rata m dan variansi v

m � � � v (non poisson)

Gambar .8 : metode ERM

Terdapat z kelompok, masing-masing dengan trafik yang ditawarkan


A1,A2,���dan

Az, yang masing-masing mempunyai jumlah sirkit


N 1 , N 2 � � � � � � dan Nz. A1 s/d AZ

tidak perlu sama demikian juga dengan N1 s/d Nz.


gambar 6. :

Ae

Ne

R
(M
tot
,
Vt
ot
)

Ae = Trafik ekivalensi

berkas ekivalen

No

Trafik yang ditolak

berkas ekivalen

ML , VL

Trafik yang ditolak

berkas luap

Gambar 6.9 : ekivalensi struktur jaringan wilkinson

109

System luap

110

artinya :
random trafik (Ae) yang ditawarkan ke equivalent trunk group (Ne)

Oleh Y.RAPP dan J. Riordan diturunkan untuk nilai-nilai Ae dan Ne:

Ae � � � Vo tot � � � 3Z (Z � � � 1)

(6.22)

Harga Aek yang diperoleh dari pendekatan yang dilakukan Y.Rapp akan akurat
bila

z� � � 1,6, tetapi bila z > 1,6 maka salah satu rumus yang dapat
dgiunakan agar Aek

akurat adalah sbb:

Aek = v + ( 2 + � � ) z (z-1)

� � � unukt z > 1,6 (6. 23 )

dimana

(6.24.)

Ne


Ae .(M
o tot


� Z
)

(M o
tot


� Z



1)
(6.26)

(Ne+NO) adalah suatu trunk group yang ditawari trafik Ae, overflow trafik dari
trunk

group ini mempunyai :

mean :

ML� � � Ae .B( Ae , N e

��� N o ) (6.27)

110

System luap

111

Varian :

VL
� �
� ML1
� �
� ML
� �

Ae

(Ne� � � No)� � � 1

��� ML� � � Ae (6.28)

dan besarnya probabilitas bloking pada trunk group ini

adalah : B( N e � � � No)� � �

ML

Ae

(6.29)

Apabila probabilitas blocking atau trafik yng hilang (ML) yang


maka dapat dihitung jumlah saluran pada final trunk group (No) yang
diperlukan

untuk menampung campuran dari trafik luap tersebut.

Contoh 6.2:

Trafik dari A ke B=7 Erlang (A[A,B]=7 Erlang), A[A,C]=5 Erlang, A[A,D]=5

Erlang . Jumlah saluran dari A ke B=9 (N[A,B]=9), N[A,C]=6

Berapa jumlah saluran di berkas [A,T] bila pada berkas tersebut diinginkan B=
1%?

m(t) = m1+m2+M = 0,796+1,04+2,0=3,836 Erlang

v(t) = v1+v2+V=1,301+1,49+2,0=4,791 Erl2


111

System luap

112

Ro=1%.m(t) = 1% x 3,836 = 0,03836 Erlang

z=v(t)/m(t)= 4,791/3,836 = 1,249 (z

� � � 1,6)

contoh 6.3:

penawaran trafik yang tak dapat dimuat diberkas dasar diluapkan ke berkas

luap dengan gambar sistem sbb :

AB

NB

R
(M
oB,
Vo
Nc

Az

Nz

R(Moc, Voc)

No

ML, VL

R(Moz, Voz)

A= Trafik yang ditawarkan ,

memiliki rata-rata m dan variansi v

M = V poisson)

R= Trafik yang ditolak, memiliki

rata-rata m dan variansi v

m � � � v (non poisson)

Bila A1 = 3 Erlang, N1 = 4 erlang

A2= 5 erlang, N2 = 8 saluran

A3 = 3 Erlang

B diberkas No = 5 %

Berapa ML dan

No ? Penyelesaian :

112

System luap
113

6.6 METODE FREDERICKS-HAYWARD

Cara menghitung berkas luap yang lebih mudah dibandingkan Wilkinson


Metodanya

disebut Equivalent Congestion Model

Misalkan ada sistem luap sbb:


Kongesti di berkas N0 (yang
mendapat penawaran trafik tidak
acak), dapat

didekati langsung memakai rumus rugi Erlang En(a) atau B(n,a)

n=N0/z dan a=m/z ; z=v/m

(6.30)

Jadi Bn(a) = B(N0/z,m/z)

(6.31)

6.7. Pemisahan rata-rata

Bila trafik yang meluap


ke berkas luap berasal
dari beberapa sumber
trafik

luap, maka muncul pertanyaan berapa kerugian trafik dari masing-masing trafik?

113

System luap

114

Rugi masing-masing trafik Mi (yaitu mi) dapat dihitung menggunakan

rumus Olsson atau Wallstrom

6.8 Rumus pemisahan


Metode Wilkinson menggabungkan beberapa penawaran trafik menjadi satu
sistem

penawaran ekivalen (Aeq) dan berkas ekivalen (Neq) dan kerugian trafik total.

Berapa loss masing-masing penawaran trafik?


Cara Olsson

� � � V � � � MV� � � m

� � � � � � V � � � MV� � �

Mi=

(
6
.
3
2
)
� � �

mi =

Vi � � �

� � � Mi

� � � � � � BM� � � (1

��� B) V � � � � � � . m (6.33)

Rumus pemisahan untuk varians menurut Harris dan Helm

� � � � � �

� � �

vi

� � �

Di mana pi = Vi/V

� � �

� � �

� � � pi pi � � � (1 � � � pi )

e � � � pi .n .(v � � � m) � � � m (6.34)

6.9 Latihan soal

1. Suatu jaringan sebagai berikut :

Berkas PQ mempunyai 25 kanal dan probabilitas blocking 5 %. Trafik yang

tidak dapat dilayani oleh berkas PQ diluapkan ke berkas PT. Trafik asal dari P ke

114
System luap

115

T sebesar 3 E. Jika probabilitas blocking yang diinginkan sebesar 1 %,

hitung jumlah kanal yang diperlukan pada berkas PT.

1. Suatu jaringan dengan konfigurasi sbb:

AB adalah direct route dengan jumlah kanal 10 dan probabilitas blocking

0,01 AC adalah direct route dengan jumlah kanal 15 dan probabilitas

blocking 0,01 Trafik yang tidak bisa dimuat oleh kedua direct route tersebut,

diluapkan ke alternative route yaitu final trunk group AT.

a. Berapa trafik yang diluapkan ke final trunk group tersebut ?

b.Berapa saluran yang diperlukan pada final trunk group, trafik yang

hilang tidak boleh lebih dari 1% dari trafik originating. Background

trafik AT sebesar 10 erlang.

1.Penawaran trafik A1 = 2 erlang ditawarkan ke berkas N1 sebesar 2 saluran

sehingga terdapat lalu lintas luap R1

Penawaran A2 = 4 erlang ditawarkan ke berkas N2 sebesar 4 saluran sehingga

terdapat lalu lintas luap R2

Trafik luap R1 dan R2(dijumlahkan) ditawarkan ke berkas No sedemikian

hingga blocking di No sebesar 2%.

berapa saluran yang harus disediakan untuk No ?

1. BERKAS DASAR DAN BERKAS LUAP


a. untuk apa metode Wilkinson?

b.Jelaskan metode Wilkinson tsb

115

System luap

116

c.Gambar diagram transisi kondisi sistem trafik luap tsb, bila jumlah

saluran di berkas dasar sebesar 5 dan di berkas luap sebesar 2 saluran

d. Jika suatu sistem jaringan terdapat :

Penawaran trafik A1 = 3 erlang ditawarkan ke berkas N1 sebesar 3

saluran sehingga terdapat lalu lintas luap R1

Penawaran A2 = 4 erlang ditawarkan ke berkas N2 sebesar 4 saluran

sehingga terdapat lalu lintas luap R2

Trafik luap R1 dan R2(dijumlahkan) ditawarkan ke berkas No

sedemikian hingga blocking di No sebesar 2%.

berapa saluran yang harus disediakan untuk No ?

116

Sistem Tunggu

(Model Erlang
C)

� � � T a k melakukan apa-apa merupakan kekuatan setiap

orang���. (Samuel Johnson)


1. Tujuan Instruksional

Pembaca memahami yang dimaksud dengan sistem tunggu ( delay system)

dalam pemodelan trafik telekomunikasi, mengetahui model trafik yang masuk


dalam

sistem tunggu dan mampu melakukan perhitungan dan analisa.

2. Asumsi

Agner Krarup Erlang, mempublikasikan pertama kali tentang teori antrian

( queuing theory) pada tahun 1909. Dalam model erlang C, perlu diketahui

terlebih dahulu jumlah panggilan atau paket dalam jam sibuk, panjang
panggilan

rata-rata atau ukuran paket dan besarnya delay yang diharapkan


(diijinkan) dalam

detik. Model erlang C digunakan untuk menentukan bandwidh pada

transmisi data, tapi ini bukanlah model yang terbaik untuk tujuan tersebut.
Model trafik erlang C didasarkan pada asumsi sebagai berikut :

Jumlah sumber yang terbatas

Pola kedatangan trafik random

Trafik yang ditolak di delay

Holding time terdistribusi eksponensial negatif


-

Full availability

Panggilan yang datang masuk dalam antrian dan disimpan sampai ada

server yang bebas

FIFO (first in first out ), panggilan yang menunggu dilayani menurut datangnya

panggilan.

117

Sistem Tunggu 118

server

Laju kedatangan
paket

=�

A3

A2 A1

K
� �

Buffer (tempat antrian) dengan

panjang antrian X

Laju Keberangkatan

paket

Gambar 7.1 Model


sistem tunggu

Pada sistem tunggu, panggilan yang datang pada saat semua sibuk,

panggilan tersebut menunggu sampai ada saluran/peralatan yang bebas

baru disambungkan. Panggilan yang menunggu dikatakan dalam bentuk

antrian

(queue). Waktu antara panggilan datang ke antrian sampai panggilan


menemukan

saluran bebas dikatakan waktu tunggu

7.3 Jenis sistem antrian

System antrian ada dua macam yaitu system antrian murni dan system

antrian campuran

a. Sistem antrian murni.

Pada system antrian murni, jumlah atau ukuran buffer yang disediakan tidak

terbatas ( � � � ) sehingga panggilan datang ke system akan

menemui dua kemungkinan, kemungkinan pertama panggilan datang akan

dilayani dan kemungkinan kedua panggilan panggilan datang harus

menunggu.

� � �
Jika panggilan datang saat semua server sibuk, maka panggilan akan

menunggu di buffer

� � �

Tidak ada panggilan yang hilang hanya ada sebagian yang menunggu

sebelum dilayani

Dari sudut pandang pelanggan, mereka perlu tahu (misalnya) :

� � �

Berapa peluang mereka harus menunggu � � � t e r l a l u

lama��� Dari sudut pandang sistem, perlu diketahui (misalnya)

� � �

Berapa faktor utilisasi server?

118

Sistem Tunggu 119

Server = N

Laju kedatangan
paket

=�

A3

A2 A1

X
� � �

Buffer (tempat antrian) dengan

panjang antrian X

Keberangkatan paket

Batas antrian = � � �

� �

Laju Keberangkatan

paket

Gambar : 7.2 model


antrian murni

b. Sistem campuran

Pada system antrian


campuran, jumlah
atau ukuran buffer
terbatas (0 < x <
� � � ) .

Pada system ini


panggilan yang
datang menjumpai
tiga kemungkinan.
Kemungkinan

pertama, panggilad datang dilayani, panggilan datng harus menunggu


atau panggilan

datang terpaksa ditolak atau dihilangkan.


Bila ada panggilan yang datang ketika semua server sibuk, namun masih ada

tempat yang kosong di buffer, maka panggilan akan menempatinya untuk

menunggu dilayani

Bila panggilan datang ketika buffer penuh dan semua server sibuk, panggilan

tersebut akan dihilangkan

Server = N

Laju
kedatanga
n paket

=�

A3

A2

A1

Buffer (tempat antrian) dengan

panjang antrian X
Keberangkatan paket

Batas antrian terbatas = x

� �

Laju Keberangkatan

paket

Gambar 7.3 Sistem antrian campuran

119

Sistem Tunggu 120

7.4 Diagram Transisi Kondisi

Diagram transisi kondisi untuk model Erlang C ditunjukkan pada gambar 7.4

kondisi pada model ini terjadi dari kondisi 0 sampai kondisi tak terhingga

untuk

system antrian murni dikarenakan asumsi jumlah buffer yang digunakan


jumlahnya

tak terhingga. Untuk antrian campuran kondisi yang terjadi dari kondisi 0

sampai dengan kondisi (N+X) dimana N adalah jumlah server atau saluran dan

x adalah jumlah buffer.


� �

P(0)

P(1)

2�





P(2)

3�

P(3)

4�

P(4)


N�
N � �

P(N+1)

� � �

N � �

Gambar 7.3 Diagram Transisi Kondisi

7.5 Persamaan Kesetimbangan

Pada keadaan kesetimbangan statistik (statistical equilibrium), yaitu proses

perubahan dari kondisi (k-1) ke (k) sama jumlahnya dengan perubahan


kondisi (k)

ke (k-1). Terdapat ada dua persamaan yang terjadi, yaitu :

Persamaan pertama untuk kondisi 0 sampai dengan kondisi N-1


� � � � � � P ( n ) =
� � � � � � ( n + 1 ) P(n+1)

� � � � � � � � � � � � � �

� � � � � � � n=0,1,2� � � ..N-1 (7.1)

Persamaan kedua untuk kondisi N sampai dengan kondisi tak

terhingga 120

Sistem Tunggu 121

� � � � � � P ( n ) =� � � � � � N
P(n+1)

� � � � � � � � � � � � � � �

� � � � � � 1,�
n=�
�.�
+��.
N,N
(7.2)

Penurunan persamaan untuk kondisi 0 sampai dengan N-1


untuk k=0

� � �

� � � � � � P ( 0 ) =� � � P(1)

P(1) =

������������P(0)

P(1) = A P(0)

Untuk k=1

� � �

� � � � � � P ( 1 )
= 2 � � � P(2)

P(2) =

���������������������P(1)

P(2) = A /2 P(1)

P(2) = A2/2! P(0)

Untuk k=2

� � �

� � � � � � P ( 2 ) = � � � P(3)

P(3) =

���������������������P(2)

P(3) = A/3 P(2)

P(3) = A3 / 3! P(0)

Sehingga didapatkan harga probabilitas pada saat N server diduduki

adalah : P(N) = A

N
P (0)

(7.3)

Penurunan persamaan untuk kondisi N sampai dengan tak terhingga

� � �

� � �

P(k+1) =

� � �

P (k)

P(k+1) = A / N P(k)

121

Sistem Tunggu 122

� � �
Untuk k=N, maka

P(N+1) = A / N P(N), sedangkan P(N) = A

N!

