Anda di halaman 1dari 8

227

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG TALAS BENENG


SEBAGAI PANGAN KHAS KABUPATEN PANDEGLANG

(Characterization of Physical and Chemical Properties of Flour from


Talas Beneng (Xanthosoma undipesh K. Koch) as
Indigenous Food from Pandeglang Regency)

Septariawulan Kusumasari1, Fitria Riany Eris1, Sri Mulyati2, dan Vega


Yoesepa Pamela1
1StafPengajar Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2Staf Pengajar Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa


Jl. Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan Serang-Banten
Telp. 0254-280330, Fax. 0254-281254, e-mail: septariawulan@untirta.ac.id

ABSTRACT

Talas beneng is indigenous food from Pandeglang that had potential to be


alternative carbohydrate source beside wheat flour. The aim of this study was to
characterize physical and chemical properties of flour from Talas beneng. Physical
properties this flour had L 91.13, a 2.75, b 11.27, and white degree 68.56%. This
flour had brownish color. The result of chemical properties showed that water
content, ash, fat, protein, carbohydrate, starch, amylose, and amylopectin
respectively 9.04%, 2.25%, 0.17%, 6.73%, 81.81%, 56.29%, 19.27%, and 37.02%.
Beneng taro flour could be made product that need low protein flour such as
cookies, crackers, brownies, waffle, crepes, or pancake.

Keywords: talas beneng, flour, indigenous food, Pandeglang

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


228

PENDAHULUAN kompos, tanah dan sekam dapat hidup


Talas Beneng (Xanthosoma 100% (Fetriyuna et al., 2016).
undipes K. Koch) merupakan sumber Tepung talas beneng dapat
pangan lokal potensial dari Provinsi menghasilkan produk olahan pangan
Banten, Kabupaten Pandeglang dengan karakteristik yang sama
karena pertumbuhannya yang mudah seperti pangan olahan yang
dan cepat. Tanaman talas beneng menggunakan tepung terigu protein
banyak dijumpai di wilayah sekitar rendah dengan kandungan sebesar 7-
Gunung Karang, Kabupaten 9%. Menurut Lestari dan Susilawati
Pandeglang. Talas Beneng (2015) talas beneng memiliki
(Xanthosoma undipes K. Koch) dapat kandungan protein yang cukup tinggi
tumbuh di pinggir hutan, tepi sungai, dibandingkan dengan talas lainnya.
rawa, dan tebing yang berhumus. Dengan kandungan protein sebesar
Talas ini hidup di daerah tropis pada 8,53%. Selanjutnya Muttakin et al.
dataran rendah 250-700 m di atas (2015) menyatakan bahwa talas
permukaan laut (dpl) dengan curah beneng memiliki kandungan protein
hujan cukup (175-250 cm tahun-1). 8,77%; kadar pati 6,97%; kadar abu
Di Indonesia, talas beneng telah 8,53%; lemak 0,46% dan kadar air
dibudidayakan dan masih ada yang 84,65%. Kandungan oksalat talas
tumbuh liar dalam hutan Gunung beneng cukup besar yaitu 60,56 ppm
Karang (Pandeglang). Menurut (Visiamah, 2016). Untuk mengurangi
Rusbana dkk. (2016) pada awalnya kandungan asam oksalatnya, umbi
tanaman ini hidup liar dan kemudian dapat direndam dalam air garam 10%
dibudidayakan oleh petani karena selama 120 menit. Asam oksalat akan
memiliki nilai jual yang tinggi. Selain tereduksi sebesar 51,5%
memiliki kelebihan umbi yang besar Umbi tanaman ini dijadikan
(832 g umbi-1) (Nurtiana dan Pamela, makanan alternatif oleh penduduk
2019). setempat di Desa Juhut (Pandeglang,
Dewasa ini, teknik Banten) pada saat kekurangan bahan
mikropropagasi talas beneng telah pangan pokok. Selain itu umbinya
berhasil dikembangkan. Aklimatisasi juga dapat dimakan sebagai panganan
talas beneng pada media campuran kecil, tangkai daunnya dapat

