Anda di halaman 1dari 21

PENGERTIAN dan FUNGSI PENGANGGARAN, JENIS

PENGANGGARAN, APBN/APBD
Dosen Pengampu: Annafi Indra Tama, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:

1. Kristiantoro 41183403170062
2. Mayang Permata sari 41183403200057
3. Sari Oktaviyani 41183403200063
4. Sekar Arum Nurlatifah 41183403200058
5. Julfi Paradila 41183403200056
6. Tifani Herlina 41183403200065
7. Anisa Ayu 41183403200023
8. Fitri Ariza 41183403200042

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Makalah yang
berjudul “Pengertian dan fungsi penganggaran, jenis penganggaran APBN/APBD”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Annafi Indra Tama S.Pd.,M.Si. pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik.
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita semua tentang
sistem pendendalian sektor publik.

Kami sadar, bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi perbaikan isi dari makalah ini. Demikian yang bisa kami
sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan
manfaat untuk kita semua.

Bekasi, 15 november 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK.......................................................................2
2.2 PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK...............................................................3
PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK.................................................................3
ANGGARAN dan KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH.....................................................3
2.3 FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK........................................................................4
2.4 JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK..................................................................6
2.5 PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK..........................................................8
2.6 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK................................................9
2.7 Prinsip – Prinsip Pokok Dalam Anggaran Sektor Publik............................................9
2.8 APBN......................................................................................................................11
2.9 APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah )..............................................13
Pelaksanaan APBN dan APBD...................................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran
finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatau anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor
publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa
politik yanng tinggi. Dalam oerganisasi sektor publik, penganggaran
merupakan suatu proses politik. Hal tersebut berbeda dengan
penganggaran pada sektor swasta yang relati kecil nuansa politisnya. Pada
sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang
ter tutup, untuk publik, namun sebaliknya pada sektor publik anggaran
justru harus diimpormasikan kepada publik untuk dikritik , didiskusikan,
dan diberi masukan, anggaran sektor publik merupakan instrumen
akuntabilitas atas pengelolahan dana publik dan pelaksanaan program-
program yang dibiayai dengan uang publik.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan fungsi penganggaran?
2. Apa saja jenis penganggaran?
3. Apa itu APBN/APBD?
I.3 Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu penganggaran dan fungsi agaran
2. untuk mengetahui dan memahami apa saja jenis penganggaran
3. untuk memehani apa itu APBN/APBD

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode
untuk mempersiapkan suatau anggaran. Penganggaran dalam organisasi
sektor publik merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung
nuansa politik yanng tinggi. Dalam oerganisasi sektor publik,
penganggaran merupakan suatu proses politik. Hal tersebut berbeda
dengan penganggaran pada sektor swasta yang relatif kecil nuansa
politisnya. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia
perusahaan yang tertutup, untuk publik, namun sebaliknya pada sektor
publik anggaran justru harus di informasikan kepada publik untuk
dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan, anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolahan dana publik dan
pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan
jumlah alokasi dana tiap-tiap program dan aktivitas dalam suatu
moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika
perumusan strategi dan perencanaan stategik telah selesai dilakukan.
Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan
perencanaan strategi yang telah dibuat. Tahap penganggaran menjadi
sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientassi
pada kinerja akan dapat mengagalkan perencanaan yang tidak disusun.
Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfsilitasi
tercapainya tujuan organisasi.

Aspek-aspek yang harus tercangkup dalam anggaran sektor publik


meliputi:
1. Aspek perencanaan
2. Aspek pengendalian
3. Aspek akuntabilitas publik
Penganggaran soktor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan. Proses penganggaran, akan lebih efektif jika
diawasi oleh lembaga pengawasan khusus (oversight body) yang
bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian anggaran.

2
II.2 PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan yang
direpresentasikan dalam bentuk rencana prolehan pendapatan dan
belanja suatu moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran
publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi
keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai
pendapatan, belanja dan aktivitas. Anggaran berisi estimasi mengenai
apa yang hendak dilakukan dalam beberapa periode yang akan datang

Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan


suatu rencana finansial yang dinyatakan:
1. Beberapa biaya atas renacana yang dibuat (pengeluaran/belanja)
2. Beberapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk
menandai rencana tersebut (pendapatan).

PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Tidak semua aspek kehidupan masyarakat tercakup oleh anggaran sektor
publik. Terdapat beberapa aspek kehidupan yang tidak tersentuh oleh anggaran
sektor publik, baik skala nasional maupun lokal. Anggaran sektor publik dibuat
untuk membantu menentukan tingak kebutuhan masyarakat seperti listrik, air
bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainya agar terjamin secara
layak. Tingkat kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang
diambil oleh pemerintah melalui anggaran yang mereka buat.
Dalam sebuah negara demokrasi, pemerintah mewakili kepentingan
rakyat, uang yang dimiliki pemerintah adalah uang rakyat dan anggaran
menunjukan rencana pemerintah untuk membelanjakan uang rakyat tersebut.
Anggaran merupakan blue print keberadaan sebuah negara dan merupakan
arahan di masa yang akan datang.
ANGGARAN dan KEBIJAKAN FISKAL PEMERINTAH
Kebijakan fiskal adalah usaha yang diolakukan pemerintah untuk
mempengaruhi keadaan ekonomi melalui sistem pengeluaran atau sistem
perpajakan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat utama kebijakan fiskal adalah
anggaran. Anggaran merupakan alat ekonomi terpenting yang dimiliki
pemerintah untuk mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin
kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Anggaran sektor
publik harus dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :
 Mereflesikan perubahan prioritas kebutuhan dan masyarakat.
 Menentukan departemen-departemen pemerintah, pemerintah provinsi
atau daerah.
Aliran uang yang terkait dengan aktivitas pemerintahan akan mempengaruhi
harga, lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan ekonomi, dan
beban pajak yang harus dibayar atas pelayanan yang diberikan pemerintah.
Keputusan anggaran yang dibuat pemerintah daerah dan provinsi seharusnya
dapat merefleksikan prioritas pemerintah daerah atau provinsi dengan baik.

3
Anggaran sektor publik penting karena beberap alasan sebagai berikut :
A. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
B. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuuhan dan keinginan masyarakat
yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada
terbatas. Anggaran diperlukan karena adanya masalah keterbatasasn
sumber daya ( scarcity of resources), pilihan (choice), dan trade off.
C. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah
bertanggungjawab terhadap rakyat dalam hal ini anggaran publik
merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga publik yang ada.

II.3 FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama yaitu : sebagai
alat perencanaaan, sebagai alat pengendalian, sebagai alat kebijakan fiskal,
sebagai alat politik, sebagai alat koordinasi dan komunikasi, sebagai alat
penbilaian kinerja, sebagai alat motivasi dan sebagai alat menciptakan ruang
publik.
1. Anggaran sebagai alat perencanaan ( planning tool)
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai tujuan
organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah , berapa biaya yang dibutuhkan,
dan berapa hasil dari belanja pemerintah tersebut.
Anggaran sebagai alat perencanaa digunakan untuk :
 Merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi
dan misi yang diterapkan.
 Merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan
organisasi serta merencanakan alternatif dumber pembiayaanya.
 Mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah
disusun dan menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapaian
strategi.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian ( control tool)


Anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran
pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak
dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Anggaran
sektor publik dapat digunakan untuk mengendalikan( membatasi
kekuasaan) eksekutif.
Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari
adanya spending, underspending, dan salah sasaran dalam pengalokasian
anggaran pada bidang yang bukan prioritasnya. Anggaran merupakan alat
untuk memonitorkan kondisi keuangan dan pelaksanaan operasional
program ( kegiatan pemerintah).
Sebagai alat pengendalian manajerial, anggaran sektor publik digunakan
untuk meyakinkan bahwa pemerintah mempunyai uang yang cukup untuk

4
memenuhi kewajibannya. Selain itu, untuk memberi informasi dan
meyakinkan legislative bahwa pemerintah bekerja secara efisien dan tidak
ada korupsi serta pemborosan.
Pengendalian anggaran publik dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu :
 Membandingkan kinerja actual dengan kinerja yang dianggarkan
 Menghitung selisih anggaran
 Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat
dikendalikan atas suatu varians
 Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.

3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal ( fiscal tool)


Anggaran sebagi kebijakan fiskal digunakan untuk menstabilkan ekonomi
dan mendorong perubahan ekonomi. Melalui anggaran publik tersebut
dapat diketahui arah kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat
dilakukan prediksi-prediksi dan estimasi ekonomi. Anggaran dapat
digunakan untuk mendorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasikan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi.

4. Anggaran sebagai alat politik (political tool)


Anggaran digunakan untuk prioritas-prioritas dan kebutuhan keuangan
terhadap prioritas terdekat. Pada sektor publik, anggaran merupakan
dokumen politik sebagai bentuk komitmen eksekutif dan kesepakatan
legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.
Anggaran bukan sekedar masalah teknis akan tetapi lebih merupakan alat
politik. Oleh karena itu, pembuatan anggaran mambutuhkan political skill,
keahlian bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemen
keuangan publik.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi ( coordination and


communication tool)
Setiap unit pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antarbagian dalam
pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan baik akan mampu
meneliti terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan
organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai alat
komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus
dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja ( performance measurement tool)


Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif)
kepada pemberi wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai
berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi pelaksanaan
pelanggaran. Kinerjam manajer publik dinilai berdasarkan beberapa yang
berhasil tercapai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Anggaran merupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan penilaian
kinerja.

5
7. Anggaran sebagai alat motivasi (motivation tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan
stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai
target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi
pegawai, anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable
maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi.
Sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga
terlalu mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat unutk menciptakan ruang publik ( publik sphere)


Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet,birokrat, dan DPR dan
DPRD. Masyarakat, LSM, perguruan tinggi, dan berbagai organisasi
kemasyarakatan harus terlihat dalam proses penganggaran publik.
Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba mempengaruhi
anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka. Kelompok lain dari
masyarakat yang kurang terorganisasi akan mempercayakan aspirasinya
melalui proses politik yang ada. Pengganguran, tuna wisma, dan kelompok
lain yang tak terorganisasi akan dengan mudah dan tidak berdaya
mengikuti tindakan pemerintah. Jika tidak ada alat untuk menyampaikan
suara mereka, maka mereka akan mengambil tindakan dengan jalan lain
seperti dengan tindakan massa, melakukan boikot, vandalisme, dan
sebagainya.

II.4 JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi
instrument kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Angaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang
dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat
pengendalian.
Anggaran sektor publik dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Anggaran Operasional
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-
hari dalam menjalankan pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang dapat
dikategorikan dalam anggaran operasional adalah "belanja rutin". Belanja
rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun
anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi pemerintah.
Disebut "rutin" karena sifat pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap
tahun. Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran
operasional antara lain belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi
dan pemeliharaan.

2. Anggaran Modal
Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelanjaan
atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan
sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya dilakukan dengan
menggunakan pinjaman. Belanja investasi / modal adalah pengeluaran
yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan

6
menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.
Anggaran berfungsi sebagai alat politis yang digunakan untuk
memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

Pada dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki sendiri,


karena seluruhnya adalah milik publik. Dalam sebuah masyarakat demokratis,
rakyat memberi mandat kepada pemerintah melalui proses pemilihan umum.
Polisi menstranlasikan mandat tersebut dalam bentuk kebijakan public dan
program yang memberi manfaat bagi pemilih yang direfleksikan dalam
anggaran. Adanya keterbatasan sumber daya, menyebabkan anggaran
mempunyai trade off, sebagian uang tidak dapat dialokasikan untuk suatu bidang
tanpa mengurangi jumlah alokasi pada bidang yang lain, atau adanya
penambahan jumlah pajak yang dibayar publik. Pemerinta tidak mungkin
memenuhi pemerintahan seluruh stakeholder-nya secara simultan. Pemerintah
memutuskan bidang mana yang akan didahulukan atau diprioritaskan. Anggaran
berfungsi sebagai alat politis yang digunakan untuk memutuskan prioritas dan
kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor public telah


mengalami banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran publik
berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen
sektor publik di masyarakat. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama.
Kedua pendekatan tersebut adalah anggaran tradisional dam pendekatan new
public management.

a. Anggaran tradisional
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak
digunakan dinegara berkembang. Terdapat dua ciri utama yaitu, cara
penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan dan struktur dan
susunan anggaran yang bersifat line item.
 Incrementalism
Anggaran tradisional yang bersifat incrementalism yaitu hanya menambah
atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada
sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar
untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.
 Line item
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line item dilandasi
alasan adanya orientasi system anggaran yang dimaksudkan untuk
mengontrol pengeluaran
b. New public management
Sejak pertengahan 1980an telah terjadi perubahan manajemen
sektor publik yang cukup drastis dari system manajemen tradisional yang
terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor
publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut
bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut
mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara
pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam

7
manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan new public
management.
Model new era management mulai dikenal tahun 1980-an dan
kembali popular tahun 1990an yang mengalami beberapa bentuk
inkarnasi, misalnya munculnya konsep managerialism, market based
public administration, dan enterpeneurial government. New public
management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi
pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma new
public management, menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah
diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan
biaya, dan kompetisi tender.

II.5 PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:
a) Otorisasi oleh legislative
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih
dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut
b) Komprehensif
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif
c) Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (General Fund).
d) Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara
ekonomis, efisien, dan efektif
e) Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
maupun multi-tahunan.
f) Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi (hidden reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-
kantong pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
g) Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak
membingungkan.
h) Diketahui public
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

II.6 PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD) yang
dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada
DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana

8
program-program tersebut dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran
tahunan merupakan rangkaian proses anggaran. Proses penyusunan anggaran
mempunyai empat tujuan, yaitu:
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang
dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepads
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah:
1. Tujuan dan target yang hendak dicapai
2. Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki
pemerintah)
3. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
4. Faktor-faktor lain yang mempengarahi anggaran, seperti: munculnya
peraturan pemerintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan
politik,bencana alam, dan sebagainya.
Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek
penganggaran, aspek akuntansi, aspek pengendalian, dan aspek auditing. Aspek
penganggaran mengantisipasi pendapatan dan belanja (revenues and
expenditures), sedangkan aspek akuntansi terkait dengan proses mencatat,
mengolah, dan melaporkan segala aktivitas penerimaan dan pengeluaran
(receipts and disbursments) atas dana pada saat anggaran dilaksanakan. Kedua
aspek tersebut dianggap penting dalam manajemen keuangan publik. Namun, di
antara kedua aspek tersebut aspek penganggaran dianggap sebagai isu sentral
bila dipandang dari sisi waktu. Kalau aspek akuntansi lebih bersifat
"retrospective" (pencatatan masa lalu), maka aspek penganggaran lebih bersifat
"prospective" atau "anticipatory" (perencanaan masa yang akan datang). Karena
aspek penganggaran dianggap sebagai isu sentral, maka para manajer publik
perlu mengetahui prinsip-prinsip pokok yang ada pada siklus anggaran.

II.7 Prinsip – Prinsip Pokok Dalam Anggaran Sektor Publik


Sebelum membahas lebih jauh tentang siklus anggaran, perlu diketahui arti
penting dan keterlibatan pemerintah ( termasuk juga pemerintah daerah )
dalam proses penganggaran. Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe
( 1989 ) mengidentifikasi tiga pertimbangan ekonomis mengapa pemerintah
perlu “terlibat” dalam “bisnis” pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat.
Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilisasi ekonomi, redistribusi
pendapataan, dan alokasi sumber daya.

Keterkaitan ketiga hal tersebut dikarenakan pada umumnya sektor swasta


hanya menyediakan “market goods”, sedangkan sektor pemerintah pada
umumnya berkewajiban menyediakan “pure public goods” dan “partial
public goods”. Pertimbangan pertama dan kedua umumnya hanya dapat
dilakukan pemerintah pusat, sedangkan pertimbangan ketiga dapat dilakukan
oleh pemerintah daerah. Atas ketiga pertimbangan itulah anggaran diperlukan

9
untuk perencanaan dan pengendalian atas penerimaan dan pengeluaran dana
dalam rangka pencapaian tujuan akhir pemerintah.
Selama ini kapabilitas dan efektivitas pemerintah dalam perencanaan dan
pengendalian keuangan dirasakan masih terlalu lemah. Pengalaman masa lalu
menunjukkan bahwa pada umumnya, lembaga – lembaga pemerintah belum
menjalankan fungsi dan perannya secara efisien. Pemborosan adalah
fenomena umum yang terjadi di berbagai departemen pemerintahan. Kondisi
seperti ini muncul karena pendekatan umum yang digunakan dalam penentuan
besar alokasi dana untuk tiap kegiatan adalah pendekatan incrementalism yang
didasarkan pada perubahan satu atau lebih variabel yang bersifat umum,
seperti tingkat inflasi dan jumlah penduduk. Sementara itu, analisis untuk
mengetahui struktur, komponen, dan tingkat biaya untuk setiap kegiatan masih
sedikit sekali dilakukan. Padahal studi seperti ini akan menjamin
teridentifikasika nya jumlah kebutuhan alokasi dana yang lebih akurat sesuai
dengan kebutuhan riil dari seluruh kegiatan.
Prinsip – prinsip pokok siklus anggaran perlu diketahui dan dikuasai
dengan baik oleh penyelenggara pemerintahan. Pada dasarnya prinsip –
prinsip dan mekanisme penganggaran relatif tidak berbeda antara sektor
publik ( Henley et al,. 1990 ). Siklus anggaran meliputi empat tahap yang
terdiri atas :
a. Tahap persiapan anggaran ( preparation );
b. Tahap ratifikasi ( approval/ratification );
c. Tahap implementasi ( implementation ); dan
d. Tahap pelaporan dan evaluasi ( reporting & evaluation ).

Tahap Persiapan Anggaran ( Budget Preparation )


Pada tahap ini persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang
perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran,
hendaknya terlebih dahulu dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih
akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan
keputusan tentang anggaran pengeluaran.
Tahap Ratifikasi Anggaran
Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang
melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan
eksekutif dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill” namun juga harus
mempunyai “political skill”, “salesmanship”, dan “coalition building” yang
memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat
penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan – pertanyaan dan bantahan –
bantahan dari pihak legislatif.

Tahap Pelaksanaan Anggaran ( Budget Implementation )


Setelah anggaran disetujui oleh legislatif, tahap berikutnya adalah pelaksanaan
anggaran. Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus
diperhatikan oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem

10
( informasi ) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Manajer
keuangan publik dalam hal ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem
akuntansi yang memadai dan handal untuk perencanaan dan pengendalian
anggaran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap
penyusunan anggaran periode berikutnya. Sistem akuntansi yang baik meliputi
pula dibuatnya sistem pengendalian intern yang memadai.

Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran


Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran.
Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan aspek
operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan
aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan
tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

II.8 APBN
Anggaran negara adalah rencana pengeluaran/belanja dan
penerimaan/pembiayaan belanja suatu negara selama periode tertentu.
Pengertian anggaran negara dapat dibedakan dalam arti luas dan sempit.
Dalam arti luas anggaran negara berarti jangka waktu perencanaan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran (suatu daur anggaran).
Sedangkan arti sempit, anggaran negara berarti rencana pengeluaran dan
penerimaan hanya dalam kurun waktu satu tahun. Anggaran memiliki
beberapa fungsi yaitu :
1. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara selama
periode mendatang
2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijakan yang telah
dipilih pemerintah karena sebelum anggaran negara dijalankan harus dapat
persetujuan DPR terlebih dahulu.
3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan pemerintah
dalam melaksanaakan kebijakan yang telah dipilihnya karena pada
akhirnya anggaran harus dipertanggungjawabkan pelaksanaan oleh
pemerintah DPR
Dalam arti luas, anggaran negara dapat berarti suatu daur anggaran. Menurut
UUNomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, proses daur anggaran
tersebut dikemukakan sebagai berikut :
1. Penyampaian pokok-pokok kebijakan fiscal dan kerangka ekonomi makro
oleh pemerintah.
2. Pembahasan kerangka ekonomi makro dan kebijakan fiscal oleh DPR dan
pemerintah.
3. Penetapan kebijakan umum dan prioritas anggaran sebagai pedoman bagi
departemen/Lembaga.
4. Mentri/pemimpin Lembaga Menyusun rencana serta pemikiran anggaran
tahun berikutnya berdasarkan target prestasi yang hendak dicapai.

11
5. Mentri/pemimin Lembaga melakukan pembahsan dengan komisi DPR
mengenai rancangan anggaran, sesuai dengan pedoman dari Mentri
Keuangan, dan hasilnya juga disampaikan kepada mentri keuangan.
6. Presiden menyampaikan RAPBN pada pertengahan agustus.
7. Penetapan APBN dilakukan dua bulan sebelum awal tahun anggaran yang
bersangkutan agar dokumen pelaksanaan anggaran dapat diterbitkan tepat
waktu dan pemerintah daerah mempunyai waktu yang cukup untuk
menyusun dan menetapkan APBD.
8. Dalam membahas dan menetapkan anggaran, Undang-Undang Susunan
dan Kedudukan mengatur kewenangan panitia anggaran dan komisi-
komisi sectoral pada Lembaga legislative.

Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003, keuangan negara, penyusunan anggaran,


dan hubungannya dengan kerangka perencanaan pengeluaran jangka
menengah diperlihatkan pada gambar 4.1

II.9 APBD ( Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah )


Pengurusan keuangan di Pemerintah Daerah diatur dengan membagi
menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus. Pemerintah daerah memiliki
APBD dalam pengurusan umum dan kekayaan daerah yang dipisahkan pada
pengurusan khusus. APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional
keuangan pemda, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan

12
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-
proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna
menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud (Mamesah, 1995: 20; dalam
Halim dan Kusufi, 2012). Sedangkan definisi APBD pada orde lama adalah
kegiatan badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif
(kepala daerah) untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga
daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan
anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup
pengeluaran tadi (Wajong, 1962: 81; dalam Halim dan Kusufi, 2012).
Dari kedua definisi tersebut, menunjukkan bahwa APBD sebagai anggaran
daerah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara terperinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya terkait aktivitas tersebut, dan adanya biaya yang
merupakan batas maksimal pengeluaran yang akan dilaksanakan.
3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran, biasanya satu tahun.

Pada era prareformasi, bentuk dan susunan APBD telah mengalami dua kali
perubahan. Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1975 pada awalnya APBD terdiri
atas:
1. Anggaran rutin, yang dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan dan belanja
rutin; dan
2. Anggaran pembangunan, yang juga dibagi lebih lanjut menjadi pendapatan
dan belanja pembangunan.

Susunan tersebut kemudian mengalami perubahan-perubahan dengan


dikeluarkannya peraturan peraturan dalam kurun waktu 1984‐1988. APBD tidak
lagi terbagi atas anggaran rutin dan pembangunan, tetapi:
1. Pendapatan, yang terbagi lagi menjadi pendapatan daerah, penerimaan
pembangunan, dan urusan kas dan perhitungan (UKP);
2. Belanja, yang diperinci lagi menjadi belanja rutin (diklasifikasikan ke
dalam 10 bagian) dan belanja pembangunan (diklasifikasikan menjadi 21
sektor).

Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun 1998, yaitu terjadi pada


klasifikasinya. Bentuk yang lama pendapatan daerah dibagi menjadi empat yaitu
sisa lebih perhitungan tahun lalu, pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak/bukan
pajak, serta sumbangan dan bantuan. Sedangkan pada bentuk yang baru, terdapat
pendapatan yang berasal dari pemberian pemerintah dan/ atau instansi yang
lebih tinggi yang termasuk didalamnya bagi hasil pajak/ bukan pajak dan
sumbangan dan bantuan.

Karakteristik APBD pada era reformasi adalah sebagai berikut.


1. APBD disusun oleh DPRD bersama dengan kepala daerah (Pasal 30 UU
Nomor 5 Tahun 1975).

13
2. Menggunakan Line Item Budgeting atau pendekatan tradisional dalam
penyusunan anggaran, yaitu anggaran disusun berdasarkan penerimaan
dan pengeluaran.
3. Siklus APBD terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pemeriksaan, penyusunan, dan penetapan APBD. Penyusunan dan
penetapan APBD merupakan pertanggungjawaban APBD, yaitu
diserahkan kepada Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah provinsi dan
kepada Gubernur untuk pemerintah Kabupaten/kota (pertanggungjawaban
vertikal).
4. Dalam tahap pengawasan dan pemeriksaan serta penyusunan dan
penetapan perhitungan APBD dilakukan pengawasan pendapatan dan
pengeluaran daerah (bersifat keuangan). Pengawasan tersebut tidak
memperhitungkan pertanggungjawaban dari aspek lain seperti aspek
kinerja.
5. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan
terhadap tiga unsur utama, yaitu pada peraturan perundangan yang
berlaku, unsur kehematan dan efisiensi, dan hasil program (untuk proyek-
proyek daerah).
6. Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem stelsel kameral (tata
buku anggaran), yaitu penyusunan anggaran dan pembukuan saling
berhubungan dan mempengaruhi titik pada sistem ini, diperolehnya
pendapatan adalah pada saat penerimaan, sedangkan pembiayaan terjadi
pada saat dilakukan pembayaran. Sehingga sistem ini disebut juga tata
buku kas.

Pada era reformasi keuangan daerah, mengisyaratkan agar laporan keuangan


semakin informatif. Bentuk APBD mengalami perubahan yang cukup mendasar,
yaitu didasari oleh keputusan Menteri Dalam Negeri ke (Permendagri) Nomor
29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan
Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran dan
Pendapatan dan Belanja Daerah. Saat ini APBD yang digunakan berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Daerah jo. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah jo. Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 jo. Permendagri
Nomor 21 Tahun 2011. Bentuk APBD terdiri atas tiga bagian, yaitu pendapatan,
belanja, dan pembiayaan (kategori baru). Pos pembiayaan merupakan usaha agar
APBD semakin informatif, yaitu memisahkan pinjaman dan pendapatan daerah.
Selain itu pos pembiayaan juga merupakan alokasi surplus atau sumber
penutupan defisit anggaran. Dalam APBD yang baru, pendapatan, belanja
tersebut dikelompokkan kembali menjadi berikut ini.

1. Pendapatan, dibagi menjadi 3 kategori yaitu pendapatan asli daerah


(PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain daerah yang sah.
2. Belanja, dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut.
a. Belanja tidak langsung, yaitu belanja yang tidak terkait langsung
dengan program dan kegiatan pemerintah daerah. Belanja tidak
langsung diklasifikasikan menjadi belanja pegawai yang berisi gaji

14
dan tunjangan pejabat dan PNS daerah, belanja subsidi, belanja bunga,
belanja hibah, belanja bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja
bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
b. Belanja langsung, yaitu belanja yang terkait langsung dengan program
dan kegiatan pemerintah daerah titik belanja langsung dikelompokkan
menjadi belanja pegawai yang berisi honorarium dan penghasilan
terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan, belanja barang dan
jasa, dan belanja modal.
3. Pembiayaan, yang dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan,
yaitu sumber penerimaan dan pengeluaran daerah titik sumber pembiayaan
berupa penerimaan daerah merupakan sisa lebih anggaran tahun
sebelumnya, penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset
daerah yang dipisahkan, dan transfer dari dana cadangan. Sedangkan
sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri atas Pembayaran
utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana
cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun yang sedang berlangsung.

Pelaksanaan APBN dan APBD


Setelah APBN ditetapkan secara terperinci dengan undang-undang, maka
pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan keputusan presiden sebagai pedoman
bagi kementria negara/ lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Pengaturan dalam
keputusan presiden tersebut terutama dalam hal-hal yang belum terperinci di
dalam Undang-Undang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan
kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja
pegawai, pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian
negara/lembaga, dan alokasi dana perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota
dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyampaikan laporan realisasi
semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang
bersangkutan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan
pelaksanaan APBN/APBD. Laporan realisasi tersebut menjadi bahan evaluasi
pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian atau perubahan
APBN/APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan
keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri
dalam undang-undang yang mengatur pembendaharaan negara mengingat lebih
banyak menyangkut hubungan administrasi antar-kementerian negara/lembaga
di lingkungan pemerintah.

15
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan sistematis
dalam penyusunan anggaran yang mengaitkan pengeluaran yang dilakukan
organisasi sektor publik dengan kinerja yang dihasilkan dengan
menggunakan informasi kinerja yangdituangkan dalam bentuk indikator
kinerja dan penggunaan standar satuan harga.Suatu pemerintah dapat
dikatakan telah menerapkan bentuk sederhana dari penganggaran berbasis
kinerja (performance based budgeting) jika telahmempedomani standar
satuan harga dan telah menetapkan indikator kinerja dalam proses atau
mekanisme penyusunan anggaran

16
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. (2005). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

17
18

Anda mungkin juga menyukai