Kelas : XI IPS 2
Mapel : Sejarah Indonesia
Kegiatan Belajar 1
1. Kebijakan Pertugis dan Belanda di Indonesia
Datangnya bangsa barat ke Indonesia tujuan awalnya adalah untuk mencari sumber rempah-
rempah untuk dijual ke pasar Eropa dengan keuntungan yang bisa dikatakan tinggi. Namun
seiring berjalannya waktu, tujuan mereka semakin menjalar, jadi mereka tidak hanya mencari
rempah-rempah saja, namun ingin melaksanakan monopoli perdagangan dan ingin menanamkan
kekuasaan di Indonesia yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga terbentuklah kekuasaan
kolonial di Indonesia.
Kebijakan VOC
Berikut adalah kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial belanda masa voc, yang diberkan hak-
hak istimewa (hak oktri) yaitu:
2. Sebelum bangsa Eropa datang dan menjajah, rakyat Indonesia hidup di bawah kekuasan kerajaan-
kerajaan Nusantara.
Bangsa Eropa yang pertama datang untuk menjajah adalah Portugis. Sama seperti Belanda,
Portugis berusaha menguasai Nusantara dan kekayaannya.
Bangsa Indonesia awalnya menyambut ramah kedatangan Portugis. Namun rakyat berbalik
melawan setelah mengetahui niat tamak Portugis.
3. Perlawanan bangsa di setiap daerah
Perang Padri
Perang Padri diawali dengan konflik antara Kaum Padri dengan Kaum Adat terkait pemurnian
agama Islam di Sumatera Barat. Kaum Adat masih sering melakukan kebiasaan yang
bertentangan dengan Islam, seperti berjudi dan mabuk-mabukan. Kaum Padri yang terdiri dari
para ulama menasihati Kaum Adat untuk menghentikan kebiasaan tersebut, Kaum Adat
menolaknya, sehingga terjadi perang yang berlangsung tahun 1803–1821. Perang diakhiri
dengan kekalahan Kaum Adat.
Kondisi tersebut lalu dimanfaatkan Belanda untuk bekerja sama dengan Kaum Adat guna
melawan Kaum Padri. Belanda memang bertujuan untuk menguasai wilayah Sumatera Barat.
Salah satu tokoh pemimpin Kaum Padri adalah Tuanku Imam Bonjol. Fase perang ini
berlangsung tahun 1821 – 1838. Tuanku Imam Bonjol lalu mengajak Kaum Adat agar
menyadari tipuan Belanda dan akhirnya bersatu melawan Belanda. Perang diakhiri dengan
kekalahan di pihak Padri dan Adat karena militer Belanda yang cukup kuat.
Perang Pattimura
Pada 1817, Belanda juga berusaha menguasai Maluku dengan monopoli perdagangan. Rakyat
Maluku yang dipimpin Thomas Matulessy (Pattimura) menolaknya dan melakukan
perlawanan terhadap Belanda. Pertempuran sengit terjadi di benteng Duurstede, Saparua.
Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran, rakyat Maluku terdesak. Perlawanan
rakyat Maluku melemah akibat tertangkapnya Pattimura dan Martha Christina Tiahahu.
Perang Diponegoro
Perang Diponegoro adalah perang terbesar yang dialami Belanda. Perlawanan ini dipimpin
Pangeran Diponegoro yang didukung pihak istana, kaum ulama, dan rakyat Yogyakarta.
Perang ini terjadi karena Belanda memasang patok-patok jalan yang melalui makam leluhur
Pangeran Diponegoro. Perang ini terjadi tahun 1825 – 1830. Pada tahun 1827, Belanda
memakai siasat perang bernama Benteng Stelsel, yaitu setiap daerah yang dikuasai didirikan
benteng untuk mengawasi daerah sekitarnya. Antara satu benteng dan benteng lainnya
dihubungkan pasukan gerak cepat, sehingga ruang gerak pasukan Diponegoro dipersempit.