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


229

digunakan sebagai sayuran dengan umbi segarnya. Karakteristik


(Muttakin, 2015). tepung talas beneng perlu
Pengolahan umbi dilakukan diidentifikasi sebagai dasar
secara konvensional seperti dikukus penentuan produk olahan yang sesuai.
atau digoreng. Untuk meningkatkan Penelitian ini bertujuan untuk
daya simpan dan memberi nilai mengukur karakteristik tepung talas
tambah pada umbi talas beneng, umbi beneng yang diproduksi oleh
tersebut diolah menjadi aneka olahan Gapoktan Juhut Pandeglang.
pangan. Umbi diolah menjadi
makanan ringan, seperti kripik METODE PENELITIAN
(Muttakin, 2015), mie basah (Lestari Talas beneng didapatkan dari
dan Susilawati, 2015) dan produk Gapoktan Juhut Mandiri Kabupaten
unggulan lokal untuk industri Pandeglang. Untuk membuat tepung
makanan (Pancasasti, 2016). Untuk talas beneng dilakukan kegiatan
memudahkan proses pengolahan, kunjungan ke lokasi budidaya talas
umbi talas beneng dibuat dalam beneng dan sentra pembuatan tepung
produk setengah jadi (tepung). talas beneng di Gapoktan Juhut
Tepung memiliki kadar air yang Pandeglang (Gambar 1 dan Gambar
rendah sehingga memiliki daya 2).
simpan yang lebih lama dibandingkan

Gambar 1. Kegiatan budidaya tanaman talas beneng

dengan air, perendaman dengan air


Pembuatan tepung talas beneng
selama 3 jam, pengeringan,
di Gapoktan dimulai dengan
penggilingan dengan hammer mill,
pengupasan, kemudian pencucian
pengayakan dan pengemasan.
dengan air, perendaman dengan
larutan NaCl selama 1 jam, pencucian

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


230

Di Gapoktan juga telah HASIL DAN PEMBAHASAN


menerapkan sistem zero waste yaitu Dari 4 kg umbi beneng
dimana kulit beneng yang tebal budidaya dapat dihasilkan 1 kg
(mengandung jamur Xanthosoma) tepung talas beneng. Rendemen
dicacah dan dijadikan pupuk serta tersebut dihasilkan dari panen talas
daun talas beneng dijadikan beneng di umur 8 bulan hingga 1
campuran nutrisi pakan. tahun. Rendemen ini jauh lebih besar
Pada penelitian ini, diukur sifat dibandingakan dengan penepungan
kimia tepung talas beneng (kadar air, umbi beneng liar yang memiliki rasio
kadar abu, kadar protein, kadar 1:10.
lemak, karbohidrat, pati, amilosa, Kelemahan talas beneng adalah
amilopektin, dan karoten) serta sifat kandungan asam oksalat yang tinggi,
fisik tepung talas beneng (pengukuran kandungan asam oksalat yang tinggi
warna, derajat putih, dan ukuran menyebabkan sensasi gatal di lidah
partikel). atau kulit. Perlakuan talas beneng
Pengukuran warna budidaya dengan perendaman selama
menggunakan Chromameter 120 menit menggunakan air garam
(Minolta 400 R), ukuran partikel 10% menghasilkan kadar oksalat
diukur menggunakan Particle Size yang terendah yaitu sebesar 1600
Analyzer (Litesizer 500). Kadar air ppm (tereduksi 51,5%) (Muttakin et
dan kadar abu diukur dengan metode al., 2015). Proses perendaman NaCl
Gravimetri (AOAC, 2006), kadar selama 1 jam dianggap belum optimal
protein diukur dengan metode karena terkadang umbi talas masih
Kjeldahl (AOAC, 2006), kadar lemak terasa sedikit gatal sehingga proses
diukur dengan metode Soxhlet diubah menjadi perendaman NaCl
(AOAC, 2006), karbohidrat (by selama 2 jam sesuai dengan penelitian
difference), kadar pati, amilosa, dan Muttakin et al. (2015).
amilopektin (AOAC, 1995).

