Anda di halaman 1dari 96

Ca

tat
anAkh
irT
ahu
n20 1
9
Ko
nsor
si
umPembar
uanAgr
ari
a

DariAc
ehSa
mp a
iPapu
a:Urg
ensiPe
nye
les
aia
nKo
nfli
kSt
ruk
tur
ald
an
J
ala
nPembar
uanAgr
ari
akeDepa
n”
DARI ACEH
SAMPAI PAPUA
Urgensi Penyelesaian Konflik Agraria Struktural
dan Jalan Pembaruan Agraria ke Depan

Catatan Akhir Tahun 2019


Konsorsium Pembaruan Agraria
KATA PENGANTAR

G
enap satu periode Presiden Joko untuk perkebunan sawit, moratorium
Widodo menjadi nahkoda Bangsa perubahan hutan primer, kawasan
Indonesia. Akhir 2019 adalah tahun hutan gambut dan penyelesaian konflik
pembuktian keseluruhan janji Nawa Cita. agraria. Namun pada titik lain, terdapat
Di dalamnya, ada janji reforma agraria praktik pembangunan infrastruktur,
dan penyelesaian konflik agraria yang pariwisata, perkebunan, pertambangan,
ditunggu-tunggu masyarakat. Lantas, atas yang berseberangan dengan kebijakan-
janji reforma agraria tersebut, capaian apa kebijakan tersebut.
yang telah dihasilkan oleh Pemerintahan
Khusus tahun 2019 ditandai sebagai
Jokowi periode pertama ?
tahun politik, tahun dimana dilakukan
Pasangan Jokowi-JK telah menjanjikan perhelatan pemilihan presiden dan
9 (sembilan) janji politik utama, lazim pemilihan legislatif secara nasional.
disebut sebagai Nawa Cita. Janji Sebagai tahun politik, perdebatan terkait
tersebut adalah jalan perubahan menuju agraria sempat mengemuka dan ramai
Indonesia yang berdaulat secara politik, diperbincangkan oleh khalayak. Hal ini
mandiri dalam bidang ekonomi dan bermula dari Debat Capres, dimana kedua
berkepribadian dalam kebudayaan pasangan kandidat presiden mengangkat
menurut versi pemerintahan ini. Di topik reforma agraria dan penguasaan
dalamnya, Jokowi-JK memasukkan tanah oleh pemilik konsesi perkebunan.
agenda Reforma Agraria pada janji ke- Efek lanjutan dari debat tersebut, publik
5, yakni “....peningkatan kesejahteraan ramai memperbincangkan ketimpangan
masyarakat dengan program "Indonesia penguasaan tanah yang melibatkan para
Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan elit, konflik agraria dan penggusuran
mendorong land reform dan program masyarakat.
kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar, ....”.
Dari sisi regulasi, terdapat perlawanan
Melihat kebijakan agraria dalam lima dan kritik luas dari masyarakat terkait
tahun terakhir, beberapa hal utama yang rencana DPR RI bersama pemerintah
mengemuka pada periode pemerintahan untuk mengesahkan RUU Pertanahan.
Jokowi adalah kebijakan reforma agraria, Bersama koalisi organisasi masyarakat
moratorium pelepasan kawasan hutan sipil dan akademisi yang sejalan, KPA dan

Kata Pengantar iii


anggota di daerah menyerukan penolakan banyak provinsi oleh aparat keamanan
terhadap RUU tersebut. Mobilisasi luas menjadi penanda buruk perkembangan
penolakan berhasil menghentikan niatan penyelesaian konflik agraria di tahun
politik pengesahan RUU Pertanahan pada 2019.
sidang paripurna September 2019 lalu
Memulai tahun 2020, penting
Selanjutnya, tepat pada peringatan Hari diperhatikan secara serius oleh para
Tani Nasional (HTN) ke-59, 24 September birokrat dan aktor politik pengambil
2019, KPA bersama anggotanya keputusan, bahwa di tengah upaya
kembali turun ke jalan menyerukan perluasan pembangunan infrastuktur
tuntutannya di depan Istana Negara dan dan keran investasi skala besar, saat ini
di wilayah-wilayah. Bersama Komite ada kecemasan rakyat terhadap arah
Nasional Pembaruan Agraria (KNPA), kebijakan agraria ke depan. Oleh sebab
mengingatkan presiden bahwa telah itu, KPA menyampaikan pula laporan
terjadi kemacetan realisasi reforma evaluasi dan proyeksi reforma agraria ke
agraria. Pada peringatan HTN tersebut, depan, rekomendasi perbaikan sekaligus
Presiden telah menerima raport buruk terobosan kebijakan yang harus dilakukan
mengenai capaian reforma agraria dan presiden di awal tahun periode kedua
penanganan konflik agraria, Kepada pemerintahannya. Singkat kata, perlu
gerakan reforma agraria, presiden dibuktikan bahwa agenda kerakyatan tak
menyetujui perbaikan kelembagaan akan ditinggalkan di pinggiran jalan.
pelaksana reforma agraria, serta
Semoga catatan akhir tahun ini
mengambil alih kepemimpinannya ke
bermanfaat, selama tahun baru.
depan. Bagaimana realisasi dari janji ini di
periode kedua pemerintahan Jokowi?

Menutup tahun 2019, Catatan Akhir


Jakarta, 01 Januari 2020
Tahun KPA 2019 ini menyajikan rekaman Salam hormat,
situasi konflik agraria secara nasional, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)
dan bagaimana ujung pencapaian dari
kebijakan reforma agraria sampai dengan
akhir periode pemerintahan. Laporan ini
menyoroti pula situasi agraria sepanjang Dewi Kartika
Sekretaris Jenderal
periode kekuasaan pemerintahan
Jokowi, dari 2015 s/d 2019. Sangat
disayangkan, dalam catatan kali ini,
cara-cara penanganan konflik agraria di

iv Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... iii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL................................................................................................................................ ix

Bab I Laporan Konflik Agraria.............................................................................................. 1


I.1. Konflik Agraria Sepanjang Tahun 2019................................................................. 3
I.1.1. Jumlah Letusan Konflik Agraria Berdasarkan Sektor........................ 4
I.1.2. Luasan Wilayah Konflik Agraria .............................................................. 23
I.1.3. Sebaran Konflik Agraria ............................................................................. 24
I.1.4. Peningkatan Brutalitas Aparat Dalam Penanganan Konflik
Agraria................................................................................................................ 29
I.2 Konflik Agraria Lima Tahun Jokowi Vs Lima Tahun SBY.............................. 38
I.2.1. Jumlah Konflik Agraria Lima Tahun Jokowi
Vs Lima Tahun SBY......................................................................................... 38
I.2.2. Korban Kekerasan Konflik Agraria ........................................................ 39

Bab II Menuju Penyelesaian Konflik Agraria............................................................... 43

II.1. Sumbatan Utama Penyelesaian Konflik Agraria............................................. 46


II.1.1. Sumbatan Penyelesaian Konflik Agraria Perkebunan..................... 46
II.1.2. Sumbatan Penyelesaian Konflik Agraria Kehutanan........................ 52
II.1.3. Sumbatan Penyelesaian Konflik Agraria Infrastruktur................... 57
II.2. Capaian Minim Pelaksanaan “Reforma Agraria” ala Jokowi...................... 58

Daftar Isi v
Bab III Reforma Agraria Dari Bawah,
Jalan Penyelesaian Konflik Agraria.................................................................... 71

Bab IV Rekomendasi dan Solusi: Persiapkan Agenda


Reforma Agraria Sejati.............................................................................................. 81

IV.1. Jangka Pendek............................................................................................................. 82


IV.2. Jangka Menengah....................................................................................................... 84

vi Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.  Jumlah Letusan Konflik Agraria Berdasarkan Sektor ....................................... 4


Gambar 2.  Konflik Agraria Sektor Perkebunan Berdasarkan Jenis Pemilikan
Perusahaan.......................................................................................................................... 6
Gambar 3.  Konflik Agraria Sektor Perkebunan Berdasarkan Jenis Komoditas............. 8
Gambar 4.  Konflik Agraria Sektor Infrastruktur........................................................................ 9
Gambar 5.  Konflik Agraria Sektor Properti............................................................................... 12
Gambar 6.  Konflik Agraria Sektor Pertambangan.................................................................. 13
Gambar 7.  Konflik Agraria Sektor Kehutanan.......................................................................... 15
Gambar 8.  Konflik Agraria Sektor Fasilitas Militer................................................................ 19
Gambar 9.  Konflik Agraria Sektor Pesisir dan Pulau-pulau Kecil..................................... 21
Gambar 10.  Konflik Agraria Sektor Petanian.............................................................................. 22
Gambar 11.  Luasan Wilayah Konflik Agraria.............................................................................. 23
Gambar 12.  Sebaran Konflik Agraria.............................................................................................. 25
Gambar 13.  Jumlah Korban Kekerasan Konflik Agraria ........................................................ 29
Gambar 14.  Aktor Utama Kekerasan Konflik Agraria ............................................................. 30
Gambar 15.  Letusan Konflik Agraria Lima Tahun Jokowi, 2015-2019.............................. 38
Gambar 16.  Perbandingan Eskalasi Konflik Agraria Pemerintahan Jokowi
(2015-2019) dan SBY (2010-2014)....................................................................... 39
Gambar 17.  Korban Kekerasan dan Kriminalisasi Dalam 5 Tahun, 2015-2019............ 39
Gambar 18.  Aktor utama pelaku kekerasan dan kriminalisasi dalam 5 tahun
(2015 - 2019)................................................................................................................... 40
Gambar 19.  Perbandingan Korban Kekerasan dan Kriminalisasi Agraria
Pemerintahan Jokowi (2015-2019) dan SBY (2010-2014).......................... 40

Daftar Gambar vii


DAFTAR TABEL

Tabel.1  Konflik Agraria di Sektor Perkebunan Anggota KPA.......................................................... 47


Tabel.2  Hambatan Regulasi Penyelesaian Konflik Agraria di Perkebunan............................... 49
Tabel. 3  Konflik Agraria Struktural Sektor Kehutanan Anggota KPA.......................................... 54
Tabel 4  Hambatan Regulasi Penyelesaian Konflik Agraria di Kehutanan................................. 55
Tabel 5  Realisasi RA Versi Pemerintah dan Versi Masyarakat Sipil.............................................. 61
Tabel 6  Jumlah Usulan LPRA KPA Kepada Pemerintah Sampai Tahun 2019......................... 75

viii Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Bab I

LAPORAN
KONFLIK
AGRARIA
S
e b a ga i t ahun p amung kas Konflik agraria yang dilaporkan, adalah
pemerintahan Presiden Jokowi konflik agraria struktural, yaitu konflik
periode pertama, di tahun 2019 agraria yang diakibatkan oleh kebijakan
masih saja kita saksikan bahwa konflik- atau putusan pejabat publik, melibatkan
konflik agraria tetap enggan disentuh banyak korban dan menimbulkan dampak
penyelesaiannya oleh pemerintah. yang meluas mencakup dimensi sosial,
Ironis, sebab orde reformasi di bawah ekonomi dan politik. Dengan demikian,
kepemimpinan Jokowi ini dianggap laporan ini mengecualikan sengketa
memiliki komitmen cukup kuat terhadap agraria dan perkara agraria, seperti
agenda reforma agraria. sengketa individual, sengketa hak waris,
antar kelompok swasta, atau antar
Letusan konflik agraria lama dan
lembaga pemerintah.
konflik agraria baru terus terjadi tanpa
menemukan ujung penyelesaiannya. Pengertian agraria sendiri mengacu
Banyak regulasi dan kebijakan kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun
pembangunan di tahun 2019 yang 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
memicu terjadinya letusan konflik Pokok Agraria (UUPA 1960), yang
agraria tersebut. Tidak sedikit konflik menyatakan cakupan sumber-sumber
yang mencuat ke permukaan, berujung agraria sebagai “seluruh bumi, air dan
pada peminggiran rakyat petani, ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
masyarakat adat, masyarakat pedesaan yang terkandung di dalamnya”. Dalam
dan perkotaan dari tanahnya dan sumber pengertian bumi, selain permukaan
kehidupannya. bumi, termasuk pula tubuh bumi di
bawahnya serta yang berada di bawah
Berikut ini adalah rekaman letusan
air; dalam pengertian air termasuk baik
konflik agraria sepanjang tahun 2019.
perairan pedalaman maupun laut wilayah
Dalam catatan akhir tahun kali ini, KPA
Indonesia; dan yang dimaksud ruang
juga akan melaporkan data konflik
angkasa ialah ruang di atas bumi dan air
agraria sepanjang lima tahun periode
tersebut (Pasal 1).
pemerintahan Jokowi, termasuk
menelusuri kembali rekaman data konflik Laporan konflik agraria mengacu
agraria KPA dalam kurun waktu 10 kepada jumlah kejadian (letusan) konflik
tahun terakhir ini. Dengan begitu, dapat di satu wilayah pada tahun tertentu.
diperoleh perbandingan situasi konflik Sehingga, kejadian konflik yang muncul
agraria pada lima tahun pemerintahan di satu daerah pada tahun lalu, bisa saja
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan kembali terekam pada tahun ini apabila
masa lima tahun pemerintahan Jokowi. terjadi letusan konflik. Laporan tidak
merepresentasikan seluruh kejadian

2 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


konflik agraria yang terjadi di Indonesia, dan menganalisa konflik agraria di seluruh
karena terdapat kemungkinan letusan bidang agraria yang dikategorikan ke
konflik yang terjadi di suatu wilayah tidak dalam: 1) Sektor perkebunan; 2) Sektor
terpantau oleh KPA. kehutanan; 3) Sektor pertambangan;
4) Sektor pesisir/keluatan dan pulau-
Data letusan konflik agraria yang kami
pulau kecil; 5) Sektor infrastruktur; 6)
laporkan ini bersumber dari: 1) Laporan
Sektor properti; 7) Sektor pertanian;
langsung masyarakat dan korban kepada
dan 8) Sektor fasilitas militer. Pada
KPA, baik melalui Sekretariat Nasional,
tahun ini KPA membuat kategori baru,
KPA Wilayah, maupun organisasi
yaitu fasilitas militer. Sebab, beranjak
rakyat anggota KPA; 2) Para korban dan
dari data-data sebelumnya dan kejadian
masyarakat yang melaporkan kejadian
konflik pada tahun ini, pengkategorian
konflik agraria kepada jaringan di
lama (masuk ke dalam infrastuktur dan
nasional maupun wilayah, yang kemudian
properti) tidak mampu menjelaskan posisi
diteruskan pendampingannya atau
konflik terkait fasilitas militer secara
pun laporannya kepada KPA; 3) Hasil
utuh. Apalagi, makin banyak aset atau
monitoring dan pengumpulan data konflik
tanah yang diklaim sebagai kepemilikan
agraria di wilayah; 4) Hasil investigasi
TNI yang tumpang-tindih dengan tanah
kasus konflik agraria di lapangan; dan 5)
garapan dan pemukiman warga sehingga
Hasil monitoring pemberitaan di media
menimbulkan konflik agraria.
massa (cetak, elektronik dan online).

Dengan metode pengumpulan data


semacam ini, bisa jadi angka yang I.1
disajikan belum mewakili keseluruhan KONFLIK AGRARIA SEPANJANG
letusan konflik agraria yang terjadi TAHUN 2019
sesungguhnya dalam setiap tahun. Tahun 2019 telah terjadi 279 letusan
Mengingat tidak seluruh wilayah di tanah konflik agraria dengan luasan wilayah
air ini dapat dipantau oleh KPA akibat konflik mencapai 734.239,3 hektar.
keterbatasan perangkat organisasi untuk Jumlah masyarakat terdampak konflik
menjangkau seluruh wilayah kejadian agraria tahun ini sebanyak 109.042 KK
konflik, keterbatasan jaringan organisasi yang tersebar di 420 desa, di seluruh
yang memiliki data konflik terkini dan provinsi di tanah air. Dibandingkan situasi
pengumpulan berkala, serta keterbatasan konflik agraria tahun lalu, yaitu 410
publikasi media terhadap kasus konflik letusan konflik, maka terjadi penurunan
agraria yang terjadi. jumlah letusan konflik agraria di tahun

Melalui metode dan pengetahuan tipologi ini. Namun, apabila dilihat dari eskalasi

konflik agraria selama ini, kami memantau kekerasan penanganan konflik agraria,

Laporan Konflik Agrari 3


Meskipun jumlahnya lebih sedikit di tahun ini, konflik
agraria akibat klaim atau operasi perkebunan negara patut
mendapat perhatian khusus karena existing konfliknya
banyak, umumnya telah terjadi selama puluhan tahun,
dan dalam sejarahnya sedikit sekali yang diselesaikan
pemerintah. Termasuk penyelesaiannya melalui redistribusi
tanah kepada masyarakat dalam kerangka reforma agraria.
Akibatnya ada ribuan desa, pemukiman, tanah garapan
dalam status konflik dengan PTPN

jumlah korban dan masyarakat yang sektor properti 46, pertambangan 24,
ditangkap karena mempertahankan sektor kehutanan 20, pesisir/kelautan
haknya atas tanah, maka KPA mencatat dan pulau-pulau kecil sebanyak 6 konflik,
di tahun ini ada peningkatan yang dan sektor pertanian 3 konflik. Sektor
menghawatirkan dalam hal brutalitas fasilitas militer mencatatkan 10 letusan
aparat di wilayah-wilayah konflik agraria. konflik di sepanjang tahun ini. Kejadian
tersebut disebabkan beberapa klaim
I.1.1. Jumlah Letusan Konflik Agraria TNI di atas tanah-tanah garapan dan
Berdasarkan Sektor kampung, seperti lapangan udara (Lanud),
pusat latihan tempur (Puslatpur) dan
Letusan konflik terbesar kembali terjadi
klaim aset tanah TNI di atas tanah-tanah
di sektor perkebunan dengan jumlah
garapan dan pemukiman masyarakat
87 letusan konflik, disusul sektor
(lihat gambar 1).
infrastruktur sebanyak 83 letusan konflik,

Gambar 1.  Jumlah Letusan Konflik Agraria Berdasarkan Sektor

4 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


a. Konflik Agraria Sektor Perkebunan Meskipun jumlahnya lebih sedikit di
Dari total jumlah letusan konflik tahun ini, konflik agraria akibat klaim
sebanyak 87, terdapat dua tipologi atau operasi perkebunan negara patut
jenis perusahaan dalam konflik agraria mendapat perhatian khusus karena
sektor perkebunan, yakni perkebunan existing konfliknya banyak, umumnya
swasta dan perkebunan negara. Tahun telah terjadi selama puluhan tahun, dan
ini perusahaan perkebunan swasta dalam sejarahnya sedikit sekali yang
mendominasi konflik agraria sejumlah 61 diselesaikan pemerintah. Termasuk
pada 2019. Sisanya adalah konflik warga penyelesaiannya melalui redistribusi
dengan perusahaan perkebunan negara tanah kepada masyarakat dalam
(BUMN/BUMD) sebanyak 26 letusan kerangka reforma agraria. Akibatnya ada
konflik. ribuan desa, pemukiman, tanah garapan
dalam status konflik dengan PTPN (lihat
gambar 2)

Warga Desa Sigapiton, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara menghadang aparat
keamanan yang akan melakukan penggusuran tanah masyarakat.

Laporan Konflik Agrari 5


Gambar 2.  Konflik Agraria Sektor Perkebunan Berdasarkan Jenis Pemilikan Perusahaan

6 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Dari sisi komoditas perkebunan, konflik Sawit, lazim disebut Inpres Moratorium
agraria didominasi oleh perkebunan Sawit belum berjalan secara maksimal.
berbasis komoditas kelapa sawit Padahal Inpres dimaksudkan pula
dengan total konflik sebanyak 69, untuk memberi jalan penyelesaian
diikuti perkebunan karet sebanyak konflik tenurial dengan masyarakat. Ia
6, perkebunan tebu 5, holtikultura mengatur tentang penertiban izin-izin
3, perkebunan kopi dan singkong perusahaan perkebunan sawit yang
sebanyak 2 letusan konflik. Situasi ini terbukti melakukan pelanggaran berupa
mengindikasikan bahwa implementasi tumpang-tindih dengan tanah garapan
Inpres No. 8/2018 tentang Penundaan dan pemukiman masyarakat, serta
dan Evaluasi Perizinan Perkebunan tanah perkebunan perusahaan yang
Kelapa Sawit serta Peningkatan ditelantarkan maupun masa berlakunya
Produktifitas Perkebunan Kelapa HGU-nya telah habis. (lihat gambar 3).