P (0) sehingga

P(N+1) = A A

P (0)

N N!
AN� � � 1

P(N+1) =

P� � � 0 � � �

N.N!

� � � Untuk k = N+1

P(N+2) = A / N P(N+1), sedangkan P(N+1) =

P(N+2) =

AA N

� � � 1 P (0)

N N .N !

P(N+2) =

AN

� � � 2

P� � �

0� � �

N 2 . N!

A N

���1

P(0) sehingga

N .N !

� � �
Untuk k=
N+x

P � � �
N
N x .N!



A


P
(
N
+
x
)








P



(7.4)

122

Sistem Tunggu 123

� � �

jadi ada 2 harga P(k), yaitu :

1.

P � � � k � � � ���

Ak

p� � �

0� � �

k!

untuk k= 0 s/d N-1

2.



A


P

� � � A � � � A

P � � � N � � � x� � � � � �
� � � � � � � � �

P � � � 0 � � �

� � � N


�� N! untuk k= N

s/d ~

Harga P(0)
diturunkan pada
keadaan normal yaitu

Bila tidak ada batas


antrian, maka n=0 s/d
~ ( untuk system
antrian murni)

N� � � 1

���0

� �

� 0 k

� �

� N

� �

P � �
� k
P � � � 0 � � � � � �

��� � � � � �

P � � � 0 � � � � � �
1

� � �

N!

k� � � 0 k!

n � � � N� � � N� � �

���1

���1

Ak



A



A


k� � � 0 k!

k� � � N
� � � N� � �

Ak



A













Ak

� � � A � � � A

� � �

� � �

� � �

� � �

� � �

N!

k� � � 0 k!

x� � � 0 � � � N� � �

(7.5)

123

Sistem Tunggu 124

� � �
A � � �

� � �
� � � ,
maka

� � �

x� � � 0
� � � N
� � �

untuk mencapai kestabilan statistik, A/N. untuk menyelessikan

perlu bantuan deret .


x

� � � A � � �

� � � � � � � � � S , maka

� � �

x� � � 0 � � � N� � �

misal




A





A






A


S

� � � N � � � � � � N � � �

A � � �

� � � A � � �

� � �

S� � � � � � � � � S
� � � 1 � � � S� � � 1 � � � � � �
� � � 1

� � � N � � �

� � �


N�� 1

S� �

1� �

� A


� �
S �
� �

N�

� �

Ax

� �

A �
N � � � A

x� � � 0 � � � N� � �

(7.6)

sehi
ngga
:

P



0





AN







N! N � � �
Sistem Tunggu 125

���1 i

���0

� �

� 0 k

� �

� N

� �

P � �
� k
� �

� �

� �

P � �
� k
� �

� �

� �

P � �
� k
� �

� �
x

���1

Ak



A














� � � � � �

� � �

� � �

N!

k� � � 0 k

x� � � 0 � � � N� � �

(
7
.
8
)

6. P
r
o
b
a
b
i
l
i
t
a
s

p
a
d
a

S
i
P � � � 0 � � � � � � 1 � � � A
��

� � � ..........���

� � � N � � �

1���!������ 2!

� � �

N� � � 1

Ak

� � �
P � � � 0 � � �

� � �

���0

k! (7.9)

Sehingga
persamaan
probabilitas
suatu
panggilan
akan dilayani
adalah:

a. Untuk antrian murni

N� � � 1

Ak

� � � k!

Pdilayani � � � N
� � �

� � �

� � �

N! N � � �

Ak

� � �

0 k! (7.10)

125

Sistem Tunggu
126

b. Untuk antrian campuran

N� � � 1

Pdilayani � � �

7.6.2

Ak

� � �

���0

k! x

���1

Ak
� � �

� � � � � �

� � �

� � �

N!

k� � � 0 k

x� � � 0 � � � N� � �

(7.11)

Probabilitas menunggu

Probabilitas menunggu adalah probabilitas Panggilan yang datang

akan menunggu apabila seluruh saluran atau server telah diduduki.

a. Untuk system antrian murni ,bila tidak ada batas antrian,

probabilitas menunggu (DN) adalah

DN

� � � N � � � � � � P � � � N
��� 1 � � � � � � P � � � N
� � � 2 � � � � � �
........P���~���

=P

A N

���2 A

� � �

1 AN
P� � � 0 � � � +

P� � � 0 � � � +2

P���0��� + � � � � � � .

N.N!

N!

N . N!

ANx � � � ~

� � � A� � �

AN

� � �

� � �

� � �

� � �






� � �

N! x � � � 0 � � � N� � �

N! N � � �

Ax

(7.12)

b. Untuk system antrian campuran ,bila ada batas antrian,

probabilitas menunggu (DN) adalah

DN

� � � N � � � � � � P � � � N
��� 1 � � � � � � P � � � N
� � � 2 � � � � � �
. . . . . . . . � � � P ���k � � �

=P

AN

���2

AN

AN
� � �
1

P
� � �
0 � �
� +

P
� � �
0 � �
126

Sistem Tunggu 127

7.6.3

AN

N!

x



k



1



���0

� �

A �
� �

� �

� �

. P �
� � 0
� �

n

� � � A � � � N

� � � � � � � � �

� � � N

��� N!

P � � � i

� � �

� � � x

���1

� �

A �
� �
A

� �

� �
� �
� �
� �

� �

selama 2 menit. Tentukan berapa probabilitas suatu panggilan akan dilayani,

menunggu atau ditolak

a. Untuk kasus system antrian murni

b.Untuk kasus system antrian campuran dengan jumlah buffer 4

Penyelesaian :

127

Sistem Tunggu 128

7.7 Hubungan Probabilitas Tunggu dengan Formula Erlang B

Hubungan ini berlaku untuk kasus jumlah buffer yang disediakan jumlahnya

tidak berhingga (~)

DN � � � P� � � 0 � � � � � �

AN



N! N � � �

A AN

� � �

� � � N� � � 1

nN! NN � � � AA

A
N

� � �

� � �

� � �

N! N � � �

An

� � �

0 n!

An






n!




N
n
N!
N
N
��

N
A
� � �

� � �

An

N! N! N � � �

An

� � � 0

n!

� � �

���0

n! N

N � �
� A

� � �

� �

� NN

N �
� � A

1

� �
E1
� �
� N

N

N � � � A

E1 � � � N � � �

N � � � A N � � � A

� � �

E1 � � � N � � � � � � E1 � � � N
���

E
1



N



���

A� �

1

� �


� �
A

1 � � � � � � E1 � � � N � � �
��� E1 � � � N � � � � � �
E1 � � � N � � �

E
1



N



E
1



N





D
N



N



A


R


1





1
��



N� � �


A�� R

� � �
� � � NN � � �

R � � � N

A � � � N � � � A


��R � � � (7.16)

Dimana R adalah A. B(N,A)

129

Sistem Tunggu 130

Contoh 7.2:

Dengan menggunakan persamaan 7.16, tentukan berapa probabilitas suatu


panggilan

menunggu jika trafik yang ditawarkan sebesar 2 erlang dan jumlah server yang

melayani sebanyak 5 ?
R = A. B(5,2)

= 2 erlang x 0,0367

= 0,0734

DN � � �

R � � � N

A � � � N � � � A


��R � � � 0.0734

� � � 5

2� � � 5 � � � 2
� � � 0.0734 � � �

0,367
� � �

6,1468

D5 � � �

� � � 0,059706

Sehingga probabilitas menunggu 5,9 %

8. Notasi kendall

David G. Kendall mengenalkan notasi antrian A/B/C pada tahun 1953. notasi

kendall menggambarkan antrian dan karakteristiknya yang ditemukan di


dalamnya.

Notasi A/B/C dikembangkan menjadi 1/2/3/(4/5/6), dimana :

1. kode A menggambarkan proses kedatangan . kode yang digunakan


adalah :

M singkatan untuk Markovian, yg menggunakan distribusi

eksponensial untuk waktu pelayanan dan waktu antar

kedatangan 130

Sistem Tunggu 131

M[X] singkatan untuk "Markovian" dengan bulk input dimana X

adalah random variable yg menggambarkan jumlah pelanggan dalam

group kedatangan

o
D singkatan untuk "degenerate" distribusi, atau "deterministic" waktu

layanan.

Ek singkatan untuk Erlang distribution dengan k sebagai

shape parameter.

G singkatan untuk "General distribution". (Note that although G

usually refers to independent arrivals, some authors prefer to use GI

to be explicit)

1. kode yang merepresentasikan proses layanan.

2. jumlah kanal yang melayani (atau server)

3.kapasitas dari sistem, atau jumlah maksimum jumlah pelanggan yang

diijinkan dalam sistem termasuk dalam layanan. Jika jumlah panggilan

melebihi jumlah maksimum ini, maka kedatangan selanjutnya dibuang.

1. prioritas permintaan yang akan dilayani dalam saluran:

First Come First Served (FCFS),

Last Come First Served (LCFS),

Service In Random Order


(SIRO) and
o

Processor Sharing.

1. ukuran dari sumber panggilan. Ukuran dari popolasi yang datang. Batasan
ini

adalah laju kedatangan arrival rate The size of calling source.

Simbol untuk sistem tunggu (D.G. KENDALL)


Untuk sistem tunggu secara umum dituliskan A/B/C
Dengan :

A = pola datangnya panggilan

B = pola waktu pendudukan

C = jumlah server

7.9 Faktor Delay

Faktor Delay adalah perbandingan dari delay yang diharapkan dengan ratarata
holding time

131

Sistem Tunggu 132

(7.17)

Delay factor pada teori antrian secara langsung diaplikasikan pada jaringan

telekomunikasi untuk layanan voice dan data.

Contoh 7.3

penggunaan model trafik erlang c untuk voice dalam perhitungan delay

factor:

Sebuah pusat layanan panggilan menerima 600 panggilan per jam, dan
masingmasing panggilan sekitar 3 menit. Setiap agen dapat melayani
setiap panggilan

selama 20 detik. Diharapkan Lama rata-rata antrian 10 detik

Berapa delay factor system tersebut ?


Penyelesaian :

Delay factor = 10 detik/ 180 detik

= 0.055

Contoh 7.4

Penggunaan erlang c untuk data

Suatu jaringan backbound menghubungkan 2 buah router. Trafik datnga 600


paket

per detik dengan panjang paket 200 byte per

paket atau 1600 bit per paket.


Diketahui bandwith saluran 64 bit per detik.
Berapa delay factor dan sirkit yang

diperlukan untuk mendapatkan delay dibawah 10 ms.

Penyelesaian :

Besarnya trafik (600 x 200 X 8)/64000 =


960000/64000

=15 erlang

200 byte x 8 bit = 1600 bit

Waktu transmisi = 1600 / 64.000 bps = 25 ms

Delay factor = 10ms/25 ms


132

Sistem Tunggu 133

= 0.4

Trafik 15 erlang, delay factor 0.4 didapatkan jumlah sirkit 17

7.10 Soal:

1. suatu pusat penerima gangguan mempunyai spesifikasi sbb: dilayani oleh 2

orang operator. Jumlah saluran tersambung ke meja operator: 10 saluran.

Setiap menit, oprator mampu menyelesaikan 2 laporan gangguan. Pada

jam sibuk rata-rata terdapat 240 laporan gangguan

a. gambar std dan notasi kendall

b. berapa prob suatu laporan tidak dilayani (ditolak).

1.suatu sentral komunikasi data melayani paket dengan sistem M/M/2.

diketahui : rate datangnya data 40 paket/detik. Waktu pelayana di server= 50

milidetik/paket. Paket dating dengan bitrate rata-rata= 2400 bps dan jumlah

bit per paket= 1000

c. berapa prob paket menunggu sebelum terlayani oleh server

d. waktu tunggu rata-rata di buffer

e. jumlah paket rata-rata di buffer

f. waktu rata-rata di sistem

7.11 Rumus Little

J.D LITTLE menyatakan :


Jumlah rata-rata pelanggan dalam suatu sistem antrian sama dengan rate rata-rata

datangnya panggilan pada sistem tersebut kali waktu rata-rata pelanggan

dalam sistem tersebut.

N� � �

� � �

� � � ts (7.18)

dimana :

N � � � jumlah
pelanggan rata-rata dalam
sistem

� � � � � � rate rata-rata

datangnya panggilan t s � � � waktu rata-

rata pelanggan dalam sistem 133

Sistem Tunggu 134

note : sistem tidak tergantung macam distribusi probabilitas


datangnya panggilan,

waktu pendudukan dsb.

� � �

� � � t1

)N

y(t1)

� � �

� � � t1

)t

0
Gambar 7.4 model little

Dalam waktu 0 s/d t1

� � � � � � t 1 � � � � � � jumlah
panggilan yang datang dalam interval (0,t1)

y � � � t 1 � � � � � � jumlah total waktu


panggilan berada dalam sistem dalam interval (0, t1)

� � � � � � t 1 � � � � � � jumlah
panggilan yang pergi / berakhir dalam interval (0, t1)

dimana :

� � � � � � t 1 � � �

t1

� � �

� � �

, Ns

� � �

maka :

y � � �
t 1
� � �

� � � t
,

� � �
� � � t 1

� � �
s

y � � �
t 1
� � �
� � � Ns

t1

(7.19)

Ns



ts





ts� � � adalah waktu rata-rata dalam sistem, terdiri dari t p atau h


dna t t , sehingga :

ts� � � tp


��tt (7.20)
dimana :

134

Sistem Tunggu 135

t p atau h
� � � waktu
rata-rata pelayanan

t t � � � waktu tunggu rata-rata dalam antrian (dihitung


terhadap semua panggilan)

Ns� � � ts � � � � � �

� � � � � � t p� � � tt� � �
� � � � � �

(7.21)
Contoh 7.5:

Terdapat toko kecil dengan konter tunggal dan area untuk browsing, dimana
hanya

bisa satu orang pada suatu waktu dan tidak dapat meninggalkan tanpa

membeli sesuatu.
Sistem dapat digambarkan sbb :

Masuk � � � b r o w s i n g � � � k o n t e r � � � e x i t

Sistem dianggap stabil, sehingga laju orang yang datang sama dengan laju

yang meninggalkan toko.

Hukum little menggambarkan bahwa rata-rata jumlah pelanggan di dalam toko

adalah laju kedatangan dikalikan waktu yang dihabiskan di toko.