Benteng Stelsel belum mampu mematahkan serangan pasukan Diponegoro. Belanda akhirnya
menggunakan tipu muslihat dengan cara mengajak berunding Pangeran Diponegoro, padahal
sebenarnya itu berupa penangkapan. Setelah penangkapan, gerak pasukan Diponegoro mulai
melemah. Belanda dapat memenangkan perang tersebut, namun dengan kerugian yang besar
karena perang tersebut menguras biaya dan tenaga yang banyak.
Perang Banjar
Perang ini dilatarbelakangi oleh Belanda yang ingin menguasai kekayaan alam Banjar, serta
keikut-campuran Belanda dalam urusan kesultanan. Akibatnya, rakyat yang dipimpin
Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda
sekitar tahun 1859. Serangkaian pertempuran terus terjadi hingga Belanda menambahkan
kekuatan militernya. Pasukan Pangeran Hidayatullah kalah, karena pasukan Belanda lebih
unggul dari segi jumlah pasukan, keterampilan perang pasukannya, dan peralatan perangnya.
Perlawanan rakyat Banjar mulai melemah ketika Pangeran Hidayatullah tertangkap dan
dibuang ke Pulau Jawa, sementara itu Pangeran Antasari masih melakukan perlawanan secara
gerilya hingga ia wafat.
Perang Aceh
Perang Aceh dilatarbelakangi Traktat Sumatra (1871) yang menyebutkan bahwa Belanda
bebas meluaskan wilayah di Sumatera termasuk Aceh. Hal ini ditentang Teuku Cik Ditiro,
Cut Mutia, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, dan Panglima Polim. Belanda mendapatkan
perlawanan sengit dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berperang dengan jihad, sehingga
semangatnya untuk melawan Belanda sangat kuat.
Untuk menghadapinya, Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya dan
karakter rakyat Aceh. Ia menyarankan agar pemerintah Belanda menggempur pertahanan
Aceh bertubi-tubi agar mental rakyat semakin terkikis, dan memecahbelah rakyat Aceh
menjadi beberapa kelompok.
Hal ini menimbulkan kesan bahwa semua orang kulit putih (kolonial) memiliki perangai yang
sama alias kejam. Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila
kepala Walak Tondano, dan Ukung Sumondak kepala Walak Tompaso.
Hampir semua penulis menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya Perang Tondano
keempat (terakhir), adalah bahwa Minahasa tidak mau menyediakan tentara untuk kepentingan
militer Hindia-Belanda (lihat Wenas 2007). Dikemukakan oleh Supit (1991), “para penulis barat
dalam tulisan sepintas senantiasa menyatakan bahwa penyebab terjadinya peristiwa itu, adalah
karena masalah “rekrutering” atau “ketentuan menjadi serdadu” bagi para pemuda Minahasa
untuk dikirim ke Jawa guna menghadapi perjuangan tentara Inggris.
2. Perang Tondano II berlangsung cukup lama, bahkan sampai agustus 1809. Dalam suasana
kepenatan dan kekurangan makanan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada Belanda.
Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan.
Akhirnya pada tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para pejuang hancur
bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dari pada
menyerah.
4. Perang Pattimura terjadi karena beberapa sebab, diantaranya yaitu adanya aturan Pelayaran Hongi
atau monopoli rempah-rempah. Berlakunya Hak Ekstirpasi, yaitu pemusnahan pohon cengkeh dan
pohon pala, khususnya bagi mereka yang tidak mau mengikuti aturan monopoli.
Dampak atau Akibat Perlawanan Pattimura Pada tanggal 16 desember 1817 Pattimura dihukum
gantung di alun-alun kota ambon Christina Martha Tiahahu juga tertangkap dan dibuang ke jawa
. Masyarakat Maluku masih terikat oleh kerja rodi oleh belanda. Semakin kokohnya penguasaan
Belanda atas wilayah Maluku.
5. Dalam penyerbuan ke Benteng Duurstede, Kapitan Pattimura dibantu oleh tokoh-tokoh pejuang
Maluku lainnya, termasuk Anthony Reebook, Philip Latumahina, Melchior Kesaulya, Said
Parintah, juga Paulus Tiahahu beserta putrinya, Christina Martha Tiahahu.
