Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM 2

Operasi Dasar Pada Sinyal


Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Praktikum Lab PTE 4
Dibimbing oleh Ibu Dr. Eng. Siti Sendari, S.T., M.T

Oleh:
ANDI SURYO HANDOYO
150534602292
S1 PTE15 OFF A

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
Sepember 2016
OPERASI DASAR PADA SINYAL

I.

II.

TUJUAN
a. Mahasiswa dapat memperlihatkan proses-proses aritmatika sinyal dan menerapkan
sebagai proses dasar dari pengolah sinyal audio.
Dasar Teori
Operasi Aritmatika Sinyal
Pada analisa system pemrosesan sinyal diskrit, deretnya dapat dimanipulasi dalam
beberapa cara. Perkalian (product) dan penambahan (sum) dari dua deret x dan y
dinyatakan sebagai sample perkalian dan pembagian dimana :
x.y={x(n)y(n)}
x+y={x(n)+y(n)}

(product)
(sum)

(1)
(2)

Perkalian dari deret x dengan sebuah nilai dinyatakan sebagai


.x = x(n - n0)
dimana n0 adalah bilangan integer.
Dalam

realita

kehidupan

sehari-hari,

(3)
khususnya

dalam

dunia

electronic

communication engineering, kita mengenal proses aritmatika pada sinyal yang


meliputi :
-

penguatan sinyal

pelemahan sinyal

penjumlahan dua buah sinyal

perkalian dua buah sinyal


Penguatan Sinyal
Penguat Sinyal (inggris=repeater) adalah sebuah perangkat elektronik yang menerima
isyarat dan mentransmisikan kembali isyarat tersebut dengan daya yang lebih tinggi,
sehingga isyarat tersebut dapat menjangkau area yang lebih luas. Penguat isyarat
(repeater) berasal dari istilah telegrafi dan merujuk ke perangkat elektromekanis yang
digunakan oleh tentara untuk regenerasi isyarat telegraf. Penggunaan istilah terus dalam
komunikasi telepon dan data. dalam industri komunikasi nirkabel adalah suatu alat
penguat isyarat yang berfungsi untuk meningkatkan daya tangkap isyarat telepon
genggam dalam suatu wilayah. Penguat isyarat terdiri dari antena penerima, penguat
sinyal, dan antena pengirim sinyal.
Manfaat dari Penguat Sinyal antara lain sebagai berikut :

koneksi tidak terputus-putus saat anda melakukan koneksi internet, kecuali


memang jaringan operator yang lagi bermasalah.

isyarat menjadi stabil dan tidak naik-turun, ini lebih baik karena menjadikan
koneksi lancar.

menjadikan modem tidak cepat panas, karena biasanya modem cepat panas
disebabkan oleh penerimaan isyarat yang tidak stabil.

memperlama masa pakai baterai, karena jika isyarat kurang baik maka selular
akan lebih banyak menguras baterai.

komunikasi semakin lancar sekalipun di daerah terpencil dan sangat jauh dari
pemukiman kota.

Peristiwa penguatan sinyal seringkali kita jumpai pada perangkat audio seperti radio,
tape, dsb. Fenomena ini dapat juga direpresentasikan secara sederhana sebagai sebuah
operasi matematika sebagai berikut:
y(t) = amp x(t)
keterangan:
y(t) = sinyal output
amp = konstanta penguatan sinyal
x(t) = sinyal input
Bentuk diagram blok dari sebuah operasi pernguatan sinyal dapat diberikan pada
gambar 1.

Gambar 1.1 Diagram Blok Penguatan Suatu Sinyal

Besarnya nilai konstanta sinyal amp >1, dan penguatan sinyal seringkali dinyataklan
dalam besaran deci Bell, yang didefinisikan sebagai:
amp_dB = 10 log(output/input)
Dalam domain waktu, bentuk sinyal asli dan setelah mengalami penguatan adalah
seperti gambar 2.

Gambar 1.2 Penguatan Sinyal


Pelemahan Sinyal (Attentuation)
Attenuation mengacu pada pelemahan sinyal selama ia berjalan melalui kabel. Ia
kadang disebut sebagai roll off. Selama sinyal mengalir melalui kawat, gelombang
kotaknya berubah bentuk sejauh ia mengalir. Jadi, attenuasi sebenarnya adalah fungsi
dari panjang kabel. Jika sinyal mengalir terlalu jauh,ia bisa menurun kualitasnya
sehingga stasiun penerimanya tidak mampu lagi menginterpretasikannya dan
komunikasi akan gagal.
Dalam arti lain atenuasi adalah melemahnya sinyal yang diakibatkan oleh adanya jarak
yang semakin jauh yang harus ditempuh oleh suatu sinyal dan juga oleh karena makin
tingginya frekuensi sinyal tersebut. Apabila sebuah sinyal dilewatkan suatu medium
seringkali mengalami berbagai perlakuan dari medium (kanal) yang dilaluinya. Ada satu