N� � � � � � � � � t s

= 10 / jam x 0.5 jam

=5

Asumsi pelanggan datang dengan laju 10 per jam dan rata-rata 0.5 jam.
Ini berarti

bahwa rata-rata jumlah pelanggan berada di toko setiap saat adalah

5. 135
Sistem Tunggu 136

7.12 Aplikasi system tunggu /antrian pada layanan Data

System tunggu pada jaringan telekomunikasi

dapat diaplikasikan untuk


layanan voice (telepon) dan data. Pada layanan data model antrian cocok untuk

menggambarkan trafik data (packet-switched) pada level packet. Pelopor

dilakukan banyak orang di tahun 60-an dan 70-an berhubungan dengan

pengembangan ARPANET, terutama L. Kleinrock (http://www.lk.cs.ucla.edu/)

Pembahasan system tunggu untuk layanan data, pada buku ini hanya
terbatas pada

tingkatan paket.

Perhatikan suatu link antara dua paket ruter seperti ditunjukkan pada gambar

� � �

Trafik terdiri dari paket-paket data ditransmisikan sepanjang link

R1

R1

R1

Koneksi R1 dan R2

R1

Gambar 7.5
komunikasi pada
jaringan data

System ini dapat dimodelkan sebagai system antrian murni ( pure

queueing system ) dengan

server tunggal atau N= 1

-
buffer tak terbatas x = � � � )

pelanggan dalam hal ini adalah paket-paket, dengan

o laju kedatangan sebesar paket � � � (paket per satuan

wakut,) 136

Sistem Tunggu 137

o rata-rata panjang paket L = (unit data)

o server = link, tempat tunggu = buffer

� � �

C = kecepatan link (unit data unit waktu)

o waktu pelayanan = waktu transmisi packet

� � �

1 / � � = L/C = rata-rata waktu transmisi packet (unit

wakut) Gambar 7.6 Model antrian data pada system antrian

murni

Ukuran trafik yang ditawarkan pada system ini dinyatakan


oleh beban trafik
� � �

� � �

Dari definisi, beban trafik adalah rasio antara laju kedatangan � � �

dan laju pelayanan � � = C/L:

� � � � � �

� � � � � � L
� � �

� �

� c

(7.22)

Beban trafik ini adalah kuantitas dimensionless dan dengan formula


Litte, terlihat

bahwa faktor utilisasi server adalah probabilitas server sibuk

Contoh 7.6 :
Perhatikan suatu link antara dua pakeet ruter. Asumsi
bahwa,

� � �

rata-rata, 50.000 packet baru tiba dlm satu detik

� � �

Panjang packet rata-rata (mean) adalah 1500 bytes, dan

� � �

kecepatan link adalah 1 Gbps

Maka beban trafik (dan juga utilisasi) adalah

� � = 50.000 x 1500 x 8/1000000000

= 0.60

137

Sistem Tunggu 138

= 60 %

Delay
� � �

Dlm sistem antrian, bbrp packet harus menunggu sebelum dilayani

� � �

� � �

Packet yg datang di-buffer jika link sibuk saat packet

datang Delay suatu packet terdiri dari

� � �

Waktu menunggu, tergantung pd kondisi sistem pd saat packet

datang, dan

� � �

Waktu transmisi, tergantung pd panjang packet dan kapasitas link

Contoh 7.7:

� � �

Panjang packet = 1500 bytes

� � �

Kecepatan link = 1 Gbps

� � �

Waktu transmisi = 1500*8/1,000,000,000 = 0.000012 s = 12

� � s Quality of service (dari sudut pandang user)

� � �

Pz = probabilitas suatu packet harus menunggu


���terlalu lama���,
yaitu lebih lama dari harga referensi z (asumsi disini konstan z =

0.00001 s = 10 � � s )

� � �

Asumsi suatu sistem antrian M/M/1:

� � �

Packet tiba sesuai proses Poisson process (dg laju � � � )

� � �

Panjang packet adalah independent and identically

distributed sesuai dg distribusi exponential dg rata-rata

(mean) L

� � �

Relasi kuantitatif dari tiga faktor (sistem, trafik, dan quality of service<C

diberikan dg formula sbb:

Pz � � � menunggu � � � c , � � � , L, z
���

� � �

� � � L

� � � � � � C

� � � � � �

e x p � � � � � � � � � � � �
� � � � � � � � � z
� � � � � �
� � � � � � e x p � � � � � �
� � � � � � 1 � � � � � �
� � � z
� � �

C
� � � � � � L

=1

jika � � L < C ( � � < 1 )

jika � � L � � � C

(�����1) 138

Sistem Tunggu 139

Catatan:

� � �

Sistem stabil jika ( � � � < 1). Kalau tdk jumlah packet dlm

buffer akan tumbuh tanpa batas

Contoh 7.8

Sebuah antrian data asumsi paket datang dengan laju � � � =


600,000 paket per detik

= 0.6 p a c k e t s / � � s dan kecepatan llink adalah C = 1.0 Gbps = 1.0

kbit/��s. Apakah system ini stabil ?


Berapa probabilitas paket menunggu lebih lama dari 10 � � detik ?

Penyelesaian :

� � � � � �

� � � � � � L

� � �

� � � c
= 0.6 < 1

Karena � � < 1 maka sistem

satbli Pz = menunggu (1, 0.6;1,10)

= 0.6 exp (-4.0)

=1%

� � �

Probabilitas menunggu Pz suatu paket yang tiba harus menunggu lama

(yaitu lebih besar dari z = 10 � � s ) adalah 1 %

Selanjutnya penurunan persamaan M/M/1 dijelaskan berikut ini

1. 12.1 M/M/1

Asumsi : paket datang dengan proses poisson

Buffer tak terbatas

Jumlah server 1

139

Sistem Tunggu 140

a. Diagram transisi kondisi

� �

P(0)

2
P(1)

� �

� �

� �

� �

� �

� �

P(2)

P(3)

P(4)


Gam
bar :
7.7
Diag
ram
Tran
sisi
kond
Pada keadaan kesetimbangan, dapat di diturunkan persamaan sebagai berikut :

untuk k=0

� � �

� � � � � � P ( 0 ) =� � � P(1)

P(1) =

������������P(0)

P(1) = A P(0)

Untuk k=1

� � �

� � � � � � P ( 1 )
= � � � P(2)

P(2) =

���������������P(1)

P(2) = � � P(1)

P(2) = � �

P(0)

Untuk k=2

� � �

� � � � � � P(

2) =��� P(3) 140

Sistem Tunggu 141

P(3) =

������P(2)
P(3) = � �

P(0)

Sehingga didapatkan harga probabilitas pada saat N server diduduki

adalah : P(N) = � �

P (0)

� � � RINGKASAN

� � �

HARGA P(0)

� � �

Bila ada batasan jumlah buffer

P� � � 0� �

� �
��

� � �

An



A



� � �

� � �

� � �

N!

n� � � 0 n

x� � � 0 � � �
N� � �

Bila tidak ada batasan jumlah buffer

P � � � 0 � � �


��

� � �

AN







N! N � � �

An

� � �
� � �

PROBABILITAS DILAYANI

Pserve � � � � � �

� � �

���1

An

� � �

P���0��� n!

PROBABILITAS PANGGILAN MENUNGGU DN BILA TIDAK ADA BATAS


ANTRIAN

DN � � �

AN



� � �

P���0��� N! N

� � � A

DN � � �

R � � � N

A � � � N
PROBABILITAS PANGGILAN MENUNGGU DN BILA ADA BATAS
ANTRIAN

141

Sistem Tunggu 142

DN � � �

� � �

AN

N!

x



k



1



���0

� �

A �
� �

� �

� �

. P �
nt � � � � � � ip� � � N � � � i
���

i� � � 1

� � �

JUMLAH RATA-RATA PANGGILAN DALAM SISTEM

Ns� � � A

���DN . A

N�

� �

AN

NS
� �

� � �
. t p
� �

� � �
. t t
���
� �
� ip
� �
� i
� �

i
� �
� 1

� �

WAKTU TUNGGU RATA-RATA (untuk semua panggilan termasuk panggilan


yang
� � �

tp



D
N


� � � N

���

A � � �

N � � � A

WAKTU TUNGGU RATA-RATA HANYA DARI PANGGILAN YANG


BETUL-BETUL

MENUNGGU

tr � � �

� � �

tp

tt



D
N
tr

� � � Diketahui:

� � �

l: Laju kedatangan job (paket pada link input)

142

Sistem Tunggu 143

� � �

m: Laju layanan server (link output)

� � � Hitung:

� � �

L: jumlah paket rata-rata dalam sistem

� � �

Lq jumlah paket rata-rata dalam antrian

� � �

W: waktu tunggu rata-rata dalam keseluruhan


sistem

� � �

Wq waktu tunggu rata-rata dalam antrian

� � � 4 tidak diketahui: L, Lq W,
Wq

� � � Hubungan:

� � � L=lW

� � � Lq=lWq (argumen keadaan


tunak)
� � � W = Wq + (1/m)

� � � Jika diketahui 1, yang lain dapat dicari

� � � Menghitung L bisa sulit atau mudah, bergantung pada


tipe seitm.
Secara

umum:

Contoh :

� � � Pengukuran gateway jaringan:

� � � Laju kedatangan rata-rata (l): 125 paket/dt

� � � Waktu respon rata-rata

(m): 2 ms 143

Sistem Tunggu 144

� � � Asumsi kedatangan
eksponensial

� � � Berapa utilisasi
gateway?

� � � Berapa probabilitas n paket di

t ay? (1 �
geaw � � � � ) � � n

� � � 0.75(0.25)n

� � � Jumlah rata-rata paket di


gateway?

� �

0.25

� � �

� � � 0.33

1� � � � � 0.57
� � � Jumlah buffer sehinnga P(overflow) < 10-6?

� � � Laju kedatangan � � = 125 pps

� � � Laju layanan � � = 1/0.002 = 500 pps

� � � Utilisasi gateway � � =� � / � � = 0.25

� � � Probabilitas n paket di

gaetway = Jumlah paket rata-rata di gateway

Contoh :

� � � Suatu berkas saluran N = 8 saluran merupakan berkas

sempurna. Penawaran trafik A = 4,5 Erlang. Waktu pendudukan rata-rata h =

120 detik. Panggilan dilayani sesuai dengan urutan datangnya.

Ditanyakan:

� � � P(t>0) = ?

� � � Waktu tunggu rata-rata dari panggilan yang harus


menunggu

� � � Waktu tunggu rata-rata dari semua panggilan

� � � P(t>60 detik) = ?

� � � Hitung lagi untuk A = 4,5 Erlang, N = 5 saluran, h = 120 detik,


da x = 60
n

detik

� � � Untuk latihan, turunkan

P>t(0) = RN

A( N � � � A� � �
R)

� � � Suatu tingkat group


selector mengolah trafik pembicaraan =
360 Erl
dilayani oleh 1 marker. Waktu pembicaraan rata-rata = 3 menit = 0,05 jam.

Waktu kerja marker (untuk 1 panggilan) rata-rata = 100 mdet. Ditanyakan:

� � � Tr = ?

� � � Tt = ?

� � � P(t>300

mdetik) = ? 144

Sistem Tunggu 145

Contoh :

rata-rata 30 menit.
Kantor cabang
menerima keluhan
dari staf mengenai

pelayanan terminal tersebut. Dilaporkan bahwa seseorang sering menunggu


lebih

dari 1 jam untuk menggunakan terminal dan kadang-kadang memakan waktu 1,5

jam untuk menyelesaikan sedikit kalkulasi. Manajer cukup bingung karena

statistik menunjukkan bahwa terminal hanya digunakan rata-rata 5 jam dari 8.


Tingkat utilisasi ini sepertinya bukan merupakan justifikasi untuk menambah

terminal. Apa penjelasan yang dapat diberikan dari teori antrian?

VOIP

Perhitungan

BW

jaringan

untuk
setiap

kanal

Voic

deng
an
Full-
Rate



Mene
ntuka
n
ukura
n
head
er



Tergatung pada network yang digunakan untuk MLPPP (Multi

Link Point to Point Protocol), maka header layer 2 = 6 byte

� � �

Tersusun dari ;

� � �

Layer 2 (6byte) +(IP (20 byte)+UDP(8byte)+RTP(12byte)) +

Payload (besarnya sesuai dengan CODEC yang digunakan)


� � �

Packet Voice per detik = Codec bit rate / Voice payload Size

� � �

= 8 kbps/(20 byte x 8bit/ byte) =50 pps => ( 50 packet dalam

1 det)

� � �

BW per kanal Voice full Rate

� � �

Ukuran packet VOIP x 50 pps x 8bit/ byte =

66 byte x 50 pps x 8 bit/byte = 26,4 kbps (dgn ini kanal voice yang

seharusnya 64 kbps jadi 26, 4 kbps).