Gambar 3.  Konflik Agraria Sektor Perkebunan Berdasarkan Jenis Komoditas

Laporan Konflik Agrari 7


Dari tahun ke tahun sektor perkebunan
selalu tertinggi. Tingginya eskalasi konflik
agraria di sektor ini disebabkan oleh
mudahnya pemerintah memberikan izin
usaha perkebunan melalui penerbitan izin
lokasi dan HGU, tanpa melihat situasi di
lapangan yang menyebabkan tumpang-
tindih perkebunan dengan wilayah hidup
masyarakat

Dari tahun ke tahun sektor perkebunan pengganggu usaha, pembalak liar, bahkan
selalu tertinggi. Tingginya eskalasi konflik kriminal, tanpa melihat latar belakang
agraria di sektor ini disebabkan oleh konflik agraria yang seringkali diawali
mudahnya pemerintah memberikan izin praktek perampasan tanah petani,
usaha perkebunan melalui penerbitan masyarakat adat, atau perkampungan.
izin lokasi dan HGU, tanpa melihat situasi
di lapangan yang menyebabkan tumpang- b. Konflik Agraria Sektor
Infrastruktur
tindih perkebunan dengan wilayah hidup
masyarakat. Diperparah oleh tertutupnya Secara agregat, dari total 83 letusan
informasi mengenai HGU, utamanya konflik agraria sektor infrastruktur
HGU-HGU yang bermasalah dengan terbagi ke dalam pembangunan fasilitas
warga. Di sisi lainnya, pemerintah (pusat umum sebanyak 28 konflik, fasilitas
dan daerah) seringkali memandang sosial 13, jalan tol sebanyak 11 letusan,
konflik agraria tersebut sebagai infrastruktur pariwisata 9 konflik,
bentuk gangguan usaha perkebunan bandara 6, kereta api 5, pembangkit listrik
(UU Perkebunan). Pandangan ini 5, fasilitas pemerintah/negara 4, dan
telah menempatkan masyarakat yang waduk/banjir kanal/bendungan sebanyak
berkonflik dengan perusahaan sebagai 2 konflik (lihat gambar 4).

8 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Gambar 4.  Konflik Agraria Sektor Infrastruktur

p r e diksi
t e l a h mem ruktur
0 1 8 KPA i nf rast
t a h u 2 i s e kto r
b a b nya,
Ca ria d ny e
Pada konflik agra tahun ini. Pe Nasional
a
bahw lonjak pad
a
k S t rategi a suki
me y e e m
akan a d a ri Pro s e d a ng m
nah
a k s i s u l a i / a n t a
bany a h u n ini m p e n gada
di t dan
(PSN) penyiapan
tahap

Laporan Konflik Agrari 9


Peristiwa PENGGUSUSAN DI SEKTOR
INFRASTRUKTUR yang sempat menjadi sorotan
masyarakat secara luas adalah sektor infrastruktur
pendukung pariwisata, yang didominasi oleh proyek
pemerintah terkait pengembangan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN). Beberapa kasus melibatkan
badan otorita pariwisata yang dibentuk pemerintah
(BOPDT, BOPLB, dll.) atau perusahaan BUMN seperti
Indonesia Tourism Development.

Jika dibanding tahun sebelumnya, terjadi Peristiwa penggususan di sektor


peningkatan drastis dari hanya 16 kasus infrastruktur yang sempat menjadi
pada 2018, menjadi 83 letusan konflik sorotan masyarakat secara luas adalah
agraria pada tahun ini. Pada Catahu 2018 sektor infrastruktur pendukung
KPA telah memprediksi bahwa konflik pariwisata, yang didominasi oleh proyek
agraria di sektor infrastruktur akan pemerintah terkait pengembangan
melonjak pada tahun ini. Penyebabnya, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
banyak sisa dari Proyek Strategi Nasional (KSPN). Beberapa kasus melibatkan
(PSN) di tahun ini mulai/sedang memasuki badan otorita pariwisata yang dibentuk
tahap penyiapan dan pengadaan tanah. pemerintah (BOPDT, BOPLB, dll.) atau
Sebut saja pembangunan jalan tol Medan- perusahaan BUMN seperti Indonesia
Binjai, pembangunan jalan menuju Tourism Development.
wilayah pariwisata Danau Toba, jalan
Sebagaimana diketahui, dari 88 KSPN
tol Kunciran-Cengkareng, perluasan
yang ditetapkan melalui Peraturan
runway terminal 3 Bandara Soerkarno-
Pemerintah RI No. 5/2011 tentang
Hatta, dan PLTU Teluk Sepang. Situasi ini
Rencana Induk Pe m b a n g u n a n
juga ditambah persoalan konflik agraria
Kepariwisataan Nasional 2010-2025,
yang muncul kembali akibat pengadaan
10 diantaranya, oleh Jokowi dinaikkan
tanah pada tahun-tahun sebelumnya
statusnya menjadi proyek strategis
masih manyisakan sarat masalah, seperti
nasional (PSN) melalui Peraturan
pembanguan jalan tol Manado-Bitung
Presiden RI No. 6/2016 tentang
dan pembangunan Bandara Kediri.
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional. Kemudian, pemerintah

10 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Indonesia mempresentasikan rencana industri pariwisata di Kawasan Danau
tersebut kepada seluruh delegasi negara Toba. Penggusuran ini disertai tindakan
dalam pertemuan IMF-World Bank di kekerasan dimana penolakan warga
Bali, Oktober 2018. disikapi dengan alat berat untuk
menggusur paksa dan mobilisasi aparat
Guna menyukseskan rencana tersebut,
kepolisian.
Pemerintah Indonesia membentuk
Badan Otorita Pariwisata (BOP). Badan Di Nusa Tenggara Timur (NTT), warga
ini merupakan lembaga khusus yang Pulau Komodo tahun ini menghadapi
dibentuk pemerintah untuk membangun ancaman penggusuran dari kampung
destinasi pariwisata super premium di 10 mereka. Ihwal kejadian ini dipicu rencana
kawasan. Setiap kawasan, Danau Toba, Gubernur NTT, Viktor Laiskodat yang
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Pulau ingin mensterilkan kawasan Pulau
Seribu, Candi Borobudur, Mandalika, Komodo dari kehidupan manusia.
Gunung Bromo, Wakatobi, Labuan Bajo, Argumentasi yang dibangun pemprov
dan Morotai dikelolah oleh masing- adalah bahwa keberadaan manusia
masing Badan Otorita yang ditetapkan (aktivitas perkampungan warga komodo
melalui Peraturan Presiden (Perpres). menjadi aspek yang mempengaruhi,
Lembaga negara yang ditugaskan bahkan dianggap mengganggu habitat
membangun 10 kawasan tersebut untuk hewan komodo. Rencana dan alasan
dijadikan destinasi wisata 10 “Bali Baru” pemerintah ini menuai kecemasan dan
yang dikemas dalam narasi “Destinasi penolakan dari warga Pulau Komodo.
Pariwisata Super Premium”. Lima Sementara hasil studi Sunspirit, Anggota
diantaranya ditargertkan rampung pada KPA di Nusa Tenggara Timur menemukan
tahun ini, yakni Mandalika, Labuan Bajo, fakta bahwa kebijakan tersebut lebih
Danau Toba, Borobudur dan Bitung. mengarah pada upaya sistematis
memuluskan proyek investasi pariwisata
Di Sumatra Utara, Badan Otorita
di kawasan tersebut. Alasan keberadaan
Pariwisata Danau Toba (BPODT) baru-
masyarakat pulau mengganggu habitat
baru ini menggusur tanah adat dan
komodo sangat tidak memiliki dasar
kebun masyarakat adat Na Opat di
ilmiah, dan tanpa mempertimbangan
Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata,
aspek kesejarahan, kebudayaan dan
Kabupaten Toba Samosir untuk
ekologi dari kehidupan di Pulau Komodo.
kepentingan membangun jalan dari The
Hubungan antara manusia (baca: warga
Nomadic Kaldera Toba Escape menuju
komodo) dengan hewan mamalia terbesar
Batu Silali sepanjang 1,9 Km dan lebar
tersebut sudah berlangsung harmonis
18 meter. Pembangunan jalan tersebut
dan saling bergantung satu-sama lain
merupakan bagian dari pengembangan
secara turun-temurun dan merupakan

Laporan Konflik Agrari 11


bagian dari lingkaran keseimbangan paling prestisius di dunia. Targetnya, ajang
ekologis Pulau Komodo. Warga komodo balap ini menjadi pemantik kedatangan
mengibaratkan komodo sebagai saudara ratusan, bahkan ribuan wisatawan dalam
kandung bagi mereka. Justru kehadiran dan luar negeri ke NTB.
investor dan pemerintah lebih banyak
bersifat mengganggu keseimbangan c. Konflik Agraria Sektor Properti
habitat Komodo, sekaligus merubah Secara agregat, dari total 46 letusan
kultur dan cara hidup warga Komodo konflik di sektor properti dan pariwisata,
sendiri. tahun ini terbagi ke dalam pengembangan
kawasan perumahan sebanyak 19, resort
Sementara di Nusa Tenggara Barat (NTB),
6, pusat perkantoran 6, pembangunan
pengembangan pariwisata Mandalika
mall 4, pabrik 3, sementara pembangunan
juga sarat konflik agraria. Sebabnya,
villa, real estate, hotel dan apartemen
warg a m e ra s a d i r ug i kan ka r ena
masing-masing terjadi 2 letusan konflik.
menjadi korban pembebasan lahan
Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah
untuk pembangunan sirkuit balap yang
ini tercatat menurun drastis, mengingat
terintegrasi ke dalam kawasan pariwisata
pada 2018 terjadi 137 letusan konflik di
tersebut. Rencananya, sirkuit ini akan
sektor ini (lihat gambar 5).
menggelar ajang balapan MotoGP pada
tahun 2021, salah satu ajang balapan

Gambar 5.  Konflik Agraria Sektor Properti

12 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Dalam analisa KPA, penurunan jumlah akibat proyek pembangunan perumahan
terkait dengan kontestasi politik Citraland di Palembang, Sumatra Selatan,
2019. Pemilihan presiden (pilpres) dan yang menyerobot 2,5 hektar tanah hak
pemilihan legislatif (pileg) menyebabkan milik dari 39 orang warga setempat.
ketidakpastian situasi politik yang Sementara di Bintaro, Jaya Real Properti
membuat para pengusaha dan Grup terlibat konflik dengan warga
perusahaan di bidang properti cenderung terkait proyek Bintaro Mall Xchange dan
menahan diri untuk menanamkan pembangunan Bintaro Jaya, yang juga
investasinya. menyerobot tanah warga setempat.

Konflik agraria di sektor properti ini d. Konflik Agraria Sektor


melibatkan perusahaan-perusahaan Pertambangan
pengembang swasta, seperti Ciputra
Sektor pertambangan menyumbangkan
Grup, PT. Jaya Property, Sentul City, PT.
letusan konflik sebanyak 24 yang terbagi
Ubud Resort Development, PT. Mitra
ke dalam konflik tambang batu bara
Adi Perkasa, PT. AKR Land Development,
sebanyak 5 konflik, tambang emas 5,
PT. Duta Pertiwi Tbk. Kasus Ciputra
tambang nikel 5, tambang pasir 5, timah
Grup misalnya, adalah konflik agraria
2 dan migas 2 konflik (lihat gambar 6).

Gambar 6.  Konflik Agraria Sektor Pertambangan

Laporan Konflik Agrari 13


Kasus-kasus konflik tersebut melibatkan Di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan,
beberapa perusahaan swasta ternama. terjadi konflik agraria antara warga
Sebut saja PT. Vale Indonesia (dahulu Desa Salipolo, Kecamatan Campa
PT. Inco), perusahaan yang bergerak di dengan PT Alam Sumber Rejeki (ASR).
bidang pertambangan nikel tersebut Musababnya, aktivitas perusahaan yang
terlibat konflik penguasaan lahan melakukan penambangan pasir sungai
tambang dengan warga disejumlah (Galian C) di aliran Sungai Saddang
desa di Kecamatan Nuha, Towuti, dan yang berada di wilayah desa. Warga
Wawondula, Kabupaten Luwuk Timur, menolak kegiatan tersebut karena
Sulawesi Selatan. Konflik bermula dari menilai areal penambangan merupakan
operasi tambang perusahaan yang daerah rawan erosi, rawan banjir dan
menyerobot tanah warga dan tanah milik jaraknya berdekatan dengan pemukiman
adat. Selanjutnya, aktivitas PT. Adaro serta lahan tambak warga. Selain itu,
Indonesia yang menyebabkan konflik pihak perusahaan juga tidak pernah
penguasahaan lahan dengan masyarakat melakukan sosialisasi dengan warga serta
di Desa Maburai Kecamatan Murung memperlihatkan IUP mereka.
Pudak, Kabupaten Tabalong, Kalimantan
Di Jawa Timur, salah satu BUMN, yakni
Selatan. Warga menilai, perusahaan
PT. Pertamina (Persero) terlibat konflik
tambang batu bara tersebut telah
dengan masyarakat. Perkaranya, terkait
menyerobot tanah perkebunan karet dan
rencana salah satu perusahaan plat
cempedak milik mereka.
merah tersebut membangun kilang
Di Sulawesi Tenggara, keberadaan minyak, bekerjasama dengan Rofsnet,
tambang di Konawe Kepulauan dan salah satu perusahaan dari Rusia.
Pulau Wawoni kembali memanas Area pembangunan kilang minyak
sepanjang 2019. Penyebabnya, dipicu tersebut mencaplok 493 hektar lahan
tindakan PT. Gema Kreasi Perdana milik warga Desa Wadung, Kaliuntu
yang memasukkan alat berat mereka dan Sumergeneng, Kecamatan Jenu,
dengan dibantu oleh aparat keamanan Kabupaten Tuban, dari total 841
ke lahan-lahan pertanian warga. Pihak hektar yang telah direncanakan. Warga
perusahaan tetap memaksa memasuki lantas menolak rencana pembebasan
kawasan meski mendapat penolakan tersebut dan menilai penetapan
dari warga. Akibatnya bentrokan antara lokasinya bermasalah. Terakhir, tindakan
warga dengan aparat keamanan tidak protes dan penolakan warga tersebut
terelakkan. Terhitung, sepanjang 2019, memakan korban, di mana tiga orang
terjadi 3 kali gesekan antara warga petani Jenu ditangkap pada tanggal
dengan perusahaan beserta aparat. 22 Desember lantaran menggelar aksi

14 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


protes pembangunan kilang minyak saat oleh konflik warga dengan kawasan
kunjungan Presiden Jokowi. hutan produksi (HP) sebanyak 17 letusan
konflik, kawasan hutan lindung 2 dan
e. Konflik Agraria Sektor Kehutanan kawasan konservasi 1 letusan konflik.
Dari 20 letusan konflik agraria di sektor
kehutanan, secara agregat didominasi

Gambar 7.  Konflik Agraria Sektor Kehutanan

Cerminan utama konflik agraria di wilayah kehutanan


disebabkan penguasaan tanah oleh korporasi
pemegang izin Hutan Tanaman Industri (HTI). Dari
17 konflik di kawasan hutan produksi (HP), 16 konflik
adalah konflik warga dengan izin Hutan Tanaman
Industri (HTI), sementara 1 konflik sisanya adalah
konflik warga dengan perusahaan pemegang Izin
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IPHHBK).

Laporan Konflik Agrari 15


Cerminan utama konflik agraria di wilayah antar warga yang bertikai. Jika kita
kehutanan disebabkan penguasaan tanah menarik ke belakang, guratan konflik
oleh korporasi pemegang izin Hutan di Mesuji telah terbentang sejak lama.
Tanaman Industri (HTI). Dari 17 konflik di Tercatat puluhan korban tewas dalam
kawasan hutan produksi (HP), 16 konflik putaran konflik agraria di Mesuji sejak
adalah konflik warga dengan izin Hutan 1999. Jika ditarik lebih jauh, akar
Tanaman Industri (HTI), sementara 1 konflik Mesuji terjadi akibat kebijakan
konflik sisanya adalah konflik warga serampangan pemerintah Orde Baru
dengan perusahaan pemegang Izin kepada pe r usahaan-pe r usahaan
Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu industri kehutanan di atas tanah-tanah
(IPHHBK). masyarakat.

Pada konsesi HTI, konflik agraria tahun Persoalan konflik kehutanan pada
ini ditandai dengan kembali memanasnya areal HTI lainnya yang mengundang
kasus Mesuji. Konflik Mesuji kali ini atensi luas pada tahun ini ialah konflik
terjadi akibat bentrokan warga Pematang terbuka antara petani Serikat Mandiri
Panggang, Mesuji dengan warga KHP Batanghari (SMB) dengan PT. Wira
Register 45 Mekar Jaya Abadi. Bentrokan Karya Sakti (WKS), anak perusahaan
dipicu aktivitas pembajakan lahan yang Sinarmas Group di Batanghari, Jambi.
dilakukan kelompok warga Pematang Konflik ini diikuti penangkapan secara
Panggang, Mesuji Raya di atas lahan besar-besaran anggota SMB oleh aparat
kelompok Mekar Jaya Abadi. Merasa kepolisian. Terhitung 45 anggota SMB
tidak terima, warga Mekar Jaya Abadi ditahan, terdiri dari 41 laki-laki dan
berbondong-bondong mengamankan 4 perempuan. Bahkan, berdasarkan
warga yang sedang membajak tersebut. pengakuan warga ada tiga anak yang juga
Tidak lama berselang operator bajak turut ditangkap saat peristiwa tersebut,
membawa rekannya serta melalukan meski belakangan dibantah oleh pihak
penyerangan. Bentrokan pun tidak kepolisian. Awal mula letusan kembali
terhindarkan antara dua kubu tersebut. konflik ini di tahun 2019 dipicu oleh
Dari catatan KPA di lapangan bentrokan penyerangan para petani ke Kantor PT.
tersebut telah menewaskan 5 orang WKS. Akan tetapi, akar persoalan konflik
dan lainnya mengalami luka-luka akibat agraria ini penyebab utamanya adalah
sabetan senjata tajam. akibat penguasaan tanah oleh PT. WKS
banyak yang tumpang-tindih dengan desa
Persoalan konflik Mesuji bukanlah
atau menyerobot tanah garapan warga.
perkara baru, peristiwa ini juga tidak
bisa dilihat sebagai pertentangan

16 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Persoalan konflik Mesuji bukanlah perkara
baru, peristiwa ini juga tidak bisa dilihat sebagai
pertentangan antar warga yang bertikai. Jika kita
menarik ke belakang, guratan konflik di Mesuji telah
terbentang sejak lama. Tercatat puluhan korban tewas
dalam putaran konflik agraria di Mesuji sejak 1999.

