Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KONSEP DASAR POLITIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

Dosen Pengampu : Bapak Ruswandi Hermawan, M. Ed.

Dan Bapak Sendi Fauzi Giwangsa, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 9 :

1. Annisa Indriyani (2104271)


2. Chitra Rubi’ah (2104895)
3. Shafa Qonita (2109652)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang mana atas limpahan rahmat, hidayah,
serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kulian Konsep Dasar IPS dengan
judul “Konsep Dasar Politik”.

Tujuan kami menyusun makalah ini adalah tiada lain untuk memperkaya
ilmu pengetahuan kita semua, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep
Dasar IPS yang diampu oleh Bapak Sendi Fauzi Giwangsa, M. Pd.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para
pembaca.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Jawa Barat , 20 November 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 3
A. Latar Belakang masalah ............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5
A. Negara dan Pemerintahan ........................................................................... 5
1. Pengertian Negara ................................................................................... 5
2. Bentuk Negara ......................................................................................... 6
3. Unsur – Unsur Negara ............................................................................ 8
4. Fungsi Negara .........................................................................................13
5. Tujuan Negara........................................................................................14
B. Hukum...........................................................................................................15
1. Pengertian Hukum .................................................................................16
2. Penggolongan Hukum............................................................................16
3. Tata Hukum Indonesia ..........................................................................17
4. Lembaga Peradilan Di Indonesia .........................................................17
C. Hak Asasi Manusia ......................................................................................18
1. Pengertian HAM ....................................................................................18
2. Ruang Lingkup HAM ............................................................................19
3. Sisi Pokok Hakikat HAM ......................................................................19
4. Permulaan Perkembangan Pemikiran HAM ......................................19
5. Macam – Macam HAM .........................................................................20
6. Tantangan dan Hambatan Dalam Penegakan HAM ..........................22
7. Contoh Kasus Pelanggaran HAM ........................................................22
8. Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM ..................23
D. Dampak Permasalahan Praktek Implementasi Politik Di Indonesia .....24
BAB III PENUTUP ..................................................................................................28
A. Kesimpulan ...................................................................................................28
B. Saran .............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................30

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu politik adalah salah satu cabang dari ilmu sosial, yang
berdampingan dengan cabang ilmusosial lainnya yakni sosiologi,
antropologi, dll. Dengan demikian maka ilmu politik berhubunganerat
dengan ilmu-ilmu sosial tsb yang objeknya adalah manusia sebagai
anggota kelompok (group).Ilmu-ilmu tsb mempelajari kelakuan manusia
serta cara-cara manusia hidup serta bekerjasama. Namun walaupun ilmu-
ilmu tsb saling berdampingan dan berhubungan erat, tetapi tentu
adabatasan-batasan antara ilmu politik dengan ilmu sosial lainnya dengan
melihat kepada sifat-sifat danruang lingkup ilmu politik itu sendiri.
Konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik mencakupantara lain.
masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan
kewajiban,kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial,
pembangunan politik, modernisasi, danlain sebagainya.

Sistem politik hanya merupakan salah satu dari bermacam-macam


sistem yang terjadi dalammasyarakat, seperti sistem ekonomi, sistem
teknik, sistem komunikasi dll. Setiap sistem masing-masing mempunyai
fungsi tertentu untuk menjaga kelangsungan hidup dan mencapai tujuan
darimasyarakat tersebut. Dalam hal ini, maka sistem politik
menyelenggarakan fungsi-fungsi tertentuk untuk masyarakat, yakni
membuat keputusan-keputusan kebijaksanaan yang mengikat mengenai
alokasi dari nilai-nilai (baik yang bersifat materiil maupun non materiil).
Maksudnya, sistem politik berfungsi merumuskan tujuan-tujuan
masyarakat dan selanjutnya dilaksanakan oleh keputusan-keputusan
kebijaksanaan untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat
harus mengetahui dan memahami ilmu politik, mulai dari lingkup terkecil
hingga terbesar. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas kami ingin
membahas materi tentang “Konsep Dasar Politik”

3
B. Rumusan Masalah
Agar lebih sistematis, maka kami rumuskan masalah-masalah pokok yang
akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan negara dan pemerintah dalam dunia
politik?
2. Seperti apakah negara dan pemerintahan di Indonesia ?
3. Apa yang dimaksud dengan Hukum dan HAM dalam dunia politik?
4. Seperti apakah Hukum dan HAM di Indonesia ?
5. Apa saja dampak permasalahan implementasi politik di Indonesia ?

C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka beberapa tujuan dari makalah
ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui arti Negara dan pemerintahan dalam dunia politik.


2. Untuk mengetahui Negara dan pemerintahan itu seperti apa di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui arti hokum dan HAM dalam dunia politik.
4. Untuk mengetahui hokum dan HAM itu seperti apa di Indonesia.
5. Untuk mengetahui dampak permasalahan implementasi politik di
Indonesia.

4
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Negara
1. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka
menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada kekuasaan
negara. Melalui kehidupan bernegara dengan pemerintah yang ada di
dalamnya, masarakat ingin mewujudkan tujuan tujuan tertentu seperti
terwujudnya kertentraman, ketertiban, dan kesejahteraan masyrakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat
diartikan kedalam dua hal. Yang pertama, negara adalah sebuah
organisasi yang berapa pada suatu wilayah dan memiliki kekuasaan
tertinggi secara sah serta ditaati oleh masyarakat di dalamnya. Yang
kedua, sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial yang
mendiami sebuah wilayah maupun daerah tertentu yang berada di
bawah lembaga politik maupun pemerintah yang efektif, memiliki
kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang ingin
dicapai oleh suatu wilayah tersebut.
Sebuah wilayah dapat dikatakan sebagai sebuah negara jika
wilayah tersebut telah memenuhi berbagai unsur yang diperlukan oleh
sebuah negara di dalamnya. Hingga saat ini, jumlah negara yang di
seluruh dunia mencapai 195 negara. Setiap negara tersebut memiliki
bentuk pemerintahan yang berbeda antara satu sama lain.
Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama dari masyarakat,
adalah memiliki kekuasaan politik, mengatur hubungan-hubungan,
kerja sama dalam masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Menurut Harold J. Laski
bahwa Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
memiliki wewenang yang bersifat memaksa yang secara sah lebih
tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok yang ada dalam
Negara tersebut, untuk mencapai tujuan bersama. Suatu masyarakat
disebut Negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh

5
individu maupun oleh kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang
bersifat mengikat dan memaksa. Sementara Robert MacIver
menambahkan bahwa Negara adalah, sosialisasi yang
menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu masyarakat, dalam suatu
wilayah berdasarkan suatu sistem hukum yang diselenggarakan oleh
suatu pemerintah dan untuk maksud tersebut diberi kekuasaan
memaksa.

2. Bentuk Negara
Bentuk negara merupakan suatu organisasi atau susunan secara
keseluruhan mengenai struktur dari sebuah negara dengan batas
peninjauan secara sosiologis dan yuridis. Bentuk dari suatu negara
akan membahas tentang dasar negara, susunannya, dan tata tertib dari
suatu negara itu sesuai dengan kedudukan dan kekuasaan yang dianut
oleh negara tersebut. Berikut ini merupakan beberapa bentuk negara
berdasarkan zamannya, antara lain:
a. Bentuk negara pada zaman yunani kuno
Adapun tiga bentuk negara pada zaman yunani kuno, yaitu
Monarki, Demokrasi, dan Oligarchi.
1) Monarki merupakan bentuk negara yang berasal dari bahasa
Yunani “monos” yang berarti “satu”. Sedangkan, archien berarti
“memerintah”.
2) Demokrasi adalah bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani
“Demos” yang berarti “rakyat”. Oleh karena itu, pemerintahannya
dipegang oleh rakyat.
3) Oligarchi yaitu bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani
“oligai” yang berarti “beberapa”. Oleh sebab itu, pemerintahannya
dipegang oleh beberapa orang dalam suatu negara tersebut.
b. Bentuk negara pada zaman pertengahan
Pada zaman pertengahan bentuk negaranya adalah Republik
dan Kerajaan. Seorang ahli bernama Duguit mengemukakan
pendapatnya bahwa negara Republik dengan Kerajaan memiliki

6
perbedaan. Jika cara pengangkatan kepala negaranya ditunjuk oleh
keturunannya maka disebut Monarkhi. Namun, apabila kepala
negaranya terpilih maka disebut Republik.
Berbeda dengan pendapat ahli lain yaitu Machiavelli yang
mengemukakan bahwa negara Kerajaan dalam pembentukannya
dipilih berdasarkan kemauan seseorang atau orang tertentu,
sedangkan negara berbentuk Republik dipilih berdasarkan atas
kemauan negara yang diatur oleh hukum dan keinginan dari
banyak orang.
c. Bentuk negara pada zaman modern-sekarang
Pada zaman modern seperti sekarang bentuk negaranya adalah
Kesatuan dan Serikat.
1) Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah suatu bentuk negara yang berdaulat dan
merdeka dengan satu pemerintahan yang berpusat pada
kekuasan dengan mengatur seluruh daerah. Namun, dalam
pelaksanaannya negara kesatuan ini terbagi lagi ke dalam dua
macam sistem pemerintahan yaitu Sentral dan Otonomi.
2) Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi
Pemerintahan pada sistem ini merupakan pemerintahan yang
dipimpin langsung oleh pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah di bawah naungannya yang melaksanakan kebijakan
pemerintahan pusat tersebut. Salah satu contoh sistem
pemerintahan pada zaman ini yaitu pada masa pemerintahan
presiden Soeharto pada Orde Baru.
3) Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi
Sistem desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari
pemerintahan pusat ke daerah. Sistem ini dikenal dengan istilah
otonomi daerah atau swatantra.
4) Negara Serikat
Negara serikat atau Federasi adalah suatu bentuk negara
gabungan yang terdiri dari beberapa negara bagian dari sebuah

7
negara serikat. Pada awalnya, negara-negara bagian ini
merupakan suatu negara yang berdaulat, merdeka, dan berdiri
sendiri. Sistem pada negara ini dapat melepaskan sebagian dari
kekuasaannya dengan menyerahkannya kepada negara serikat.
Penyerahan kekuasaan dari negara-negara bagian tersebut
kepada negara serikat biasa disebut dengan istilah limitatif.

3. Unsur - Unsur Negara


a. Penduduk / Rakyat
Setiap negara harus memiliki penduduk, dan kekuasaan negara
menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya. Penduduk
dalam suatu negara biasanya menunjukan beberapa ciri khas yang
membedakan dari bangsa lain. Perbedaan ini tampak misalnya
dalam kebudayaannya, nilai-nilai politiknya, atau identitas
nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya, bahasa,
kebudayaan, suku bangsa dan kesamaan agama merupakan faktor-
faktor yang dapat mendorang ke arah terbentuknya persatuan
nasional dan identitas nasional yang kuat. Rakyat merupakan unsur
terpenting dalam negara karena rakyatlah yang pertama kali
berkehendak membantuk negara. Rakyatlah yang mulai
merencanakan, merintis, mengendalikan, dan menyelenggarakan
pemerintahan negara. Rakyat dalam suatu negara dapat di bedakan
menjadi berikut.
1) Penduduk dan Bukan Penduduk Penduduk adalah mereka yang
telah memnuhi syaratsyarat tertentu yang ditetapkan undang-
undang yang berlaku dalam suatu negara dan bertujuan untuk
menetap di wilayah negara tertentu. Bukan penduduk adalah
mereka/orang-orang yang bertempat tinggal di suatu negara
hanya untuk sementara waktu.
2) Warga negara dan bukan Warga Negara Warga negara orang-
orang yang berada di wilayah suatu negara. Bukan warga
negara adalah orang-orang yang berada diwilayah suatu negara