145

Sistem Tunggu 146

� � �

BW per kanal voice, dgn payload size CODEC G 723.1( 6.3kbps) =

24 byte

Ukuran paket VoIP = (46 + 24) byte = 70 byte

Paket VoiP per detik = (6.3 kbps)/(24 x 8 ) = 32.8 pps

� � �

BW per kanal Voice Full-Rate (G.723.1)

= 70 byte x 32.8 pps x 8bit/byte = 18.368 kbps


Perhitungan BW jaringan untuk setiap kanal Voice dengan CRTP, VAD

� � �

Header Kompressi pada RTP yaitu IP/UDP/RTP jadi 2 byte sehingga

ukuran packet = (6+2) byte + 20 byte= 28 byte

� � �

Maka BW per kanal Voice= 28 byte x 50 pps x 8 bit/byte = 11, 2


kbps

Dengan VAD ( Voice Activity Detection) sebesar 50 % (artinya 50 % percakapan

sisanya silence tidak dikirim) maka

� � �

Maka BW perkanal Voice = 66 byte x (50%(50pps)) x 8 bit/byte =

13.2 kbps

Gabungan CRTP+VAD :

� � �

� � �

BW per kanal Voice = 28 byte x 25 pps x 8 bit/byte = 5,6 kbps

Sehingga dapat di Tabel-kan :

� � �

Full Rate

= Jml kanal x 26,4 kbps

� � �

CRTP
= Jml kanal x 11,2 kbps

� � �

VAD

= Jml kanal x 13,2 kbps

� � �

CRTP + VAD = Jml kanal x 5,6 kbps

Kebutuhan BW (kbps)

� � �

� � �

Out-going ( 36 port kanal)

� � �

Full rate = 950.40

� � �

CRTP

= 403.20

� � �

VAD

= 475.20

� � �

CRTP & VAD = 201.60

In-Coming ( 92 port kanal)


� � �

Full rate

= 2428.80

� � �

CRTP

= 1030.40

146

Sistem Tunggu 147

� � �

VAD

� � �

CRTP & VAD = 515.20

= 1214.40

Dimensioning dan Desain Jaringan Voip

� � �

Dimensioning Perangkat :

� � �

Jml E1 dari PSTN ke Gateway VoIP

� � �

Jml Gateway masing2 PoP

� � �
Jml Gatekeeper

� � �

Besar BW Backbone

� � �

E1 = 2048 Kbps kapasitas 30 kanal voice 64 kbps

� � �

E1 untuk Incoming dan Outgoing di pisah

� � �

Gateway Incoming dan Outgoing dipisah

� � �

Out-Going = 36/30 =1.2 => 2 E1

� � �

In-Coming = 92/30=3.1=> 4 E1

� � �

Bila 1 Gateway mampu untuk 120 port Voice berarti 4 E1

� � �

dgn 2 port Ethernet 10 Base T dan 100 Base T

� � �

Shg Incoming dan Outgoing butuh masing-masing 1 Gateway

� � �

Dari Gateway ke Router terhubung melalui 1 buah Switch Hub


� � �

1 Gatekeeper mampu mengatur 1800 panggilan Voip sekaligus, berarti

mampu untuk mengontrol sejumlah 15 Gateway (1800/120)

� � �

Jml Gatekeeper = Jml Gateway /15

Kebutuhan BW lokal PoP

� � �

Asumsi lewat Lease line Channel


dg Full rate tanpa VAD

� � �

BW Lokal PoP = (BW Outgoing Full Rate): 64 kbps (RoundUp) x

64 kbps =(950.40/64) x 64 kbps =

15 x 64 kbps = 960 kbps

� � �

(BW In-Coming Full Rate Outgoing) : 64 kbps (roundUp) x 64

kbps= (2428.80/64) x 64 kbps = 38 x 64 kbps= 2432 kbps

� � �

jadi Total BW Lokal PoP = (960+2432) kbps = 3.392. kbps

Kebutuhan BW Link SLI

147

Sistem Tunggu 148

� � �
Total BW Link International = BW Incoming dan Outgoing

� � �

Bila Outgoing Link Internasioanl = 2.877.60 kbps

� � �

dan Incoming Link Internasional= 6.961.80 kbps

� � �

BW SLI Outgoing = (2.877.60 kbps : 64 kbps)(RoundUp) x 64 kbps =

2.880.00 kbps

� � �

BW SLI

In-Coming = (6.961.80 : 64 kbps)(RoundUp) x 64 kbps =

6.976.00 kbps

� � �

Total BW SLI = (2.880.00 + 6.976.00) kbps = 9.856.00 kbps

Untuk layanan voice satuan trafik yang digunakan adalah erlang sedangkan
untuk

layanan data satuan trafik yang

� � � bit per detik atau bits per second (bps)

� � � paket per detik atau packets per

second (pps) Note:

� � � 1 byte = 8 bits
� � � 1 kbps = 1 kbit/s = 1,000 bits per second

� � � 1 Mbps = 1 Mbit/s = 1,000,000 bits per second

� � � 1 Gbps = 1 Gbit/s = 1,000,000,000 bits

per ecosnd Delay

Dalam system antrian, paket-paket di dalam jaringan harus menunggu sebelum

dilayani, paket-paket berada di dalam buffer sebelum dilayani, akibatnya

paket tersebut mengalami delay. Delay dari paket terdiri dari

� � �

Waktu menunggu, delay ini tergantung pada kondisi link ketika paket

datang

� � �

Waktu transmisi, delay ini tergantung pada panjang paket dan kapasitas

transmisi

Contoh :

Panjang paket 1500 byte

148

Sistem Tunggu 149

Kecepatan link 1 Gbps

Maka waktu transmisi = 1500 *8/1.000.000.000=0.000012 detk = 12 mikro

detik Soal latihan

1. Tuliskan rumus parameter system antrian M/M/1 berikut


a. Jumlah paket rata-rata dalam sistem

b. Jumlah paket rata-rata yang menunggu

c. Waktu tunggu rata-rata dalam system

d. Waktu tunggu di buffer

1.Diketahui: Sistem dual band GSM 900 MHz dan 1800 MHz

Inter-arrival time (IAT) terdistribusi eksponensial negatif

Service time (ST) terdistribusi eksponensial negatif

� � � 1 =� � � 2 =2

� � � 1 =� � � 2 =3

N1 = N2 = 1; 2; 3; � � �

Ditanya:

probabilitas blocking sistem 1 = B1

= ? B2 = ?

1. Pada gateway jaringan, pengukuran menunjukkan bahwa paket tiba dengan


laju

rata-rata 250 paket per detik (pps) dan gateway membutuhkan waktu sekitar 1,5

ms untuk forward. Dengan asumsi model M/M/1, berapa probabilitas overflow

jika gateway hanya memiliki kapasitas buffer 20 paket. Berapa kapasitas

buffer yang dibutuhkan untuk menjaga packet loss di bawah 1 paket per

seratus ribu?
1. Trafik ke suatu pusat message switching untuk salah satu saluran
komunikasi

outgoing datang dengan pola acak dan laju rata-rata 240 pesan per
menit.
Saluran memiliki laju transmisi 800 karakter per detik. Panjang pesan (termasuk

karakter kontrol) mengikuti distribusi eksponensial dengan panjang rata-rata

176 karakter. Hitung ukuran statistik dasar untuk kinerja sistem berikut ini,

asumsikan tersedia kapasitas buffer pesan yang sangat besar

149

Sistem Tunggu 150

a. Jumlah pesan rata-rata dalam sistem?

b. Jumlah pesan rata-rata dalam antrian yang menunggu untuk dikirimkan

c. Waktu rata-rata suatu pesan berada dalam sistem

d. Waktu rata-rata suatu pesan menunggu transmisi

e.Probabilitas 10 pesan atau lebih menunggu untuk dikirimkan

150

Peramalan Trafik

� � � T a k melakukan apa-apa merupakan kekuatan setiap

orang���. (Samuel Johnson)

8.1

Pengertian Peramalan

Peramalan sangat diperlukan untuk membuat keputusan. Dalam


perencanaan

jaringan peramalan digunakan sebagai dasar perencanaan yang akan menjadi


panduan
implementasi.

Peramalan adalah penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau

kumpulan variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang.


Asumsi

dasar dalam penerapan teknik-teknik peramalan a d a l a h : � � � I f we


can predcit what the

future will be like we can modify our behaviour now to be in a better


position, than

we otherwise would have been, when the future a r r i v e s . � � � Artinya,


kija kita dapat

memprediksi apa yang terjadi di masa depan maka kita dapat mengubah
kebiasaan

kita saat ini menjadi lebih baik dan akan jauh lebih berbeda di masa
yang akan

datang. Hal ini disebabkan kinerja di masa lalu akan terus berulang
setidaknya dalam

masa mendatang yang relatif dekat.

8.2
Metode Peramalan

Salah satu cara untuk


mengklasifikasikan permasalahan
pada peramalan

adalah mempertimbangkan skala waktu peramalannya yaitu seberapa jauh


rentang

waktu data yang ada untuk diramalkan. Terdapat tiga kategori waktu yaitu
jangka

pendek (minggu � � � bulan), menengah (bulan � � �


tahun), dan jangka panjang (tahun � � �
dekade).

151

Selain rentang waktu yang ada dalam proses peramalan, terdapat juga teknik

atau metode yang digunakan dalam peramalan. Metode peramalan dapat

diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu metode kualitatif dan


metode kuantitatif.

8.2.1

Metode Kualitatif

Metode ini digunakan dimana tidak ada model matematik, biasanya


dikarenakan

data yang ada tidak cukup representatif untuk meramalkan masa yang akan
datang

(long term forecasting). Peramalan kualitatif menggunakan pertimbangan


pendapatpendapat para pakar yang ahli atau experd di bidangnya.
Adapun kelebihan dari

metode ini adalah biaya yang dikeluarkan sangat murah (tanpa data) dan cepat

diperoleh. Sementara kekurangannya yaitu bersifat subyektif sehingga

seringkali dikatakan kurang ilmiah.


Salah satu pendekatan peramalan dalam metode ini adalah Teknik Delphi,

dimana menggabungkan dan merata-ratakan pendapat para pakar dalam suatu


forum

yang dibentuk untuk memberikan estimasi suatu hasil permasalahan di masa


yang

akan datang. Misalnya: berapa estimasi pelanggan yang dapat diperoleh

dengan realisasi teknologi 3G.


8.2.2

Metode Kuantitatif

Penggunaan metode ini didasari ketersediaan data mentah disertai serangkaian

kaidah matematis untuk meramalkan hasil di masa depan. Terdapat beberapa


macam

model peramalan yang tergolong metode kualitiatif, yaitu:

a) Model-model Regresi

Perluasan dari metode Regresi Linier dimalan meramalkan suatu variabel

yang memiliki hubungan secra linier dengan variabel bebas yang

diketahui atau diandalkan.

152

b) Model Ekonometrik

Menggunakan serangkaian persamaan-persamaan regresi dimana terdapat

variabel-variabel tidak bebas yang menstimulasi segmen-segmen ekonomi

seperti harga dan lainnya.

c) Model Time Series Analysis (Deret Waktu)

Memasang suatu garis trend yang representatif dengan data-data masa lalu

(historis) berdasarkan kecenderungan datanya dan memproyeksikan data

tersebut ke masa yang akan datang.

8.3

Prosedur Peramalan
Dalam melakukan peramalan terdiri dari beberapa tahapan khususnya jika

menggunakan metode kuantitatif. Tahapan tersebut adalah:

1. Definisikan Tujuan Peramalan

Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk

mengukur tingkat dari suatu permintaan.

1. Buatlah diagram pencar (Plot Data)

Misalnya memplot demand versus waktu, dimana demand sebagai ordinat (Y)

dan waktu sebagai axis (X).

1. Memilih model peramalan yang tepat

Melihat dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat dipilih

beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat mewakili pola tersebut.

1. Lakukan Peramalan

2. Hitung kesalahan ramalan (forecast error)

Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat nilai hasil

peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih antara

nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai � � � k e s a l a h a n


am
ranl (forecast

e r r o r ) � � � atau deviasi yang

dinyatakan dalam: 153


et = Y(t) � � � Y � � � ( t )

Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada periode t


Y � � � ( t ) = Nilai hasil peramalan pada periode t

= Periode peramalan

Maka diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan Peramalan yang disingkat SSE

(Sum of Squared Errors) dan Estimasi Standar Error (SEE � � �

Satndadr Error Estimated)

SSE = � � � e(t)2 = ���[Y(t)-

Y���(t)]2 n

SEE � � �

� � � [ Y (t )

��� Y ' (t )] i

� � � 1

n�

� �

2 (8.1)

1. Pilih
Metode
Peramal
an
dengan
kesalah
an yang
terkecil.

Apabila
nilai
kesalahan
tersebut
154

Ada dua peramalan yang digunakan untuk tujuan perencanaan jaringan,

yaitu peramalan demand dan peramalan trafik

8.4

Peramalan Demand

Pertumbuhan demand dipengaruhi beberapa factor eksternal dan factor

internal. Factor eksternal antara lain factor ekonomi, factor social sedangkan
factor

internal seperti factor pentarifan dan strategi marketing.

Pertumbuhan demand biasanya pola pertumbuhan sbb:


1. Phase of starting

Phase of starting atau Phase awal pada phase ini pertumbuhan demand

bersiat linier dan lambat.

1. Phase of rapid growth

Pada fase ini pertumbuhan demand sangat cepat

1. Phase of saturation

Pada fase ini pertumbuhan demand cenderung menurun

8.4.1

metode peramalan demand

metode yang digunakan untuk peramalan demand ada


2 yaitu peramalan

makro dan peramalan mikro. Permalan makro digunakan untuk perkiraan


demand
secara global sedangkan peramalan mikro digunakan untuk perencanaan secara
detil.

1. Metode makro

metode makro terdiri dari metode deret berkala (time series) dan metode

regrasi

a.

metode time series

1. trend linier

y� � � a


��bx (8.2)

155

dimana :

y = variable tak bebas


hasil ramalan

x = variable bebas berupa periode waktu

a,b = konstanta

1. trend kuadratis/ parabolik

y� � � a� � �

bx � � � cx 2 (8.3)

dimana :

y = variable tak bebas hasil ramalan

x = variable bebas berupa periode


waktu
a,b,c = konstanta

1. trend eksponensial

y� � � a.ebx

(8.4)

dimana:

y = variable tak bebas


hasil ramalan

x = variable bebas berupa periode

waktu a,b = konstanta

e =bilangan

natural b.

metode regresi

metode ini untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan

terjadinya fluktuasi trafik.

regresi linier

y� � � a� � � bx

(8.5)

re
gresi
non
linie
r

y� � � a

� � � bx � � �
156

dimana:

y = variable tak bebas hasil ramalan

x = variable bebas berupa PDRB

a,b,c = konstanta

untuk mengetahui korelasi antara parameter, maka dicari koefisien

korelasinya, yaitu :

r � � �

� � � � � � x � � �
x������ y � � � y� � �

� � � � � � x � � �
x � � � �
��y � � � y � � �

(
8
.
7
)

Dimana :

harga r dari -1<r<1

lrl =1, korelasi penuh


r<50%<r, terjadi korelasi

2. metode mikro

suatu metode peramalan dengan memproyeksikan kebutuhan telepon di masa

yang akan datang berdasrkan jumlah pelanggan, calon pelanggan dan

bangunan pada saat dilakukan survey.

Langkah-langkah :

1. tentukan kategori demand

demand residensial

demand bisnis

157

demand
industri

demand
fasilitas
umum

1. bagi area
peramalan
menjadi
blok/ grid

grid yaitu bagian yang sama luasnya yang digunakan untuk

memprediksi demand.

Contoh : DKI 26,01 Ha (510 x 510 )


1. tentukan factor penetrasi (FP)

Faktor penetrasi adalah perbandingan jumlah telepon dengan bangunan

di daerah tersebut untuk setiap bangunan.