Warga RW 11 Tamansari Bandung Mencoba


Menghadang Aparat yang Tengah Mengawal
Penggusuran Rumah Mereka

Ada pula persoalan tumpang-tindih kawasan tersebut tumpang-tindih dengan


kampung dan tanah garapan masyarakat wilayah adat Matteko.
dengan PT. Adi Mitra Pinus Utama yang
Sementara, konflik agraria kronis di
memegang IPHHBK di Kecamatan
kawasan hutan di Jawa terjadi di area-
Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi
area yang ditetapkan sebagai wilayah
Selatan. Konflik ini berawal dari laporan
Perhutani dan industri kehutanan. Di
pihak perusahaan kepada pihak kepolisian
wilayah-wilayah yang dikuasai Perhutani
dengan tuduhan bahwa warga mengambil
misalnya, berakar dari masalah mendasar
getah pinus di kawasan konsesi. Padahal

Laporan Konflik Agrari 17


soal tata batas kawasan Perhutani yang batas dengan masyarakat. Jadilah, klaim-
menggunakan peta-peta klaim yang sama klaim kawasan hutan tumpang-tindih
sekali berbeda dengan peta dan klaim dengan pemukiman, tanah garapan
yang dimiliki pemerintah desa maupun dan fasilitas umum serta fasilitas sosial
warga. Perhutani menggunakan peta penduduk. Bahkan di Lampung, salah
kawasan kehutanan yang dikeluarkan satu pasar kecamatan masih berstatus
pada era kolonial. Sementara, penduduk sebagai kawasan hutan. Dengan status
mengacu pada peta desa, surat berada di dalam klaim kawasan hutan,
pajak tanah, surat ukur BPN, hingga maka setiap hari penduduk desa ini rawan
bukti kesejarahan dan fisik berupa mengalami kriminalisasi, penggusuran
tanaman milik penduduk yang sudah dan pengusiran paksa dengan dalih
puluhan tahun, pemakaman tua dan melanggar batas kawasan hutan.
perkampungan warga.
Dengan begitu, penerbitan UU
Persoalan utama konflik agraria di No.41/1999 tentang Kehutanan
kawasan hutan di Indonesia disebabkan memperlihatkan bahwa Negara
keberadaan Undang-Undang No. sebenarnya telah menghidupkan kembali
41/1999 tentang Kehutanan. Undang- konsep Domein Verklaring, konsep yang
Undang tersebut mengatur kewenangan dipakai pemerintah kolonial dahulu untuk
Kementerian Lingkungan Hidup dan merampas tanah-tanah penduduk dengan
Kehutanan (KLHK) yang secara sepihak menetapkannya sebagai kawasan hutan,
dapat menunjuk kawasan hutan. Setelah artinya kawasan milik negara.
proses penunjukkan, KLHK diharuskan
melakukan penetapan batas pemetaan
dan penetapan kawasan hutan. Tujuan
akhirnya adalah terciptanya suatu
kawasan yang legal dan legitimate. Legal penerbitan UU NO.41/1999
berarti secara hukum sudah mengikuti TENTANG KEHUTANAN
tata aturan yang sudah ditetapkan (baik memperlihatkan bahwa Negara
secara prosedural maupun substansi), dan sebenarnya telah menghidupkan
legitimate berarti adanya pengakuan dan kembali konsep Domein Verklaring,
konsep yang dipakai pemerintah
penerimaan dari pihak lain atas tata batas
kolonial dahulu untuk merampas
dan keberadaan kawasan hutan tersebut.
tanah-tanah penduduk dengan
Persoalannya, penunjukkan ini tanpa menetapkannya sebagai kawasan
hutan, artinya kawasan milik
diawali dengan inventarisir penguasaan
negara.
riil di lapangan dan kesepakatan tata

18 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


f. Konflik Agraria Sektor Fasilitas sebanyak 4 konflik, sisanya 1 konflik
Militer terkait lapangan udara (Lanud) – lihat
Ada 10 letusan konflik agraria terkait gambar 8. Terkait konflik dengan asset
fasilitas militer, terdiri dari konflik warga TNI, banyak konflik terjadi akibat adanya
dengan klaim asset TNI sebanyak 5 klaim asset TNI di atas tanah garapan dan
konflik, Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) pemukiman/perkampungan warga.

Gambar 8.  Konflik Agraria Sektor Fasilitas Militer

Konflik agraria yang mendapat perhatian yang menggarap tanah tersebut.


luas pada tahun ini ialah konflik agraria Bentrokan ini menyebabkan 16 orang
antara petani dengan TNI di Urutsewu, petani penggarap terluka akibat
Kebumen, Jawa Tengah. Dalam catatan kekerasan yang dilakukan TNI.
KPA, konflik ini merupakan konflik
Konflik agraria yang diakibatkan klaim-
lama antara Kodam Diponegoro, Jawa
klaim TNI di atas tanah-tanah masyarakat
Tengah dengan Forum Paguyuban Petani
sudah jamak terjadi di Indonesia, bahkan
Kebumen Selatan (FKPPS). Bahkan sejak
sudah berlangsung sejak pemerintahan
2010-2019 telah terjadi empat kali
Orde Lama. Hingga kini konflik
letusan konflik. Pada tahun ini, konflik
struktural lama dengan TNI belum ada
dipicu oleh pihak TNI yang bersikeras
penyelesaiannya yang berkeadilan bagi
hendak melakukan pemagaran secara
petani.
paksa, namun ditolak oleh para petani

Laporan Konflik Agrari 19


Massa Aksi Hari Tani Nasional 2019
Melakukan Long March Menuju Istana Negara

l a i m TNI
- k
n klaim
a k i b a t ka
a h j a mak
i
r i a y ang d a r a kat sud g s ung
g r a a s y r l a n
ka m ah be
Konfli n a h -t anah
a n s u d a kini
s t a a h k i n g g
di ata d o n esia, b L a ma. H ada
i d i In O r d e e l u m
terjad e r i ntahan g a n TNI b t ani.
p e m a d e n g i p e
sejak k t u ral lam e a d i lan ba
k stru g berk
konfli a y a n
e l e s a ianny
peny

20 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


g. Konflik Agraria Sektor Pesisir dan pertambakan sebanyak 4 konflik dan
Pulau-pulau Kecil sektor pariwisata 1 konflik dan zonasi
Secara agregat, dari 6 letusan konflik wilayah tangkap 1 konflik.
agraria yang terjadi di sektor pesisir dan
pulau-pulau kecil terbagi ke dalam sektor

Gambar 9.  Konflik Agraria Sektor Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Salah satu konflik tambak yang meletus Hidup Lembata karena belum memiliki
tahun ini disebabkan oleh pembangunan izin AMDAL.
tambak udang oleh PT. Trans Lembata
Di Pulai Pari, Kepulauan Seribu, DKI
seluas 5 (lima) hektar di Desa Merdeka,
Jakarta, konflik antara warga Desa Pari
Kecamatan Lebatukan, Kabupaten
dengan PT. Bumi Asri dan PT. Griyanusa
Lembaga, Nusa Tenggara Timur (NTT).
kembali mencuat. Konflik ini mulanya
Aktivitas tersebut menimbulkan
dipicu aksi klaim pihak perusahaan di
penolakan dari masyarakat adat Kolibuto
atas pemukiman warga. Padahal, menurut
karena akan menyebabkan kerusakan
laporan Hasil Akhir Pemeriksaan (LAHP)
pada kawasan hutan mangrove yang
Ombudsman RI pada bulan April
berada di desa tersebut. Penolakan
2018, proses penerbitan HGB yang
semakin meluas dari organisasi
diklaim oleh pihak perusahaan terbukti
masyarakat sipil dan Dinas Lingkungan
maladministrasi.

Laporan Konflik Agrari 21


Pada tahun ini, warga Pulau Pari juga nelayan sangat minim dibanding zona
memprotes penerbitan Perda Rencana industri pariwisata dan tambang.
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau (RZWP-3-K) oleh Pemerintah h. Konflik Agraria Sektor Pertanian
DKI Jakarta. Keberadaan RZWP-3-K Di sektor pertanian tahun ini terjadi
ini mengatur dan menetapkan zonasi 3 kejadian konflik yang disebabkan
wilayah tangkap bagi nelayan di Pesisir perkara tanah gogolan sebanyak 2
Jakarta dan Kepulauan Seribu seluas 70 konflik, sisanya satu konflik terkait tanah
hektar di Penjaringan dan Pantai Mutiara. transmigrasi – lihat gambar 10. Tanah
Kebijakan zonasi ini menyebabkan gogolan merupakan tanah kas desa, yang
terbatasnya wilayah tangkap para oleh pemerintah desa diberikan kepada
nelayan di sekitaran Jakarta dan Pulau masyarakat dan petani untuk digarap.
Seribu. Peruntukkan wilayah untuk

Gambar 10.  Konflik Agraria Sektor Petanian

Konflik agraria di sektor pertanian salah konflik antara warga transmigran dengan
satunya yang terjadi di Desa Sukapulih, warga Desa Seriguna, Kecamatan Teluk
Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Gelam. Kejadian ini disebabkan lahan
Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. pertanian garapan seluas 100 hektar
Konflik terjadi akibat kebijakan program oleh 100 KK warga transmigran tiba-
transmigrasi Trans Liposos Kementerian tiba digugat oleh warga Seriguna sebagai
Sosial sejak 1986. Baru-baru ini, terjadi tanah milik warga setempat. Konflik

22 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


wilayah konflik terluas terjadi di sektor kehutanan
dengan luasan 274.317,3 hektar, dimana 95%-nya
atau seluas 261.997,2 hektar melibatkan perusahaan
pemegang HTI yang berkonflik dengan penduduk.

agraria di wilayah transmigran utamanya perusahaan pemegang HTI yang


disebabkan oleh proses land clearing yang berkonflik dengan penduduk.
belum tuntas, sehingga menyebabkan
Posisi kedua di tahun 2019 ditempati
terjadinya tumpang tindih klaim antar
sektor perkebunan dengan luasan
warga pendatang dengan warga lokal,
mencapai 239.395,1 hektar. Dari jumlah
termasuk konflik antara warga dengan
tersebut, 82%-nya atau 195.354 hektar
konsesi kebun dan hutan.
terjadi di areal perkebunan sawit.
Selanjutnya sektor pertambangan
I.1.2. Luasan Wilayah Konflik Agraria
dengan luasan 164.490,7 hektar, sektor
Sepanjang tahun 2019, konflik agraria infrastruktur dengan luasan 36.978,6
terjadi di atas tanah seluas 734.293,4 hektar, sektor properti dengan luasan
hektar. Berdasarkan sektor konflik 14.299,7, sektor fasilitas militer seluas
agraria, wilayah konflik terluas terjadi 3.170,6, pesisir/kelautan dan pulau-pulau
di sektor kehutanan dengan luasan kecil seluas 190,34 hektar dan sektor
274.317,3 hektar, dimana 95%-nya atau pertanian seluas 145 hektar.
seluas 261.997,2 hektar melibatkan

Gambar 11.  Luasan Wilayah Konflik Agraria

Laporan Konflik Agrari 23


Bahwa konflik agraria di sektor perkebunan (utamanya perkebunan
sawit), kehutanan (utamanya HTI) dan pertambangan bukan hanya
persoalan jumlah konflik yang tinggi, tetapi juga memperlihatkan
bahwa politik pengalokasian tanah bagi kepentingan konsesi
perusahaan dan izin eksploitasi kekayaan alam demikian luasnya
diberikan pemerintah kepada perusahaan konsesi. Sebagian besar
proses tersebut dilancarkan melalui praktik perampasan tanah di
areal pertanian dan pemukiman penduduk. Tidaklah mengherankan
ada puluhan ribu desa di Indonesia tumpeng-tindih dengan konsesi
perkebunan, kehutanan dan pertambangan.

Data di atas menunjukkan kenyataan telah diberikan izin pemanfaatan di


bahwa konflik agraria di sektor area Hutan Produksi (HP). Sekitar 61
perkebunan (utamanya perkebunan % (atau setara dengan 18,8 juta hektar)
sawit), kehutanan (utamanya HTI) dan berupa Izin Usaha Pemanfaatan Hasil
pertambangan bukan hanya persoalan Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-
jumlah konflik yang tinggi, tetapi HA). Sementara 36 % (atau 11,18 juta
juga memperlihatkan bahwa politik hektar) berupa Izin Usaha Pemanfaatan
pengalokasian tanah bagi kepentingan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman
konsesi perusahaan dan izin eksploitasi (IUPHHK-HT). Sementara di sektor
kekayaan alam demikian luasnya perkebunan kelapa sawit, penguasaan
diberikan pemerintah kepada perusahaan komoditas sawit 14,6 juta hektar tanah di
konsesi. Sebagian besar proses tersebut Indonesia. Sekitar 7,7 juta hektar dikuasai
dilancarkan melalui praktik perampasan korporasi swasta dan 713.121 hektar
tanah di areal pertanian dan pemukiman dikuasai perkebunan milik negara (Dirjen
penduduk. Tidaklah mengherankan ada Perkebunan, 2019).
puluhan ribu desa di Indonesia tumpeng-
tindih dengan konsesi perkebunan, I.1.3. Sebaran Konflik Agraria
kehutanan dan pertambangan.
Sepanjang tahun 2019, konflik agraria
Pada akhirnya, praktik perampasan kembali terjadi di seluruh provinsi di
tanah tersebut telah menyebabkan tanah air. KPA mencatat, konflik tertinggi
ketimpangan agraria. Misalnya, menurut terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak
data KLHK 2018, saat ini terdapat 28 konflik, Sumatra Utara 24 konflik,
30,7 juta hektar kawasan hutan yang Kalimantan Tengah 23 konflik, Jawa

24 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Timur 21 konflik, Jambi 16 konflik, DKI Selanjutnya Sulawesi Tengah dengan luas
Jakarta 16 konflik, Riau 14 konflik, Aceh 73.445 hektar, Lampung dengan luasan
12 konflik, Sulawesi Selatan 12 konflik 65.176 hektar, Sulawesi Tenggara 49.748
dan Jawa Tengah 11 konflik. hektar, Kalimantan Timur 45.013,73
hektar, Aceh 43.658 hektar, dan Riau
Meski berada di peringkat ke-5 dari sisi
25.198 hektar.
jumlah konflik, namun Provinsi Jambi
merupakan penyumbang konflik agraria
yang paling luas, yakni 270.086,9 hektar.

Gambar 12.  Sebaran Konflik Agraria

Ket: dalam luasan hektar

Laporan Konflik Agrari 25


a. Jawa Barat Bojong Koneng, Kecamatan Babakan
Madang berkonflik dengan PT. Sentul
Tahun ini, Jawa Barat adalah penyumbang
City akibat penyerobotan tanah warga
tertinggi letusan konflik agraria. Konflik
oleh perusahaan. Di sisi lain, perusahaan
didominasi oleh konflik agrarian antara
milik Kwee Cahyadi Kumala tersebut
warga dengan proyek pembangunan
melakukan praktek land banking di Bogor
infrastruktur, properti, Perhutani dan
dan Jonggol dengan penguasaan seluas
PTPN.
15.000 hektar, dan baru 2.000 hektar
Di sektor infratstruktur, salah satu konflik yang dikembangkan.
meledak akibat proses pembebasan lahan
Di sektor perkebunan, konflik agraria
untuk pembangunan jalan tol Depok-
didominasi antara petani dan warga
Antasari di Depok, pembebasan lahan
dengan perusahaan perkebunan di Jawa
untuk pembangunan jalan tol Bekasi-
Barat bagian selatan. Di Pangandaran,
Cawang-Kampung Melayu (Becakayu),
konflik dipicu eks-HGU PT. Cikencreng
pembebasan lahan untuk pembangunan
seluas 368,17 hektar di Desa Sindangsari
jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi)
dan Sukajaya Kecamatan Cimerak. HGU
sesi II dan pembebasan lahan untuk
tersebut telah habis masa berlakunya
pembangunan LRT Cawang-Bekasi.
sejak 1997 dan sekitar 113,5 hektar
Konflik yang paling anyar di sektor lahan tersebut telah digarap oleh 121
properti adalah penggusuran warga petani sejak 1999 yang merupakan
Tamansari, Kota Bandung untuk anggota Serikat Petani Pasundan (SPP).
pembangunan rumah deret yang Lokasi ini sudah diusulkan sebagai
terjadi pada Desember 2019. Warga Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA)
menolak penggusuran tersebut karena kepada pemerintah untuk diselesaikan.
klaim Pemkot Bandung atas tanah Namun pada tahun 2017, Bupati
di Tamansari tidak berdasar. Hal ini Pangandaran menerbitkan HGB di atas
diperkuat oleh pernyataan Kepala lahan tersebut melalui Surat Keputusan
Bidang Penanganan Masalah dan (SK) Bupati Pangandaran per tanggal 6
Pengendalian Pertanahan Kota Bandung Desember 2017 dengan Nomor.503/
yang mengatakan bahwa mereka belum Kpts.395–Huk/2017 tentang Pemberian
pernah mengeluarkan sertifikat apapun Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah
di kawasan Tamansari. Pernyataan (IPPT) untuk Pembangunan Agrowisata
tersebut mengindikasikan bahwa klaim “Pangandaran Dreamland” seluas 368,17
kepemilikan Pemkot Bandung di atas hektar kepada PT. Cikencreng.
tanah tersebut belum mempunyai dasar
hukum yang jelas. Di Bogor, warga Desa

26 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Selanjutnya, konflik perkebunan lainnya Meski hanya dua kasus yang terjadi
adalah antara petani penggarap Pasir sepanjang tahun ini, akan tetapi konflik
Bitung, Sagaranten, Kabupaten Sukabumi agraria yang melibatkan Perhutani
dengan PT. Indah Bumi Plantasi, konflik jauh lebih besar. Menurut pendataan
antara petani penggarap di Kecamatan LPRA yang dilakukan KPA, hingga saat
Ciracap Sukabumi dengan PT. Asabaland, ini sedikitnya ada 89 kampung/desa
konflik antara petani penggarap Desa di 21 kabupaten/kota di Jawa yang
Undrusbinangun Kecamatan Kadudampit berkonflik dengan Perhutani. Jumlah
Sukabumi dengan PTPN VIII dan konflik tersebut diprediksi jauh lebih
kriminalisasi Sutartman, salah seorang besar mengingat luasnya penguasaan
petani di Pangalengan Kabupaten lahan Perhutani di Jawa ditambah
Bandung terkait konflik kepemilikan pola-pola klaim sepihak mereka
lahan warga dengan PT. Agro Jawa Barat. dalam menyerobot tanah garapan dan
pemukiman masyarakat.
Di sektor kehutanan, Perhutani tercatat
dua kali terlibat konflik dengan warga. b. Sumatra Utara
Pertama dengan 158 kepala keluarga di
Di Sumatra Utara, konflik agraria
Kampung Pasir Kole Desa Kutamanah,
didominasi sektor perkebunan, terutama
Kecamatan Sukasari, Kabupaten
sawit. Pihak yang paling dominan terlibat
Purwakarta. Menurut pengakuan
dalam kasus-kasus ini ialah PTPN II
warga, mereka sudah menggarap lahan
dengan petani penggarap dan masyarakat
seluas 80 hektar di sana sejak 1960.
adat yang terjadi Tanjung Morawa
Namun begitu Perhutani berdiri, lahan
dan Deli Serdang. Selain itu, konflik
garapan petani tersebut diklaim secara
perkebunan juga melibatkan beberapa
sepihak oleh perusahaan hutan plat
perusahaan perkebunan swasta, sebut
merah tersebut. Di Kuningan, pihak
saja PT. Langkat Nusantara Kepong
Perhutani mengkriminalisasi Ujang bin
di Binjai, PT. Amal Tani di Langkat, PT.
Sanhari, salah seorang petani hutan di
Adasa Enam Utama di Asahan, PT. Sei
Desa Cipedes, Kecamatan Ciniru. Ujang
Alih Barombang di Labuhan batu dan
dikenakan pasal 82 ayat 1 Undang-
PT. Inti Palm Sumatra di Asahan. Konflik
Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang
terakhir ini dipicu penguasaan sumber
Pencegahan dan Pemberantasan
mata air yang digunakan warga oleh pihak
Perusakan Hutan dengan ancaman
perusahaan.
hukuman kurungan maksimal 5 tahun
dan denda Rp 2,5 miliar. Warga menilai, Selain konflik perkebunan, perusahaan
tindakan Perhutani tersebut sebagai industri hutan PT. Toba Pulp Lestari
upaya untuk memonopoli hasil hutan. terlibat dua kali konfik dengan penduduk

