dibawah ini !
• Pada tahun 1676, telah terbit ‘Kort Bericht Eropa' (berita Singkat Eropa) di Batavia.
Namun isinya merupakan berita-berita dari negara lain. Pada Tahun 1744 juga terbit
Batavia Nouvelles, dan pada tahun 178- tebit harian Vende Nieucus.
• Pada tahun 1810 terbit surat kabar “Batavia Koloniale Courant', surat kabar inilah yang
merupakan surat kabar pertama yang terbit di Batavia.
• Tahun 1828 terbit Javache Courant di Jakarta, yang isinya seputar berita resmi
pemerintah, berita lelang, atau kutipan dari harian di Eropa. Pada tahun 1835 juga terbit
Soerabajash Advertentiebland di Surabaya, yang isinya serupa.
• Media massa pada masa ini telah memuat aneka berita seperti politik, ekonomi, sosial,
sejarah, kebudayaan, seni tradisional dan peristiwa lain. Namun berita tersebut hanya
berita-berita yang kering, sebab penerbitan tidak boleh mengedarkan berita sebelum
diperiksa olah penguasa.
• Hinggga akhir abad ke-18, media massa yang terbit di Indonesia hanya menggunakan
bahasa belanda. Pada akhir abad 18 lah, baru muncul terbitan berbahasa melayu. Pada
tahun 1985 terdapat 16 suratkabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa
Melayu. Muncul pula surat kabar berbahasa Cina pada masa itu.
• Awal abad 19, pers mulai menyebarkan berita mengenai politik serta perbedaan paham
antara pemerintah dan masyarakat. Tahun 1916 kritik yang menyerempet soal politik
mulai marak.
• Pada tahun 1903 terbit ‘Medan Prijaji', surat kabar pertama yang dikelola oleh kaum
pribumi. Ini menandakan mulainya bangsa kita masuk ke dalam dunia pers yang berbau
politik. Surat kabar yang oleh pemerintah Belanda disebut ‘Inheemsche Pers' (pers
Bumiputra) ini dipimpin oleh R.M Tirto yang merupakan pelopor kebebarsan bersuara
bagi kaum pribumi.
• Setelah ‘Medan Prijaji', banyak bermunculan surat kabar lain seperti ‘Harian Oetosan
Hindia' yang didirikan oleh Tjokroaminoto dari sarikat Islam; Koran ‘Api, Halilintar dan
Nyala' yang didirikan Samau dari golongan kiri, ‘Guntur bergerak dan Hindia Bergerak
yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara, ‘Benih Merdeka' dan ‘Sinar merdeka' yang
didirikan oleh Parada Harahap di Padang Sidempuan, serta ‘ Suara Rakyat Indonesia' dan
Sinar Merdeka' yang didirikan oleh Bung Karno.
Sejak Jepang berkuasa di negri ini, beberapa surat kabar di Indonesia diambil alih secara
perlahan. Beberapa surat kabar dipaksa untuk bergabung, disatukan. Agar pemerintah
Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap surat kabar yang berdar. Peran surat
kabar pada masa ini hanya sebagai alat Jepang, bersifat propaganda - memuji pemerintah
jepang. Segala bidang usaha pers harus disesuaikan dengan rencana-rencana atau tujuan -
tujuan tentara Jepang, yaitu memenangkan Perang Asia Timur Raya.
• Sejak teks proklamasi dicetak di Koran, esoknya penduduk mulai memburu surat kabar.
Minat baca serta kesadaran akan kebutuhan pers telah meningkat, rakyat Indonesia ingin
tahu perkembangan negaranya yang baru merdeka ini melalui pers.
• Perkembangan pers setelah proklamasi sangat pesat, meskipun tetap mendapat tekanan
dari penguasa peralihan Jepang dan Sekutu. Wartawan - wartawan Indonesia dan penyiar -
penyiar radio giat melakukan penyebarluasan, sehingga pada bulan September seluruh
wilayah Indonesia dan dunia luar telah mengetahui tentang Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia.
• Pada tanggal 6 September 1945 terbit ‘Nerita Indonesia' yang merupakan surat kabar
republik pertama. Surat kabar ini disebut sebagai cikal bakal pers nasional sejak
proklamasi.