F P � � � 0 � � � � � �

� � � SIT � � � DT � � � SD

� � �

Bangunan (8.8)

dimana :

SIT : sambungan induk tersambung

DT : daftar tunggu

SD : supessed demand � � � 5%

(SIT+DT) Untuk daerah yng belum ada sambungan

telepon :

FP � � �

� � � Q � � � DT

� � �

Bangunan (8.9)

dimana :
� � � Q
= hasil survey

1. prediksi FP
untuk tahun
yang diramalkan

F P � � �
t
� � �
� � �
158

dimana :

r = laju pertumbuhan demand

FP(t) = factor penetrasi tahun yang diramalkan

FP(0)= factor penetrasi tahun ke 0 ( tahun referensi)

1. prediksi jumlah bangunan

y � � � t � � � � � �
y0 � � � 1 � � � r � � �

(8.11)

1. jumlah demand per grid

jumlah demand per grid � � �


F P � � � t � � � ���
y � � � t � � �

(8.12)

1. total demand

total demand � � � F P � � � t
� � � � � �
y � � � t � � � � � �
Grid

8.5

(8.13)

Peramalan Trafik

Trafik pada dasarnya bersifat tak terduga atau tak


dapat diperkirakan secara

tepat. Sebab trafik memiliki banyak parameter


external yang saling berkaitan.
infasi,

investasi, maupun monitoring kualitas layanan. Prediksi trafik sejatinya

adalah mengira-ngira dengan suatu metode ilmiah tertentu.

Terdapat banyak cara dalam memprediksi nilai trafik. Dalam rekomendasi

ITU E.506 [1], dijelaskan bahwa terdapat dua strategi untuk meramalkan traffic,

yakni prediksi dengan strategi langsung (direct strategy)

campuran (composite strategy).

dan dengan strategi

Dengan strategi langsung,


trafik yang dilayani

(carried traffic) dianggap sebagai sumber data pada prediksi pertumbuhan trafik

(Forecasting traffic growth), umumnya data trafik masa lalu digunakan

untuk

membangkitkan prediksi di masa yang akan datang . Pada proses forecsting


strategi

campuran, beberapa data/ variabel lain dimasukkan. Yakni variabel external


seperti

159

segmentasi pasar,pentarifan, index konsumsi konsumen, perbedaan waktu antara


dua

negara/ wilayah, elastisitas harga, quality of services (QoS) dan lain sebagainya.

Gambar 8.1. Direct dan Composite Strategy


Peramalan trafik ada dua yaitu : peramalan trafik untuk jumlah satuan
sambungan dan peramalan trafik untuk perencanaan jaringan

8.5.1

Peramalan trafik jumlah satuan sambungan

Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk peramalan trafik jumlah

satuan sambungan, yaitu :

a. trend method

suatu kuantitas yang diambil dari hasil pengamatan dalam suatu waktu seri
(time

seris) dapat mengikuti suatu pola tertentu dan dicari perkembangannya


untuk waktu

yang akan datang yaitu memperkirakan kecenderungan perkembangan


untuk yang

akan datang. Contoh : Trend garis lurus

160
b. statistical demand analysis

Dapat dianggap bahwa perkembangan


suatu besaran tertentu (misalnya

jumlah pelangga) mengikuti suatu pola tertentu misalnya tergantung atas

jumlah penduduk, standard kehidupan, perkembangan ekonomi dan lain-lain.

Bila beberapa variable mempunyai relasi yang nalar pada perkembangan

telepon, maka variable tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan

perkembangannya.

c.analycal comparison

Membandingkan

tahap-tahap
perkembangan
bahwa perkembangan dari suatu Negara (wilayah) akan mengikuti (sama
dengan)

perkembangan Negara (wilayah) yang sudah lebih berkembang.

d. individual judgement

Ini ditentukan secara pribadi. Peramalan didasarkan pada pengalaman dan

informasi yang telah dikumpulkan. Tidak ada analisis secara sistematis yang

dibuat.

8.5.2

Peramalan trafik untuk perencanaan jaringan

Matriks trafik

sekarang

Jumlah sst tiap

sentral sekarang

Jumlah sst tiap

sentral y a d

Peramalan trafik

Matriks trafik

yad

Gambar 8.2 peramalan trafik untuk perencanaan jaringan

161

Untuk keperluan peramalan trafik, diperlukan data-data :


a. Matrik kondisi trafik saat ini A(0)

b. jumlah sambungan telepon per exchange saat ini N(0)

c. jumlah sambungan telepon per exchange masa yang akan datang N(0)

1. Mariks Trafik

Untuk mengidentifikasi kebutuhan trafik tiap-tiap sentral, dibuat suatu

matrik yang menggambarkan konsisi trafik dari beberapa tempat yang

berbeda.

Ke

dari

A(1
1)

� �

O A(1n)

O(1)

A(ii)

A(ij)

O(i)
j

A(ji)

A(jj)

O(j)

A(n1)

� �

T T(1)

T(i)

T(j)

A(nn)

O(n)

T(n)

Gambar 8.3 matrik trafik

Dimana :

A(ij) adalah trafik dari i ke j

A(ji) adalah trafik dari j ke i

A(ii) adalah trafik local sentral i

O(i) adalah jumlah seluruh trafik originating sentral i

T(j) adalah seluruh trafik terminating sentral j


� � � O ( i ) � � � � � � T ( j) � � �
A

(8.14)

162

2. Point to Point Forecast

Estimasi total trafik

Untuk mengestimasi total trafik dari berbagai katagori subscriber dihitung

dengan rumus :

A(t ) � � � N1 (t ) . � � � 1 � � � N2
(t ). ��� 2 � � � ...N n (t
) . � � � n

(8.15)

dimana :

Nn (t) = peramalan jumlah subscriber untuk kategori n

� � � n

= trafik pada subscriber dengan kategori n

jika tidak mungkin membagi subscriber dalam kategori-kategori maka total


trafik

yang akan dating dihitung dengan rumus :

A(t ) � � � A(0)
N (t )

N (0)
(8,16)

dimana :

N (t)

= jumlah subscriber pada tahun ke t

N (0) = jumlah subscriber pada tahun sekarang

A (t)

= jumlah trafik pada tahun ke t

A (0) = jumlah trafik pada tahun sekarang

Estimasi point to point trafik

Untuk mengestimasi trafik dari suatu sentral ke sentral lain, dihitung


dengan rumus :

163

Aij (t ) � � �

Aij (0) Wi Gi

� � � WjG

j (8.17)

Wi � � �

W j dimana :

= pertumbuhan subscriber pada suatu sentral

Gi � � �

w
N i (t )

dan

N i (0)

Gj � � �

N j (t )

N j (0)

= Bobot.

Ada beberapa metode mendapatkan bobot W

Metode

RAPP� �

� S 1 Metode

RAPP� �

� S 2 Metode

AUSTRALIAN
TELECOM

� � � Formula

RAPP���S1 Wi � � �

Ni (t )

Wj� � � N j (t )

Diasumsikan bahwa trafik per subscriber dari sentral I ke sentral j


sebanding dengan

jumlah subscriber pada sentral j

� � � Formula R A P P � � � S 2
Wi � � � N i (t ) 2

Wj� � � N j (t ) 2

diasumsikan bahwa trafik originating dan trafik terminating per


subscriber sangat

kecil

164


For
mul
a
Aust
ralia
n
Tele
com

Wi


N i (0)

� � �

N i (t ) 2

Wi � � �

N j (0)

� � �

N j (t ) 2

persamaan ini diperoleh dari penurunan R A P P � � � S 1. dari


subsutisi persamaan tersebut
1. K R U I T H O F � � � S DOUBLE FACTOR METHOD

Metode ini digunakan untuk menentukan trafik yang akan datang dari
suatu tempat ke

tempat lain atau Aij dalam matrik trafik. Dengan asumsi :

� � � Beban trafik diketahui

� � � Rencana jumlah trafik originating (jumlah baris) dan trafik


terminating (jumlah

kolom) juga telah ditentukan.

Tujuan metode ini adalah mencari konfigurasi beban trafik terbaik antara 2
sentral.

Aij � � � � � � diubah menjadi A � � � i j


���

si

so

� � � Penyesuaian

terhadap baris Aij � � � n

� � � � � �

Aij � � � n

��� 1 � � �

Oi � � � n

� � �

1 � � �

� � � Oi
� � � t � � �

(8.18)

165
Aij � � � n � � � 1 � � �

Tj� � � n � � � 1 � � �

� � � Tj� � � t � � �

(8.19)

dimana :

= iterasi ke n

Oi(t)

= trafik originating sentral i pada tahun ke t ( nilai yang

diharapkan) Tj(t)

= trafik terminating sentral j pada tahun ke t ( nilai yang

diharapkan) Note :

Untuk memperoleh konfigurasi yang optimal perlu dilakukan


beberapa iterasi.
Jika

hasil dari dua iterasi yang berurutan hasilnya sama atau mendekati maka
perhitungan

bisa dihentikan dan konfigurasi optimum telah didapat.

Contoh 8.1
� � � Perhitungan TRAFIK SENTRAL dari
WILAYAH TRAFIK

Trafik dari sentral 1 ke sentral lainnya (mis: dalam MEA)

Diketahui:

a. wilayah local dibagi dalam beberapa wilayah trafik


(no.1,2,3,dan 4). Trafik
yad

antara wilayah trafik tsb diramalkan.

b.Wilayah local dibagi dalam beberapa wilayah sentral ( wilayah sentral tidak
sama

dengan wilayah trafik)

c. Dicoba dihitung trafik yad antara sentral A dan sentral, B

d. Beberapa informasi

Sentral A : 5000 sst dari wilayah trafik I yang seluruhnya 10.000

sst 166

: 8000 sst dari wilayah trafik 2 yang seluruhnya 12.000

sst Sentral B

: 9000 sst dari wilayah trafik 3 yang seluruhnya di sentral

B 2000 sst dari wilayah trafik 4 yang seluruhnya 6000 sst

e.Dari ramalan trafik didapat:

Dari wil trafik

Ke wil trafik

Total trafik

(erl)

100
1

90

105

95

Penyelesaian:

Asumsi: trafik dari 1 sst di wilayah trafik tertentu ke 1 sst di wilayah

trafik tertentu yang lain konstan (tetap).

Dr wil

Ke wil trafik

Trafik antara 2 sst (erl)

trafik

100/(10000.9000) =
0,000001111

4
90/(10000.6000) = 0,0000015

105/(12000.9000) = 0,000000972

95/(12000.6000) = 0,000001319

Sehingga trafik yang diharapkan (yg akan ada) antara sentral A dan sentral

B dapat dihitung:

Trafik A � � � B:

5000 x 9000 x 0,000001111 +

5000 x 2000 x 0,0000015 +

8000 x 9000 x 0,000000972 +

8000 x 2000 x 0,00001319 =

167

50 + 15 + 69,98 + 21,1 = 156,08 erl

Contoh 8.2

� � � Cari matrik trafik antar sentral dari matrik trafik antar

wli sbb: Wilayah trafik I:

Jumlah sst

: 10.000
Originating trafik/sst : 0,06 erl

Distribusi trafik

: 60% ke wil I, 25 % ke wil II, 15 % ke wil III

Wilayah trafik II :

Jumlah sst

: 5.000

Originating trafik/sst : 0,05 erl

Distribusi trafik

: 50% ke wil I, 30 % ke wil II, 20 % ke wil III

Wilayah trafik III:

Jumlah sst

: 5.000

Originating trafik/sst : 0,04 erl

Distribusi trafik

: 50% ke wil I, 25 % ke wil II,


25 % ke wil III

Dilayani oleh beberapa semtral : sentrL 1 , 2 , � � � n . hitung trafik dari


senratl 1 ke

sentral 2 bila : sentral 1 melayani 5000 sst dari wil I dan 3000 sst dari wil

II, sentral 2 melayani 4000 sst dari wil I dan 2000 sst dari wil III.
Jawab:

Dr wil
Ke wil trafik

Total trafik

trafik

II

25% x 10000 x 0,06 = 150

Erl I

III

15% x 10000 x 0,06 = 90Erl

168

II

50% x 5000 x 0,05 =

125Erl II

III

20% x 5000 x 0,05 =

50Erl III

50% x 5000 x 0,04 =

100Erl III

II
25% x 5000 x 0,04 = 50Erl

6
0
%

1
0
0
0
0

0
,
0
6

3
6
0
E
r
l

T
r
a
f
i
k
Trafik dari sentral 1 ke senral 2: 72+18+30+12= 132 Erl

Contoh 8.3

� � � Pada suatu MEA dengan 2 buah sentral, diketahui trafik existing


esbagai berikut:

� � �

trafik internal sentral A = 20 erlang

� � �

trafik internal sentral B= 80 erlang

� � �

trafik dari sentral A ke sentral B = 40 erlang

� � �

trafik dari sentral B ke sentral A = 40 Erlang

Dengan menggunakan kruithoff double factor, hitunglah harga trafik di atas pada
2

tahun yang akan datang, jika saat yang diramalkan :

� � �

trafik internal sentral A + trafik dari sentral A ke B = 120 erlang

� � �

trafik internal sentral B + trafik dari sentral B ke A = 180 erlang

� � �

trafik internal sentral A + trafik dari sentral B ke A = 80 erlang

� � �
trafik internal sentral B + trafik dari sentral A ke B = 220
erlang

169

jawab :

Trafik tahun ke nol = A(0)

� �

OA

20

40

60

40

80

12
0

� �

T 60

120

180

Dr
Trafik tahun yang diramalkan = A(t)

� �

OA

120

180

� �

T 80

220

300

Dr

ke

� � � Langkah pertama :Penyesuaian


Oi � � � n � � � 1 � � �

� � � Oi � � � t � � �

AAA(1) = 20 x 120 / 60 = 40

AAB(1) = 40 x 120 / 60 = 80

ABA(1) = 40 x 180 / 120 = 60

ABB(1) = 80 x 180 / 120 = 120

170

Dari hasil perhitungan, didapatkan matrik A(1) sbb:

Dr / ke

� �

OA

40

80

120

60

12
0

18
0
100

200

300

Matrik trafik yang dihasilkan belum sesuai dengan matrik trafik yang
diharapkan,

maka dilanjutkan dengan langkah berikutnya yaitu penyesuaian


terhadap kolom.

� � � Langkah kedua : Penyesuaian

terhadap kolom Aij � � � n � � �

� � �

Aij � � � n

��� 1 � � �

Tj � � � n

� � �

1 � � �

� � � Tj
� � � t � � �

AAA(2) = 40 x 80 / 100 = 32

AAB(2) = 80 x 220/ 200 = 88

ABA(2) = 60 x 80 / 100 = 48

ABB(2) = 120 x 220 / 200 =


132

Dari hasil perhitungan, didapatkan matrik A(2) sbb:

B
88

120

48

13
2

18
0

� �

T 80

220

300

Dr

ke

Dari hasil perhitungan iterasi ke 2, matrik trafik yang dihasilkan sudah sama

dengan yang diharapkan, maka iterasi berhenti. A(2) = A(t).