8
yang berniat hanya sementara waktu dan tunduk pada
pemerintah negara dimana ia berada.
3) Bangsa Menurut Ernest Renant, bangsa adalah satu jiwa atau
satu asas kerohanianyang ditimbulka oleh adanya kemuliaan
bersama dimasa lampau atau bangsa tumbuh karena adanya
soidaritas kesatuan.
b. Wilayah merupakan tempat tinggal rakyat di suatu negara dan
merupakan tempat menyelenggarakan pemerintahan yang sah.
Wilayah suatu negara terdiri atas daratan, lautan, dan udara.
1) Daratan
Daratan ada di permukaan bumi dalam batas-batas tertentu dan
di dalam tanah di bawah permukaan bumi. Artinya, semua
kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi dalam batas-
batas negara adalah hak sepenuhnya negara pemilik wilayah.
Batas-batas wilayah daratan suatu negara dapat berupa:
• Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, lembah
• Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat
berduri, parit
• Batas menurut ilmu alam: berupa garis lintang dan garis
bujur peta bumi
2) Lautan
Lautan adalah seluruh wilayah lautan disuatu negara dengan
batas-batas tertentu dan disebut laut territorial. Laut di luar
itu disebut laut terbuka. Perkembangan selanjutnya,
khususnya setelah lahirnya Konvensi Laut 1982 melalui
traktat multilateral di Montego Bay (Jamaica) 10 Desember
1982, 4 wilayah lautan dibagi menjadi beberapa katagori,
yakni:
• Batas laut territorial
Setiap negara berdaulat atas lautan teritorial yang
jaraknya sampai 12 mil laut, diukur dari garis lurus yang
ditarik dari pantai.

9
• Batas zona bersebelahan
Di luar batas laut teritorial sejauh 12 mil laut atau 24 mil
dari pantai. Di dalam wilayah ini negara pantai dapat
mengambil tindakan dan menghukum pihak-pihak yang
melanggar undang-undang bea cukai, fiskal, imigrasi,
dan ketertiban negara.
• Batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)
ZEE adalah wilayah laut suatu negara pantai yang
batasnya 200 mil laut diukur dari pantai. Di dalam
wilayah ini, negara pantai yang bersangkutan berhak
menggali kekayaan laut dan menangkap nelayan asing
yang kedapatan menangkap ikan di wilayah ini serta
melakukan kegiatan ekonomi lainnya. Negara lain bebas
berlayar atau terbang di atas wilayah itu serta bebas pula
memasang kabel dan pipa di bawah laut.
• Batas landas benua
Landas benua adalah wilayah lautan suatu negara yang
batasnya lebih dari 200 mil laut. Dalam wilayah ini
negara pantai boleh melakukan eksplorasi dan 11
eksploitasi dengan kewajiban membagi keuntungan
dengan masyarakat internasional.
3) Udara
Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan
lautan negara itu. Kekuasaan atas wilayah udara suatu
negara itu pertama kali diatur dalam Perjanjian Paris pada
tahun 1919 (dimuat dalam Lembaran Negara Hindia
Belanda No.536/1928 dan No.339/1933). Perjanjian
Havana pada tahun 1928 yang dihadiri 27 negara
menegaskan bahwa setiap negara berkuasa penuh atas
udara di wilayahnya. Hanya seizin dan atau menurut
perjanjian tertentu, pesawat terbang suatu negara boleh
melakukan penerbangan di atas negara lain. Demikian pula

10
Persetujuan Chicago 1944 menentukan bahwa penerbangan
internasional melintasi negara tanpa mendarat atau
mendarat untuk tujuan transit dapat dilakukan hanya seizin
negara yang bersangkutan. Sedangkan Persetujuan
Internasional 1967 mengatur tentang angkasa yang tidak
bisa dimiliki oleh negara di bawahnya dengan alasan segi
kemanfaatan untuk semua negara dan tujuan perdamaian.
4) Wilayah Ekstrateritorial
Suatu wilayah atau daerah karena ketetapan hukum
internasional, maka dianggap sebagai wilayah atau bagian
wilayah dari suatu Negara. Hal – hal yang termasuk dalam
ketetapan hukum internasional tersebut yakni, kapal – kapal
yang berlayar di laut terbuka di bawah bendera Negara
tertentu dan tempat atau daerah kerja perwakilan
diplomatik contoh lainnya yaitu kantor perwakilan negara
Amerika Serikat di Jakarta, maka termpat kedudukan
kantor perwakilan itu adalah menjadi ekstra territorial
negara Amerika Serikat.

c. Pemerintah yang berdaulat

Unsur ketiga dari negara yang sifatnya mutlak adalah pemerintah.


Disini yang dimaksud pemerintah adalah seorang atau berapa orang
dan memerintah menurut hukum negaranya. Pemerintah yang
berdaulat berarti pemerintah yang memegang kekuasaan tertinggi
di dalam negaranya dan tidak berada di bawah kekuasaan
pemerintah negara lain. Maka, dikatakan bahwa pemerintah yang
berdaulat itu berkuasa ke dalam dan ke luar:

1) Kekuasaan ke dalam, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu


dihormati dan ditaati oleh seluruh rakyat dalam negara itu

2) Kekuasaan ke luar, berarti bahwa kekuasaan pemerintah itu


dihormati dan diakui oleh negara-negara lain.