Laporan Konflik Agrari 27


sepanjang tahun ini. Perusahaan yang sepihak. Ada dugaan, tanah tersebut
dimiliki Sukanto Tanoto tersebut salah akan diakuisisi oleh pihak TNI AU untuk
satunya melakukan penganiayaan dijadikan pusat bisnis.
terhadap dua orang masyarakat adat
Lamtoras Sihaporas Desa Sihaporas, c. Kalimantan Tengah
Kecamatan Pematang Sidamanik, Konflik di Kalimantan Tengah juga
Kabupaten Simalungun. Bahkan salah didominasi oleh perusahaan perkebunan
satu korban diantaranya masih balita (3 sawit, terutama oleh perusahaan
tahun), yakni Mario Ambarita. Sementara perkebunan swasta. Konflik antara
pada bulan Desember, 30 orang pekerja lain antara PT. Kapuas Sawit Sejahtera
PT TPL memasuki lahan masyarakat dengan warga di Kapuas 3, PT. Sawit
adat Dolok Parmonangan, Simalungun. Mandiri Lestari dengan masyarakat adat
Mereka melakukan pengrusakan Laman Kinipan di Kabupaten Lamandau,
terhadap tanaman singkong masyarakat PT. Karya Septa Damai dengan warga
yang akan memasuki masa panen. di Kabupaten Kotawaringin II, PT.
Aktivitas yang dikawal 20 orang security Kaltingan Indah Utama dengan warga di
dan 2 orang personel polisi tersebut Kabupaten Kotawaringin Timur, dan PT.
hampir berujung bentrokan. Hampara Masawiti Bangun Persada juga
di Kabupaten Kotawaringin Timur. Selain
Sementara konflik sektor infrastruktur
itu, ada juga perusahaan perkebunan
dan properti disebabkan pembangunan
karet, yakni PT. Ketapang Subur Lestari
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
dengan penduduk di Kabupaten Barito
Danau Toba yang digarap pihak BOPDT,
Timur.
pembebasan lahan untuk pembangunan
jalan tol Medan-Binjai. Di Polonia Di sektor tambang, muncul konflik
Medan, Kota Medan, warga Kelurahan antara warga dengan PT. Multi Tambang
Sari Rejo bersengketa dengan pihak Jaya Utama di Kabupaten Barito
TNI AU. Penyebab konflik ini ialah klaim Tengah. Sementara, konflik akibat
pihak TNI AU terhadap pemukiman pembebasan lahan untuk pembangunan
yang ditempati oleh warga. Pihak TNI Pasar Kotawaringin dan pembangunan
AU terus melakukan intimidasi terhadap Sirkuit Sampit mewarnai konflik sektor
warga, padahal sengketa tersebut sudah infrastruktur tahun ini di Kalimantan
dimenangkan warga melalui putusan Tengah.
Mahkamah Agung (MA). Namun pihak
TNI tidak mengaku putusan tersebut
dengan cara mengganti nama jalan Sari
Rejo menjadi jalan Ksatriaan secara

28 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


I.1.4. Peningkatan Brutalitas Aparat Dalam aktivis agraria mengalami kriminalisasi,
Penanganan Konflik Agraria 211 orang mengalami penganiayaan, 24
Tindakan brutal dan represifitas aparat orang tertembak dan 14 orang tewas.
sangat dominan mewarnai beragam Terjadi peningkatan dibanding tahun lalu,
letusan konflik agraria di lapangan yakni 216 orang petani dan aktivis agraria
sepanjang 2019. Bahkan, keterlibatan dikriminalisasi, 132 orang dianiaya, 6
aparat keamanan (Polisi, TNI, Satpol PP, orang tertembak dan 10 orang tewas.
dan pihak keamanan perusahaan) secara Kekerasan tersebut didominasi oleh
signifikan melahirkan begitu banyak aparat kepolisian sebanyak 37 kasus, TNI
korban kekerasan dan penangkapan/ 6 kasus, Satpol PP 6 kasus, dan petugas
kriminalisasi secara sepihak oleh aparat keamanan perusahaan sebanyak 15
kasus.
Dari 279 letusan konflik yang terjadi pada
tahun ini, mengakibatkan 258 petani dan

Gambar 13.  Jumlah Korban Kekerasan Konflik Agraria

Laporan Konflik Agrari 29


Tindakan brutal dan represifitas aparat
sangat dominan mewarnai beragam letusan
konflik agraria di lapangan sepanjang 2019. Bahkan,
keterlibatan aparat keamanan (Polisi, TNI, Satpol PP,
dan pihak keamanan perusahaan) secara signifikan
melahirkan begitu banyak korban kekerasan dan
penangkapan/kriminalisasi secara sepihak oleh aparat

Gambar 14.  Aktor Utama Kekerasan Konflik Agraria

30 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Perempuan dan ibu-ibu Dusun Selasih, Desa Puhu, Bali menghadap pihak Aparat
Keamanan dan pihak Perusahaan.

Laporan Konflik Agrari 31


Perempuan dan Ibu-ibu Dusun Selasih, Desa Puhu, Bali menghadap pihak keamanan dan
pihak perusahaan

Warga Desa Sigapiton, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara menghadang aparat
keamanan yang akan melakukan penggusuran tanah masyarakat.

32 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Wajah brutal aparat keamanan dalam Silali. Pembangunan tersebut merupakan
penanganan konflik agraria, misalnya bagian dari pengembangan infrastruktur
kasus penggusuran tanah adat di untuk menunjang Kawasan Strategis
Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata, Pariwisata Danau Toba. Masyarakat
Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara. menghadang aktivitas tersebut karena
Saat kejadian, terjadi bentrokan antara merampas tanah mereka. Bentrokan
masyarakat Sigapiton dengan aparat tidak dapat dihindarkan karena aksi
kepolisian dan Satpol PP yang mengawal warga dibalas pemukulan oleh aparat
masuknya alat berat BPODT untuk kepolisian sehingga menyebabkan
membangun jalan sepanjang 1,9 km dan sejumlah korban yang tidak sadarkan
lebar 18 meter dari lokasi the Nomadic diri. Sejumlah perempuan dan ibu-ibu
Kaldera Toba Escape (kawasan resort sampai nekat membuka baju untuk
kelas menengah ke atas) menuju Batu meghentikan aktivitas pembebasan

Di Gianyar Bali, ratusan


aparat kepolisian
diturunkan hanya untuk
menghadapi belasan ibu-ibu
petani pisang di Dusun Puyuh
Selasih yang tidak ingin lahan
pertanian mereka dibuldozer
PT. Ubud Resort Development.

Laporan Konflik Agrari 33


lahan dan refresifitas aparat. Belum lama sudah dimanfaatkan sejak lama untuk
berselang, sebelum bentrokan terjadi, bercocok tanam, bahkan sebelum
Presiden Jokowi telah mengunjungi dan kemerdekaan Indonesia.
meresmikan kawasan resort tersebut.
Di Urutsewu, TNI AD secara membabi
Di Gianyar Bali, ratusan aparat kepolisian buta memukul dan menembaki petani
diturunkan hanya untuk menghadapi penggarap dengan pentungan dan peluru
belasan ibu-ibu petani pisang di Dusun karet. Akibatnya 15 orang terluka akibat
Puyuh Selasih yang tidak ingin lahan pentungan, dan satu orang lainnya
pertanian mereka dibuldozer PT. Ubud mengalami luka tembakan.
Resort Development. Penolakan ibu-
Tahun ini lebih memprihatinkan
ibu bukan tanpa sebab, pasalnya lahan
mengingat tindakan kekerasan yang
yang diklaim oleh pihak perusahaan
dilakukan aparat keamanan tak jarang
tersebut sesungguhnya sudah berstatus
dilakukan di depan anak-anak, bahkan
tanah terlantar akibat PT. Ubud Resort
ada diantara mereka yang menjadi
Development tidak memanfaatkannya
korban langsung. Sebut saja penggusuran
sejak 1997. Di sisi lain, lahan tersebut

34 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


warga RW 11 Tamansari Bandung, aparat
gabungan dari TNI, polisi dan Satpol PP
melakukan tindakan kekerasan di depan
anak-anak korban gusuran. Mereka
mengalami trauma karena melihat Pembiaran konflik
orang tua mereka dipukuli. Bahkan,
dari pengakuan salah seorang warga,
agraria telah
ada anak kelas 1 SMP terluka karena menyebabkan
dipukuli aparat. Dari data keseluruhan,
berbagai konflik
25 orang ditahan dan puluhan lainnya
terluka akibat bentrokan dalam proses lainnya, misalnya
penggusuran tersebut. konflik antar
Lalu konflik petani SMB dengan PT. masyarakat yang
WKS di Batanghari misalnya, bentrokan
mengakibatkan
tersebut menyebabkan 45 orang
petani ditangkap secara membabi buta. korban jiwa. Di
Bahkan dari pengakuan warga, proses Mesuji, 5 orang tewas
penangkapan tersebut juga diikuti
tindakan penganiayan terhadap korban.
akibat konflik antar
masyarakat penggarap,
Brutalitas dalam konflik agraria juga
dilakukan oleh security perusahaan. Di padahal akar konflik
Sumatra Utara, seorang anak berumur disebabkan oleh
3.5 tahun, yakni Mario Ambarita menjadi
berlarut-larutnya
korban kekerasan yang dilakukan petugas
PT. Toba Pulp Lestari (TPL). Kejadian penyelesaian klaim
tersebut dipicu konflik saling klaim lahan kawasan register
antara warga Desa Sihaporas, Kecamatan
Pematang Sidamanik, Kabupaten
45 Lampung antara
Simalungun, bentrok dengan petugas PT. masyarakat dengan PT
TPL. Akibat kekerasan tersebut, korban
Silva Inhutani.
terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk
menjalani perawasan intensif.

Pembiaran konflik agraria telah


menyebabkan berbagai konflik lainnya,
misalnya konflik antar masyarakat yang

Laporan Konflik Agrari 35


mengakibatkan korban jiwa. Di Mesuji, konflik menjadi pilihan utama. Akibatnya,
5 orang tewas akibat konflik antar semakin hari semakin banyak korban
masyarakat penggarap, padahal akar berjatuhan baik dari pihak masyarakat
konflik disebabkan oleh berlarut-larutnya maupun pihak petugas keamanan,
penyelesaian klaim kawasan register 45 Peristiwa ini tidak lebih dari kesalahan
Lampung antara masyarakat dengan PT pemerintah dalam menangani konflik-
Silva Inhutani. konflik agraria di Indonesia.

Selain itu, korban tewas juga disebabkan Ada dua fakor yang menyebabkan
oleh kelalaian pemerintah dalam mengapa ledakan-ledakan konflik
memaksa perusahaan memulihkan agraria seringkali diikuti korban-
areal bekas pertambangan (reklamasi) korban kekerasan dan kriminalisasi,
sebagai bagian tanggung jawab korporasi. pertama, pendekatan represif yang
Seperti kasus di Kabupaten Sragen, dua dilakukan oleh polisi and militer dalam
orang anak, Brian Yoga Saputra (10) dan penanganan konflik agraria, dan kedua,
Muhammad Ramadhan Api Saputra (8) diskriminasi hukum/ pendekatan hukum
ditemukan tewas dalam lubang bekas positif (legal formal). Cara pandang
galian tambang pasir. yang kedua ini seringkali melahirkan
tuduhan pemerintah kepada masyarakat
Rentetan tindakan kekerasan, pembiaran
korban sebagai kelompok yang anti-
konflik agraria dan kelalaian tersebut
pembangunan dan kriminal.
menjadi raport merah bagi pemerintah
dalam penanganan konflik agraria di tanah Fenomena tersebut seharusnya menjadi
air. Pemerintah dalam satu sisi, seringkali dasar bagi pemerintah untuk melakukan
melihat penolakan dan aksi protes-protes evaluasi menyeluruh terhadap
yang dilakukan masyarakat sebagai keterlibatan aparat keamanan dan
sebuah tindakan kriminal. Padahal apa militer di wilayah-wilayah konflik agraria.
yang dilakukan oleh korban merupakan Sebab keterlibatan mereka, bukannya
upaya untuk mempertahankan tanah dan meredam, meminimalisir konflik, apalagi
sumber-sumber penghidupan mereka. memecahkan masalah, justru berakibat
Alih-alih mengajak masyarakat untuk pada terjadinya kerusuhan dan resistensi
duduk bersama mencari titik temu dan masyarakat yang meluas dan memakan
solusi permasalahan, justru mobilisasi korban.
gabungan aparat keamanan ke wilayah

36 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Ada dua fakor yang menyebabkan mengapa ledakan-ledakan konflik
agraria seringkali diikuti korban-korban kekerasan dan kriminalisasi,
pertama, pendekatan represif yang dilakukan oleh polisi and militer
dalam penanganan konflik agraria, dan kedua, diskriminasi hukum/
pendekatan hukum positif (legal formal). Cara pandang yang kedua
ini seringkali melahirkan tuduhan pemerintah kepada masyarakat
korban sebagai kelompok yang anti-pembangunan dan kriminal.

Aksi Perempuan Meruwat Negeri Memperingati Hari Perempuan,


22 Desember 2019

Laporan Konflik Agrari 37


konflik agraria di seluruh sektor. Data
I.2 konflik sepanjang 5 tahun tersebut
KONFLIK AGRARIA LIMA TAHUN juga menunjukkan dominasi sektor
JOKOWI VS LIMA TAHUN SBY perkebunan sebagai penyumbang
konflik tertinggi, yaitu sebanyak 729
I.2.1. Jumlah Konflik Agraria Lima Tahun (35,5 %). Disusul sektor properti 499
Jokowi Vs Lima Tahun SBY konflik, pembangunan infrastruktur 369
Berkaca pada perjalanan 5 tahun situasi konflik, pertanian 145, kehutanan 118,
konflik agraria, maka selama periode pertambangan 117, pesisir dan pulau-
Pemerintahan Jokowi mulai 2015 s/d pulau kecil sebanyak 60 letusan konflik,
2019, telah terjadi 2.047 kejadian dan fasilitas militer 10 letusan konflik.
(lihat gambar 15).

Gambar 15.  Letusan Konflik Agraria Lima Tahun Jokowi, 2015-2019

Apabila kita telusuri Data Konflik Agraria eskalasi konflik agraria di pemerintahan
KPA pada 2010 s/d 2014, atau semasa Jokowi periode pertama ini meningkat
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono signifikan dibandingkan dengan lima
(SBY) memimpin tercatat ada 1.308 tahun pemerintahan SBY (lihat gambar
letusan konflik agraria. Dengan begitu, 16).

38 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Gambar 16.  Perbandingan Eskalasi Konflik Agraria Pemerintahan Jokowi (2015-2019) dan SBY
(2010-2014)

I.2.2. Korban Kekerasan Konflik Agraria orang dianiaya, 75 orang tertembak dan
55 orang tewas. Kekerasan tersebut
Dari sisi dampak konflik agraria
didominasi oleh Polisi sebanyak 100
terhadap jatuhnya korban kekerasan
kasus, security perusahaan 93 kasus,
dan kriminalisasi oleh aparat keamanan,
TNI 43 kasus dan Satpol PP sebanyak 23
tercatat dalam lima tahun terakhir
kasus. (lihat gambar 17 dan 18).
ada 1.298 petani, masyarakat adat
dan aktivis agraria dikriminalisasi, 757

Gambar 17.  Korban Kekerasan dan Kriminalisasi Dalam 5 Tahun, 2015-2019

Laporan Konflik Agrari 39


Gambar 18.  Aktor utama pelaku kekerasan dan kriminalisasi dalam 5 tahun (2015 - 2019)

Sementara, selama periode SBY masa Jokowi terjadi peningkatan jumlah


memimpin periode kedua (2010-2014), korban kekerasan dan kriminalisasi
konflik agraria di seluruh sektor telah masyarakat yang memperjuangkan
memakan korban kekerasan sebanyak hak atas tanahnya. Di masa SBY ada
1130 orang ditangkap, 590 dianiaya, 78 1.130 orang korban kekerasan dan
tertembak dan 72 orang tewas. Dengan penangkapan, sementara di masa Jokowi
begitu jika dibandingkan antara masa tercatat 1.298 orang menjadi korban
pemerintahan SBY dengan Jokowi, kekerasan dan kriminalisasi (lihat gambar
berdasarkan data jumlah korban 19).
kekerasan menunjukkan bahwa pada
Gambar 19.  Perbandingan Korban Kekerasan dan Kriminalisasi Agraria Pemerintahan Jokowi
(2015-2019) dan SBY (2010-2014)

40 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Meski demikian, jika kita melihat data tertembak lebih tinggi di masa SBY.
konflik berdasarkan agregat kekerasan Sementara di masa Jokowi, jumlah petani,
dan kriminalisasi sebagaimana tampak masyarakat adat dan aktivis agraria
pada gambar 19, maka data menunjukkan yang ditangkap dan dianiaya lebih tinggi
bahwa jumlah korban tewas dan dibandingkan di masa SBY.

Laporan Konflik Agrari 41


jika dibandingkan antara masa
pemerintahan SBY dengan Jokowi,
berdasarkan data jumlah korban
kekerasan menunjukkan bahwa pada
masa Jokowi terjadi peningkatan jumlah
korban kekerasan dan kriminalisasi
masyarakat yang memperjuangkan
hak atas tanahnya. Di masa SBY ada
1.130 orang korban kekerasan dan
penangkapan, sementara di masa
JOKOWI tercatat 1.298 orang menjadi
korban kekerasan dan kriminalisasi

Aksi Menuntut Penyelesaian Konflik Agraria yang Disebabkan Penguasaan HGU


Perusahaan Perkebunan di Sulawesi Tengah

42 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Bab II

MENUJU
PENYELESAIAN
KONFLIK
AGRARIA

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 43


K
onflik agraria adalah cermin adanya
ketimpangan struktur agraria.
Dalam Debat Pilpres 2019, dan
setelahnya, masalah reforma agraria Maraknya letusan
dan ketimpangan aset, khususnya
konflik agraria yang
ketimpangan penguasaan tanah dan
konflik agraria mencuat. Hal tersebut
terjadi menggambarkan
sempat memberi angin segar, setidaknya reaksi masyarakat atas
kedua pasangan capres dan publik telah perampasan tanah yang
memosisikan ketimpangan dan konflik
tengah mereka alami.
agraria sebagai masalah penting sekaligus
genting.

Setelah pemilu dilaksanakan, Presiden


Jokowi kembali menggelar rapat terbatas
dengan para menteri. Secara khusus
rapat tersebut membahas percepatan
penyelesaian konflik agraria dan masalah penyelesaian. Di banyak kasus, konflik
tumpang tindih konsesi tanah oleh agraria diperlakukan sebagai gangguan
swasta dan BUMN dengan masyarakat. keamanan semata, sehingga pada praktek
Sepanjang 2019, tercatat telah beberapa penanganannya membenturkan warga
kali Presiden memberikan perintah dengan aparat keamanan. Hingga saat
percepatan penyelesaian konflik agraria ini, tidak ada jalan pembaruan agraria
melalui rapat kabinet. Bahkan, berulang atau reforma agraria untuk menuntaskan
kali pula rapat semacam ini dilaksanakan konflik agraria di seantero negeri secara
pada tahun-tahun sebelumnya. utuh dan berkeadilan.