171

Latihan soal :

1.

pada suatu kota mempunyai pelanggan sebanyak 37.000 sst. Yang terbagi dalam

4 area pelayanan (area I,II,III dan IV).

a. Pada area I pelanggan sebanyak 10.000 sst


c. Pada area III pelanggan sebanyak 9.000 sst

d. Pada area IV pelanggan sebanyak 6.000 sst

Sentral A melayani 5000 sst pada area I dan 8000 pada area II

Sentral B melayani 9000 sst pada area III dan 2000 pada area

IV Pada suatu saat perkiraan trafik antar area adalah sbb:

Dr

III

IV

100

90

II

105

95

ke

Hitung perkiraan intensitas trafik dari sentral A ke sentral

B 2.

Diketahui data pelanggan sbb:

Tahun/bulan Maret

Juni

Agustus
Desember

1980

65

50

68

70

1981

75

60

77

82

1982

85

70

87

95

1983

97

81

95

97
Bila trend linier mempunyai persamaan y = a + bx, Hitung jumlah
pelanggan pada

tahun 1988 untuk bulan maret, juni, agustus dan desember.

172
3.

forecasring jumlah panggilan SLJJ

jumlah panggilan SLJJ bertambah dengan bertambahnya jumlah telepon

dan derajat otomasi. Jika :

y = jumlah panggila SLJJ

x1= jumlah telepon

x2= derajat otomasi

dan terdapat data sbb:

Tahun

Panggilan SLJJ

Telepon (X1) Derajat otomasi (x2)

(juta)

88

0.235

2.53

0.53

89
0.268

2.64

0.62

90

0.315

2.75

0.70

91

0.351

2.90

0.76

92

0.400

3.05

0.81

93

0.445

3.22

0.84

94

0.500
3.39

0.89

95

0.568

3.57

0.93

96

0.630

3.76

0.97

97

0.663

3.94

0.98

persamaan regresi y � � � a� � �
bx1 � � � cx2

a. tentukan persamaan regresi di atas

b.hitung panggilan SLJJ untuk tahun 2003

4.

Diketahui matrik trafik pada tahun ke 0

sbb : Ke

1
2

� �

25

30

45

100

35

55

110

200

60

85

155

300

� �

120

170
310

600

dari

173

Dan jumlah subscriber per sentral untuk tahun ke t, diperkirakan

sbb : sentral

Ni(0)

Ni(t)

200
0

300
0

350
0

350
0

680
0

750
0

Tentukan matrik trafik pada tahun ke t, dengan menggunakan metode :

R A P P � � � S 1
5.

diketahui, keadaan trafik pada saat ini :



1
0

2
0

3
0

3
0

4
0

7
0



4
0
Trafik originating sentral 2 : 105

Trafik terminating sentral 1 : 50

Trafik terminating sentral 2 : 100

Dengan menggunakan metode kruithoff double factor Hitung :

Trafik internal sentral 1 dan 2

Trafik dari sentral 1 ke sentral 2

Trafik dari sentral 2 ke sentral

1 174

Trafik pada Aplikasi

Jaringan Bergerak
seluler

� � � T a k melakukan apa-apa merupakan kekuatan setiap

orang���. (Samuel Johnson)

Pada system jaringan seluler, rekayasa trafik meliputi : mengubah data

demografi

ke trafik, mapping sebuah grid hexagonal dalam sebuah area,

menentukan jumlah kanal per sel dan estimasi jumlah sel. Perhatikan
ilustrasi pada

gambar 9.1 dan 9.2

Gambar 9.1: satu kanal untuk satu pelanggan

Pada isitem ini 1 kanal untuk 1 pelanggan. Sehingga sistem ini mempunyai
garansi 100% tersedia, tetapi tidak efektif dalam hal biaya.

Gambar 9.2 : satu kanal untuk banyak pelanggan

175

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

Pada ilustrasi gambar 9.2, satu kanal digunakan


untuk banyak pelanggan.
System

ini menimbulkan blocking, menurunkan tingkat


pelayanan ke pelanggan. Maka

tujuan rekayasa trafik adalah membuat � � � g o o d


compromise��� antara kedua parameter

tersebut.

9.1
Jaringan
Telepon
Mobile
Seluler

Suatu wilayah jaringan mobil seluler terbagi dalam wilayah-wilayah sel

panggilan. Satu kanal frekuensi dalam satu wilayah sel panggilan hanya

dapat

melayani satu panggilan. Kanal frekuensi yang sama dapat dipakai dalam
wilayah

sel panggilan lainnya.

Bila diameter wilayah sel panggilan kecil (< 20 km), kemungkinan

pelanggan telepon mobil berpindah dari wilayah sel yang satu ke lainnya

cukup besar. Ini berarti pelanggan telepon mobil tersebut dilayani oleh lebih

dari satu
disebut :

� � � H A N D O F F � � �

RBS

MSC

RBS

Gambar 9.3: model jaringan bergerak seluler

176

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak


seluler

Dalam jaringan seluler, blocking terjadi


ketika sebuah base station tidak

mempunyai kanal yang bebas untuk dialokasi ke mobile user. Terdapat dua
macam

blocking dalam system ini : blocking untuk panggilan baru dan blocking
dari user

yang bergerak ke sel yang lain (handoff blocking).

Probabilitas blocking adalah probabilitas dimana sebuah panggilan baru

ditolak oleh system. Sedangkan probabilitas droping adalah probabilitas


sebuah

panggilan handoff ditolak oleh system atau probabilitas kegagalan


handoff, dimana

panggilan handoff ditolak oleh system.

9.2
Multiple Access dan kapasitas kanal

9.2.1
FDMA

Dalam FDMA individual kanal digunakan untuk individual user. Masing-

masing user dialokasikan sebuah kanal atau band frekuensi khusus selama
periode

panggilan, tidak ada user lain yang dapat menggunakan frekuensi yang
sama.

Kanal FDMA hanya membawa satu sirkit voice pada satu waktu. Bandwidht
kanal

FDMA relative sempit (sekitar 30 khz). Karena itu FDMA digunakan

untuk komunikasi narrowband.


Kanal yang dapat disuport dalam system FDMA adalah :

N � � �

Bt � � �

2Bgudar Bc

dimana :

(9.1)

Bt=alokasi
spectrum total

Bguard = guard band yang dialokasikan pada ujung

alokasi spectrum

Bc= BW kanal

9.2.2

TDMA

TDMA
membagi
spectrum radio
ke dalam time
hanya mengijinkan satu user yang transmit atau receive

177

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

Jumlah kanal dalam system TDMA adalah :

N � � �

m ( Btot � � � 2 Bguard)

Bc

(9.2)

dim
ana:

m = jumlah maksimum yang dapat didukung oleh masing-masing

kanal. 9.2.3

CDMA

dalam system CDMA, user menggunakan frek carier yang sama dan transmit
secara

simultan (TDD atau FDD). Masing-masing user mempunyai pseudorandom

codeword yang orthogonal dengan seluruh codeword yang lain.


Kapasitas CDMA adalah sebagai berikut :

1. single sel

2. multi sel

Pada system CDMA satu sel user terdistribusi secara uniform dalam sel

tersebut dengan BS berada di tengahnya. Untuk N menyatakan jumlah user,


maka
pada demodulator BS akan menerima dan memproses sinyal gabungan yang
terdiri

dari sinyal yang dikehendaki S dan siyal penginterferensi sebanyak (N-1)

yang sebesar S juga dengan asumsi power control sempurna. Jadi signal to

noise (interferensi) rasio untuk suatu user dapat ditulis :


SNR � � �



(N� � � 1) S � � � N


��1 � � � (9.3)

Dalam perencanaan system CDMA


parameter cukup penting untuk

diperhatikan adalah perbandingan antara energi bit dengan daya noise


interferensi

(Eb/No) yang didapat dengan membagi daya sinyal dengan laju bit informasi R,

membagi daya noise dengan lebar pita keseluruhan W dan dapat ditulis :
Eb / N o � � �

S/R

W /R



� � � N � � � 1 � � � S /W
178

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

dimana rasio W/R adalah processing gain yang telah dijelaaskan sebelumnya.
Dalam

pembahasan

ini

tidak

dibahas

secara

mendalam

teknik

modulasi

dan

performasnsinya. Akan tetapi diasumsikan bahwa suatu nilai Eb/No akan


menjamin

level performasnsi dari bit error yang dibutuhkan untuk transmisi suara

dimana kualitas suara yang baik bisa diperoleh dengan BER 10-3.
Persamaan (9.4) belum memperhitungkan background noise � � � ,
seperti

thermal noise yang terdapat dalam spread bandwidth W. bila noise tersebut

ditambahkan maka persamaan (9.4) di atas dapat ditulis menjadi :

Eb / N o � � �

W /R
� � � N � � � 1 � � � � � �
� � � /S

(9.5)

Dengan demikian kapasitas user N dari system CDMA dalam suatu sel dapat

ditulis sebagai berikut :

N� � �

1��� W /R

Eb / N o

� � �

� � �

(9.6)

untu
k
syst
em
deng
an
juml
ah
kana
l
yang
besa
r
mak
a
nois
e
akan
dido
min
asi
Pengaruh Sektorisasi

Interferensi dari user lain dapat dikurangi bila suatu sel dilakukan sektorisasi

dengan menggunakan antenna directional pada base station, baik untuk


arah kirim

dan arah terima. Bila sel dibagi menjadi 3 sektor dengan menggunakan 3
antena,

masing-masing akan memiliki beamwidth efektif 120o, interferensi yang


diterima

179

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

dari setiap antenna menjadi 1/3 bila disbanding dengan interferensi


yang diterima

oleh antenna omni directional. Hal ini akan mengakibatkan jumlah user
pada satu

sel (persamaan 2.8) menjadi 3 kali. Angka ini disebut gain sektorisasi
� � .
Dalam

kenyataan sektorisasi tidak sempurna dimana terjadi overlap beam


antenna sehingga

gain ssektorisasi � � . Mempunyai nilai 2,5 untuk 3 sektor dan 5


untuk 6 sekotr.

b) Pengaruh Aktivitas Suara

Dalam system CDMA, dengan menggunakan vocoder digital aktivitas suara

ketika percakapan sedang berlangsung dapat dimonitor. Output dari vocoder ini

mempunyai rate yang variable disesuaikan dengan pola bicara user. System
CDMA

dengan standar IS 95 rate set I menggunakan 4 variabel rate masing-


masing 9,6
Kbps, 4,8 Kbps, 2,4 Kbps dan 1,2 Kbps. Berdasarkan penelitian didapat bahwa
user

aktif berbicara selama 35%-40% dari waktu percakapan . Dengan


diaplikasikan

teknik ini maka factor intererensi pada persamaan (9.6) akan berkurang dari (N-
1)

menjadi ( N - 1 ) � � � , sehingga rata-rata Eb/No dapat ditulis

sebagai : Eb / N o � � �
W /R

� � � N � � �

1������ � � �

� � � / S (9.7)

Dari persamaan [11.10] di atas maka nilai Eb/No


bervariasi dan menjadi sebuah

random variable tergantung dari jumlah user yang aktif dan ditentukan oleh
variabel

factor aktivitas suara pada suatu saat. Secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut

Eb / N o � � �

W /R

� �

xi

(9.8)
i� � � 2

dimana xi random variable yang terdistribusi uniform yang mempunyai harga :

� � � 1, dengan probabilitas � � �

xi � � � � � �

� � � 0, dengan

probabilitas1������ 9.3

Model Transaksi

Model dari system traksaksi pada penerimaan panggilan , dapat

dijelaskan dengan algoritma berikut [13]

180

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

Gambar 9.4: proses transaksi

9.4

Skema Handoff

Terdapat tiga skema handoff yaitu, skema handoff tanpa prioritas, skema

handoffdengan fixed reservasi dan skema handoff dengan adaptif reservasi.

9.4.1

Skema handoff tanpa Prioritas

Pada skema handoff tanpa prioritas, N kanal yang terdapat pada sebuah sel

digunakan seluruhnya oleh semua panggilan termasuk panggilan handoff. Tidak


ada
prioritas atau reservasi untuk panggilan handoff.

Asumsi yang digunakan pada skema handoff tandpa prioritas adalah sebagai

berikut :

181

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

� � � Asumsi :

� � � Jumlah kanal di suatu wilayah sel tertentu : N

� � � Tidak ada kanal reservasi untuk handoff

� � � Satu panggilan memerlukan satu kanal.

� � � Dalam jam sibuk :

� � � Rate datangnya panggilan (random) handoff :


� � � , pangangli baru dibangkitkan

secara independent. Sesuai dengan preses poisson.

� � � Rate datangnya panggilan (random) yang lain : � � �

� � � Rate pelayanan untuk semua macam panggilan


(distribusi waktu pelayanan :

exponensial negative) : � � �

� � � Topologi satu dimensi

� � � Trafik homogen

Skema ini dapat dijelaskan dengan diagram transisi kondisi sebagai


berikut

� �

0
1

P(0)

P(1)

� ch

P(2)

2 �
� c h




3�

� ch

P(3)

4�

� ch

P(4)
sebagai

berikut :

� � P(k) =

��ch (k+1) P(k+1)

� � �
� � �
� � �
� � �
� � �
� � �
� � �

k=0,1,2��
�..N

(9.9)

dimana :

� � �

� � � h

� � n

= laju kedatangan
panggilan baru

� � � h

= laju kedatangan panggilan handoff

182

Trafik pada aplikasi jaringan


bergerak seluler

� � / � �
� � h / � � c h

= AH0

Pada system ini, panggilan baru dan panggilan handoff akan ditolak
bila panggilan

tersebut datang menemui semua kanal telah terpakai dan karena system ini

dapat dipandang sebagai M/M/N/N, maka probabilitas blocking dari system ini

dapat dinyatakan sebagai :


PB � � �

AN

P0

N!