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


231

Gambar 2. Proses Pembuatan Tepung Talas Beneng di Gapoktan Juhut

Tepung yang dihasilkan baik dalam air, memiliki diameter


Gapoktan sedikit kasar sehingga hydrodynamic sebesar 3604 nm,
sebelum dijadikan bahan baku diameter hydrodynamic adalah
pembuatan pangan olahan sebaiknya ukuran partikel tepung yang
tepung diayak dengan ayakan 100 dikelilingi molekul pelarutnya (air).
mesh atau lebih tinggi agar Polydispersity Index (PDI)
didapatkan tekstur pangan olahan menunjukkan keseragaman ukuran.
yang lebih lembut. Tepung yang kasar Hasil uji 3 ulangan menunjukkan PDI
atau ukuran partikel tepung yang > 10%, ini mengindikasikan suspensi
besar akan menghasilkan produk tepung talas beneng seragam. Particle
olahan dengan tekstur yang kasar size distribution dari tepung talas
seperti biskuit dengan bahan baku beneng menunjukkan bahwa 90%
oat/gandum utuh. Tepung talas memiliki diameter sebesar 3812 nm
beneng yang telah diayak 100 mesh dan 10% of total berdiameter kurang
menunjukkan tingkat kelarutan yang dari 2380 nm.

Tabel 2. Hasil uji tepung talas beneng.


Parameter Satuan Gapoktan Juhut Pagerbatu*
Kadar Air % 9,04 10,46
Kadar Abu % 2,25 4,85

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


232

Kadar Lemak % 0,17 0,28


Kadar Protein % 6,73 3,4
Karbohidrat % 81,81 82,56
Pati % 56,29 84,96
Amilosa % 19,27 -
Amilopektin % 37,02 -
Gula total % 0,94 -
Karoten ppm 0,08 -
Derajat Putih % 68,56 -
L - 91,13 -
a - 2,75 -
b - 11,27 -
*(Rostianti et al., 2018)

Tepung talas beneng memiliki untuk dijadikan bahan baku roti tawar
warna kecoklatan (Gambar 2), dari atau donat.
Tabel 2 tingkat derajat putih tepung Kadar protein tepung talas
ini sebesar 68,56%. Hasil analisis beneng 6,73% masih cukup tinggi
kadar air tepung talas beneng yang jika dibandingkan dengan tepung
dihasilkan Gapoktan adalah 9,04%. talas lainnya. Dengan kandungan
Hasil ini sesuai dengan SNI, yaitu protein yang tinggi, tepung talas
standar kadar air tepung talas beneng beneng memiliki potensi yang baik
berdasarkan SNI maksimal 14,5% sebagai subtitusi terigu. Kandungan
(SNI 3751:2009). Kadar abu pada lemak tepung talas Gapoktan sebesar
tepung talas beneng sebesar 2,25% 0,17%. Semakin kecil kandungan
(Tabel 2). Nilai tersebut di atas batas lemak tepung semakin baik.
aman tepung 0,7% (SNI 3751: 2009). Kandungan lemak yang kecil
Besarnya kadar abu dalam tepung meminimalisir ketengikan. Dari
akan berpengaruh terhadap hasil akhir aspek kadar air, abu, protein, dan
warna produk dan kestabilan adonan. lemak tepung talas beneng Gapoktan
Semakin tinggi kadar abu tepung Juhut lebih baik dibandingkan dengan
semakin buruk kualitas tepung yang tepung talas beneng Kampung
dihasilkan. Kadar abu juga dapat Pagerbatu.
mempengaruhi proses aktivitas Komposisi amilosa yang tinggi
fermentasi, kekuatan adonan gizi, akan menghasilkan produk pangan
warna dan produk akhir sehingga dengan tekstur yang kompak atau gel
tepung talas beneng kurang cocok yang kuat, sedangkan jika komposisi