Sayangnya hingga 2019 berakhir, tidak Maraknya letusan konflik agraria


ada tindaklanjut berarti dari jajaran para yang terjadi menggambarkan reaksi
menteri untuk menuntaskan keinginan masyarakat atas perampasan tanah
presiden tersebut atas penyelesaian yang tengah mereka alami. Perampasan
konflik agraria yang terjadi. Tindak tanah (land grabbing) yang terjadi
lanjut yang diharapkan publik menguap, seringkali karena tidak diakuinya
dimana urusan konflik agraria selalu sistem kepemilikan masyarakat yang
kembali diurus dengan cara dan telah berlaku di wilayah mereka selama
pendekatan lama yang telah rutin, yang bergenerasi.
terbukti berujung pada kemandegan

44 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Penghilangan hak kepemilikan mengenai akar konflik agraria yang ada di
masyarakat atas tanah dengan cara seantero tanah air. Bagaimana karakter
menolak mengakui sistem kepemilikan konflik agraria yang bersifat struktural,
masyarakat ke dalam kerangka hukum sumbatan-sumbatan struktural apa yang
negara, sebagian besar dilakukan untuk melingkupi konflik di banyak sektor,
memfasilitasi bekerjanya investasi skala termasuk sumbatan-sumbatan yang
besar di atas tanah-tanah tersebut. Proses selama ini berkontribusi melestarikan
semacam ini telah membuat wilayah- konflik agraria di Indonesia. Dalam ulasan
wilayah masyarakat, khususnya petani, di bawah ini, ada tiga sektor konflik
masyarakat adat dan nelayan tradisional, agraria struktural yang akan diuraikan,
termasuk perempuan di pedesaan yang Mengingat ketiga jenis konflik agraria
dirampas tanahnya terkoneksi dengan tersebut merupakan konflik akut, yang
jejaring produksi sistem ekonomi selalu menjadi penyumbang konflik
global. Sebuah proses kapitalisme yang agraria tertinggi di Indonesia. Jumlahnya
mengakumulasi modal dengan cara dan luasannya mendominasi situasi
meminggirkan atau menghilangkan hak konflik agraria nasional.
kepemilikan masyarakat atas tanah yang
telah lama ada.

Proses perampasan tanah semacam


ini mendapatkan resistensi atau
perlawanan dari masyarakat. Perlawanan Penghilangan
tersebut, di lapangan berhadap-hadapan hak kepemilikan
dengan aparat keamanan yang kerap masyarakat atas tanah
mengedepankan represifitas. Peluang dengan cara menolak
hukum yang disediakan, yakni membawa mengakui sistem
persoalan konflik agraria tersebut ke kepemilikan masyarakat
pengadilan juga tidak membawa keadilan ke dalam kerangka
bagi masyarakat, sebab hukum positif hukum negara, sebagian
telah melegalkan perampasan tanah besar dilakukan untuk
tersebut. Sehingga, putusan pengadilan
memfasilitasi bekerjanya
kerap memberi stempel pengesahan
investasi skala besar di atas
terhadap praktek perampasan tanah.
tanah-tanah tersebut.
Menuju penyelesaian konflik agraria
sebagaimana dicita-citakan, perlu lah
memahami permasalahan mendasar

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 45


Dari sisi hukum tata usaha negara,
II.1 konflik agraria bisa saja terjadi karena
SUMBATAN UTAMA PENYELESAIAN maladministrasi dalam proses pemberian
KONFLIK AGRARIA konsesi tanah, ijin lokasi, ijin usaha
perkebunan, atau pun HGU. Dari
II.1.1. Sumbatan Penyelesaian Konflik
beberapa kasus, maladministrasi terjadi
Agraria Perkebunan
karena penyalahgunaan wewenang,
Dalam lima tahun terakhir, konflik agraria penyimpangan prosedur, dan pengabaian
perkebunan selalu menjadi penyumbang kewajiban-kewajiban hukum yang
terbesar dari keseluruhan letusan konflik seharusnya menyertai para pemegang/
agraria yang telah terjadi di Indonesia, penerima ijin atau hak tersebut.
sebagaimana disajikan dalam Bab 1.
Bahkan, akibat belum selesainya konflik Selain itu, dalam menangani konflik
agraria, letusan konflik akibat konsesi agraria perkebunan seperti juga
perkebunan ini dapat berulang di tempat pada konflik agraria wilayah lainnya,
yang sama. Sementara, pada perkebunan represifitas aparat kerap digunakan
yang baru dibangun, juga muncul konflik- dalam menghadapi persoalan konflik
konflik agraria baru. di lapangan. Situasi ini menyebabkan
letusan konflik secara terbuka dan
mengakibatkan jatuhnya lebih banyak
korban kekerasan atau penangkapan di
pihak masyarakat.

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)


bersama masyarakat telah banyak
mengadukan persoalan konflik agraria
Dalam lima tahun perkebunan yang tengah dihadapi
terakhir, konflik masyarakat kepada pemerintah.
agraria perkebunan selalu Kementerian/Lembaga (K/L) pemerintah
menjadi penyumbang yang menerima laporan tersebut adalah
terbesar dari keseluruhan Presiden, DPR-RI, Kantor Staf Presiden
letusan konflik agraria yang (KSP), Kementerian ATR/BPN RI, KLHK,
telah terjadi di Indonesia Mabes Polri, Kemendagri, Kemendes,
Kementan khususnya Dirjen Perkebunan,

46 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


hingga Pemda di tingkat provinsi dan diserahkan kepada Komisi Kepolisian,
kabupaten. Selain itu, laporan juga Komnas HAM, KPK, dan Ombudsman RI.

Tabel.1  Konflik Agraria di Sektor Perkebunan Anggota KPA

Tipologi Masalah Konflik


Berdasarkan (Klaim) Status Alas Hak Luas (Ha) Jumlah Desa Jumlah KK
Perkebunan

HGU Aktif Perkebunan Negara 269.561 97 32.721

HGU Aktif Perkebunan Swasta 100.644 53 20.828

HGU Habis Perkebunan Negara 12.158 18 7.953

HGU Terlantar Perkebunan Swasta 10.742 69 17.751

HGU Terlantar Perkebunan Negara 6.333 33 8.865

HGU Dalam Lokasi Transmigrasi 5.562 15 5.218

HGU Habis Perkebunan Swasta 3.999 7 1.265

JUMLAH 408.999 292 94.601

Masalah konflik agraria terkait


perkebunan yang telah dilaporkan KPA
tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor: (1) Pelepasan kawasan hutan Dalam lima tahun
untuk keperluan perkebunan di atas terakhir, konflik
tanah-tanah milik masyarakat adat,
agraria perkebunan
garapan petani atau desa; (2) Terbitnya
selalu menjadi
izin lokasi dan/atau Hak Guna Usaha
(HGU) di atas areal-areal masyarakat
penyumbang terbesar
(termasuk areal transmigrasi) yang dari keseluruhan letusan
mengakibatkan penggusuran lahan konflik agraria yang telah
garapan dan pemukiman warga; (3) terjadi di Indonesia.
Perpanjangan HGU di atas tanah-tanah
yang telah diterlantarkan lama oleh

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 47


pemilik konsesi dan sudah digarap oleh ganti kerugian kepada masyarakat
masyarakat secara produktif, bahkan dalam proses pembebasan lahan untuk
sudah menjadi desa/kampung; (4) perkebunan; (9) Belum diberikannya
Penggarapan masyarakat di atas tanah- lahan plasma yang dijanjikan kepada
tanah, dimana masih berlaku HGU masyarakat; dan (10) Ketidakadilan
perkebunan namun tidak dikelola dengan bagi hasil kemitraan perkebunan yang
baik oleh perusahaan (tanah terlantar); diterima oleh masyarakat.
(5) Belum diakuinya penggarapan
Dalam konflik-konflik agraria yang
masyarakat di atas tanah-tanah yang
dilaporkan tersebut, terdapat
diterlantarkan pihak perkebunan; (6)
sejumlah regulasi, yang bisa menjadi
Perusahaan perkebunan mengelola atau
jalan penyelesaian bagi masyarakat.
mengklaim tanah yang berada di luar
Sekaligus regulasi yang menjadi jalan
peta HGU perusahaan, dan kenyataannya
yang justru memperumit proses dan
tanah tersebut merupakan tanah garapan
memberi hambatan menuju penyelesaian
masyarakat; (7) Tumpang tindih sertifikat
atas konflik-konflik agraria di sektor
HGU perkebunan dengan sertifikat
perkebunan (lihat tabel 2).
milik masyarakat; (8) Belum dibayarnya

Konferensi Pers Menolak Rancangan


Undang-Undang Pertanahan (RUU Pertanahan)

48 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Tabel.2  Hambatan Regulasi Penyelesaian Konflik Agraria di Perkebunan

Hambatan Penyelesaian Konflik Regulasi Terkait

Perkebunan swasta: - UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-


- Klaim hak keperdataan atas tanah yang sudah Pokok Agraria
diterlantarkan atau habis oleh bekas pemilik - UU No. 29/2009 tentang Ketransmigrasian
HGU - UU No. 18/ 2004 tentang Perkebunan
- Rumitnya proses penetapan tanah terlantar - UU No. 6/2014 tentang Desa
- Gugatan PTUN atas keputusan Kementerian - PP No. 11/2010 tentang Penertiban dan Pen-
ATR/BPN tentang penetapan tanah terlantar dayagunaan Tanah Terlantar
oleh bekas pemilik HGU - PP No. 40/1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
- Tumpang tindih wilayah administratif desa Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
- Tumpang tindih dengan desa transmigrasi - PP No. 2/1999 tentang Penyelenggaraan Trans-
migrasi
- Perpres No. 86/2018 tentang Reforma Agraria
- Permen ATR/BPN No. 3/2011 tentang Penge-
lolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Per-
tanahan

Perkebunan negara: - UU No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-


- Keharusan adanya pelepasan aset tanah negara Pokok Agraria
- Direksi perkebunan negara enggan melakukan - UU No. 6/2014 tentang Desa
permohonan pelepasan sebagian HGU dari aset - UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
negara - UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
- Kementerian keuangan berhak menolak permo- - UU No. 19/2003 tentang Badan Usaha Milik Neg-
honan pelepasan aset negara berupa tanah ara
- Tidak masuk ke dalam objek penertiban tanah ter- - UU No. 18/2004 tentang Perkebunan
lantar - UU No. 29/2009 tentang Ketransmigrasian
- Tumpang tindih wilayah administratif desa - PP 40/1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah
- PP No. 27/2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah
- Perpres No. 86/2018 tentang Reforma Agraria
- Permen ATR/BPN No. 3/2011 tentang Pengelo-
laan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertana-
han
- Permen BUMN No. 02/MBU/2010 tentang Tata
Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan
Aktiva Tetap BUMN
- Permen Keuangan No. 50/PMK/06/2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang
Milik Negara
- Permen Keuangan No. 20/PMK/06/2018 tentang
Tata Cara Penghapusan dan Pemindahtanganan
Aset Tetap Persero

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 49


Lebih lanjut, jika melihat jenis masalah khusus di bawah presiden untuk
agraria dalam konflik-konflik yang menyelesaikan konflik agraria struktural.
dilaporkan tersebut di atas, maka konflik
Tidak efektifnya Kementerian ATR/BPN
agraria bisa terjadi dalam beberapa
dalam menyelesaikan konflik agraria
fase kegiatan perkebunan, yaitu: (1)
semacam ini disebabkan oleh political
Fase pengadaan tanah untuk operasi
will dari Menteri ATR/BPN yang tidak
perkebunan melalui pemberian izin
memprioritaskan penyelesaian konflik
lokasi dan izin usaha perkebunan yang
agraria. Beberapa faktor internal lain
tumpang tindih dengan masyarakat; (2)
di dalam kementerian ini juga turut
Fase pembangunan perkebunan yang
menghambat penyelesaian konflik agraria
tumpang tindih dengan tanah masyarakat
perkebunan, yakni konflik kepentingan
dan disertai penggusuran warga; (3) Fase
di dalam tubuh BPN. Pasalnya, konflik
produksi perkebunan, yang salah satunya
agraria perkebunan sebagian besar
disebabkan oleh masalah bagi hasil
disebabkan penyalahgunaan wewenang
kemitraan, pembagian/penetapan lahan
oleh birokrasi BPN dan ketertutupan
kebun plasma dan sortasi hasil panen.
dalam proses penerbitan HGU. Sehingga,
Fase ke-3, banyak terjadi pada konflik
sulit mengharapkan ATR/BPN menjadi
agraria terkait perkebunan inti-plasma.
lokomotif untuk menyelesaikan
Dikaitkan dengan peran dan fungsi masalah yang sesungguhnya bersumber
kelembagaan terkait, maka peran utama dari kinerja ATR/BPN sendiri. Tidak
dalam penanganan konflik agraria mengherankan, jika kementerian ini tidak
perkebunan pada fase pertama dan melakukan koreksi (ralat) atas sejumlah
fase kedua sebenarnya sebagian besar Surat Keputusan (SK) HGU yang pernah
dapat diselesaikan oleh Kementerian mereka terbitkan dan telah menghasilkan
ATR/BPN. Kementerian ini memiliki banyak konflik agraria yang terus-
Direktorat Jenderal Permasalahan menerus meletus.
Agraria dan Ruang yang bertugas untuk
Hambatan eksternal yang juga
menyelesaikan konflik dan sengketa
dihadapi oleh Kementerian ATR/BPN
agraria yang dilaporkan masyarakat.
dalam menyelesaikan konflik agraria
Namun, kelembagaan setingkat Eselon
adalah persoalan konflik agraria yang
I ini yang keberadaannya di dalam BPN
sengkarut masalahnya berada di lintas
sejak 2006 tersebut, tidak efektif dalam
kementerian/lembaga. Misalnya, konflik
menyelesaikan konflik agraria. Dahulu,
agraria masyarakat dengan perkebunan
di masa Presiden Megawati, direktorat
milik BUMN, yang penyelesaiannya
ini dibentuk sebagai jawaban moderat
harus melibatkan banyak K/L, mulai
presiden terhadap usulan kelembagaan

50 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Meski terdapat beberapa kanal untuk
mengadukan konflik agraria, akan tetapi fungsi
penyelesaian konflik di lembaga-lembaga tersebut
tidak dilaksanakan secara sungguh-sungguh dalam
upaya melahirkan keadilan sosial bagi masyarakat,
sekaligus upaya memulihkan hak-hak korban konflik
secara penuh. Keengganan, atau minimnya minat
pemerintah dalam menyelesaikan konflik juga telah
menyebabkan konflik agraria dari tahun ke tahun
terus meningkat dan nihil penyelesaian.

dari Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian lah melalui Dirjen Perkebunan


Keuangan, dan aparat penegak hukum. dan dinas terkait di pemerintahan daerah
Contoh lain konflik agraria antara merupakan ujung tombak penyelesaian
masyarakat dengan perkebunan di atas konflik semacam ini. Namun, minimnya
lahan transmigrasi. Sayangnya, langkah keinginan menyelesaikan dan lemahnya
terobosan yang diharapkan dilakukan keberpihakan UU Perkebunan kepada
oleh Menteri ATR/BPN untuk memimpin masyarakat telah membuat persoalan
koordinasi antar kelembagaan tidak semacam ini diselesaikan dengan cara
pernah dilakukan. Kementerian ATR/BPN yang merugikan masyarakat. Konflik
cenderung bersikap “lempar bola” dan agraria yang dihadapi petani dan
menyuruh masyarakat korban mengurus masyarakat desa dengan perusahaan
sendiri lengsung ke Kementerian BUMN. perkebunan dalam persfektif Kementan/
Padahal leading sector konflik agraria di Dirjenbun selama ini dipandang sebagai
sektor perkebunan sudah sewajarnya bentuk gangguan terhadap usaha
dan sepatutnya adalah Kementerian ATR/ perkebunan.
BPN ini. Nampaknya, sense of urgency
Itulah sebabnya, meski terdapat beberapa
yang dimiliki oleh para menteri terkait
kanal untuk mengadukan konflik agraria,
dalam menyelesaikan konflik agraria
akan tetapi fungsi penyelesaian konflik
sangat rendah.
di lembaga-lembaga tersebut tidak
Pada konflik agraria fase ketiga, yakni fase dilaksanakan secara sungguh-sungguh
produksi perkebunan, maka Kementerian dalam upaya melahirkan keadilan

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 51


sosial bagi masyarakat, sekaligus mengatur resolusi konflik melalui pilihan
upaya memulihkan hak-hak korban kemiteraan dan perhutanan sosial. Hal
konflik secara penuh. Keengganan, tersebut tidak mengagetkan, mengingat
atau minimnya minat pemerintah secara kelembagaan Direktorat
dalam menyelesaikan konflik juga telah Penanganan Konflik Tenurial dan
menyebabkan konflik agraria dari tahun Hutan Adat selama ini berada di bawah
ke tahun terus meningkat dan nihil Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial
penyelesaian. dan Kemitraan Lingkungan (Dirjen
PSKL). Dimana program unggulannya
II.1.2. Sumbatan Penyelesaian Konflik adalah perhutanan sosial (PS) untuk
Agraria Kehutanan menyelesaikan masalah tenurial di
kawasan hutan atau meningkatkan tarap
Konflik agraria di kawasan hutan tidak
ekonomi masyarakat, lewat pemberian
dapat dilepaskan dari tidak jelasnya tata
akses kelola hutan negara.
batas desa dengan kawasan hutan, klaim
sepihak hutan negara, hingga masalah Paradigma “akses kelola atau hak
pembentukan Perum Perhutani. Masalah- pakai (saja) bagi rakyat” tersebut di
masalah tersebut dipicu atau difasilitasi atas, dan bukan “pentingnya hak milik
oleh regulasi terkait kehutanan. Lahirnya atau pengakuan penuh bagi rakyat”
UU 41/1999 tentang Kehutanan ini lah yang selama lima tahun telah
misalnya, yang menghidupkan kembali membuat KLHK enggan menjalankan
azas domeinverklaring sehingga RA melalui pelepasan klaim kawasan
memungkinkan klaim sepihak negara hutan sebagaimana dijanjikan RPJMN.
melalui penunjukan dan/atau penetapan Praktis, permasalahan paradigmatik
kawasan hutan yang berakibat pada sejak awal diperparah dengan tidak
pengilangan hak-hak masyarakat adat, adanya keinginan politik kuat dari
petani penggarap atau desa pada lokasi Menteri LHK untuk bersama rakyat, para
yang ditunjuk/ditetapkan tersebut. petani dan masyarakat adat bekerjasama
mengupayakan langkah korektif (ralat)
Di KLHK, penanganan konflik agraria
terhadap kesalahan penunjukan,
diurus dengan Permen LHK No.84/2015
penetapan, pengukuhan dan perizinan
tentang Penanganan Konflik Tenurial
kawasan hutan yang secara faktual di
Kawasan Hutan. Peraturan ini mengatur
lapangan tumpang tindih dengan desa,
mengenai proses mediasi dan penegakan
garapan petani dan wilayah MA. Dalih
hukum. Namun permen ini tidak mengatur
bahwa sudah ada solusi PS membuat RA
tentang rekomendasi pelepasan
terhadap klaim kawasan hutan seperti
kawasan hutan, sebaliknya lebih detail
tidak relevan bagi KLHK untuk dijalankan.

52 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Salah satu dampaknya adalah ditutupnya pemukiman masyarakat menjadi kawasan
pintu RA di kehutanan di Pulau Jawa, hutan, tanpa proses penunjukan dan
utamanya konflik-konflik agraria yang pengukuhan sebagaimana prosedur UU
dihadapi petani akibat klaim Perhutani. Kehutanan.
Bahkan KPA mencatat dari pengalaman
Bagaimana mungkin wilayah yang sudah
dengan KLHK, RA terkesan dianaktirikan.
menjadi desa, wilayah mukim, tanah
Sangat disayangkan pula terdapat upaya garapan, fasilitas umum-sosial disahkan
menyamakan program perhutanan sosial sebagai kawasan hutan melalui program
sebagai bagian dari RA. Perhutanan sosial PS? Sejak masa SBY hingga Jokowi, KPA
dan reforma agraria adalah dua hal yang sangat tidak menganjurkan bahkan
sama sekali berbeda secara filosofis, menghindari model-model penyelesaian
ideologis, historis dan sosiologis. Esensi konflik agraria yang dengan sistematis
dari RA adalah hilangnya ketimpangan mengukuhkan legitimasi kawasan
penguasaan tanah melalui upaya hutan dan melanjutkan rezim perijinan.
redistribusi tanah dan pengakuan hak Termasuk model-model kemitraan yang
penuh masyarakat. Artinya, terjadi bersifat menghisap kemandirian petani
perpindahan penguasaan dan pemilikan secara ekonomi dan kedaulatanya atas
tanah dari kelas penguasa (negara) dan/ tanah dan wilayah hidupnya.
atau pemodal ke tangan rakyat yang
Sebenarnya, ada lokasi-lokasi yang
telah dipinggirkan dan dimiskinkan
memang tepat untuk sekedar diberikan
oleh sistem agraria yang timpang.
akses kelola melalui skema PS, seperti
Sementara PS, selain hanya memberikan
kawasan hutan yang subur dan belum
izin pemanfaatan, juga utamanya tidak
ada klaim masyarakat di sana. Tetapi
merubah status penguasaan tanah/hutan
ada begitu banyak lokasi-lokasi yang
oleh negara.
mau tidak mau harus diselesaikan KLHK
Tidak sedikit kasus, dimana masyarakat dan kementerian terkait lainnya melalui
termasuk Anggota KPA sengaja diarahkan kebijakan RA, yaitu dengan langkah
sedemikian rupa untuk mengakui pelepasan kawasan hutan atau perubahan
kepemilikan negara atas tanah atau batas kawasan, sehingga ada langkah
hutan, atau terpaksa memilih PS karena korektif (ralat) Negara demi keadilan
intimidasi dan rasa ketakutan ditangkap rakyat. Pada tabel 3, menunjukkan
dengan tuduhan melakukan perambahan area-area konflik agraria yang bersifat
dan/atau pengrusakan hutan, seperti struktural, yaitu lokasi-lokasi prioritas
kerap dilakukan melalui jeratan UU P3H. RA (LPRA) Anggota KPA di 215 desa/
Perhutanan sosial juga cara melegalkan perkampungan yang hingga kini masih
perubahan status tanah garapan dan diklaim sebagai kawasan hutan.

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 53


Tabel. 3   Konflik Agraria Struktural Sektor Kehutanan Anggota KPA

Jenis Konflik Luas (Ha) Jumlah Desa Jumlah KK

Konsesi Hutan Produksi 91,452 50 11,719

Penetapan Hutan Lindung 55,460 35 9,490

Klaim Hutan Perhutani 41,972 89 40,869

Penetapan Hutan Produksi 28,182 24 14,636

Konsesi Tambang Emas 16,221 6 8,500

Penunjukan Kawasan Hutan 9,442 3 3,679

Penetapan Hutan Konservasi 3,800 2 916

Konsesi Hutan Konservasi Swasta 2,000 2 600

Zona Otorita Pariwisata (hutan produksi dan 1,114 2 624


konservasi)

Transmigrasi 290 2 159

JUMLAH 249,933 215 91,192

yang
h d u a hal an
ra r i a adala , historis d
ag ogis gan
a n r eforma ofis, ideol ketimpan n
al d filos nya h da
t a n a n sosi da secara alah hilang ibusi tana indahan
Perhu ekali berbe dari RA ad aya redistr rjadi perp gara)
s i p te ne
sama ogis. Esens h melalui u t. Artinya, enguasa ( irkan
l a a p
sosio asaan tan m a s yarak dari kelas lah dipingg ntara
u
peng hak penuh likan tanah at yang te ang. Seme anya
n g a kuan dan pemi n g a n raky yang timp juga utam
e a a.
p
e n g u asaan modal ke t em agraria anfaatan, l e h negar
t o
p tau pe eh sis an izin pe nah/hutan
m
dan/a iskinkan ol r i k ta
a n d im ya m embe nguasaan
d an pe
lain h tatus
PS, se merubah s
tidak

54 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Akan tetapi, sama halnya dengan yang regulasi yang disusun untuk penyelesaian
terjadi di sektor perkebunan. Dalam konflik. Sekaligus regulasi-regulasi yang
konflik-konflik agraria yang dilaporkan bisa memperumit proses penyelesaian
KPA kepada semua K/L terkait hingga konflik-konflik agraria kronis di
tingkat presiden, terdapat sejumlah kehutanan (lihat tabel 4).

Tabel 4.  Hambatan Regulasi Penyelesaian Konflik Agraria di Kehutanan

Izin kehutanan perusahaan negara (Perum - UU No. 41/1999 tentang Kehutanan


Perhutani): - UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
- Keharusan 30% minimal tutupan hutan di suatu - UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara
wilayah provinsi - UU No. 19/2003 tentang Badan Usaha Milik
- Keharusan adanya pelepasan aset negara Negara
- Tumpang tindih wilayah administratif desa - UU No. 6/2014 tentang Desa
- Tidak adanya penataan batas kawasan hutan - PP No. 104/2015 tentang Tata Cara Perubahan
yang partisipatif Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan
- Pemerintah hanya memberikan izin akses - Perpres No. 88/2017 tentang Penyelesaian
pemanfaatan hutan Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan
- Mekanisme pelepasan hutan terlalu rumit - Perpres No. 86/2018 tentang Reforma Agraria
- Tidak berlaku untuk kawasan hutan berstatus - Permen LHK No. P.42/2019 tentang Perubahan
lindung Atas Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Dan
Perubahan Batas Kawasan Hutan Untuk Sumber
Tanah Objek Reforma Agraria
- Permen BUMN No. 02/MBU/2010 tentang Tata
Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan
Aktiva Tetap BUMN
- Permen Keuangan No. 50/PMK/06/2013
tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan
Barang Milik Negara
- Permen Keuangan No. 20/PMK/06/2018
tentang Tata Cara Penghapusan dan
Pemindahtanganan Aset Tetap Persero

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 55


Hambatan Penyelesaian Konflik Regulasi Terkait

Izin kehutanan perusahaan swasta: - UU No. 41/1999 tentang Kehutanan


- Tumpang tindih wilayah administratif desa - UU No. 29/2009 tentang Ketransmigrasian
- Tidak adanya penataan batas kawasan hutan - UU No. 6/2014 tentang Desa
yang partisipatif - PP No. 2/1999 tentang Penyelenggaraan
- Mekanisme pelepasan hutan terlalu rumit Transmigrasi
- Tumpang tindih dengan desa transmigrasi - PP No. 104/2015 tentang Tata Cara Perubahan
- Tumpang tindih dengan izin pertambangan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
- Perpres No. 88/2017 tentang Penyelesaian
Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan
- Perpres No. 86/2018 tentang Reforma Agraria
- Permen LHK No. P.96/2018 tentang Tata Cara
Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat
Dikonversi
- Permen LHK No. P.42/2019 tentang Perubahan
Atas Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan dan
Perubahan Batas Kawasan Hutan Untuk Sumber
Tanah Objek Reforma Agraria

Penunjukan atau penetapan kawasan hutan: - UU No. 41/1999 tentang Kehutanan


- Tumpang tindih wilayah administratif desa - UU No. 29/2009 tentang Ketransmigrasian
- Tidak adanya penataan batas kawasan hutan - UU No. 6/2014 tentang Desa
yang partisipatif - UU No. 18/2013 tentang Pencegahan dan
- Mekanisme pelepasan hutan terlalu rumit Pemberantasan Perusakan Hutan
- Tumpang tindih dengan desa transmigrasi - PP No. 2/1999 tentang Penyelenggaraan
- Tumpang tindih dengan izin pertambangan Transmigrasi
- Tidak berlaku di kawasan hutan konservasi/ - PP No. 104/2015 tentang Tata Cara Perubahan
lindung Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
- Kriminalisasi masyarakat - Perpres No. 88/2017 tentang Penyelesaian
Penguasaan Tanah Dalam Kawasan Hutan
- Permen LHK No. P. 44/2012 tentang
Pengukuhan Kawasan Hutan
- Permen LHK No. P.42/2019 tentang Perubahan
Atas Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan dan
Perubahan Batas Kawasan Hutan Untuk Sumber
Tanah Objek Reforma Agraria

56 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Permasalahan lainnya mengenai Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
penyelesaian konflik agraria kehutanan Untuk Kepentingan Umum.
dalam kerangka RA adalah kriteria dan
Konflik infrastruktur terjadi pada setiap
peta indikatif tanah objek reforma agraria
tahapan pembangunan infrastruktur,
(TORA) pemerintah, yang dibangun secara
mulai dari tahap perencanaan,
top-down, sepihak tanpa melibatkan
persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap
organisasi masyarakat sipil. Hasilnya,
perencanaan pemerintah atau instansi
tidak ada korelasi antara bussiness process
yang memerlukan tanah memanipulasi
TORA yang dilakukan pemerintah dengan
proses penyusunan dokumen rencana
tujuan-tujuan genuine RA, yang telah
pengadaan tanah hingga dokumen studi
dimandatkan untuk menuntaskan konflik
kelayakan. Pada tahap ini sebuah proyek
struktural dan memperbaiki ketimpangan
harus sesuai dengan fungsi tata ruang
penguasaan tanah terkait kawasan hutan.
suatu daerah, disitulah celah korupsi
Lima tahun terbukti sedikit sekali irisan
muncul agar pemerintah daerah merevisi
antara peta indikatif TORA pemerintah
tata ruangnya agar sesuai dengan proyek
dengan LPRA yang diusulkan masyarakat
yang bersangkutan.
di bawah untuk segera diselesaikan
konfliknya melalui RA. Pada tahap persiapan merupakan
tahapan yang terpenting bagi pengadaan
II.1.3. Sumbatan Penyelesaian Konflik tanah, karena di dalamnya terdapat
Agraria Infrastruktur tiga kegiatan yang harus dilakukan

Pembangunan infrastruktur pada pemerintah bersama masyarakat, yaitu

pemerintahan Jokowi periode pertama pemberitahuan rencana pembangunan,

mendapatkan penanganan yang istimewa. pendataan awal lokasi rencana

Melalui Pepres No.3/2016 tentang pembangunan dan konsultasi publik

Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis rencana pembangunan. Karena watak

Nasional (PSN), pembangunan 224 dan peradigma pemerintah yang selalu

proyek infrastruktur melaju cepat tanpa menganggap masyarakat anti bahkan

hambatan. Dengan embel-embel PSN penolak pembangunan, menjadikan ketiga

maka seluruh jajaran kementerian hingga proses tersebut sering kali dilakukan

pemerintah daerah tak segan menerobos secara tertutup, terbatas bahkan tidak

regulasi maupun tahapan sebagaimana dilakukan oleh pemerintah. Tidak sedikit

diatur dalam UU No. 2/2012 tentang proses tersebut dibantu oleh aparat
TNI dan Polisi untuk mengintimidasi
masyarakat agar mau menerima proyek
pembangunan.

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 57


Masyarakat dipaksa sepakat tanpa
mengetahui lokasi, jenis infrastruktur, II.2
dan luas proyek pemerintah tersebut. CAPAIAN MINIM PELAKSANAAN
Berawal dari ketertutupan dan “REFORMA AGRARIA” ALA
pemaksaan itulah masyarakat JOKOWI
memberikan reaksi penolakan pada suatu Persoalan mendasar adalah soal
proyek infrastruktur. Ketika masyarakat paradigma dalam penyelesaian konflik
memberikan keberatan atas penetapan yang tidak menempatkan penyelesaian
lokasi, jenis ataupun luas proyek sering konflik agraria ke dalam kerangka
kali sudah lebih waktu yang ditentukan reforma agraria. Reforma agraria
karena masyarakat diberitahu mendadak adalah anak kandung dari konflik
dan tidak memiliki waktu yang cukup agraria (Christodoulou, 1990). Artinya,
untuk mengajukan keberatan. perombakan struktur pemilikan dan
Pada tahap pelaksanaan pembangunan penguasaan tanah (landreform dan/
ini, pemerintah akan melakukan atau agrarian reform) merupakan respon
pengukuran dan pemetaan, penilaian terhadap situasi konflik agraria yang
ganti kerugian, musyawarah penetapan terus terjadi. Karenanya pemerintah
ganti kerugian dan pemberian ganti perlu menempatkan reforma agraria
kerugian. Tahap ini merupakan ladang sebagai paradigma dalam menyelesaikan
korupsi selanjutnya bagi pemerintah konflik agraria.
dan mafia tanah. Modus yang dipakai Sebetulnya, Pemerintahan Jokowi pada
adalah memanipulasi jenis tanah (kering/ periode pertama telah menjanjikan
sawah), luas tanah, harga ganti kerugian, pelaksanaan RA dalam kerangka menata
dan pemotongan besar ganti kerugian. ulang struktur agraria dan menyelesaikan
Ketika telah terakumulasinya masalah, beragam konflik agraria yang terjadi. Lebih
manipulasi, korupsi dan konflik atas lanjut, janji RA tersebut diterjemahkan
ulah pemerintah sendiri, akibatnya dalam teknokrasi kebijakan RPJMN
kemudian adalah bentrokan, kekerasan, sebagai dua skema besar, yakni dilakukan
kriminalisasi, hingga pembunuhan melalui skema redistribusi tanah dan
terhadap masyarakat yang terjadi. legalisasi tanah, dengan target luasan
masing-masing 4,5 juta hektar. Total
target pemerintah untuk RA adalah 9 juta
hektar. Terjemahan RPJMN semacam
ini atas RA, menjadi awal mula yang
membuat Kementerian ATR/BPN-RI

58 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


dan KLHK mempunyai rencana “reforma overlapped dengan desa-desa. Mengapa?
agraria” yang berbeda dengan prinsip dan Hingga sekarang tidak ada proses yang
tujuan utama mengapa RA penting dan terbuka, termasuk laporan kepada publik
genting dijalankan negara kita. tentang daftar konsesi perusahaan yang
telah diredistribusikan kementerian
Skema redistribusi tanah salah satunya
hingga capaian kerjanya lebih dari 100%.
bersumber dari tanah HGU/HGB
Sesungguhnya yang terjadi adalah, angka
diterlantarkan dan/atau yang telah
pencapaian yang diklaim tersebut masih
habis jangka waktunya dengan target
berasal dari, atau dicampuradukan
redistribusi 400.000 hektar. Dengan
dengan kegiatan sertifikasi biasa.
target seluas itu. sebenarnya sudah
sangat kecil peruntukkan bagi rakyat Pencapaian yang tinggi melalui skema
selama lima tahun, mengingat betapa legalisasi aset, menunjukan bahwa
luasnya pengalokasian tanah untuk itikad pemerintah untuk merombak
perusahaan-perusahaan perkebunan. ketimpangan struktur agraria dan
menyelesaikan konflik agraria belumlah
Dari sisi capaian, Kementerian ATR/BPN
kuat. Alih-alih menata ulang penguasaan
hingga Agustus 2019 telah melaporkan
tanah terlebih dahulu, pemerintah justru
bahwa realisasi redistribusi tanah
langsung mempercepat proses sertifikasi
mereka sudah mencapai 110% dari
tanah di Indonesia. Padahal sertifikasi
target, yaitu seluas 440 ribu hektar. KPA
tanpa merombak ketimpangan struktur
menilai angka capain tersebut bukan
penguasaan tanah justru melegalkan
berasal dari hasil penertiban HGU/HGB
ketimpangan yang telah ada.
terlantar, HGU/HGB expired, atau yang

Persoalan mendasar adalah soal


paradigma dalam penyelesaian
konflik yang tidak menempatkan
penyelesaian konflik agraria ke dalam
kerangka reforma agraria.

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 59


Pencapaian yang tinggi melalui
skema legalisasi aset, menunjukan
bahwa itikad pemerintah untuk merombak
ketimpangan struktur agraria dan
menyelesaikan konflik agraria belumlah
kuat. Alih-alih menata ulang penguasaan
tanah terlebih dahulu, pemerintah justru
langsung mempercepat proses sertifikasi
tanah di Indonesia. Padahal sertifikasi
tanpa merombak ketimpangan struktur
penguasaan tanah justru melegalkan
ketimpangan yang telah ada.

Di sisi lain, pada skema redistribusi TORA seluas 2,4 juta hektar. Sebagai
tanah yang bersumber dari pelepasan besar peta indikatif tersebut adalah jenis
kawasan hutan untuk kepentingan RA, tanah kosong (fresh land), sedikit sekali
kinerja KLHK sangat rendah. Hingga yang beririsan dengan wilayah konflik,
Agustus 2019, capaian redistribusi wilayah ketimpangan dan kemiskinan,
tanah yang telah diterima rakyat melalui atau pun wilayah desa-desa yang selama
skema pelepasan kawasan hutan ini ini masih berada dalam klaim kawasan
baru mencapai 0.47% atau seluas hutan. Lebih pelik lagi, penunjukan
19.490 hektar dari target 4,1 juta hektar “tanah-tanah kosong” secara sepihak
sebagaimana dijanjikan. oleh kementerian dan pemda, yang
kemudian dijadikan sebagai calon TORA,
dalam perspektif KPA berpotensi kuat
Kerja KLHK di bidang RA terkonsentrasi
terjadi tumpang tindih dengan wilayah
dan membatasi diri pada kebijakan TORA
masyarakat adat, atau disalahgunakan
yang bersifat top down, melalui penetapan
oleh pihak ketiga sebagai penumpang
peta indikatif TORA. Hasilnya, selama
gelap RA, yang sama sekali tidak berhak
lima tahun baru berupa peta indikatif
atas RA.

60 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Tabel 5.  Realisasi RA Versi Pemerintah dan Versi Masyarakat Sipil

Redistribusi Tanah dari


Sertipikasi Redistibusi Tanah
TARGET Eks-HGU,
Sertipikasi Tanah Tanah dari Pelepasan
RPJMN Tanah Terlantar
(3,9 juta ha) Transmigrasi Kawasan Hutan
2015-2019 & Tanah Negara Lainnya
(0,6 juta ha) (4,1 juta ha)
(0,4 juta ha)

3.295.271 ha 73.633,67 Ha
CAPAIAN 440.085 Ha (110,02%) 19.490 Ha (0,47%)
(84,49%) (12,27%)

CATATAN Sertifikasi rutin Capaian Sedikit sekali yang Capaian RA menurut


KPA (Program PTSL) sangat rendah, betul-betul berasal dari versi KLHK yaitu
belum ada hasil penertiban konsesi 2,4 juta hektar,
Tidak bisa will kuat, juga perkebunan (HGU) atau sebenarnya baru
diklaim begitu mendorong HGB terlantar, expired atau dalam bentuk “peta
saja sebagai terobosan overlapped dengan desa indikatif TORA”, baru
capaian RA, antar lintas atau garapan masyarakat. rencana atau calon
apabila tidak ada sektor dalam TORA. Statusnya
proses penataan menuntaskan Sebagai besar masih masih belum
konflik agraria dicampur-aduk dengan diredistribusikan
ulang yang lebih
di desa-desa capaian program kepada rakyat.
berkeadilan, tidak
kawasan sertifikasi rutin (Program
ada prioritas
transmigrasi PTSL) Kecilnya capaian
objek dan subjek
yang riil (0,47%)
hukum RA; tidak Tidak bisa diklaim begitu
overlapped menunjukkan bahwa
ada program saja sebagai capaian RA,
dengan kebijakan TORA
penunjang apabila: tidak ada proses
konsesi KLHK sebenarnya
pasca legalisasi penataan ulang yang
kebun, hutan, harus dievaluasi
tanah sebagai lebih berkeadilan; tidak
tambang total, karena tidak
pemberdayaan ada prioritas objek dan layak dilanjutkan,
ekonomi agar atau dengan
subjek hukum RA; tidak mengingat tidak
lebih mandiri dan wilayah adat;
ada program penunjang terkoneksi pada
pemilikan tanah belum ada
pasca redistribusi tanah situasi krisis agraria
berkelanjutan. korekasi pada
sebagai pemberdayaan kronis di lapangan.
proses “land
ekonomi agar lebih
clearing” di
mandiri dan pemilikan Banyak desa,
masa lalu
tanah berkelanjutan. kampung, tanah
yang masih
pertanian, kebun
bermasalah; Banyak desa, kampung, masyarakat, fasum-
tanah pertanian, kebun fasos, wilayah
masyarakat, fasum- adat, wilayah
fasos, wilayah adat, konflik agraria
wilayah konflik agraria dan ketimpangan
dan ketimpangan yang yang tumpang tidih
berada dalam klaim status dengan klaim status
kawasan perkebunan kawasan hutan
(swasta, asset BUMN/ (negara/korporasi
BUMD) yang justru tidak hutan swasta),
disasar Kementerian ATR/ justru tidak disasar
BPN sebagai objek dan KLHK sebagai objek
subjek RA. dan subjek prioritas
RA.

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 61


Dalam mekanisme pelepasan kawasan
hutan, cara pandang lama yang tetap
dipakai Kementerian LHK adalah melihat

Dalam mekanisme hutan lebih pada statusnya (legalistik),


bukan pada aspek fungsi ekologisnya,
pelepasan kawasan
apalagi secara objektif melihat pada
hutan, cara pandang kenyataan di lapangan. Akibatnya, meski
lama yang tetap dipakai fakta lapangannya sudah menjadi desa,
Kementerian LHK adalah pemukiman, lahan garapan produktif
melihat hutan lebih pada masyarakat berupa tanah pertanian dan
kebun rakyat, status hukumnya tetap
statusnya (legalistik),
diklaim sebagai kawasan hutan.
bukan pada aspek
fungsi ekologisnya, Tak ada usaha melakukan terobosan-
terobosan demi RA, maupun diskresi
apalagi secara objektif
regulasi yang ditempuh oleh KLHK
melihat pada kenyataan untuk menerobos kebuntuan yang ada
di lapangan. Akibatnya, terkait redistribusi tanah yang menjadi
meski fakta lapangannya tanggung-jawabnya. Alhasil, redistribusi
sudah menjadi desa, tanah dalam kerangka penyelesaian

pemukiman, lahan garapan konflik agraria di yurisdiksi KLHK sangat


rendah capaiannya. Sepanjang lima
produktif masyarakat tahun terakhir, KPA telah menyampaikan
berupa tanah pertanian pandangan kritisnya mengenai lambat
dan kebun rakyat, status dan melencengnya pelaksanaan RA versi
hukumnya tetap diklaim pemerintah ini. Kritik tersebut tidak

sebagai kawasan hutan. hanya disampaikan melalui kementerian/


lembaga terkait, namun disampaikan juga
secara langsung kepada Presiden.

Dapat lah disimpulkan secara


keseluruhan, kritik KPA terhadap
capaian pelaksanaan RA adalah: (1) Di
satu sisi terjadi laju cepat pelaksanaan
program sertipikasi tanah tanpa proses
reform, yang justru tengah mendorong
terjadinya liberalisasi pasar tanah; (2)

62 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Di sisi lainnya, laju (sangat) lambat dari reform untuk kepentingan investasi
pelaksanaan redistribusi tanah dan skala besar berbasis agraria, pendekatan
penyelesaian konflik agraria sebagai pembangunanisme dan pertumbuhan
jalan pengakuan penuh hak rakyat atas ekonomi makro menghasilkan gap
tanah dan keberlanjutan hidupnya; (3) semakin lebar antara penguasaan tanah
Terdapat paradox kebijakan, dimana oleh rakyat kecil dengan penguasaan
kerja-kerja pemerintah yang kontra- tanah oleh korporasi – lihat ilustrasi.

Sekjen KPA, Dewi Kartika Memaparkan Pokok-pokok Masalah RUU Pertanahan Dalam
Konferensi Pers yang Diselenggarakan Komite Nasional Pembaruan Agraria (KNPA)

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 63


Nampaknya, pemerintahan Jokowi Dari sisi waktu, keduanya dipandang
mengulang kesalahan serupa yang lambat diterbitkan pemerintah.
dilakukan oleh pemerintahan SBY. Bahkan Perpres RA baru tahun 2018
Sertifikasi tanah sama-sama menjadi ditandatangani, itu pun harus ditempuh
unggulan. Parahnya saat ini pekerjaan dengan banyak protes dan tuntutan dari
rutin pensertifikatan tanah dari gerakan masyarakat sipil, baik melalui
Kementerian ATR/BPN ini diklaim begitu berbagai forum dialog hingga mobilisasi
saja sebagai pelaksanaan RA. Sama halnya massa.
dengan RA di kehutanan, seperti dulu di
Secara umum ada pasal-pasal yang
masa SBY, di masa Jokowi pun menteri
menguatkan posisi rakyat, namun
KLHK (dulu Menteri Kehutanan) gagal
terdapat banyak kelemahan dari kedua
menjalankan RA untuk menciptakan
regulasi ini untuk bisa menyelesaikan
keadilan, menuntaskan konflik agraria
konflik struktural dan merealisasikan
kronis, sekaligus me-reform paradigma
tujuan-tujuan genuine RA. Capaian minim
kawasan hutan di Indonesia.
reforma agraria yang dituntut masyarakat
Sumbatan Regulasi Terkait Reforma selama lima tahun terkahir, salah satunya
Agraria Pemerintahan Jokowi dipengaruhi oleh regulasi yang terkait
dengan reforma agraria dan penyelesaian
Perlu diapresiasi adanya niatan
konflik agraria di kehutanan tersebut.
pemerintah menjalankan RA, salah
satunya dengan mengeluarkan regulasi Perpres 88
yang bersifat lebih operasional
Terdapat 4 skema penyelesaian konflik
untuk menuntaskan konflik agraria
dalam perpres ini, yaitu pelepasan
dan menjalankan RA. Terdapat dua
kawasan hutan, tukar-menukar kawasan
regulasi terkait RA yang disahkan
hutan, hak kelola perhutanan sosial
oleh pemerintahan Jokowi pada
dan resettlement. Kelemahan Perpres
periode pertama kekuasaannya, yakni
88 adalah: (1) Tidak bekerja di kawasan
Perpres No.88/2017 tentang Tata Cara
hutan yang memiliki hutan kurang
Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
dari 30% (Jawa, Bali dan Lampung); (2)
Kawasan Hutan, yang secara khusus
Mengecualikan kawasan hutan yang
untuk mengatasi masalah-masalah
telah berstatus penetapan/pengukuhan;
tenurial di sektor kehutanan, termasuk
(3) Mengecualikan pelepasan kawasan
celah menuju RA di kehutanan. Kemudian
hutan yang berstatus kawasan hutan
regulasi yang secara khusus mengurusi
lindung dan konservasi; (4) Tidak bekerja
pelaksanaan RA, yaitu Perpres 86/2018
di wilayah transmigrasi, yang berada
tentang Reforma Agraria.
dalam konsesi hutan swasta/BUMN yang

64 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


KPA Bersama Jaringan Organisasi Masyarakat Sipil dan Akademisi Menemui F-PKB
Guna Memberikan Masukan Terhadap RUU Pertanahan

belum dilepaskan; (5) Inver PTKH hanya Contoh pelaksanaan: Konflik antara
bisa diajukan sekali untuk setiap lokasi; Serikat Tani Tebo dengan PT. Wira Karya
(6) Proses dan prosedural berbelit serta Sakti (Asia Pulp & Paper Sinar Mas)
memakan waktu lama. di Desa Lubuk Mandarsah, Kab. Tebo
seluas 3.500 hektar telah berlangsung
Perpres ini mengatur pelepasan kawasan
selama 15 tahun. Desa tersebut tidak
hutan dan perubahan tata batas hutan
terkendala masalah tutupan hutan 30%,
dalam melakukan identifikasi calon
tidak juga di kawasan lindung/konservasi,
tanah objek reforma agraria melalui
namun KLHK hanya mau melepaskan
dua mekanisme. Pertama, mekanisme
pemukiman semata tidak dengan tanah
non-inver (non-existing) lewat alokasi
garapan masyarakat. Berdasarkan proses
20% pelepasan kawasan hutan untuk
inver PTKH, tahapan saat ini adalah
perkebunan, hutan produksi yang
penelaahan oleh Menteri LHK atas hasil
dapat dikonversi (HPK) tidak produktif,
inventarisasi dan verifikasi PTKH. Proses
pencadangan percetakan sawah baru.
pelepasan hutan nyatanya tertahan 2
Kedua, mekanisme inver (existing) melalui
tahun lamanya sejak 2017, sedangkan
pembentukan Tim PPTKH lewat sumber
Perpres tersebut memandatkan inver
TORA dari pemukiman transmigrasi,
PTKH harus selesai dalam waktu 6 bulan.
permukiman dan fasum-fasos.

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 65


Seolah belum cukup kemundurannya, mendasar, yaitu: (1) Secara tujuan hendak
wilayah berlaku Perpres ini ternyata melakukan koreksi atas ketimpangan dan
hanya menyempitkan diri di kawasan- menyelesaikan konflik agraria, namun
kawasan hutan yang statusnya baru pekerjaan terbesar adalah sertipikasi
ditunjuk. Sementara bagi kawasan- tanah; (2) Secara kelembagaan besar
kawasan yang telah “terlanjur” ditata- karena melibatkan banyak kementerian,
batas dan ditetapkan sebagai kawasan namun kewenangan eksekutorialnya
hutan tidak ada harapan untuk sangat lemah untuk melahirkan
diselesaikan selain melalui perhutanan terobosan-terobosan mengurai konflik
sosial dan resettlement. Dengan kata lain agraria struktural, apalagi untuk
Perpres 88 bukan jawaban atas benang menertibkan konsesi perusahaan yang
kusut agraria di kehutanan tersebut. tumpang tindih dengan masyarakat; (3)
Secara proses tidak partisipatif, dimana
Perpres 86 rakyat tidak diikutsertakan secara aktif
Peraturan Presiden tentang Reforma dan terbuka dari sejak proses persiapan,
Agraria dinantikan cukup lama pelaksanaan hingga pengawasan paska
oleh gerakan reforma agraria. Ini dan hasil-hasil RA, yang mengakibatkan
mengingat di masa SBY, rencana timbulnya kesalahan subjek maupun
draft PP Reforma Agraria mangkrak objek RA.
di Istana hingga berakhirnya periode
Perpres RA memang ditujukan untuk
10 tahun SBY. Baru pada September
menjawab masalah agraria melalui
2018, presiden mengesahkan Perpres
pelaksanaan RA, yang dapat dilihat pada
86/2018 tentang Reforma Agraria.
Pasal 2 yang menjelaskan tentang dua
Dalam Perpres ini, dimandatkan bahwa
tujuan utama RA, yakni: a. Mengurangi
tujuan utama reforma agraria adalah
ketimpangan penguasaan dan pemilikan
memperbaiki ketimpangan penguasaan
tanah dalam rangka menciptakan
tanah, menyelesaikan konflik agraria,
keadilan; dan b. Menangani sengketa dan
menciptakan kemakmuran rakyat dan
konflik agraria.
mencapai kedaulatan pangan di lokasi-
lokasi dimana RA dijalankan. Nampaknya, jika hanya melihat dari
tujuan peraturan ini, telah mengakomodir
Tentu suatu produk regulasi mengandung
keinginan-keinginan masyarakat. Namun,
catatan kritis. Di samping pasal-pasal
jika melihat pekerjaan utama dari
yang menguatkan hak rakyat, perlu juga
pelaksanaan RA, regulasi ini menjelaskan
memahami kelemahan dari Perpres
bahwa pelaksanaan RA adalah penataan
RA. Setidaknya untuk memahaminya
aset dan penataan akses. Pekerjaan pokok
dapat diperiksa melalui tiga aspek

66 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


penataan aset adalah redistribusi dan skala besar, yang telah puluhan tahun
sertipikasi tanah, dimana hingga berakhir menimbulkan situasi ketimpangan,
tahun 2019 tidak jelas tanah-tanah yang konflik agraria dan kemiskinan warga
mana yang telah diredistribusikan dalam setempat.
kerangka RA, dan kepada siapa.
Kelembagaan pelaksana RA dalam
Dalam Perpres RA juga terdapat Perpres RA bernama Tim Reforma Agraria
11 kriteria objek tanah yang akan Nasional yang dipimpin oleh Menteri
diredistribusikan, bahkan memasukan Koordinator Bidang Ekonomi. Namun
“Tanah hasil penyelesaian Sengketa dan sejauh ini belum juga mampu menahkodai
Konflik Agraria”. Sayangnya Perpres pelaksanaan RA agar mencapai tujuan-
RA tidak mengatur bagaimana “hasil tujuan RA. Masalah tersebut turut
proses penyelesaian konflik agraria dipengaruhi oleh keengganan pejabat
dapat dicapai, dan oleh siapa eksekusi birokrat lintas sektor untuk menjalankan
penyelesaiannya”. Oleh karena itu, RA, ego sektoral antar kementerian tanpa
objek tanah RA dari hasil penyelesaian akhir. Termasuk masalah kewenangan
konflik agraria dapat dikatakan masih yang terbilang lemah dan terjebak kerja
mengandung bias tentang bagaimana rutin (bussines as usual), sehingga tak
penertiban tanah-tanah kelebihan berani mendorong lahirnya terobosan-
maksimum yang dimonopoli perusahaan

KPA Bersama Jaringan di Nasional Menyelenggarakan Konferensi Pers Menyikapi


Ketertutupan Data HGU

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 67


Konferensi Pers KPA dan Ombudsman RI Pasca Penyerahan Laporan Penyelesaian
Konflik Agraria

terobosan hukum untuk menyelesaikan organisasi masyarakat sipil utamanya


masalah-masalah kronis. dari gerakan RA, yang menjadi bagian
dari Tim Reforma Agraria Nasional. Di
Lemahnya kelembagaan pelaksana RA
tingkat provinsi atau pun kabupaten,
juga diperparah dengan mekanisme
tidak jauh berbeda. GTRA provinsi yang
pelaksanaan RA yang tertutup dari
dipimpin gubernur dan GTRA kabupaten
keterlibatan organisasi masyarakat sipil.
yang dipimpin bupati belum secara serius
Meski dalam pasal 30 Ayat (2) telah
menjalankan mandat perpres. Masih
memandatkan keterlibatan masyarakat
sedikit pewakilan organisasi rakyat dan
setidaknya untuk mengusulkan TORA,
aktivis agraria yang dilibatkan dalam
penerima TORA, jenis penataan akses,
struktur GTRA provinsi atau kabupaten.
hingga penyampaian masukan dalam
penanganan sengketa dan konflik agraria. Pengusulan objek maupun subjek
Mandat tersebut tidak dijalankan secara prioritas RA kepada pemerintah oleh
serius hingga hari ini. Tidak ada satu pun masyarakat sipil pun minim tindaklanjut,

68 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Pertemuan Regional Organisasi Masyarakat Sipil Membahas Situasi Konflik Agraria dan
Kriminalisasi di Asia

dan digantungkan selama lima tahun Langkah Koreksi Pertama Menuju


tanpa terobosan capaian yang berarti. Di Penyelesaian Konflik Agraria Dalam
sisi lain ada gap pemahaman mengenai Kerangka RA
apa itu RA di tingkat birokrat pusat Berdasarkan perjalanan perjuangan
sampai daerah. Banyak pula yang masih agenda RA, pengalaman bersama
memandang sebelah mata terhadap pemerintah untuk mendesakkan
agenda RA, bahkan masih ada stigma kebijakan RA, mendorong
buruk atas RA di tubuh pemerintah. implementasinya di lapangan agar berada
Padahal, mandat RA oleh Negara sudah di wilayah-wilayah yang mengalami
sejak diterbitkannya UUPA 1960 dan konflik dan ketimpangan, maka
TAP MPR IX/2001 tentang Pembaruan pemerintah penting segera melakukan
Agraria dan Pengelolaan SDA. evaluasi atas kebijakan dan pelaksanaan

Menuju Penyelesaian Konflik Agrari 69


RA dalam lima tahun terakhir. Paling kepemimpinan presiden melalui
urgent, sebagai langkah pertama dan perubahan Perpres RA secara terbatas.
utama untuk menunjukkan keseriusan Dengan begitu, ke depan agenda RA
sekaligus menindaklanjuti komitmen akan memiliki tata laksana yang jelas dan
Presiden Jokowi pada 24 September partisipatif, lembaga yang kuat untuk
2019 adalah penguatan kelembagaan mengeksekusi masalah kronis lintas
pelaksana RA, yang tidak lagi di tingkat sektor, dan realisasi yang maksimal sesuai
menteri, melainkan langsung di bawah tujuan-tujuan RA yang genuine.

Penyerahan Fakta Integritas Panelis Debat Capres II Pemilihan Presiden – Wakil


Presiden 2019

70 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Bab III

REFORMA AGRARIA
DARI BAWAH, JALAN
PENYELESAIAN KONFLIK
AGRARIA

Reforma Agraria Dari Bawah, Jalan Penyelesaian Konflik Agrari 71


Sekjen KPA, Dewi Kartika Tengah Memaparkan
Perkembangan Penyelesaian Konflik Agraria Kawasan Hutan
di Kementerian PPN/Bappenas

K
onsep pelaksanaan “reforma dijalankan pemerintah, yaitu melalui
agraria” yang dijalankan pemerintah sistem Lokasi Prioritas Reforma Agraria
saat ini masih keliru dan bersifat atau disingkat LPRA. Usulan LPRA yang
parsial, baik di tataran kebijakan maupun diinisiasi dan dibangun bersama Anggota
implementasinya di lapangan. Oleh KPA dari bawah menjadi dorongan dan
karena itu, harus terus dikritisi dan tawaran solusi kepada pemerintah untuk
disempurnakan oleh semua pihak, baik meluruskan RA, juga mempercepat
oleh pemerintah, DPR, pakar agraria, dan penyelesaian konflik agraria dalam
organisasi masyarakat sipil, utamanya kerangka RA.
oleh kalangan gerakan RA.
Di sisi lain, sistem LPRA secara khusus
Sepanjang lima tahun terakhir ini, KPA juga merupakan sikap dan respon
bersama serikat petani, organisasi KPA terhadap kebijakan Tanah Obyek
masyarakat adat dan serikat nelayan Reforma Agraria atau disingkat TORA.
berupaya mendorong desakan pelurusan Skema dan proses TORA yang bersifat
dan percepatan pelaksanaan RA kepada top-down, sedikit sekali yang pada
pemerintah. Selain pelurusan dari aspek akhirnya berkesuaian dengan kaidah dan
konsepsi RA, KPA pun mendorong tujuan-tujuan genuine RA. Konsekuensi
pelurusan praktek RA yang sedang dari skema TORA yang demikian itu,

72 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Konsep pelaksanaan “reforma agraria” yang
dijalankan pemerintah saat ini masih keliru dan
bersifat parsial, baik di tataran kebijakan maupun
implementasinya di lapangan. Oleh karena itu,
harus terus dikritisi dan disempurnakan oleh semua
pihak, baik oleh pemerintah, DPR, pakar agraria, dan
organisasi masyarakat sipil, utamanya oleh kalangan
gerakan RA.

telah menyebabkan hasil identifikasi definitif, pemukiman, wilayah adat, tanah


peta indikatif TORA oleh Kementerian pertanian dan ladang produktif, kebun
LHK dan Kementerian ATR/KLHK tidak warga, fasilitas umum dan fasilitas sosial
menjawab krisis agraria yang terjadi di masyarakat di pedesaan. Usulan LPRA
lapangan. Menghadapi kebijakan dan mencakup pula modal sosial dan potensi
praktek demikian, KPA bersama gerakan ekonomi yang menjadi kekuatan lain dari
tani menyikapinya dengan mengusulkan LPRA.
reforma agraria dari bawah atau dikenal
Dengan demikian, LPRA sebagai inisiatif
dengan agrarian reform by leverage
RA dari bawah, merupakan jalan keluar
(ARBL. Mekanisme LPRA, mengusulkan
atas konsep dan praktek RA pemerintah
obyek sekaligus subyek prioritas RA
yang masih parsial dan belum genuine.
yang didorong dari bawah (bottom-
Usulan dari bawah melalui LPRA ini,
up mechanism) oleh masyarakat yang
akan menjawab gap lebar antara janji,
terorganisir.
kebijakan dengan realisasinya di lapangan
Lokasi-lokasi prioritas RA (LPRA) yang sebagaimana dijelaskan di atas. Sebagai
dikonsolidasikan dan diusulkan oleh jalan tengah penyelesaian konflik,
KPA bersama organisasi tani, nelayan, kekuatan sistem LPRA mampu:
masyarakat adat, perempuan dan
1 Menjawab kaidah dan tujuan RA,
rakyat lainnya, tidak semata-mata areal
seperti mengatasi ketimpangan
konflik agraria dan ketimpangan. Lebih
penguasaan tanah, menyelesaian
dari itu, LPRA adalah masyarakat dan
konflik berkepanjangan, dan
wilayah hidupnya yang telah terorganisir,
kesenjangan ekonomi yang dialami
berserikat, terdiri dari desa-desa

Reforma Agraria Dari Bawah, Jalan Penyelesaian Konflik Agrari 73


petani, buruh tani, penggarap, 6 Meminimalisir salah sasaran atas
masyarakat adat dan masyarakat objek dan subjek RA, karena LPRA
miskin di pedesaan dari bawah mencakup kejelasan
obyek maupun subyeknya yang
2 Memperbaiki mekanisme top-down
prioritas sesuai tujuan RA;
dalam TORA;
7 Menjaga keberlanjutan dan
3 Menjawab ketiadaan tata laksana,
kesinambungan proses serta hasil-
mekanisme, peran kelembagaan RA
hasil RA paska redistribusi tanah
yang aktif ke bawah (jemput bola);
dan penguatan hak, mengingat
4 Meregistrasi tanah-tanah garapan, masyarakat dalam LPRA sudah
kebun rakyat, kampung/desa, fasum- terorganisir sehingga lebih
fasos, pemukiman masyarakat, dan menjamin dalam hal penguatan dan
wilayah konflik; pemberdayaan ekonomi lanjutan;

5 Memastikan lokasi RA yang 8 Memperkuat organisasi rakyat,


diinginkan masyarakat (serikat tani, memupuk optimisme di tengah
perempuan, organisasi masyarakat pesimisme terhadap pelaksanaan RA
adat, serikat nelayan dan masyakat saat ini.
miskin lainnya) dapat diakomodasi
pemerintah sebagai TORA;

Wakil Menteri ATR/BPN, Surya Tjandra Tengah Menyimak Pemaparan Sekjen KPA, Dewi
Kartika Mengenai Hambatan-hambatan Penyelesaian Konflik Agraria di Luar Kawasan
Hutan

74 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Hingga saat ini KPA telah sudah diserahkan kepada kementerian
mengkonsolidasikan 665,897 hektar terkait di banyak kesempatan sepanjang
usulan LPRA yang tersebar di 20 provinsi empat tahun terkahir.
dan 99 kabupaten, seluruh usulan LPRA

Tabel 6.  Jumlah Usulan LPRA KPA Kepada Pemerintah Sampai Tahun 2019

Status Jumlah LPRA (Desa) Luas LPRA Jumlah


(Hektar) Penggarap (KK)

Perkebunan/Area 314 413.450 99.201


Penggunaan Lain (APL)

Kawasan Hutan 220 252.447 93.248

Jumlah 534 665.897 192.449

Mengenai pengusulan LPRA kepada Pemerintah ke depan tidak lagi dapat


pemerintah sejauh ini setidaknya berkilah kesulitan menemukan subjek-
LPRA sudah menjadi lokasi prioritas objek RA, karena petani, masyarakat adat,
pelaksanaan RA pemerintah melalui dua nelayan dan masyakat miskin lainnya
Rapat Tingkat menteri (RTM). Petama, telah mengusulkan sendiri desa-desa
pada 12 Juli 2019 pemerintah mengadakan yang berkonflik selama ini. Petani masih
Rapat Tingkat Menteri, pertemuan tersebut menunggu realisasi janji presiden atas
menghasilkan 167 lokasi konflik agraria pelaksanaan RA di wilayah usulan LPRA
yang menjadi prioritas penyelesaian organisasi rakyat. Maka dari itu tidak ada
konflik. Dimana 54 desa dari 167 lokasi di solusi lain selain petani beserta organisasi
atas merupakan usulan LPRA KPA seluas tani sendiri yang mengusulkan lokasi-
66.632 hektar. Kedua, pada 11 Oktober lokasi prioritas RA dari bawah kepada
2019 pemerintah kembali mengadakan pemerintah.
RTM lanjutan yang secara khusus
membahas tentang usulan LPRA KPA, LPRA, Solusi Rakyat Dari Bawah
hasil rapat tersebut adalah disepakatinya Mendorong Reforma Agraria Yang
Genuine
89 desa seluas 48.631 hektar menjadi
lokasi target percepatan penyelesaian Pengusulan LPRA merupakan bagian
konflik agraria pemerintah. dari konsep pelaksanaan RA yang sejati,
dimana LPRA memiliki prinsip-prinsip

Reforma Agraria Dari Bawah, Jalan Penyelesaian Konflik Agrari 75


utama yang harus dipegang, yaitu: (1) Pelaksanaan RA seharusnya bertujuan
Tanah untuk mereka yang benar-benar untuk: (1) Memperbaiki ketimpangan
mengerjakannya (penggarap); (2) Tanah struktur agraria menjadi lebih
tidak dijadikan komoditi komersial, yaitu berkeadilan melalui redistribusi
tidak boleh diperjualbelikan semata-mata penguasaan, penggunaan dan
untuk mencari keuntungan; dan (3) Tanah pemanfaatan lahan untuk masyarakat
mempunyai fungsi sosial, ekologis dan miskin dan petani gurem atau petani tak
tidak boleh dimonopoli oleh segelintir bertanah di pedesaan; (2) Menyelesaikan
pihak sehingga menyebabkan ketimpakan konflik agraria yang terjadi di seluruh
pada pihak lainnya. wilayah Indonesia; (3) Menciptakan
basis-basis kekuatan produktif oleh

Pertemuan Antara Organisasi Masyarakat Sipil dengan


Kementerian ATR/BPN Membahas Tindak Lanjut Lokasi
Prioritas Reforma Agraria (LPRA)

76 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Kampong Secanggang Sumatra Utara,
Salah Satu Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA)

masyarakat berbasiskan penggunaan dan (4) Memulihkan keseimbangan


dan pemanfaatan lahan (pertanian, ekologi melalui penatagunaan lahan
perkebunan, peternakan), serta nilai dan pengelolaan sumber agraria secara
tambah dari penjualan hasil panen; berkelanjutan.

i
e m p erbaik i
(1) M elalu
a n u ntuk: e a d i lan m n untuk
uju erk ha
u s n ya bert jadi lebih b anfaatan la ah di
har en em an
a a n RA se r agraria m aan dan p n i t a k bert eluruh
san ktu un eta di s
Pelak
a n g a n stru a a n , pengg rem atau p ng terjadi roduktif
p uas i gu ia y a np
ketim u s i peng dan petan nflik agrar sis kekuata tan
r i b
redist at mis
kin ko
saikan akan basis
-ba eman
faa ari
a s y a r a k
e n y e l e
i p t n d a n p
i t a m bah d
M c a a i
m
e s a a n; (2) i a ; ( 3 ) Men p e n gguna ), serta nil gan ekolog a
ped Indon
es an kan an car
l ay a h t b e r basisk n, peterna n k e seimb a g ra ria se
wi aka na ka er
h m asyar n , p e rkebu 4) Memulih laan sumb
o l e nia an ( ge l o
h a n (perta il panen; d n d a n pen
l a as h a
alan h aan la
penju penatagun
ui
melal an.
e r k e lanjut
b

Reforma Agraria Dari Bawah, Jalan Penyelesaian Konflik Agrari 77


Berdasarkan pengalaman sejarah yang paham reforma agraria. Ada satu
berbagai negara yang pernah lagi prasyarat keberhasilan RA, yakni
melaksanakan program RA ini, dukungan penuh tentara terhadap
dibutuhkan sejumlah prasyarat agar program RA. Namun dalam kondisi
RA berjalan dengan sukses. Prasyarat obyektif Indonesia saat ini, menurut
terpenting adalah: (1) Harus ada kemauan Gunawan Wiradi prasyarat yang ini
politik yang kuat dari pemerintah; (2) belumlah memungkinkan.
Harus ada organisasi rakyat yang kuat
Proses RA mencakup serangkaian
dan terorganisir (khususnya organisasi
kegiatan utama, yakni: (1) Pendaftaran
petani); (3) Harus ada data agraria yang
(registrasi) tanah, untuk memperoleh
lengkap dan akurat tentang keagrariaan
informasi struktur penguasaan dan
untuk menjalankan RA sesuai tujuannya;
ketimpangan tanah; (2) Penyelesaian
(4) Adanya pemisahan elit penguasa
konflik, diperlukan utamanya bagi
dari elit bisnis; (5) Aparat birokrasi
wilayah-wilayah atau desa-desa yang

Tanah Eks HGU PT Kruwuk Rotorejo yang telah Dikuasai dan Digarap Petani Desa
Gadungan, Gandurasi, Bilitar, Jawa Timur Sejak 2009.

78 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


memiliki konflik agraria dan tumpang- infrastruktur dan pengetahuan penerima
tindih klaim dengan konsesi atau Negara; redistribusi tanah.
(3) Redistribusi tanah untuk menata ulang
persebaran penguasaan, penggunaan dan Lembaga pelaksana RA adalah

pemanfaatan, serta pemilikan tanah dan ke l e m b a g a a n khusus untuk

sumber agraria lainnya; (4) Penguatan melaksanakan RA dengan nama Badan

hak, yaitu pemberian jaminan hukum dan Otorita Reforma Agraria (BORA)

legalitas hak atas tanah, baik yang berupa atau nama lainnya. Badan ini berada

hak individul, bersama (kolektif) maupun langsung di bawah kepemimpinan

kombinasi antara keduanya sesuai Presiden dan unit pelaksananya

konsensus di tingkatan masyarakat yang bertanggung jawab kepada Presiden.

menjadi subyek RA; dan (5) Penyediaan Badan ini bertanggungjawab untuk

program penunjang melalui pemberian menyiapkan regulasi, data dan informasi

permodalan, jaminan pasar, teknologi, objek dan subjek RA, merumuskan

Reforma Agraria Dari Bawah, Jalan Penyelesaian Konflik Agrari 79


rencana dan formula pelaksanaan RA Begitulah RA seharusnya dijalankan secara
secara nasional, mengkoordinasikan nasional dan sistematis. Dalam konteks
kementerian dan lembaga terkait dalam konsepsi ideal RA di atas, maka sistem
kerangka persiapan dan pelaksanaan LPRA mengandung kaidah dan tujuan RA,
RA, melakukan sosialisasi dan konsultasi merupakan proses antara menuju RA sejati
publik, pendidikan dan pelatihan yang betul-betul dijalankan Negara – yang
RA kepada para pihak –termasuk kenyataannya belum dijalankan pemerintah
pemerintahan daerah, organisasi gerakan saat ini.
masyarakat sipil: petani, nelayan, buruh,
masyarakat adat, dan perempuan, serta
memimpin pelaksanaan RA.

80 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Bab IV

Rekomendasi dan Solusi:


Persiapkan Agenda
Reforma Agraria Sejati
terbatas melalui pasal-pasal yang
IV.1 menguatkan hak-hak rakyat dalam
JANGKA PENDEK Perpres RA, taat pada prinsip dan tujuan,
sambil mencegah masuknya penumpang
Idealnya, langkah penyelesaian
gelap yang bisa saja terakomodir
konflik agraria haruslah dalam bingkai
lewat celah kelemahan perpres. Kedua,
pelaksanaan RA, yakni operasi
menindaklanjuti komitmen presiden pada
sistematis dan berjangka waktu untuk
HTN 2019, bersama Komite Pembaruan
melakukan penataan struktur agraria
Agraria Nasional (KNPA), pemerintah
yang timpang menjadi lebih berkeadilan
perlu segera mendorong inisiatif
melalui program redistribusi tanah dan
perubahan Perpres RA dengan prinsip
pengakuan penuh hak-hak rakyat, yang
keadilan dan kepentingan rakyat yang
disertai program penunjang lainnya.
harus diutamakan.
Karena itu, langkah koreksi atas beberapa
kesalahan hukum pelaksanaan RA yang Perubahan Perpres RA untuk memastikan
sudah dikeluarkan menjadi penting untuk hal-hal utama, yaitu:
mempercepat pemenuhan keadilan
1 Secara kelembagaan, pelaksanaan
agraria sebagai basis dari penciptaan
RA harus di bawah kepemimpinan
keadilan sosial.
Presiden langsung, tidak lagi di
Secara normatif tidak terdapat hambatan bawah setingkat menko atau pun
hukum dalam menjalankannya. Pertama, menteri, sehingga lembaga ini
optimalisasi pelaksanaan RA secara

Idealnya, langkah penyelesaian konflik agraria


haruslah dalam bingkai pelaksanaan RA, yakni
operasi sistematis dan berjangka waktu untuk
melakukan penataan struktur agraria yang timpang
menjadi lebih berkeadilan melalui program redistribusi
tanah dan pengakuan penuh hak-hak rakyat, yang
disertai program penunjang lainnya.

82 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


bersifat eksekutorial atas masalah konflik agraria struktural, wilayah-
kronis agraria dan mampu membuat wilayah dimana terjadi ketimpangan
terobosan penyelesaian konflik, penguasaan tanah antara masyarakat
mendudukan semua kementerian kecil dan korporasi, wilayah
dan lembaga terkait; masyarakat adat untuk diakui secara
penuh, dan wilayah-wilayah dimana
2 Menetapkan skala prioritas subjek
kantong kemiskinan atau sentra
RA, mengutamakan petani kecil,
pertanian rakyat berada.
petani penggarap, buruh tani,
nelayan kecil, masyarakat adat dan 4 Sebagai prasyarat keberhasilan RA,
masyarakat miskin di pedesaan mewajibkan pemerintah di pusat
yang masih dan/atau bersedia dan daerah menjamin keterlibatan
menyandarkan hidupnya pada organisasi masyaralat sipil, termasuk
sektor pertanian, perkebunan dan organisasi rakyat (petani, masyarakat
peternakan rakyat, dan masyarakat adat, nelayan, perempuan) dalam
miskin di perkotaan. struktur kelembagaan pelaksana RA;

3 Menetapkan skala prioritas obyek 5 Memastikan adanya tahapan atau


RA dengan mengutamakan wilayah- tata laksana pelaksanaan RA yang
wilayah yang telah lama mengalami mendukung proses rakyat dari

KPA Bersama Perwakilan Massa Aksi Hari Tani Nasional


(HTN) Bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara Melaporkan
Perkembangan Penyelesaian Konflik Agraria

Rekomendasi dan Solusi: Persiapkan Agenda Reforma Agraria Sejati 83


bawah untuk mengusulkan usulan
10 Menyusun mekanisme monitoring
lokasi prioritas RA; dan evaluasi pelaksanaan RA.

6 Memastikan adanya integrasi proses


redistribusi tanah, penyelesaian
konflik agraria atau pun proses
penguatan hak atas tanah (legalisasi) IV.2
dengan program pelengkap RA, yaitu
JANGKA MENENGAH
melalui pemberdayaan ekonomi,
penguatan proses produksi yang Berkaca pada situasi agraria di tahun 2019
berorientasi pada perubahan corak dan selama satu periode pemerintahan
produksi rakyat secara kolektif dan Jokowi, Negara Indonesia membutuhkan
inovatif, transfer teknologi tepat kebijakan RA yang komprehensif, dimana
guna, dan penunjang infrastruktur RA ditempatkan sebagai agenda politik
untuk memasarkan produk-produk bangsa. Reforma Agraria haruslah
rakyat di wilayah dimana RA menjadi pondasi pembangunan Indonesia
dijalankan. ke depan, sehingga tidak lagi menjadi
program parsial di ragam kementerian
7 Memastikan pendanaan Negara terkait, tanpa ada kesamaan visi dan
secara penuh untuk menjalankan tujuan dalam memandang agenda
reforma agraria secara nasional dan ini. Selain itu, menghadapi tantangan
sistematis; politik agraria ke depan yang berpotensi
merampas dan menggusur tanah rakyat
8 Memastikan tentara dan kepolisian
demi investasi skala luas, perlu dilakukan
mendukung pelaksanaan reforma
dengan semakin memperkuat agenda
agraria, dan menjamin perlindungan
kerakyatan di bidang agraria.
dan penghormatan hak-hak rakyat
atas tanah, bersikap netral di wilayah Oleh karena itu, sebagai strategi jangka
konflik agraria dan di lokasi-lokasi menengah agar RA menjadi agenda politik
dimana telah diusulkan sebagai bangsa, maka pemerintahan Jokowi juga
prioritas RA; penting untuk memulai menginisiasi
langkah-langkah penyusunan naskah
9 Memastikan mekanisme
Rancangan Undang-Undang tentang
keterbukaan informasi mengenai
Pembaruan Agraria. Ini merupakan
perkembangan pelaksanaan RA,
mandat lama yang belum terealisir sejak
serta pendidikan dan pemahaman
lahirnya TAP MPR IX/2001 tentang
reforma agraria bagi aparat birokrat
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
dan pihak terkait; dan
SDA.

84 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria


Sekjen KPA, Dewi Kartika Mewakili KNPA Menyampaikan
Beberapa Komitmen Presiden Mengenai Reforma Agraria
dan Mendesak Wamen ATR/BPN, Surya Tjandra Membuat
Terobosan Penyelsaian Konflik Agraria.

Oleh karena itu, sebagai strategi jangka


menengah agar RA menjadi agenda politik
bangsa, maka pemerintahan Jokowi juga
penting untuk memulai menginisiasi langkah-
langkah penyusunan naskah Rancangan
Undang-Undang tentang Pembaruan Agraria. Ini
merupakan mandat lama yang belum terealisir
sejak lahirnya TAP MPR IX/2001 tentang
Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA.

Rekomendasi dan Solusi: Persiapkan Agenda Reforma Agraria Sejati 85


Rancangan UU Pembaruan Agraria ini 33 UUD, yang kemudian diterjemahkan
penting sebagai regulasi yang secara oleh UUPA 1960 sebagai berikut;
hirarki hukum lebih tinggi dari perpres, “..mewajibkan Negara untuk mengatur
dan lebih menjamin agenda RA di masa- pemilikan tanah dan memimpin
masa mendatang. RUU penting memuat penggunaannya, hingga semua tanah di
pokok-pokok prinsipil yang memandu seluruh wilayah Indonesia dipergunakan
bangsa kita mewujudkan keadilan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,
sosial berbasis sumber-sumber agraria baik secara perseorangan maupun secara
sebagaimana mandat UUPA 1960, yakni gotong-royong.”
cita-cita landreform dan/atau reforma
Tentu disadari bahwa menuju reforma
agraria ke depan. Melalui RUU ini, RA
agraria sejati, masih terdapat hambatan
tidak hanya menjadi regulasi parsial,
politik berupa perbedaan kepentingan
melainkan peta jalan tentang bagaimana
antar kementerian dan lembaga Negara,
sumber-sumber agraria di Indonesia
sehingga cita-cita itu tidak pernah benar-
hendak diurus, diatur, digunakan, dikelola
benar dijalankan secara komprehensif.
dan dijaga untuk keadilan, kesejahteraan
Oleh sebab itu, sebaiknya Presiden segera
dan keberlanjutan hidup manusia serta
mulai memimpin inisiatif dan mengajak
alam.
semua lembaga negara dan kuasi negara
Dengan demikian RUU Pembaruan membahas konsensus nasional untuk
Agraria merupakan terjemahan hukum menjalankan RA secara lebih terencana.
agraria nasional, yang bersumber dari
Pancasila, utamanya sila ke-5 dan Pasal

86 Catatan Akhir Tahun 2019 Konsorsium Pembaruan Agraria

Anda mungkin juga menyukai