(9.
10)

di
ma
na

P0




���0
pada skema handoff tanpa reservasi maka probabilitas kegagalan handoff sama

dengan probabilitas blocking

Pfh� � � PB

9.4.2

(9.12)

Skema handoff dengan


Prioritas

9.4.2.1 skema handoff


dengan fixed reservasi

Pada skema handoff dengan


fixed reservasi, R kanal dari
total N kanal dalam

sebuah sel digunakan untuk panggilan handoff. Sehingga hanya N-R


yang digunakan

untuk panggilan baru. Skema ini dapat dijelaskan dengan diagram


transisi berikut :

� �

P(0)

P(1)




N-R-1

P(N-R-1)

� �

N-R

P(N-R)

N-R+1

P (N-
R=1)

� �

ch

2�

� ch

(N-R-
1)��
ch

(N-

R)� � ch

(N-

R=1)� �

ch

N� � ch

Gambar 9.6 : Diagram transisi kondisi untuk fixed reservasi


� � � � � P(k) = � � c h (k+1) P(k+1)
� � � � � � � � � � � � � � �
� � � � � �

k=0,1,2���..N-R

� � � � � � P(k) = � � c h (k+1) P(k+1)


� � � ..� � � � � � � � � � � �
� � �= N-R+1,N-R+2,�
k � � ..N

Dari hasil persamaan kesetimbangan didapatkan harga probabilitas pada saat


k kanal

diduduki untuk kondisi 0 sampai dengan N-R adalah :

P(k) =

k!

P
(0
)

(9
.1
3)

dan harga probabilitas pada saat k kanal diduduki untuk kondisi N-R
sampai dengan

N adalah :

P � � � k � � � � � �

AHOk � � � � � � N � � � R
� � � ���N � � � R� � �
� � �
� � �


(9.14)

Dari kondisi normal didapatkan harga P

(0) P � � � 0 � � �

���

N� � � R� � � 1

� � �

Ai

���0

i!

� �

AN

(N

� �
R)


� �

AH 0i




� �
N

� �
B fh � � �

A RHo AN

��� R

P� � � 0

� � �

N!

(9.16)

Probabilitas bloking untuk semua macam panggilan lainnya terjadi


ketika sedikitnya

N-R kanal telah terpakai.

184
Trafik pada aplikasi
jaringan bergerak seluler

P � � � B

� � �

� � � AN

� � �

N� � � R

AHok
� � � � � �
N � � � R
� � �

P� � �

0� � �

k!

(9.17)
1

N� � � R� � � 1

� � �

���0

Ai

i!

� � � A(N


��R) N

� � �

AH 0i
� � � � �
� N � � �
R� � �

i!

(9.18)

k



N


� R

9.4.2.
2
Skem
a
hando
ff
denga
Baca tingkat

intrferensi

Hitung CIM, HIM

YES

HIM melebihi

TIM ?

call request ?

NO

YES

NO

Handoff

YES

NO

assign kanal baru

CIM melebihi

TIM

NO

YES

Call
ditol
ak

Gambar 9.7 : Diagram alir skema handoff dengan adaptif reservasi

185
Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

CIM atau current interference margin yaitu interferensi setelah satu kanal

ditambahkan . HIM atau handoff interference margin digunakan untuk reservasi

kanal handoff.

Pada skema ini diasumsikan panggilan handoff memerlukan daya yang sama

dengan panggilan baru. Sebuah panggilan baru atau panggilan handoff


diterima jika

HIM lebih kecil dari TIM, jika HIM lebih besar dari TIM maka hanya panggilan

handoff yang diterima dengan syarat CIM lebih kecil dari TIM.
SOAL-SOAL :

1. Suatu system pada jaringan seluler mempunyai 4 kanal frekuensi tiap


selnya

dan 1 kanal digunakan untuk kanal proteksi handover, Trafik untuk handover

sebesar 1 E dan yang lainnya 4E. tentukan :


a. probabilitas bloking panggilan handover

b.probabilitas bloking untuk panggilan yang lain

9.5

Soft Handoff

Soft Handoff merupakan salah satu keunggulan


dari system seluler CDMA.

Dengan diterapkannya soft handoff, dari beberapa penelitian disebutkan bahwa


soft

handoff dapat meningkatkan performansi system CDMA [ ] dan mengurangi


outage
probability pada daerah batas sel

[]

. Selain itu soft handoff dapat mengurangi efek

� � � p i n g - p o n g � � � yang biasa

terdapat hard handoff [ ]

. Tetapi dilain pihak soft handoff

menyebabkan pemakaian resource yang berlebih


dibandingkan dengan hard

handoff, karena satu hubungan dalam soft handoff ditangani oleh satu atau lebih
base

station [ ]

Untuk menganalisa performansi dari system soft handoff CDMA, pada

penelitian ini dibuat asumsi-asumsi sebagai berikut:

Struktur sel digambarkan sebagai daerah hexagonal seperti terlihat pada gambar
3.1.

Untuk penyederhanaan, secara geometris satu sel diasumsikan dibagi ke dalam

3 daerah (region) untuk analisis dari soft handoff, yaitu :


186

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

1. Daerah bagian dalam sel (inner cell region)

2. Daerah soft handoff (soft handoff region)

3. Daerah bagian luar sel (outer cell region)

Daerah-daerah ini dilingkupi oleh sebuah batas dalam atau inner boundars dan
sebuah batas luar atau outer boundary. Daerah yang dilingkupi oleh sebuah batas
sel

disebut dengan sebuah ordinary cell.

sel 3
b

sel 4

sel 2

BS

sel 1

overlap

region

sel 7

sel 5

sel 6

Gamba
r 9.8 :
struktu
r sel
hexago
nal

Dalam model struktur sel pada gambar 9.8 diberikan daerah yang dinamakan

overlap region, yaitu daerah antara bagian luar sel yang berdekatan yang

saling

tumpang tindih. Dalam struktur sel ini soft handoff region (SR) adalah bagian
dari 6

daerah overlap.. Daerah diluar SR dalam ordinary sel disebut dengan sebuah
(NSR).

Dalam penelitian ini, diasumsikan sebuah MS yang berada dalam daerah soft

handoff (SR) dilayani oleh 2 base station yang mempunyai kuat sinyal
yang terkuat

dan, handoff lain dapat terjadi jika sinyal pilot dari base Station (BS)
ketiga menjadi

lebih kuat daripada sinyal pilot asli.

187
Trafik pada aplikasi jaringan
bergerak seluler

9.5.1

Model Trafik soft handoff

Untuk menganalisa soft handoff


terdapat beberapa asumsi sebagai
berikut :

1. masing-masing MS tersebar
secara seragam (uniform)

2. MS bergerak dengan
kecepatan konstan dan tidak
pernah berganti arah

3.panggilan dibangkitkan dalam sel secara seragam dan MS berjalan untuk

tiap arah dengan probabilitas yang sama

1. kedatangan panggilan baru (new call arrival) mengikuti proses poisson

dengan rate � � n

1. waktu pendudukan panggilan (call holding time) Tc berdistribusi

eksponensial dengan rata-rata 1 / � � c

9.5.2
Laju kedatangan handoff merupakan fungsi dari laju panggilan baru,

mobilitas dari user, skema reservasi dan sebagainya, maka untuk menghitung
laju

panggilan handoff ( � � h ) , pertama kali yang harus dipertimbangkan


adalh kedatangan

panggilan baru dalam daerah non soft handoff (NSR) dan daerah soft handoff
(SR).

Jika diasumsikan panggilan baru datang mempunyai distribusi seragam, maka

probabilitas panggilan baru datang pada NSR (PNS) dapat dinyatakan

sebagai berikut:
PNS � � �

NSR area

Sel area

(9.19)

dan probabilitas panggilan baru datang pada SR dapat dinyatakan


sebagai berikut:

PS � � � 1

���PNS (9.20)

struktur sel berbentuk hexagonal seperti pada gambar 9.8 Dengan radius sel =
a dan

lebar overlap region = b, maka daerah soft handoff adalah :

SR � � � luas sel � � � luas inner


32
3

a3� � � � � � a

��� b � � � 2 32

3� � � 2

� � �

3� � � a� � �
� � � a � � � b
� � � 2
� � � � � �

� � �

2���

SR

���

(9.21)

188

Trafik pada
aplikasi
jaringan
bergerak
seluler

Probabilitas panggilan baru datang pada SR dapat dinyatakan


sebagai perbandingan

area soft handoff dengan area sel, maka :

PS � � �
� � �

323a2� � �
� � �

a2� � � � � � a


��b � � � 2 a2

(9.22)

Probabilitas panggilan baru meninggalkan daerah bagian dalam sel

sebelum panggilan selesai (PIi) adalah :

� � � � � � � � � t

PI i � � � Pr{Tc � � � TI i } � � �

�e c f TI i (t ) dt 0

(9.23)

dan probabilitas sebuah panggilan baru meninggalkan daerah overlap

sebelum panggilan selesai (Pvi) adalah:

� � � � � � � � � t

PV i � � � Pr{Tc � � � TV i } � � �



�e c f TV i (t ) dt 0

(9.24)

probabilitas sebuah panggilan handoff meninggalkan bagian dalam sel

sebelum panggilan selesai adalah:

� � � � � � � � � t

PI h � � � Pr{Tc � � � TI h } � � �
� � � e c f TI h (t ) dt
0

(9.25)

dan probabilitas sebuah pangggilan handoff meninggalkan daerah overlap adalah


:

� � � � � � � � � t

PV h � � � Pr{Tc � � � TV h } � � �



�e c f TV h (t ) dt 0

(9.26)

dimana :

TIi

= residual time panggilan baru dalam daerah bagian dalam

sel Tvi

= residual time panggilan baru dalam sebuah daerah overlap

189

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

Toi

= residual time panggilan baru dalam daerah bagian luar

sel TIh

= residual time panggilan handoff dlm daerah bagian dalam sel

Tvh

= residual time panggilan handoff dalam sebuah daerah


overlap
Toh

=residual time panggilan handoff dalam daerah bagian luar sel

Jika K adalah jumlah dari panggilan handoff selama waktu pendudukan Tc,
maka

probabilitas Pr{K=k} adalah :

Pr � � � {k � � � 0} � � � PNS (1
� � � PB )(1 � � � PI i ) � � �
PNS PB � � � Ps PB

(9.27)

Pr � � � {k � � � 1} � � � PNS (1
� � � PB ) PI i x h � � � Ps (1
� � � PB ) xi

(9.28)

Pr � � � {k � � � 2} � � � PNS (1
� � � PB ) PI i (1 � � � P fh ) y h x h

� � � Ps (1 � � � PB )(1

���P fh ) y i x h (9.29)
Pr � � � {k � � � 3}
� � � PNS (1 � � �
PB ) PI i {(1 � � � P f ) y h
}2 x h

� � � Ps (1 � � � PB )(1 � � � P fh ) yi

(1 � � � P fh ) y h x h (9.30)

Pr � � � {k � � � n} � � � PNS (1
� � � PB ) PI i {(1 � � � P f ) y h
} n � � � 1 xh

h
xh

(9.31)

dari persamaan (9.27) sampai dengan persamaan (9.31), total dari

probabilitas adalah

� � �

� � � P r � � � K

� � � k � � �

� � � 1k � � � 0

maka nilai rata-rata dari K adalah :

K� � � � � � k Pr{K � � � k}

��� K NS � � � K s dimana K NS adalah rata-rata

panggilan yang terjadi dalam SNR

� � �

2� � � (1 � � � P fh ) y h � � �

� � �

� � �

K Ns � � � Ps (1 � � � PB ) � � �
xi � � � (1 � � � P fh ) yi x h

� � �

{1 � � � (1 � � � P fh ) y h } � � �

� � � � � �

� � �

dan K S = adalah rata-rata panggilan yang terjadi dalam SR


190

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

� � �

2� � � (1 � � � P fh ) y h

� � �

K s � � � Ps (1 � � � PB ) � � � xi
� � � 1( � � � P fh ) y i � � � (1
� � � P fh ) y h x h

{1 � � � (1 � � � P fh ) y h }

� � � � � �

� � �

� � �

� � �

� � � � � �

dimana :

PB adalah probabilitas blocking panggilan

baru Pfh adalah probabilitas kegagalan

handoff

xi adalah probabilitas panggilan baru yang meminta handoff

tetapi tidak meminta handoff lagi

xh adalah probabilitas panggilan handoff yang meminta handoff

tetapi tidak meminta handoff lagi

yi adalah probabilitas panggilan baru yang meminta handoff dan


meminta handoff lagi

yh adalah probabilitas panggilan handoff yang meminta handoff

dan meminta handoff lagi

persamaan untuk nilai-nilai xi x h yi yh adalah sebagai berikut :

xi � � � P f h � � � (1 � � � P f ){1
� � � Pvi � � � Pvi Pa (1 � � �
PI h )}

(9.32)

xh



Pfh



(1



Pf)
{1



Pv
h



Pv h
Pa (1



PI
diasumsikan bahwa

sebuah MS berjalan dari batas daerah overlap dengan probabilitas yang sama
maka :

191

Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

2 � � � a � � �

b���

���

b Pa

� �

� �

2 � � � a � � �

b � � � ��� 4b a � � � b

(9.36)

Karena Pb � � � Pa � � � 1 , maka

terdapat hubungan : dan

1� � � xi � � � (1


�Pfh ) yi (9.37)

1� � � xh � � � (1



�Pfh ) y h (9.38)

dengan asumsi di atas, nilai K dapat


dinyatakan sebagai:
(9.39)

maka laju kedatangan panggilan handoff dapat dinyatakan sebagai :

� � � h

� � �

� � � n K (9.40)

dimana :

9.5.3

� �

� I PI

���

� � � c

���

� � � I (9.41)

� �

� V PV

���

� � � c

������ V (9.42)

x� � � Pfh
� � � (1
� � � Pfh ){1
� � � Pv
� � � Pv Pa (1
� � � PI
)}

(9.43)
tertentu. Residual time panggilan baru pada bagian dalam sel, daerah overlap
dan

bagian luar sel terdistribusi eksponensial dengan mean 1 / � � � i,


.1/
� � � v 1 / � � � o . Residual

time panggilan handoff mempunyai distribusi yang sama dengan panggilan


baru,

sehingga f TIi � � � f TIh � � � f TI , f Tvi � � �


f Tvh � � � f Tv , dan f Toi � � � f Toh � � � f To .,
juga didapatkan

hubungan xi � � � xh � � � x dan yi � � � yh
��� y

Secara umum. MS cenderung tinggal lebih lama dalam sel yang lebih besar.