Kegiatan Belajar 2
1. (gambar 1) Pangeran Harya Dipanegara adalah salah seorang pahlawan nasional Republik
Indonesia, yang memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa selama periode tahun 1825
hingga 1830 melawan pemerintah Hindia Belanda
2. (gambar 2) Tuanku Imam Bonjol adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang
berperang melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama Perang Padri pada
tahun 1803–1838. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Ayo berlatih 2!
1. Latar Belakang Terjadinya Perang Padri
Perang Padri adalah peperangan yang berlangsung di daerah Minangkabau (Sumatra Barat) dan
sekitarnya terutama di kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 hingga 1838.Perang ini merupakan
peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah agama sebelum berubah
menjadi peperangan melawan penjajahan.
Istilah Padri berasal dari kata Pidari atau Padre, yang berarti ulama yang selalu berpakaian
putih.Para pengikut gerakan padri biasanya memakai jubah putih.Sedangkan kaum adat memakai
pakaian hitam.Selain itu juga ada yang berpendapat bahwa disebut gerakan Padri karena para
pemimpin gerakan ini adalah orang Padari, yaitu orang-orang yang berasal dari Pedir yang telah
naik haji ke Mekah melalui pelabuhan Aceh yaitu Pedir.
Adapun tujuan dari gerakan Padri adalah memperbaiki masyarakat Minangkabau dan
mengembalikan mereka agar sesuai dengan ajaran Islam yang murni yang berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadist.Gerakan ini mendapat sambutan baik di kalangan ulama, tetapi mendapat pertentangan
dari kaum adat.
2. perang periode pertama adalah perang antara kaum padri melawan kaum adat yang dibantu
Belanda. dalam perang ini Belanda mengambil kesempatan untuk menduduki beberapa wilayah di
sumatera barat setelah melakukan perjanjian dengan kaum adat. perang ini ditandai dengan
pelanggaran perjanjian perdamaian antara kaum Paderi dan Belanda yang dilakukan oleh Belanda.
namun perang ini juga diakhiri dengan diadakannya perjanjian perdamaian oleh belanda di
padang, karena belanda menarik pasukannya untuk menghadapai pangeran diponegoro.
b. sedangkan perang paderi kedua terjadi karena belanda yang mendirikan pos di wilayah
kekuasaan kaum paderi. perang ini diakhiri dengan menyerahnya tuanku nan alahan (salah satu
pejuang kaum paderi) kepada belanda.
4. Benteng Stelsel, Taktik Belanda untuk Kalahkan Pangeran Diponegoro. Benteng Stelsel adalah
taktik yang dibuat oleh Belanda untuk mempersempit daerah lawan dengan cara membangun
benteng di setap sudut kota yang telah mereka kuasai.
5. Istilah puputan ini berasal dari kata bahasa Bali “puput” yang artinya “tanggal” / “putus” / “habis /
“mati”. Nah, dapat disimpulkan puputan ini merupakan istilah dalam bahasa Bali yang mengacu
pada perang sampai titik darah penghabisan yang dilakukan saat perang daripada harus menyerah
kepada musuh.
Tokoh-tokoh dalam pertempuran Puputan Margarana adalah I Gusti Ngurah Rai, I Gusti
Putu Wisnu, dan pasukan Ciung Wanara.
Kegiatan Belajar 3
- Perang Banjar
Salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda adalah Perang Banjar. Perang ini
berlangung dari tahun 1859 hingga 1906. Wilayahnya sendiri meliputi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah.
Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar. Kala itu,
Kesultanan Banjar memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah berupa emas, intan, lada,
rotan dan damar.
Tidak hanya menguasai sumber daya alam wilayah Kalimantan, ternyata Belanda menginginkan
lebih dari itu. Belanda juga ikut mencampuri urusan Kesultanan Banjar yang membuat situasi
kerajaan bertambah kacau.
Intensitas gesekan yang semakin meningkat antara Belanda dan Kesultanan Banjar menimbulkan
banyak permasalahan hingga akhirnya memuncak ke dalam bentuk perlawanan lewat Perang
Banjar.