11
Jean Bodin (1530-1596), seorang ahli ilmu negara asal Prancis,
berpendapat bahwa negara tanpa kekuasaan bukanlah negara.
Dialah yang pertama kali menggunakan kata kedaulatan dalam
kaitannya dengan negara (aspek internal: kedaulatan ke dalam).
Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi di dalam negara
untuk mengatur fungsinya. Kedaulatan ke luar adalah kekuasaan
tertinggi untuk mengatur pemerintahan serta memelihara keutuhan
wilayah dan kesatuan bangsa (yang selayaknya dihormati oleh
bangsa dan negara lain pula), hak atau wewenang mengatur diri
sendiri tanpa pengaruh dan campur tangan asing. Grotius (Hugo de
Groot) yang dianggap sebagai bapak hukum internasional
memandang kedaulatan dari aspek eksternalnya, kedaulatan ke
luar, yaitu kekuasaan mempertahankan kemerdekaan negara
terhadap serangan dari negara lain.

Sifat-sifat kedaulatan menurut Jean Bodin:

1) Permanen/ abadi, yang berarti kedaulatan tetap ada selama


negara masih berdiri.

2) Asli, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak berasal adari


kekuasaan lain yang lebih tinggi.

3) Tidak terbagi, yang berarti bahwa kedaulatan itu merupakan


satu-satunya yang tertinggi di dalam negara.

4) Tidak terbatas, yang berarti bahwa kedaulatan itu tidak dibatasi


oleh siapa pun, karena pembatasan berarti menghilangkan ciri
kedaulatan sebagai kekuasaan yang tertinggi.

d. Pengakuan dari negara lain

Negara yang baru merdeka memerlukan pengakuan dari negara


lain karena menyangkut keberadaan suatu negara. Adanya
pengakuan dari negara lain menjadi tanda bahwa suatu negara baru
yang telah memenuhi persyaratan konstitutif diterima sebagai

12
anggota baru dalam pergaulan antarnegara. Dipandang dari sudut
hukum internasional, faktor pengakuan sangat penting, yaitu untuk:

• Tidak mengasingkan suatu kumpulan manusia dari hubungan-


hubungan internasional
• Menjamin kelanjutan hubungan-hubungan intenasional dengan
jalan mencegah kekosongan hukum yang merugikan, baik bagi
kepentingan-kepentingan individu maupun hubungan
antarnegara.

Pengakuan dari negara yang lain terdiri dari 2 sifat, yaitu de


facto dan de jure. Pengakuan de facto, artinya pengakuan tentang
kenyataan adanya suatu negara merdeka. Pengakuan seperti ini
belum bersifat resmi. Sedangkan, pengakuan de jure, artinya
pengakuan secara resmi berdasarkan hukum oleh negara lain
sehingga terjadi hubungan ekonomi, sosial, budaya, dan
diplomatik.

4. Fungsi Negara
Sebuah negara yang merupakan bentuk dari organisasi di suatu
wilayah tertentu juga memiliki berbagai fungsi, yang terdiri dari:
a. Fungsi keamanan dan ketertiban
Stabilitas negara yang kondusif menjamin terlaksananya program-
program pembangunan dengan lancer. Oleh karena itu, negara
harus menjaga keamanan dan ketertiban di negaranya. Selain itu,
keamanan dan ketertiban dapan mencegah bentrokan-bentrokan
dan pertikaian yang terjadi antar manusia di dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari. Negara merupakan stabilisator bagi
masyarakat. Negara harus menciptakan hukum untuk mewujudkan
keamanan dan ketertiban. Namun demikian, penertiban yang
dilakukan oleh negara tetap harus berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

13
b. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran
Suatu negara dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, negara
berfungsi untuk berusaha sebaikbaiknyamenciptakan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat. Usaha tersebut, antara lain dengan
pembangunan disegala bidang dan menciptakan system ekonomi
demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran. Namun, bukan
berarti pembangunan menjadi tanggung jawabnegara sepenuhnya,
tetapi juga diperlukan dukungan rakyat.
c. Fungsi pertahanan
Fungsi pertahan negara sangat penting bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara. Pertahanan negara akan menentukan bertahan
atau tidaknya sebuah bangsa dan negara. Fungsi ketahanan negara
berkaitan dengan pertahanan dari serangan negara lain. Oleh
karena itu, diperlukan pengadaan alat pertahanan negara serta
personil keamanan yang terlatih dan tangguh.
d. Fungsi keadilan
Fungsi negara yang terakhir adalah keadilan. Keadilan bagi setiap
warga negara harus ditegakkan tanpa menbeda-bedakan. Oleh
karena itu, dibentuklah badanbadan peradilan negara yang harus
menjamin keadilan setiap warga negara. Usaha yang dapat
dilakukan, antara lain memberikan keputusan yang adil dalam
hokum. Jika keadilan tidak ditegakkan akan muncul gejolak dalam
masyarakat yang justru akan mengganggu keamanan negara.
Sebaiknya, jika keadilan ditegakkan akan muncul kehidupan
masyarakat yang dinamis dan harmonis.

5. Tujuan Negara
Tujuan negara Secara Umum bermacam-macam antara lain:
a. Untuk memperluas kekuasaan
Ajaran negara kekuasaan menyatakan bahwa kekuasaan berarti
kebenaran, dan dengan bertambahnya kemajuan dilapangan lain.

14
Negara kekuasaan menghendaki agar negaranya menjadi besar dan
jaya. Untuk mencapai tujuan maka rakyat dijadikan alat perluasan,
kepentingan orang perseorangan ada di bawah kepentingan bangsa
dan negara.
b. Untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
Negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum segala
kekuasaan dari alatalat pemerintahan berdasarkan atas hukum,
semua orang harus tunduk kepada hukum, sebab hukumlah yang
berkuasa dalam negara tersebut.
c. Untuk mencapai kesejahteraan umum
Negara bertujuan ungin mewujudkan kesejahteraan umum. Negara
dipandang sebagai alat yang dibentuk manusia untuk mencapai
tujuan bersama, yakni suatu tatanan masyarakat yang didalamnya
ada kebahagiaan, kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat negara itu.

B. Hukum
1. Pengertian Hukum
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat
yang dapat memaksa seseorang agar menaati tata tertib dalam
masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman)
terhadap siapa saja yang tidak menaatinya.
Ciri-ciri hukum :
a. Adanya perintah atau larangan
b. Bersifat memaksa

Unsur- unsur hukum :


a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat
b. Peraturan itu dibentuk oleh badan-badan resmi yang berwenang
c. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas dan
nyata

15
2. Penggolongan Hukum

Penggolongan hukum menurut Dudu Duswara Machmudin dan S.T


Kansil :
a. Berdasarkan Sumbernya
1) Hukum UU adalah hukum yang tercantum di dalam peraturan
perundang-undangan, contohnya UU Pemilu.
2) Hukum Adat dan Kebiasaan adalah hukum yang diambil dari
peraturan adat dan kebiasaan, contohnya hukum adat
Minangkabau.
3) Hukum Yurisprudensi adalah hukum yang terbentuk dari
putusan pengadilan, contohnya KUHP.
4) Hukum Traktat adalah hukum yang ditetapkan oleh negara
peserta perjanjian internasional, contohnya Hukum batas negara
5) Hukum Doktrin adalah hukum yang berasal dari pendapat para
ahli hukum terkenal
b. Berdasarkan Bentuknya
1) Hukum Tertulis adalah hukum yang dapat ditemui dalam
bentuk tulisan dan dicantukan dalam berbagai peraturan
negara. Hukum tertulis dibagi menjadi dua yakni yang
dikodifikasi dan tidak dikodifikasi, contohnya KUHP, KUHD,
KUHAP.
2) Hukum Tidak Tertulis adalah hukum yang masih hidup dalam
keyakinan dan kenyataan di dalam masyarakat yang
bersangkutan, contohnya hukum adat.
c. Berdasarkan Isinya
1) Hukum Publik adakah hukum yang mengatur hubungan antara
warga negara dan negara yang menyangkut kepentingan umum
atau publik, contohnya hukum pidana
2) Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan yang lain dan bersifat pribadi,
contohnya hukum waris

16
d. Berdasarkan Tempat Berlakunya
1) Hukum Nasional
2) Hukum Internasional
3) Hukum Asing
4) Hukum Gereja
e. Berdasarkan Masa Berlakunya
1) Hukum Positif adalah hukum yang berlaku saat ini, contohnya
hukum pidana berdasarkan KUHP sekarang
2) Hukum yang Akan Datang adalah hukum yang dicita-citakan,
diharapkan, atau direncanakan akan berlaku pada masa yang
akan datang, contohnya hukum pidana nasional yang hingga
saat ini masih disusun
3) Hukum Universal, Hukum Asasi, atau Hukum Alam adalah
hukum yang berlaku tanpa mengenal batas ruang dan waktu.
Berlaku sepanjang masa, di mana pun, dan terhadap siapapun,
contohnya Piagam PBB tentang DUHAM

3. Tata Hukum Indonesia

Dalam hukum positif di Indonesia, berlaku tata hukum sebagai


berikut:
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Administrasi Negara
c. Hukum Perdata
d. Hukum Pidana
e. Hukum Acara atau Hukum Formal

4. Lembaga Peradilan di Indonesia


Mahkamah Agung :
a. Pengadilan Tinggi Umum/Sipil di bawahnya terdapat Pengadilan
Negeri Umum/Sipil
b. Pengadilan Tinggi Agama di bawahnya terdapat Pengadilan
Agama

17
c. Pengadilan Tinggi Militer di bawahnya terdapat Pengadilan
Militer
d. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara di bawahnya terdapat
Pengadilan Tata Usaha Negara

C. Hak Asasi Manusia


1. Pengertian HAM
HAM adalah hak hak yang telah dipunyai seseorang sejak dalam
lahir. Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”.
Tercantum juga dalam UUD 1945 :
a. Pasal 27 ayat 1
Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hokum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
itu dengan tidak ada kecualinya.
b. Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang
undang.
c. Pasal 29 ayat 2
Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing masing dan untuk beribadah menurut
agama dan kepercayaannya itu.

18
d. Pasal 30 ayat 1
Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.
e. Pasal 31 ayat 1
Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.

2. Ruang lingkup HAM meliputi :


a. Hak pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan,
dan lain-lain.
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada.
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam
pemerintahan.
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

3. Sisi pokok hakikat HAM, yaitu :


a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah
bagian dari manusia secara otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial,
dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak
untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap
mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum
yang tidak melindungi atau melanggar HAM.

4. Permulaan Perkembangan Pemikiran HAM


a. Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta
yang di antaranya memuat pandangan bahwa raja yang tadinya
memiliki kekuasaan absolute ( raja yang menciptakan hukum,
tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya),

19
menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta
pertanggung jawabannya di muka hukum (Mansyur Effendi, 1994).
b. The American Declaration
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham
Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia
merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila
sesudah lahir ia harus dibelenggu.
c. The French Declaration
Pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration (Deklarasi
Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih dirinci lagi
sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain
berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah, maka
orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia salah.
d. The Four Freedom
Terdiri dari empat hak kebebasan :
a. Hak berbicara dan menyatakan pendapat
b. Hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
ajaran gama yang dianutnya
c. Hak kebebasan dari kemiskinan dalam pengertian setiap
bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan
sejahtera bagi penduduknya
d. Hak kebebasan dari ketakutan yang meliputi usaha
pengurangan persenjataan sehingga tidak satupun bangsa
berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan
terhadap negara lain (Mansyur Effendi, 1994).

5. Macam-Macam HAM

Secara umum HAM dapat dikelompokkan menjadi enam macam :

a. Hak asasi pribadi (personal rights)

20
• Hak mengeluarkan pendapat
• Hak menikah
• Hak untuk memeluk agama
• Hak untuk kebebasan untuk bergerak
b. Hak asasi politik
• Hak mendirikan, menjadi anggota dan simpatisan parpol
• Hak ikut pemilu dan kampanye dalam pemilu
• Hak ikut berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan umum
c. Hak asasi ekonomi
• Hak mendirikan koperasi
• Hak menjual, membeli, dan menyimpan barang
• Hak mendirikan badan usaha swasta
• Hak mengadakan transaksi bisnis
d. Hak mendapatkan persamaan hukum dan pemberitahuan ( rights of
legal aquality )
• Hak untuk menjadi pejabat
• Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum
• Hak perlindungan hukum
e. Hak sosial budaya ( sosial and cultural rights)
• Hak mendapatkan pendidikan
• Hak menikmati hasil kebudayaan
• Hak untuk mengembangkan kebudayaan
• Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak
f. Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar (procedural
rights)
• Hak untuk mendapatkan prosedur hukum yang benar dalam
penahan penangkapan , penggeledahan dan razia
• Hak untuk mendapatkan prosedur yang benar dalam proses
pengadilan

21
6. Tantangan dan Hambatan Dalam Penegakan HAM

Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-


hal berikut :

a. Dilihat dari aspek-aspek kehidupan :


1) Faktor sosial budaya
2) Adanya stratifikasi dan status sosial (tingkat pendidikan usia,
pekerjaan, dan sebagainya)
3) Masih adanya konfilk horizontal di kalangan masyarakat
yang di sebabkan hal-hal sepele
4) Norma adat dan budaya lokal yang kadang bertentangan
dengan HAM
b. Faktor komunikasi dan informal
Letaak geografis Indonesia yang luas, sulitnya komunikasi antar
daerah sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum
terbangun baik, sistem informal untuk kepntingan sosialisasi yang
terbatas.
c. Faktor kebijakan pemerintah
Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang
perlunya HAM, adakalanya demi kepentingan stabilitas nasional
persoalan HAM diabaikan.
d. Faktor aparat dan penindakannya
Masih ada aparat yang secara pribadi mengabaikan prosedur kerja
yang sesuai dengan HAM tingkat penididkan dan kesejahteraan
sering membuka peluang “jalan pintas” untuk memperkaya diri
masih terjadi adanya penyimpangan (KKN)

7. Contoh-Contoh Kasus Pelanggaran HAM


a. Masyarakat kelas bawah mendapat perlakuan hukum kurang adil,
bukti nya jika masyarakat bawah membuat suatu kesalahan
misalkan mencuri sendal proses hukum nya sangat cepat, akan
tetapi jika masyarakat kelas atas melakukan kesalahan misalkan
korupsi, proses hukum nya sangatlah lama.

22
b. Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri
mendapat penganiayaan dari majikannya.
c. Dosen yang malas masuk kelas atau malas memberikan
penjelasan pada suatu mata kuliah kepada mahasiswa merupakan
pelanggaran HAM ringan kepada setiap mahasiswa.
d. Para pedagang yang berjualan di trotoar merupakan pelanggaran
HAM terhadap para pejalan kaki, sehingga menyebabkan para
pejalan kaki berjalan di pinggir jalan sehingga sangat rentan
terjadi kecelakaan.
e. Orang tua yang memaksakan kehendaknya agar anaknya masuk
pada suatu jurusan tertentu dalam kuliahnya merupakan
pelanggaran HAM terhadap anak, sehingga seorang anak tidak
bisa memilih jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

8. Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM

Berikut beberapa langkah penegakan dan perjuangan HAM bagi


masyarakat, bangsa dan negara indonesia adalah :
a. Sosialisai hak asasi manusia
Sosialisai hak asasi manusia adalah memasyarakatkan hak asasi
manusia di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan adalah:
1) Agar manusia respek terhadap hak asasi manusia dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
2) Tumbuhnya kesadaran rakyat tentang hak asasi manusia
3) Mempercepat proses demokratisasi sehingga dapat mencegah
munculnya kekuasaan sewenang-wenang
b. Pendidikan HAM
Dalam rangka internalisasi nilai-nilai hak asasi manusia perlu
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari manusia sejak dini, pada
sekolah, kampus, dan media massa.
c. Advokasi HAM
Advokasi HAM adalah dukungan, pembelaan, atau upaya, dan
tindakan yang terorganisir dengan menggunakan peralatan demokrasi

23
untuk menegakkan dan melaksanakan hukum dan kebijakan yang
dapat menciptakan masyarakat yang adil dan sederajat
d. Kelembagaan
Dalam rangka menegakkan hak asasi manusia, maka pemerintah
membentuk komisi nasional hak asasi manusia (KOMNASHAM).
Komisi ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan kondisi
yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia guna mendukung
terwujudnya pembangunan nasional.
e. Pelestarian budaya (tradisi lama)
Keberhasilan penguasaan dan pemberdayaan hak asasi manusia suatu
bangsa sangat ditentukan oleh pemantapan budaya hak-hak asasi
manusia dan bangsa tersebut melalui usaha-usaha secara sadar kepada
seluruh masyarakat.
f. Pemberdayaan hukum
Untuk menegakkan hak asasi manusia harus ada kesiapan struktural
dan kultur politik yang lebih demokratis.
g. Rekonsiilasi nasional
Cara lain yang di tempuh untuk menegakkan hak asasi manusia adalah
membentuk komisi kebendaharaan dan rekonsiliasi yang di bentuk
berdasarkan undang-undang. Komisi ini berfungsi lembaga ekstra
yuridis untuk menegakkan kebenaran mengungkap penyalahgunaan
kekerasan dan pelanggaran HAM dimasa lampau demi kepentingan
bangsa dan negara.

D. Dampak Permasalahan Praktek Implementasi Politik Di Indonesia


Dampak Permasalahan Praktek Implementasi Politik Di Indonesia
Politik adalah sebuah kata yang sangat sering kita dengar dalam kehidupan
sehari-hari. Politik dan implementasi politik telah menjadi suatu hal yang
perlu dipahami oleh kita semua sebagai warga negara yang baik. Namun,
sayangnya contoh implementasi politik sering kita lewatkan begitu saja
karena kita menganggapnya sebagai kewajiban pemerintah saja.
Dampak permasalahan praktek politik di Indonesia sangat banyak,
tiga diantaranya sebagai berikut :

24
1. Dampak Globalisasi dalam Politik
Seperti yang telah disebutkan diatas, globalisasi tidak hanya
meliputi bidang ekonomi, namun meliputi segala aspek kehidupan
masyarakat. Aspek politik pun tidak luput dari globalisasi tersebut.
Ketika mendengar ungkapan "politik global". Bagi Indonesia sendiri
banyak juga hal-hal positif yang bisa dirasakan oleh bangsa dari
dinamika bidang politik global saat ini, namun rasanya lebih banyak
lagi dampak-dampak negatif yang telah dirasakan oleh bangsa kita,
baik pemerintahnya maupun masyarakatnya. Bangsa kita lebih banyak
menjadi korban percaturan politik global ataukah menjadi pemeran.
Rasanya sejauh ini bangsa kita lebih banyak menjadi korban dari
pada menjadi pemeran dalam percaturan politk global. Suatu contoh,
belitan hutang luar negeri yang tidak kunjung lepas, nilai tukar mata
uang kita yang terus terpuruk, perusahaan-perusahaan asing yang
menguasai ladang-ladang mineral kita, tenaga kerja kita yang dibeli
secara murah di luar negeri, aset-aset penting kita juga tidak sedikit
yang dikuasai oleh kekuatan asing dan bahkan kebutuhan dasar seperti
beras di negeri kita yang subur itu juga telah tergantung pada pasar
asing. Di lain pihak bangsa kita juga ternyata sama sekali tidak tahan
terhadap dengan kekuatan-kekuatan destruktif global seperti gerakan
terorisme, sparatisme, radikalisme dan bahkan jaringan obat terlarang
global. Ini menunjukkan betapa nasionalisme bangsa kita sebenarnya
telah banyak terkikis oleh internasionalisme.
2. Dampak Media Massa Terhadap Ekonomi Politik
Kepemilikan media menciptakan konglomerasi media yang
disebabkan media massa dikelola sebagai industri dengan ideological
tertentu yang mengarahkan pengelolaan media. Saat ini dampak yang
ditimbulkan dari kepemilikan media massa televisi terlihat Nampak
lebih dikuasai oleh sebagian kecil dari pemilik modal yang berbasis di
pusat politik. Karena dalam hal tersebut, hubungan antara media
dengan politik dan ekonomi di negara ini telah menjadi pusat
perhatian terbesar yang disebabkan oleh beberapa hal yang memang

25
telah mempengaruhinya. Dalam hal ini, media massa televisi menjadi
pemeran utama yang dapat menghasilkan serta menguntungkan bagi
perusahan-perusahaan produksi dan media tersebut. Media massa
televisi dengan demikian harus dapat terus berinovasi guna
memberikan dampak yang baik serta positif bagi para penontonnya.
Hal ini sesuai dengan pandangan ekonomi politik liberal dimana
media massa secara utuh dilihat sebagai produk kebudayaan yang
harus diberikan kesempatan sebebas-bebasnya serta seluas-luasnya
untuk selanjutnya dimiliki oleh siapapun yang yang paling utama
dalam hal ini yaitu berkompetisi secara bebas di dalam pasar tersebut.
Sehingga dampak yang akan didapatkan dari hal tersebut selanjutnya
yaitu akan adanya usaha untuk melakukan komodifikasi produk
dengan memperhatikan pasar sebagai acuan dalam alih-alih
memberikan kebebasan kepada kosnumen untuk bebas menentukan
pilahn, hal yang demikan berimplikasi pada terbatasnya pilihan yang
disediakan oleh produsen .
Oleh sebab itu, ekonomi politik liberal, lebih menekankan kepada
proses dan dampak dari liberalisasi pasar. Karena untuk mendapatkan
citra yang mengunggulkan dalam suatu produksi dalam media tidaklah
mudah melainkan pihak produksi media pun perlu memiliki strategi
dalam hal-hal tersebut.
3. Dampak Sistem Multipartai dalam Politik
Politik hukum yang mempertahankan sistem multipartai seperti
tersirat dari pengaturan mengenai pembentukan partai politik tentu
telah dipertimbangkan secara matang oleh pembentuk undang-undang.
Dengan memperhatikan tipe partai politik yang dikenal, yaitu (i)
sistem partai partai tunggal; (ii) sistem dwi partai; dan (iii) sistem
multipartai, tampaknya pilihan yang ketiga ini paling banyak
diterapkan di berbagai negara yang menganut paham demokrasi
(Eropa, Asia, Afrika, dan Latin Amerika). Sistem kepartaian jelas
tidak hanya menentukan susunan dan kedudukan MPR, DPR dan
DPRD melainkan juga sistem pemerintahan.

26
Konsekuensi sistem multipartai tidak hanya mempengaruhi
mekanisme dan efisiensi pembahasan rancangan undang-undang dan
rancangan peraturan daerah di DPR atau DPRD, melainkan juga
birokrasi pemerintahan yang harus dipegang oleh banyak orang
sebagai representasi dari partai politik yang menang dalam pemilihan
umum. Wakil-wakil rakyat yang duduk di legislatif dan pemerintahan
akan memperjuangkan aspirasi para pendukungnya yang sangat
bervariasi.
Di antara dampak sistem multipartai yang penting untuk dicatat
adalah keharusan pembentukan pemerintahan koalisi (governing
coalition), yang dalam praktik di masa lalu banyak menimbulkan
kesulitan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan stratejik
karena mempertimbangkan banyak faktor.

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara merupakan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiap warga masyarakat
menjadi anggota dari suatu negara dan harus tunduk pada kekuasaan
negara. Negara sebagai suatu persekutuan hidup bersama dari
masyarakat, adalah memiliki kekuasaan politik, mengatur hubungan-
hubungan, kerja sama dalam masyarakat untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Bentuk negara
merupakan suatu organisasi atau susunan secara keseluruhan
mengenai struktur dari sebuah negara dengan batas peninjauan secara
sosiologis dan yuridis. Bentuk dari suatu negara akan membahas
tentang dasar negara, susunannya, dan tata tertib dari suatu negara itu
sesuai dengan kedudukan dan kekuasaan yang dianut oleh negara
tersebut. Unsur-unsur negara terdiri dari penduduk, wilayah,
pemerintah yang berdaulat, pengakuan dari negara lain. Adapun
fungsi-fungsi negara di antaranya sebagai fungsi keamanan dan
ketertiban, fungsi kesejahteraan dan kemakmuran, fungsi pertahanan,
fungsi keadilan. Tujuan negara secara umum adalah untuk
memperluas kekuasaan, menyelenggarakan ketertiban hukum,
mencapai kesejahteraan umum.
Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat
yang dapat memaksa seseorang agar menaati tata tertib dalam
masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman)
terhadap siapa saja yang tidak menaatinya. Ciri-ciri hukum adalah
adanya perintah atau larangan, bersifat memaksa. Unsur- unsur hukum
terdiri dari peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat, peraturan itu dibentuk oleh badan-badan resmi yang
berwenang, sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah
tegas dan nyata. Dalam hukum positif di Indonesia, berlaku tata
hukum yakni Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara,

28
Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Acara atau Hukum Formal.
HAM adalah hak hak yang telah dipunyai seseorang sejak dalam lahir.
Menurut John Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung
oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam
pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”. Ruang lingkup HAM meliputi hak
pribadi : hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-
lain, hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada,
kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan,
hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial. Upaya
pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM dapat dilakukan
dengan sosialisasi hak asasi manusia, pendidikan HAM, advokasi
HAM, kelembagaan, pelestarian budaya, pemberdayaan hukum, dan
rekonsiliasi nasional.
Dampak permasalahan praktek politik di Indonesia sangat banyak,
tiga di antaranya adalah dampak globalisasi dalam politik , sejauh ini
bangsa kita lebih banyak menjadi korban dari pada menjadi pemeran
dalam percaturan politk global, dampak media massa terhadap
ekonomi politik, kepemilikan media menciptakan konglomerasi media
yang disebabkan media massa dikelola sebagai industri dengan
ideological tertentu yang mengarahkan pengelolaan media, dan
dampak dalam sistem multipartai dalam politik.

B. Saran
Keberadaan suatu negara tidak akan bisa dipisahkan dengan politik
yang ada di dalamnya, maka dari itu politik yang dijalankan
hendaknya banyak memberikan dampak positif dan meringankan

29
beban rakyatnya bukan dijadikan alat formalitas belaka. Adanya
sistem politik juga menciptakan hukum yang nantinya harus dipatuhi
seluruh warga di negara tersebut. Hukum seharusnya bukan hanya
menjadi tuntutan yang harus dipatuhi, namun jugaharus menjadi
pelindung bagi kehidupan dalam berwarga negara, sehingga tidak ada
orang yang bersikap sewenang-wenang dalam berkehidupan yang
nantinya dapat mengganggu hak dan kesejahteraan kehidupan
manusia lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.uinbanten.ac.id/3606/6/BAB%20III.pdf
https://www.sociolla.com/?gclid=EAIaIQobChMIpeDnudyq9AIVBlmPCh
0KFwltEAEYASAAEgIHpfD_BwE

https://www.scribd.com/document/365943741/Implementasi-HAM-Di-Indonesia

https://id.scribd.com/doc/220032724/Pengertian-Hukum

https://www.scribd.com/doc/127948079/Makalah-Hak-Asasi-Manusia-
HAM#logout

Idjehar, Muhammad Budairi, HAM versus Kapitalisme, Yogyakarta: INSIST


Press, 2003.

Ubaidillah Ahmad dkk, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:


ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2000.

Ubaedillah, Abdul Rozak. 2003. Pendidikan Kewarga[negara]an (Civic


Education). Pancasila, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat
Madani, (Edisi Revisi). ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Ubaedillah dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, (Edisi Ketiga).
ICCE UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Dede Rosyada dkk. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)


Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani. ICCE UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Muhamad Erwin. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Edisi


Revisi). Refika Aditama. Bandung.

Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Hendra Alfani “Perspektif Kritis Ekonomi Politik Media” Konglomerasi,


Regulasi dan Ideologi. Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Baturaja.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014.

31
Giddens, sebagaimana dikutip Werner A. Meier, para pemilik media merupakan
pihak yang kuat yang belum dapat “ditundukkan” dalam demokrasi.

Triyono, A. (2012). Produksi Teks dalam Perspektif Ekonomi Politik Media.


KomuniTi.

Syaputra Iswandi, Rezim Media. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.

32

Anda mungkin juga menyukai