• Pada tanggal 8 - 9 September 1946, kalangan pers Indonesia mengadakan kongres di Solo
dan membentuk Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). PWI merupakan wadah untuk
mempersatukan pendapat dan aspirasi. Saat itu PWI diketuai oleh Mr. Sumanang.
• Pada masa ini media massa menyebarkan berita tentang pertempuran, perundingan,
pembangunan, serta peristiwa bahagia atau duka yang terjadi.
• Pada tahun 1948, media massa mulai diwarnai berita perpecahan antara golongan kanan
( Front Nasional) dan golongan ekstrim kiri (komunis - Front Demokrasi Rakyat). Pada
tahun ini pula pertamakalinya terjadi pembredelan Koran dalam sejarah pers Republik
Indonesia.
• 15 MAret 1950, dibentuk panitia Pers untuk mempererat hubungan pemerintah dan pers,
namun tanpa ikatan apapun yang mengurangi kemerdekaan pers.
• 14 September 1956, kepala Staff Angkatan Darat mengeluarkan peraturan no.
PKM/001/0/1956 yang menegaskan larangan untuk menerbitkan/ menyebarkan informasi
yang mengandung kecaman/ penghinaan terhadap presiden dan wakil presiden.
• 14 Maret 1957, pemberlakukan situasi darurat perang (SOB) banyak terjadi pembredelan
pers dan penahanan wartawan di masa ini.
• 1 oktober 1958, Penguasa Militer Daerah Jakarta Raya mengeluarkan Ketentuan Ijin
Terbit
• Pada masa ini di Jakarta berlaku larangan berpolitik dalam segala bentuk termasuk pers.
Dilarang melakukan kegiatan politik yang dapat mempengaruhi haluan negara secara langsung
atau yang tidak bersumber pada badan pemerintahan yang berwenang. Yang membangkang
Demokrasi Terpimpin, harus menyingkir atau disingkirkan.
• Pada tahun 1960, penerbit bukan hanya wajib mengajukan Surat Ijin Terbit (SIT) sebagai
pengesahan dilakukannya kegiatan penyiaran, tapi juga wajib mengajukan Surat Ijin Cetak
(SIC).
• Untuk mendapatkan SIT penerbit harus menyetujui pernyataan bahwa penerbit akan
mendukung Manipol - Usdek, dan akan mematuhi pedoman dari penguasa. Pernyataan ini
digunakan sebagai alat untuk menekan surat kabar oleh pemerintah.
• Pada masa ini surat kabar yang beredar hanya bersumber dari satu suaram yaitu PKI. Sebagai
usaha untuk mengimbanginya didirikan BPS (badan Penyebar Soekarnoisme), untuk
menghindari bahaya yang terjadi jika masyarakat hanya memiliki pegangan dari satu sumber
saja.
• Pada masa orde baru aturan yang menindas pers tetap dilestarikan. Banyak terjadi
pembredelan Koran yang dianggap bertentangan dengan pemerintah antara lain: majalah
Sendi (1972), Sinar Harapan (1973), pada tahun 1974 ada 12 penerbitan di brendel, setelah
peristiwa Malari meledak. Tahun 1978 Kompas Sinar Harapan, Merdeka, Pelitia, The
Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos sore dibekukan sementara waktu akibat maraknya aksi
mahasiswa yang menentang pencalonan Soeharto sebagai Presiden. Majalah Tempo 91982),
Jurnal Ekuin (1983), dll
• Pada tahun 1970 sampai 1998, Pers yang berlaku adalah Pers Pancasila. Pers semata-mata
hanya alat pemerintah, pers kehilangan indepedensi dan fungsi kontrolnya. Terdapat sistem
perizinan terhadap pers (SIUPP), dan PWI yang merupakan satu-satunya organisasi wartawan
di Indonesia malah menjadi operator pemerintah dalam menekan pers.
• Pada tanggal 7 Agustus terbentuk AJI, sebagai wujud sikap menolak wadah tunggal wartawan
(PWI). Keberadaan AJI ditentang, wartawan yang menjadi anggota AJI diberhentikan dan
tidak boleh dipekerjakan kembali sebagai wartawan.
• Pada tahun 1995 penyebaran informasi lewat internet mulai marak, informasi-informasi yang sulit disebarkan
lewat media cetak beredar luas lewat internet.