Dalam serangan tersebut, tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari
dapat menguasai tambang batubara di Pengaron.
pihak Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menyekap keluarga Pangeran
Hidayatullah II. Mereka juga meminta Pangeran Hidayatullah II untuk keluar dari
persembunyiannya.
Pasca ditinggal Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perlawanan.
Untuk memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan
slogan: “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah". Rakyat, alim ulama, dan pejuang pun
mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Sedikit demi sedikit Perang Banjar semakin mendekati kekalahan. Pasukan Belanda dipasok
berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari
memindahkan markas komando di Sungai Teweh.
Pangeran Antasari juga dibantu oleh dua putranya, Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad
Seman. Selain itu, ia juga dibantu oleh keluarga kerajaan yaitu Kiai Demang Lehman dan
Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian, Pangeran Antasari jatuh sakit.
Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit keras yang menyerang
paru-paru hingga cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk
menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak padam.
Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya
untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan
Kesultanan Banjar. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak Belanda,
kehilangan hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam.
Ayo Berlatih 3!
1. Penyebab terjadinya perang banjar antara lain sebagai berikut:
- Rakyat Banjar tidak suka dan tidak setuju dengan merajalelanya dalam menguasai perkebunan dan
pertambangan yang ada di Kalimantan Selatan.
- Terlalu ikut campurnya pihak Belanda terhadap urusan kesultanan.
- Belanda ingin menguasai daerah Kalimantan Selatan karena di daerah tersebut ditemukan
pertambangan batubara.
- Belanda telah merencanakan menghapus jabatan sultan di kerajaan Banjar.
- Belanda tidak menyetujui pangeran Hidayatullah menjadi sultan Banjar.
Setelah mencopot jabatan sultan dari Tamjidullah, Belanda kemudian membubarkan kerajaan Banjar.
2. Salah satu bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap Belanda adalah Perang Banjar. Perang ini
berlangung dari tahun 1859 hingga 1906. Wilayahnya sendiri meliputi Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah.
Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli perdagangan di Kesultanan Banjar. Kala itu,
Kesultanan Banjar memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah berupa emas, intan, lada,
rotan dan damar.
Tidak hanya menguasai sumber daya alam wilayah Kalimantan, ternyata Belanda menginginkan
lebih dari itu. Belanda juga ikut mencampuri urusan Kesultanan Banjar yang membuat situasi
kerajaan bertambah kacau.
Intensitas gesekan yang semakin meningkat antara Belanda dan Kesultanan Banjar menimbulkan
banyak permasalahan hingga akhirnya memuncak ke dalam bentuk perlawanan lewat Perang
Banjar.
Dalam serangan tersebut, tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari
dapat menguasai tambang batubara di Pengaron.
pihak Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menyekap keluarga Pangeran
Hidayatullah II. Mereka juga meminta Pangeran Hidayatullah II untuk keluar dari
persembunyiannya.
Pasca ditinggal Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perlawanan.
Untuk memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan
slogan: “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah". Rakyat, alim ulama, dan pejuang pun
mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.
Sedikit demi sedikit Perang Banjar semakin mendekati kekalahan. Pasukan Belanda dipasok
berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari
memindahkan markas komando di Sungai Teweh.
Pangeran Antasari juga dibantu oleh dua putranya, Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad
Seman. Selain itu, ia juga dibantu oleh keluarga kerajaan yaitu Kiai Demang Lehman dan
Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian, Pangeran Antasari jatuh sakit.
Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya
untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran Antasari dan
Kesultanan Banjar. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa. Sementara pihak Belanda,
kehilangan hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang tenggelam.
4. Intinya doktrin Syahid adalah sebuah doktrin yang memiiki makna bahwa rakyat Aceh tidak
boleh berputus asa, karena mereka hanya memiliki 2 pilihan, antara menang dalam pertempuran
atau mati dalam keadaan syahid.
5. Mengapa Sisingamangaraja XII menentang kristenisasi yang dilakukan belanda jawabanya :
karena Ia takut hal tersebut menghilangkan tatanan tradisional yang telah ada secara turun
temurun di daerah batak.