Rata-rata residual time dalam sebuah sel diketahui proporsional dengan radius
sel

dan kebalikan dengan kecepatan MS. Diasumsikan bahwa rata-rata residual time

pada bagian dalam sel (inner cell), dalam ordinary cell dan pada bagian luar sel

(outer cell) proporsional dengan jarak dari tengah-tengah ke batas sel. Karena

192
Trafik pada aplikasi jaringan bergerak seluler

perbandingan dari inner cell, ordinary cell dan outer cell adalah (1-k):1:(k+1).
Maka

terdapat hubungan antara 1 / � � I ,

1/��sel, 1 / � � o sebagai berikut .

dimana 1 / � � s e l adalah

residual time dalam sebuah ordinary cell adalah:

1
1

� � � o

� � �

� � �

� �

� l le1c

� � �

llec(1

� � �

k ) (9.45)

(1 � � �

k ) (9.46)

residual time
dalam daerah
overlap dapat
dinyatakan
sebagai:

� � �
1

� � �
overlap _
ratio
� � �

� � �

� � �
9.5.4

� � �

� � �

� � �

� � �

(9.47)

Waktu pendudukan kanal

Ketika sebuah panggilan diakhiri atau sebuah MS yang sedang

berkomunikasi meninggalkan bagian luar sel, maka okupansi kanal dilepas.


Maka

waktu pendudukan kanal Tch dapat dinyatakan sebagai berikut :

Tch � � � min (Tc,To )

(9.48)

waktu pendudukan kanal mempunyai distribusi eksponensial


dengan mean 1/
� � c h .

Dimana :

� � � ch

� � �

� � � c

���

� � � o (9.49)
TO adalah residual time bagian luar sel. Karena Tc dan TO adalah mutual

independent, pdf Tch dinyatakan sebagai berikut:

f T (t ) � � � f T (t )(1 � � � FTo(t )) � � � f

To (t )(1 � � � FT (t )) c

ch

(9
.5
0)

1
9
3

Tr
af
ik
pa
da
ap
li
ka
si
ja
ri
n
ga
n
be
rg
er
ak
se
lu
le
r

di
(9.51)

dimana � � c dan � � h c adalah carried new call arrival rate


dan carried handoff call

attempt rate. Dimana � � c dinyatakan sebagai :

� � � c � � �

� � � n (1 � � � PB )

(9.52)

dan � � h c dinyatakan sebagai

� � � h c � � �

� � � n (1 � � � P fh ) 9.5.5

(9.53)

Model Hard Handoff

Karena dalam hard handoff tidak ada


margin, pada saat handoff pada batas

sel terjadi pembentukan koneksi dengan BS baru dan release dengan BS


lama secara

simultan . Kasus dimana b=0, dianggap mewakili model dari hard handoff.
� � c h dan

� � h untuk hard handoff dinyatakan sebagai:

� � � ch � � �

� � � c� � �

� � � sel (9.54)

� � �

(1 � � � PB )

� � � h� � �
� � � n cell
� � � c� � � � � � cell P fh

(9.55)

194

10

Pengukuran Trafik

� � � T a k melakukan apa-apa merupakan kekuatan setiap

orang���. (Samuel Johnson)

Pengukuran trafik erlang digunakan untuk membantu perancang jaringan

telekomunikasiuntuk mengetahui pola trafik jaringan voice. Hal ini penting

jika

mereka ingin berhasil dalam merancang topologi jaringan dan


menentukan ukuran

group trunk. Pengukuran atau estimasi trafik dapat digunakan untuk

menghitung berapa banyak saluran yang diperlukan antara system telepon dan

sentral dsb.
Selain itu pengukuran trafik di dalam jaringan mengijinkan pengelola jaringan

dan analis membuat keputusan harian dan perencanaan pengembangan jangka

waktu lama. Pengukuran trafik secara umum digunakan untuk digunakan

Identifikasi pola trafik dan trend (kecenderungan ) trafik

Menghitung intensitas trafik dalam sebuah grup sirkit


-

Memonitor sebuah layanan

Dimensioning dan pengaturan jaringan

Menghitung tariff

Dimensioning dan pengaturan jaringan pensinyalan (SS7)

Mengecek unjuk kerja dari CCS

Dalam melakukan pengukuran trafik, terdapat pertanyaan-pertanyaan mendasar

yang harus dijawab. Apa yang diukur, kapan dilakukan pengukuran, asumsi

apa yang dibuat dan kesalahan apa yang terjadi.

195

10.1 Konversi carried traffic ke offered traffic

Dalam pengukuran yang tidak memakai computer, trafik yang ditawarkan (A)

tidak segera didapat. Yang diukur adalah trafik yang diolah (Y) sedangkan trafik

yang ditawarkan harus dihitung berdasarkan trafik yang diolah hasil

pengukuran. Offered Traffic (A) paling sedikit untuk dua tujuan, yaitu :

Perencanaan jaringan
Evaluasi jaringan

Dasar metode konversi ini mudah dimengerti, tetapi sering dapat menimbulkan

frustasi bagi staf bidang trafik dalam mengintrepretasikan hasilnya.


Kesulitankesulitan tersebut dapat dilihat lebih jelas pada uraian berikut :

Rumus umum carried traffic adalah : Y � � � A(1

� � � EN ( A)) Dimana EN(A) = GOS, merupakan fungsi dari

A dan jumlah saluran n dalam berkas.

Untuk berkas sempurna dan offered traffic adalah random (poisson), EN(A)

memenuhi rumus erlang sebagai berikut :

E ( A) � � �

An

n!




i!

terlihat jelas bahwa menyatakan A secara explicit sebagai fungsi dari Y dan

n tidak dapat dibuat sehingga penyelesaiannya harus dilakukan dengan

metode iterasi. Banyak cara teknik penyelesaian tetapi yang paling

sederhana adalah pemakaian

cara���recursive���sbb :

A � � � 1 � � � 1 � � � � � �

Y
1� � � EN(A � � � i � � � )

untuk i =

0,1,2,������������..

[10.1]

dengan A0 sebagai harga permulaan dari A yang dalam hal ini diambil harga

A0=Y. proses iterasi berlangsung sampai beda antara A yang berturutan cukup

kecil.

196

Seatu hasil yang tipikal : untuk berkas dengan 15 saluran dan hasil
pengukuran Y

= 10,5 erlang dapat dilihat di table berikut :

Table 10.1 : konversi carried trafik ke offered trafik

Iterasi ke i

Trafik

Kongesti (GOS)

A(i)

E [A(i)]

10.5

0.0470

11.02
0.0593

11.16

0.0628

11.20

0.0639

11.22

0.0644

11.22

0.0644

Y= 10.5 erlang pada n = 15 saluran

Cara iterasi tersebut sederhana tetapi konvergensinya agak lamban. Cara yang

lainnya, misalnya cara Newton mempunyai konvergensi yang lebih cepat. Untuk

contoh kasus yang sama diperlukan hanya tiga langkah (i=3 bukan 5).

Sampai sedemikian jauh, kelihatannya tidak ada masalah bagi staf trafik, tetapi
hal

tersebut tidaklah benar karena beberapa sebab :

1. tidak tepatnya jumlah saluran n


jumlah saluran n yang digunakan dalam perhitungan konversi ini sering

kali salah (tidak tepat) karena adanya saluran yang rusak dalam berkas

tidak selalu dapat diketahui dengan jelas pada waktu pengukuran atau

adanya saluran-saluran yang di block /dilepas selama waktu pengukuran

tanpa diberitahukan kepada tim pengukur, sedangkan hasil konversi

dapat sangat kritis tergantung dari ketepatan jumlah saluran tersebut.

1. kepekaan model terhadap kesalahan carried trafik bila beban saluran besar

perubahan atau kesalahan harga yang kecil pada carried trafik memberikan

perubahan yang besar pada harga offered trafik sehingga kesalahan ukur

yang kecil pada harga carried traffic akan memberikan kesalahan

yang 197

besar pada harga offered traffic. (beban yang besar tersebut biasanya

terdapat pada direct route atau high usage route atau pada berkas

yang direncanakan secara salah/terlalu sedikit.

Hal ini dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 10.2: beberapa pengukuran pada berkas saluran yang terdiri atas

10 saluran

Carried traffic

(Y) Offered

traffic (A) terukur

(random traffic)
4.0

4.02

6.0

6.34

8.0

10.47

9.0

16.51

9.5

27.15

5.6

32.34*

9.7

40.83*

9.8

57.65

9.9

107.82

26%

Terlihat bahwa bila beban muatan mencapai 80-90%, harga offered traffic

meningkat dengan tajam. Kenaikan 1 % dalam carried traffic dari 9,6 ke


9,7 menghasilkan perubahan (kenaikan) sebesar 26% dalam offered traffic.

1. probabilitas pengulangan panggilan tak diketahui

probabilitas bahwa suatu panggilan yang tidak berhasil akan

mengulangi, tidak diketahui. Yang diketahui hanyalah :

bila GOS besar, probabilitas pengulangan panggilan juga besar dan

sebaliknya. Hal ini menyulitkan pula untuk mendapatkan harga

���offered trafik yang sebenarnya. Jadi offered trafik hasil konversi

merupakan

jumlah offered traffic yang sebenarnya dan offered traffic yang timbul

karena pengulangan panggilan dalam hal ini tak diketahui besarnya.

198

System pengulangan panggilan dapat dimodelkan sebagai

berikut : Bila :

offered traffic yang pertama kali (offered traffic yang sebenarnya

ditawarkan ke n saluran adalah A

panggilan yang tak berhasil punya probabilitas mengulang

sebesar: m

jumlah rata-rata percobaan pemanggilan per panggilan adalah :

p probabilitas blocking (GOS) adalah B

B� � �

En(Ap) maka

Y� � �
Ap (1
� � � B)
1

p � � �

(1 � � � Bm)

[10.2]

sehingga untuk mendapatkan � � � o f f e r e d t r a f f i c � � �


yang sebenarnya dapat

dihitung sebagai berikut :

cari harga Ap dengan cara konversi yang biasa

hitung harga offered traffic yang sebenarnya A dengan menentukan

harga probabilitas mengulang m, maka

A � � �

Y (1 � � �

Bm) (1

� � �

B)

[10.3]

table berikut menggambarkan suatu contoh hasil

perhitungan : table 10.3 contoh hasil perhitungan :

Prob mengulang

Offerered

Prob mengulang

Offered traffic

m
trafik

0.0

16.
52

0.0

5.1
0

19
9

0.1

5.0
9

0.1

15.
77

0.2

5.0
8

0.2

15.
02

0.3

5.0
7
0.4

5.06

0.4

13.51

0.5

5.05

0.5

12.76

1.0

5.00

1.0

9.00

Y=5.0 erlang, N=10 saluran

Perlu diperhatikan bahwa hasil yang didapat dengan adanya


kesulitankesulitan tersebut, kemungkinan salah cukup besar. Hal ini bukan
karena

kesalahan perhitungan computer tetapi lebih kepada kesalahan

penentuan asumsi harga-harga yang tak diketahui (mis:m).


Untuk mendapatkan harga yang mendekati kebenaran diperlukan

pengalaman-pengalaman praktek sebagai petunjuknya.

9.2 Pengulangan Panggilan

Bila :
m = probabilitas bahwa suatu panggilan yang tak perhasil akan mengulang

p = jumlah panggilan rata-rata yang dibuat oleh

pemanggil B = probabilitas bahwa panggilan di block

Maka Peristiwa-peristiwa yang terjadi adalah :

Tabel 10.4: Peristiwa pengulangan

Panggilan

Peristiwa

Probabilitas

ke� � �

� � � .

Lalu berhenti

Panngilan

pertama (1-Bm).1 + B(1-m)

berhasil atau panggilan = 1- B.m

tidak

berhasil

dan

mengulang

200

(pangilan
pertama

tak Bm(1-B).1 + BmB(1-m)

berhasil dan mengulang = Bm

� � � B2.m2 dan

panggilan

kedua = Bm(1-Bm)

berhasil ) atau (panggilan

pertama tak berhasil dan

mengulang

berhasil

dan

tapi

tak

tak

mengulang)

Panggilan pertama tak (Bm)2.(1-B).1 +

berhasil dan mengulang (Bm)2.B(1-m)

dan panggilan kedua tak = (Bm)2.(Bm)3

berhasil dan mengulang = (Bm)2. (1-Bm)

(dan
panggilan

ketiga

berhasil atau tak berhasil

tapi tak megulang)

dengan (Bm)x-1.(1-B).1 +

Sampai

panggilan ke : x-1 tak


(Bm)x-1.B(1-m)

berhasil

mengulang

dan

selalu = (Bm)x-1.(Bm)x

dan = (Bm)x-1. (1-Bm)

panggilan ke : x (berhasil

atau tak berhasil tapi tak

mengulang

Jadi : jumlah percobaan


rata-ratanya :

p� � �
� � � i( Bm) i
� � � 1 .(1
� � � Bm)
1

(1 � � � Bm)

[10.4]

sedangkan:

201

y� � � Ap (1


��B) sehingga

A � � �

Y (1

� � �

Bm) (1

� � �

B)

[10.5]

202

DAFTAR
ACUAN

1. Villy B.Iversen, Fundamental of Teletraffic Engineering, Technical


University of

Denmark, 2006

1. Javenski, Traffic Analysisi and design of wireless IP network, Artech


House,

London 2003

1. Anttalainen Tarno, Introduction to telecommunication Network


Engineering,
1. Ahmadi Djaya Sugita, Rekayasa Trafik, Diktat kuliah,Institut teknologi
Bandung,

1998

1. Fall, Introduction to Teletraffic Theory, Handout, Helsinki University of

Technologi, 2001

1. Hendrawan, Kinerja jaringan Telekomunikasi dan Komputer, Handout ITB


2005

2. Tutun Juhanna, Rekayasa Traffic Telekomunikasi, handout ITB 2009

3.Rahmad Fauzi, Pengantar Routing Trafik Telekomunikasi, USU digital

library,2001

1. Lee lansun, an introduction to Telecommunication network traffic


engineering,

Alta Telecom International Ltd, Canada, 1986

1. Haruo Akimura, Teletraffic theory and application, NTT Telecom network

laboratories, 1993

1. Rappaport, Wireless Comunications, principle & Practice,Prentice Hall

PTR,1996

1. Viswanathan Thiagarajan, Telecommunication Switching System and


Network,

Prentice Hall, India 1992

1. Lee William, Mobile communication Design Fundamental, John wiley and


sons,

inc, 1993
1. Ghanbari, principles of Performance Engineering for Telecommunication
and

information system, Short Run Press, 1997

1. Flood JF, Telecommunication Switchign, Traffic and Network, Prentice


Hall, New

york1995

1. Martine, Roberta, Basic traffic Analysisi, Basic Traffic Analysis, Prentice


Hall,

New Jersy 1994

203

Anda mungkin juga menyukai