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


233

amilopektin yang dominan maka akan Jurusan Agroekoteknologi atas


menghasilkan produk yang berpori bantuan dalam penelitian ini.
dan krispi. Tepung talas beneng
Gapoktan Juhut memiliki kandungan DAFTAR PUSTAKA
amilopektin yang dominan sehingga
AOAC. 1995. Official Methods of
tepung ini cocok untuk dijadikan Analysis of the Association of
Official Analytical Chemistry.
bahan baku biskuit, cracker, dan
Arlington: AOAC Inc.
produk ekstrudat lainnya. AOAC. 2006. Official Methods of
Analysis of the Association of
Official Analytical Chemistry.
SIMPULAN Arlington: AOAC Inc.
Fetriyuna, Marsetio, Roofi, L.P.
Tepung talas beneng Gapoktan
2016. Pengaruh Lama
Juhut memiliki kadar air 9,04%, Modifikasi Heat-Moisture
Treatment (HMT) terhadap
kadar abu 2,25%, kadar lemak 0,17%,
Sifat Fungsional dan Sifat
kadar protein 6,73%, karbohidrat Amilografi Pati Talas Banten
(Xanthosoma undipes K.
81,81%, total pati 56,29% dengan
Koch). Jurnal Penelitian
komposisi amilopektin lebih Pangan 1(1): 44-50.
Lestari, S., Susilawati, P.N. 2015. Uji
dominan. Warna tepung talas beneng
Organoleptik Mie Basah
kecoklatan dengan derajat putih Berbahan Dasar Tepung Talas
Beneng (Xantoshoma undipes)
68,58% dan ukuran partikel yang
untuk Meningkatkan Nilai
seragam. Tepung ini cocok digunakan Tambah Bahan Pangan Lokal
Banten. Pros. Sem Nas
sebagai bahan baku produk pangan
Masyarakat Biodiver Indones,
yang krispi dan berpori seperti snack 1: 941-946
Muttakin, S., Muharfiza, Lestari, S.
ekstrudat, biskuit, cracker, waffle,
2015. Reduksi Kadar Oksalat
pancake, brownies dan cake. pada Talas Lokal Banten
Melalui Perendaman dalam Air
Garam. Pros Sem Nas Masy
UCAPAN TERIMA KASIH Biodiv Indones 1:1707-1710.
doi:
Terima kasih kepada Kementrian
10.13057/psnmbi/m010732.
Kesehatan yang telah membiayai Pancasasti, R. 2016. Pengaruh
Elevasi terhadap Kadar Asam
penelitian ini dalam skim hibah
Oksalat Talas Beneng
IPTEKKES 2019. Terima kasih (Xanthosoma undipes K. Koch)
di sekitar kawasan Gunung
kepada Dekan Fakultas Pertanian dan
Karang Provinsi Banten. J
Ilmiah SETRUM 5: 21-25.

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019


234

Rostianti, T., Hakiki, D.N., Ariska, Talas Beneng (Xantoshoma


A., Sumantri. 2018. undipes K. Koch) di Kawasan
Karakterisasi Sifat Fisikokimia Gunung Karang Kabupaten
Tepung Talas Beneng sebagai Pandeglang Provinsi Banten.
Biodiversitas Pangan Lokal Jurnal Agroekoteknologi. 8
Kabupaten Pandeglang. (1):1-6.
Gorontalo Agriculture Tech Visiamah, F. 2016 Studi Hidrolisis
Journal 1 (2): 1-7. Umbi Talas Beneng untuk
Rusbana, T.B., Saylendra, A., Menghasilkan Gula Reduksi
Djumantara, R. 2016. sebagai Bahan Baku Bioetanol.
Inventarisasi Hama dan Skripsi, Universitas Lampung.
Penyakit yang Berasosiasi pada

Jur. Agroekotek 11 (2) : 227 – 234, Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai