Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM SINYAL SISTEM LINIER

PEMBANGKITAN SINYAL DISKRIT


Jenjen Ahmad Zaeni (1177070044)
Mahasiswa, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jalan A.H. Nasution No. 105, Cipadung, Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat 40614 INDONESIA
(telp: (022) 7800525; fax: (022) 7803936; email: jenjenahmad47@gmail.com)

Abstract— In communication system, signal processing, and


electrical engineering, signal is a function that conveys 1.2. Tujuan
information about the behaviour or attributes of some 1. Membangkitkan beberapa jenis sinyal waktu diskrit
phenomenon. There are four kind of signals according to dasar yang banyak digunakan dalam analisa Sinyal
independent variable’s value, that is continuous signals, discrete dan Sistem.
signals, periodic signals, and aperiodic signals. Discrete signals are
the signals or quantities that can be defined and represented at II. LANDASAN TEORI
certain time instants of the sequence.

Intisari— Dalam system komunikasi, pengolahan sinyal, dan 2.1. Konsep Dasar Tentang Sinyal
teknik elektro, sinyal adalah suatu fungsi yang menyampaikan Sinyal merupakan sesuatu yang secara kuantitatif bisa
informasi mengenai perilaku atau atribut dari beberapa terdeteksi dan digunakan untuk memberikan informasi
fenomena. Ada empat jenis sinyal berdasarkan nilai variabel yang berkaitan dengan fenomena fisik. Contoh sinyal
bebas, yaitu sinyal kontinyu, sinyal diskrit, sinyal periodik dan yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, suara
sinyal aperiodik. Sinyal diskrit adalah sinyal atau jumlah yang manusia, cahaya, temperatur, kelembaban, gelombang
bisa didefinisikan dan direpresentasikan pada saat waktu tertentu
radio, sinyal listrik, dsb. Sinyal listrik secara khusus akan
dari urutan.
menjadi pembicaraan di dalam praktikum ini, secara
normal diskpresikan di dalam bentuk gelombang
Kata Kunci— sinyal, waktu, fungsi, diskrit.
tegangan atau arus. Dalam aplikasi bidang rekayasa,
banyak sekali dijumpai bentuk sinyal-sinyal lingkungan
yang dikonversi ke sinyal listrik untuk tujuan
I. PENDAHULUAN memudahkan dalam pengolahannya.
Secara matematis, sinyal biasanya dimodelkan sebagai
suatu fungsi yang tersusun lebih dari satu variabel bebas.
1.1. Latar Belakang Contoh variabel bebas yang bisa digunakan untuk
merepresentasikan sinyal adalah waktu, frekuensi atau
Sinyal merupakan sesuatu yang secara kuantitatif bisa
koordinat spasial. Sebelum memperkenalkan notasi yang
terdeteksi dan digunakan untuk memberikan informasi
digunakan untuk merepresentasikan sinyal, berikut ini
yang berkaitan dengan fenomena fisik. Contoh sinyal
kita mencoba untuk memberikan gambaran sederhana
yaitu gelombang radio, cahaya, dll. Secara matematis
berkaitan dengan pembangkitan sinyal dengan
sinyal biasanya dimodelkan sebagai suatu fungsi yang
menggunakan sebuah sistem.
tersusun lebih dari satu variabel bebas. Contoh variabel
Salah satu cara mengklasifikasi sinyal adalah dengan
bebas yang bisa digunakan untuk merepresentasikan
mendefinisikan nilai-nilainya pada variabel bebas t
sinyal adalah waktu, frekuensi atau koordinat spasial.
(waktu). Jika sinyal memiliki nilai pada keselutuhan
Salah satu cara mengklasifikasi sinyal adalah dengan
waktu t maka didefinisikan sebagai sinyal waktu kontinyu
mendefinisikan nilai-nilainya pada variabel bebas t
atau continuous-time (CT) signal. Di sisi lain, jika sinyal
(waktu). Jika sinyal memiliki nilai pada keseluruhan
hanya memiliki nilai pada waktu-waktu tertentu (diskrit),
waktu t maka didefinisikan sebagai sinyal waktu kontinyu
maka bisa didefinisikan sebagai sinyal waktu diskrit atau
atau continuous-time (CT) signal. Disisi lain jika sinyal
discrete-time (DT) signal.
hanya memiliki nilai pada waktu-waktu tertentu (diskrit),
maka bisa didefinisikan sebagai sinyal waktu diskrit atau
2.2. Sinyal Waktu Diskrit
discrete-time (DT) signal.
Sinyal waktu diskrit atau lebih kita kenal sebagai sinyal
Pada laporan ini akan dipaparkan penjelasan mengenai
diskrit memiliki nilai-nilai amplitudo kontinyu (pada
pembangkitan sinyal waktu diskrit beserta aspek-aspek
suatu kondisi bisa juga amplitudonya diskrit), dan muncul
yang menyertainya.
pada setiap durasi waktu tertentu sesuai periode sampling
yang ditetapkan. Pada teori system diskrit, lebih Di dalam pembahasan pada sinyal sinusoida waktu
ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada kontinyu, dinyatakan bahwa sinyal sinusoida sinyal x(t) =
sejumlah nilai x, dimana nilai yang ke-n pada deret x(n) sin(ω 0 t+θ) selalu periodik. Sementara di dalam sinyal
akan dituliskan secara formal sebagai: waktu diskrit, sinyal sinusoida akan memenuhi kondisi
x = { x ( n )} ; −∞< n <∞ periodic jika dan hanya jika nilai Ω 0 /2π merupakan
Seperti halnya sinyal waktu kontinyu yang memiliki bilangan bulat.
bentuk-bentuk sinyal dasar, sinyal waktu diskrit juga Adapun fungsi eksponensial waktu diskrit dengan
tersusun dari fungsi dasar sinyal seperti sinyal impuls sebuah frekueni sudut sebesar Ω 0 didefinisikan sebagai
diskrit, sekuen step, sekuen ramp, sekuen rectangular, berikut:
sinusoida diskrit dan exponensial diskrit. x[k]= e ( σ+ jΩo ) k = e σk ( cosΩok + jsinΩok )
Sinyal impuls waktu diskrit atau sinyal diskrit impulse
juga dikenal sebagai suatu Kronecker delta function atau III. METODOLOGI PERCOBAAN
disebut juga sebagai DT unit sample function, 3.1. Prosedur Percobaan
didefinisikan dengan persamaan matematik seperti
1. Klik Icon MATLAB
berikut.
2. Klik Editor – New – Script atau tekan Ctrl+N.
3. Klik Save atau Ctrl+S, kemudian simpan dengan nama
yang dikehendaki.
a. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step
Sedikit berbeda dengan fungsi impulse pada sinyal waktu 1) Buat program sebagai berikut.
kontinyu, fungsi simpulse pada sinyal waktu diskrit tidak %File Name:sd_1.m
memiliki ambiguity pada pendefinisiannya, karena %Pembangkitan Sekuen Step
dengan mengacu pada persamaan (2-2) cukup jelas bahwa L=input('Panjang Gelombang(=40)=');
sinyal ini merupakan sinyal yang hanya sesaat muncul P=input('Panjang Sekuen(=5)=')
sesuai dengan time sampling yang digunakan. Dan antar for n=1:L
satu sampel ke sampel berikutnya ditentukan oleh periode if (n>=P)
samplingnya. step(n)=1;
Sekuen step sinyal waktu diskrit bisa else
direpresentasikan dalam persamaan matematik sebagai step(n)=0;
berikut: end
end
x=1:L;
stem(x,step)
Dimana nilai u[k] akan konstan (bias bernilai 1 atau yang 2) Lakukan perubahan pada nilai P (panjang
lainnya) setelah waktu k > 0. Perbedaan dengan fungsi sekuen) pada Command Window menjadi 15,
step waktu kontinyu adalah bahwa dalam sekuen step 25, dan 35.
waktu diskrit, sinyal akan memiliki nilai pada setiap b. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
periode waktu tertentu, sesuai dengan periode samping 1) Buat program sebagai berikut.
yang digunakan. %File Name:Sd_2.m
Seperti pada pembahasan sinyal waktu kontinyu, %Pembangkitan Sekuen Pulsa
fungsi ramp untuk sinyal waktu diskrit bisa dinyatakan L=input('Panjang Gelombang(=40)=');
dalam persamaan matematik sebagai berikut: P=input('Panjang Sekuen(=5)=')
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
Sinusoida diskrit bisa direpresentasikan dalam step(n)=0;
persamaan matematik sebagai berikut: end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
2) Lakukan perubahan pada nilai P (panjang
sekuen) pada Command Window menjadi 15,
25, dan 35.
c. Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
1) Buat program sebagai berikut.
Di mana Ω 0 adalah frekuensi angular pada waktu diskrit. %File name : sd_3.m
Fs=20; %frekuensi sampling Dalam program tersebut, terdapat dua input.
t=(0:Fs-1)/Fs; %proses normalisasi Yang pertama adalah input panjang gelombang
s1=sin(2*pi*2*t); yang disimbolkan dengan L dan input panjang
stem(t,s1) sekuen yang disimbolkan dengan P. Nilai diinput
axis([0 1 -1.2 1.2]) pada Command Window sehingga ketika di-run,
2) Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga figurenya belum akan muncul sebelum nilai input
bernilai 40, 60 dan 80.
dimasukkan.
d. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen
Nilai P yang dimasukkan berbeda-beda,
Konstan
1) Buat program sebagai berikut. dimulai dari 5, 15, 25 hingga 35, dengan panjang
%File Name : Sd_4.m gelombang yang tetap yaitu 40. Ketika input nilai
%Pembangkitan Sekuen Konstan panjang sekuennya 5, maka amplitudonya akan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =') bernilai 0 sampai sebelum sekuen ke-5. Begitu
sekuen(1:L)=1; %Besar Amplitudo pula seterusnya, ketika input yang dimasukkan
stem(sekuen) adalah 15, 25, dan 35, maka amplitudonya akan
xlabel('Jumlah Sekuen (n)') bernilai 0 sampai sebelum sekuen ke 15, 25, dan
ylabel('Amplitudo Sekuen') 35. Nilainya bernilai 1 untuk nilai sekuen yang
title('Sinyal Sekuen Konstan') dimasukkan sampai dengan seterusnya.

4. Klik Run untuk menampilkan figure sinyal. 4.2. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
1. Variasi Panjang Sekuen
a. Program
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
%File Name:Sd_2.m
4.1. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step %Pembangkitan Sekuen Pulsa
1. Variasi Panjang Sekuen L=input('Panjang
a. Program Gelombang(=40)=');
%File Name:sd_1.m P=input('Panjang Sekuen(=5)=')
%Pembangkitan Sekuen Step for n=1:L
L=input('Panjang if (n==P)
Gelombang(=40)='); step(n)=1;
P=input('Panjang Sekuen(=5)=') else
for n=1:L step(n)=0;
if (n>=P) end
step(n)=1; end
else x=1:L;
step(n)=0; stem(x,step)
end axis([0 L -.1 1.2])
end
x=1:L; % (Nilai Panjang Sekuen diubah
stem(x,step) dari 5 menjadi 15, 25, dan 35)
% (Nilai Panjang Sekuen diubah b. Figure
dari 5 menjadi 15, 25, dan 35)

b. Figure

Da
ylabel('Amplitudo Sekuen')
title('Sinyal Sekuen Konstan')
Sebagaimana terlihat dalam figure yang b. Figure
disajikan, sekuen yang bernilai amplitudo 1 secara
spesifik terdapat pada sekuen ke-5, 15, 25, dan 35.
Adapun selain dari itu adalah bernilai 0. Dengan
demikian, input yang dimasukkan akan bernilai
amplitudo 1 jika diprogram sebagaimana program
tersebut.

4.3. Pembentukan Sinyal Sinus Waktu Diskrit


a. Program
%File name : sd_3.m
Fs=20; %frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs; %proses normalisasi
s1=sin(2*pi*2*t);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

(Nilai Fs diubah dari 20 menjadi


40, 60, dan 80) Figure tersebut menampilkan bahwa sinyal
konstan pada nilai yang sama memengaruhi jumlah
b. Figure sekuen. Selain itu, nilai sekuen sinyal konstan ini
berbanding lurus dengan jumlah amplitudo yang telah
ditentukan.

V. KESIMPULAN
1. . Sinyal merupakan sesuatu yang secara kuantitatif bisa
terdeteksi dan digunakan untuk memberikan informasi
yang berkaitan dengan fenomena fisik. Jika sinyal hanya
memiliki nilai pada waktu-waktu tertentu (diskrit), maka
bisa didefinisikan sebagai sinyal waktu diskrit atau
discrete-time (DT) signal. Terdapat beberapa jenis sinyal
waktu diskrit, beberapa di antaranya adalah Sinyal Waktu
Diskrit Sekuen Step, Sinyal Waktu Diskrit Sekuen Pulsa,
Sinyal Sinus Waktu Diskrit, dan Sinyal Waktu Diskrit
Sekuen Konstan. Masing-masing dari sinyal tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain.

REFERENSI
Sebagaimana terdapat dalam program, sinyal
Hans J, W. 1996. Sinyal dan Sistem Linier Edisi Ke-3. Jakarta: Erlangga
tersebut akan berbentuk sinusoidal dikarenakan Nuh, Mohammad dan Dutono, Titon. 2000. Dasar-Dasar Sistem Pengolahan
terdapat persamaan s1=sin 2*pi*2*t. Adapun sinyal Sinyal. Surabaya: PENS-ITS.
tersebut adalah sinyal diskrit karena perintah stem. https://chegg.com/homework-help/definitions/continuous-and-discrete-
Nilai frekuensi sampling berubah dari 20 Hz menjadi signals-4/
40, 60, dan 80. Dengan berubahnya nilai frekuensi
tersebut, maka sinyal waktu diskrit akan semakin rapat.

4.4. Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Konstan


a. Program
%File Name : Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20)
=')
sekuen(1:L)=1; %Besar Amplitudo
stem(sekuen)
xlabel('Jumlah Sekuen (n)')

Anda mungkin juga menyukai