• Semenjak lahirnya era reformasi, kebebasan pers (kebebasan berekpresi dan berpendapat) dijamin.
Akhirnya pers dapat lepas dari sistem yang membungkam pers dimasa orde baru. Hal ini di tandai
dengan dirombaknya UU Pers no. 21 Tahun 1982.
• Namun tetap saja pers tidak benar-benar bebas. Sebab meskipun memiliki UU sendiri, yang menjamin
perlindungan hukum serta kebebasan dari paksaan dan campur tangan pihak manapun; pers masih bisa
dijerat dengan pasal-pasal KUHP dalam melakukan tugas jurnalistiknya. Contohnya kasus antara
pemimpin redaksi majalah Tempo - Harry Mukti dengan Tommy Winata di tahun 2004 lalu, dll.
• Dilain pihak, era reformasi yang membuka kebebasan untuk bereksplorasi malah membuat media
dieksploitasi. Media menyebarkan informasi yang bernilai jual tinggi, mengumbar sensasi, bahkan
menyebarkan informasi yang hanya berkualifikasi isu, rumor atau hanya dugaan! Lebih ekstrim, pers
diterbitkan untuk tujuan politis. Mempengaruhi pembaca untuk menerima ideology calon tertentu dan
menyerang lawannya.
• Hal ini mengakibatkan ‘publik’ kemudian menjalankan aksi menghukum pers dengan tolak ukur mereka
sendiri. Padahal teror massa jauh lebih kongnrit dampaknya. Contoh kasus pedudukan media oleh
kelompok tertentu, akibat beredarnya karikatur Nabi Muhammad beberapa waktu lalu.
4. Sebutkan dan jelaskan tiga surat kabar yang membawa kemajuan bagi kalangan pribumi? surat kabar
yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan pribumi yaitu,Medan Prijaji ( 1909-1917) dan juga
terbitan wanita pertama yang terbit berkala yaitu Poetri Hindia (1908-1913),Selompret Melayu.
5. Bagaimanakah perkembangan modernisasi dan reformasi Islam pada masa pergerakan nasional
perkembangan Islam pada periode modern.
LATIHAN 2
Ayo berlatih
pemahaman Islam tradisional yang dianggap sudah tidak orisinal karena bercampur dengan
budaya lokal, sikap taklid buta, sikap tidak kritis, dan tidak mau .
5. Mengapa pada masa pendudukan Jepang organisasi Majlis Islam A'la Indonesia masih tetap
boleh berdiri?
Organisasi MIAI ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan
gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal yakni sebagai baitul mal serta
penyelenggaraan hari-hari besar Islam
Ayo belajar
1. Jelaskan perkembaqngan tri Koro Dharmo?
Organisasi Tri Koro Dharmo merupakan organisasi pemuda pertama di Indonesia yang
didirikan oleh pemuda STOVIA pada tanggal 7 Maret 1915 di Jakarta. Organisasi Tri Koro
Dharmo memiliki tiga tujuan yang mulia yaitu sakti, budi dan bakti. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui: (1) situasi organisasi awal pergerakan nasional; (2) Perkembangan
organisasi Tri Koro Dharmo; (3) Kiprah organisasi Tri Koro Dharmo dalam pergerakan nasional.
Organisasi Tri Koro Dharmo memiliki peran pada masa pergerakan nasional sebagai tempat
kaderisasi pemuda untuk berorganisasi. Kegiatan sosial organisasi Tri Koro Dharmo juga positif
dengan mengumpulkan dana beasiswa untuk pelajar pribumi, mengadakan pertunjukan seni
seperti gamelan, tari dan wayang untuk menghibur warga sekaligus mengumpulkan dana
untuk korban bencana alam. Kata Kunci: Pergerakan Nasional, Tri Koro Dharmo,
Perkembangan.
Organisasi Perhimpunan Indonesia (PI) ini sendiri pertama kali didirikan pada 25 Oktober 1908
di Belanda oleh Sutan Kasayangan dan R.N. Noto Suroto yang tengah menyenyam pendidikan
di negeri tersebut.
Namun menurut beberapa kutipan sumber sejarah lainnya, pada awal pendirianya
Perhimpunan Indonesia memiliki sebutan Indische Vereeniging. Kemudian pada sekitar tahun
1922, organisasi tersebut berganti nama menjadi Perhimpunan Indonesia.