mekanisme dimana sinyal yang melewati suatu medium mengalami pelemahan energi
yang selanjutnya dikenal sebagai atenuasi (pelemahan atau redaman) sinyal.
Apabila sebuah sinyal dilewatkan suatu medium seringkali mengalami berbagai
perlakuan dari medium (kanal) yang dilaluinya. Ada satu mekanisme dimana sinyal
yang melewati suatu medium mengalami pelemahan energi yang selanjutnya dikenal
sebagai atenuasi (pelemahan atau redaman) sinyal.
Bentuk diagram blok dari sebuah operasi pernguatan sinyal dapat diberikan pada
gambar 3 berikut ini.

Gambar 1.3 Operasi Pelemahan Suatu Sinyal


Dalam bentuk operasi matematik sebagai pendekatannya, peristiwa ini dapat diberikan
sebagai berikut:
y(t) = att x(t)
Dalam hal ini nilai att < 1, yang merupakan konstanta pelemahan yang terjadi. Kejadian
ini sering muncul pada sistem transmisi, dan munculnya konstanta pelemahan ini
dihasilkan oleh berbagai proses yang cukup komplek dalam suatu media transmisi.

Gambar 1.4 Pelemahan Sinyal


Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa proses penguatan dan pelemahan sinyal
merupakan dua hal yang hampir sama. Dalam pengatan sinyal amplitudo sinyal output
lebih tinggi disbanding sinyal input, sementara pada pelemahan sinyal amplitudo sinyal
output lebih rendah disbanding sinyal input. Tetapi pada kedua proses operasi ini bentuk
dasar sinyal tidak mengalami perubahan.
Penjumlahan Dua Buah Sinyal
Proses penjumlahan sinyal seringkali terjadi pada peristiwa transmisi sinyal melalui
suatu medium. Sinyal yang dikirimkan oleh pemancar setelah melewati medium tertentu
misalnya udara akan mendapat pengaruh kanal, dapat menaikkan level tegangan atau
menurunkan level tegangannya tergantung komponen yang dijumlahkan. Sehingga pada
bagian penerima akan mendapatkan sinyal sebagai hasil jumlahan sinyal asli dari
pemancar dengan sinyal yang terdapat pada kanal tersebut.

Gambar 1.5 Diagram Blok Operasi Penjumlahan Dua Sinyal.

Secara matematis dapat diberikan sebagai berikut:


y(t) = x1(t) + x2(t)
Dalam hal ini, setiap komponen sinyal pertama dijumlahkan dengan komponen sinyal
kedua.

Gambar 1.6 Contoh Penjumlahan pada Sinyal Sinus


(a) Sinyal Masuk 1
(b) Sinyal Masuk 2
(c) Sinyal Hasil Penjumlahan
Perkalian Dua Buah Sinyal
Perkalian merupakan bentuk operasi yang sering anda jumpai dalam kondisi real. Pada
rangkaian mixer, rangkaian product modulator dan frequency multiplier, operasi
perkalian merupakan bentuk standar yang seringkali dijumpai. Bentuk diagram blok
operasi perkalian dua buah sinyal dapat diberikan seperti pada gambar 7 berikut.

Gambar 1.7 Diagram blok operasi perkalian dua sinyal.

III.

Alat dan Bahan

PC multimedia OS Windows

1 (satu) buah

Perangkat lunak Matlab

1 (satu)

IV. Hasil Praktikum


4.1 Penguatan Sinyal

gambar 1.8 penguatan sinyal 4 kali

Gambar 1.9 penguatan sinyal 5 kali

Gambar 1.10 penguatan sinyal 6 kali

Gambar 1.11 penguatan sinyal 10 kali

Gambar 1.12 penguatan sinyal 25 kali

4.2 Pelemahan Sinyal

Gambar 1.13 pelemahan sinyal 0.2 kali

Gambar 1.14 pelemahan sinyal 0.3 kali.

Gambar 1.15 pelemahan sinyal 0.5 kali

Gambar 1.16 pelemahan sinyal 0.6 kali

Gambar 1.17 pelemahan sinyal 0.8 kali


4.3 Penjumlahan dua sinyal

Gambar 1.18 penjumahan dua buah sinyal dengan nilai f2 2

Gambar 1.19 penjumahan dua buah sinyal dengan nilai f2 4

Gambar 1.20 penjumahan dua buah sinyal dengan nilai f2 5

Gambar 1.21 penjumahan dua buah sinyal dengan nilai f2 6

Gambar 1.22 penjumahan dua buah sinyal dengan nilai f2 7

4.4 Perkalian dua buah sinyal

Gambar 1.23 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai f2 2

Gambar 1.24 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai f2 4

Gambar 1.25 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai f2 5

Gambar 1.26 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai f2 7

Gambar 1.27 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai f2 10


Mengganti nilai pha

Gambar 1.28 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai pha pi/2

Gambar 1.29 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai pha 0.1*pi

Gambar 1.30 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai pha 0.25*pi

Gambar 1.31 Perkalian dua buah sinyal dengan nilai pha 1.5*pi
4.5 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio.

Gambar 1.32 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio awal dengan nilai var 0.1

Gambar 1.33 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai var 0.1

Gambar 1.34 Noise Gaussian Pada Sinyal Audio dengan nilai var 0.1

Gambar 1.35 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio awal dengan nilai var 0.2

Gambar 1.36 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai var 0.2

Gambar 1.37 Noise Gaussian Pada Sinyal Audio dengan nilai var 0.2

Gambar 1.38 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio awal dengan nilai var 0.5

Gambar 1.39 Penambahan Noise Gaussian Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai var 0.5

Gambar 1.40 Noise Gaussian Pada Sinyal Audio dengan nilai var 0.5

4.6 Proses Penguatan Pada Sinyal Audio

Gambar 1.41 Penguatan Pada Sinyal Audio awal dengan nilai amp 1,5.

Gambar 1.42 Penguatan Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai amp 1.5.

Gambar 1.43 Noise Penguatan Pada Sinyal Audio dengan nilai amp 1.5.

Gambar 1.44 Penguatan Pada Sinyal Audio awal dengan nilai amp 1,7.

Gambar 1.45 Penguatan Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai amp 1,7.

Gambar 1.46 Noise Penguatan Pada Sinyal Audio dengan nilai amp 1.7.

Gambar 1.47 Penguatan Pada Sinyal Audio awal dengan nilai amp 2

Gambar 1.48 Penguatan Pada Sinyal Audio akhir dengan nilai amp 2

Gambar 1.49 Noise Penguatan Pada Sinyal Audio dengan nilai amp 2
IV.

ANALISA

5.1 Penguatan sinyal


Pada percobaan praktikum yang sudah kami lakukan, bahwa sinyal awal akan
mengalami proses penguatan sesuai dengan nilai penguatan yang diinginkan. Hal
tersebut dapat dibuktikan pada gambar 1.8. Sinyal mengalami proses penguatan sebesar
4 kali, amplitudo sinyal output lebih tinggi dibanding sinyal input. Namun bentuk dasar
sinyal tidak mengalami perubahan. Periode atau T yang digunakan adalah 2. Persamaan
geombangnya adalah y1=sin(2*pi*t). dimana dari persaman tersebut didapat amplitude
dari gelombang sinus yang dihasilkan adalah 1, dengan beda fase pi atau 180o. jumlah
gelombangnya adalah 2 gelombang karena periodenya adalah 2.

5.2 Pelemahan Sinyal


Dari hasil praktikum yang sudah kami lakukan, sinyal mengalami proses
pelemahan apabila nilai konstanta penguatan kurag dari nilai input awal sinyal. Pada
salah satu hasil percobaan gambar 1.15. Amplitude pada kondisi awalnya adalah 1,
sedangkan nilai amplitude setelah mengalami pelemahan menjadi 0.5. Jadi bisa
dikatakan bahwa terjadi pelemahan sinyal 0.5 kali dari keadaan semula. Sinyal
amplitudo sinyal output akan lebih rendah daripada sinyal input. Pelemahan sinyal tidak
akan merubah bentuk dasar sinyal
5.3 Penjumlahan dua buah sinyal

Penjumlahan dua buah sinyal terdiri dari sinyal input 1, sinyal input 2. Proses
penjumlahan dilakukan dengan menjumlahkan setiap komponen sinyal pertama dan
kedua untuk setiap nilai t yang sama. Perlu diketahui bahwa antara gelombang pertama
dan kedua memiliki fase dan frekuensi yg berbeda. Gelombang pertama memiliki
frekuensi 1 Hz, sedangkan gelombang kedua memiliki frekuensi 2Hz. Dalam matematis
dituliskan : g(t) = f(t) + h(t) = sin(ft) + sin(2ft). Sehingga pasti terjadi perubahan
bentuk gelombang setelah dijumlahkan. Amplitude masing masing gelombang sebelum
dijumlahkan adalah 1, ketika dijumlahkan nilai amplitudonya menjadi 2. Setelah diubah
nilai frekuensi pada gelombang kedua, hasil penjumlahan kedua sinyal berbeda dengan
hasil penjumlahan sebelumnya. Gelombang kedua diberikan nilai frekuensi 10 Hz
dengan fase 900.
Penggantian nilai pha
Fase dari kedua gelombang tidak terlalu berbeda banyak. Hanya terdapat pergeseran
amplitude tanpa mengubah bentuk dasar gelombang pada y2. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 1.29 dan gambar 1.30.
5.4 Perkalian dua buah sinyal
Dalam operasi matematika perkalian antar 2 sinyal, setiap komponen ke-t sinyal
pertama dikalikan dengan komponen ke-t sinyal kedua. Setiap komponen dari sinyal
pertama dikalikan dengan komponen sinyal kedua untuk setiap nilai t yang sama. Secara
matematis dapat dituliskan: g(t)=f(t) x h(t)= sin(ft) x sin(2ft+/2). Sehingga hasil
perkalian kedua sinyal tersebut adalah sebagai berikut. Tidak ada perubahan terhadap
amplitudonya. Nilai amplitude kedua sinyal adalah 1, setelah dikalikan nilainya akan
tetap 1. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.23 dan 1.24.

Penggantian nilai pha


Fase dari kedua gelombang tidak terlalu berbeda banyak. Hanya terdapat
pergeseran amplitude tanpa mengubah bentuk dasar gelombang pada y2. Hal ini dapat
dilihat pada gambar 1.29 dan gambar 1.30. hasil dari perkalian akan mengacu pada data
y1 dan y2.

5.5 Penambahan Noise Gaussian pada Sinyal Audio.


Dari hasil praktikum yang kita lakukan. Bahwa apabila nilai var diubah, maka
amplitude dari gelombang noisenya pun berubah. Ketika var = 2, maka amplitudo dari
gelombang noise menjadi 2 kali lipat. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.35 s.d gambar
1.37. Keadaan tersebut juga terjadi pada nilai var selanjutnya. Dan pada saat kita terus
menaikkan besar var-nya maka semakin besar amplitude noisenya, dan pada suatu
waktu, gelombang dari audiowav-nya akan tertutup oleh gelombang noise-nya.
5.6 Proses Penguatan pada Sinyal Audio.
Dari hasil percobaan yang kami lakukan didapatkan bahwa besar atau kecilnya
amplitudo menentukan volume suara yang dihasilkan. Selain itu, besar frekuensi juga
menentukan intensitas suara yang muncul. Selang waktu yang diberikan akan
menentukan lama tidaknya suara tidak berbunyi.
VI. Kesimpulan
1. Apabila suatu sinyal dikalikan dengan konstanta yang bernilai lebih dari |1|(a > |
1|), sinyal dikatakan mengalami penguatan. Dan sebaliknya, apabila suatu sinyal
dikalikan dengan konstanta yang bernilai kurang dari |1| (a <|1|), sinyal
dikatakan mengalami pelemahan.
2. Ketika dua buah sinyal dengan frekuensi yang berbeda dijumlahkan, akan
dibentuk sinyal baru yang frekuensinya akan mengikuti sinyal awal yang
memiliki frekuensi lebih tinggi dari pada sinyal awal yang lainnya.
3. Ketika dua buah sinyal dengan fase yang berubah dijumlahkan, sinyal-sinyal
dengan fase yang sama akan saling menguatkan, sementara sinyal-sinyal yang
memiliki fase berlawanaan akan saling melemahkan.
4. Penambahan noise Gaussian terhadap sinyal

audio

mengakibatkan

audiokeluaran menjadi tidak jelas. Semakin besar nilai dari noise Gaussian
yangdiberikan, audio keluaran akan semakin bergemuruh dan tidak jelas

VII. DAFTAR RUJUKAN


1. Modul Operasi dasar pada sinyal , asisten dosen praktikum Lab pte 4 2016

2. Pembangkitan-sinyal-dengan-memanfaatkan.html
http://www.komandan.net/2015/01/ diakses pada 19.43 15 september 2016
3. Tri Budi Santoso dan Miftahul Huda.Pengolahan Informasi Wicara Perekaman
dan Pengeditan Sound Card Matlab PC Multimedia Microphone, Modul 1
Praktikum,
http://www.eepisits.edu/~tribudi/LN_SIP_Prak/rev_01_Speech_prak_1_Matlab.
pdf, diupdate tanggal 2 Maret 2010
4. Tri Budi Santoso dan Miftahul Huda. Operasi Dasar Pada Sinyal, Modul 3
Praktikum, www.eepisits.edu/~tribudi/LN_Sinyal_sistem.../prak_SinyalSistem_3.pdf

Anda mungkin juga menyukai