Anda di halaman 1dari 21

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. GAGAL GINJAL KRONIK


1. Faktor
Gangguan
AlveoliPengertian
Gangguan
Gagal kardiogenik
terisi
jantungPengambilan
O2 Gangguan
Cardiac
kiri pola
ouput
O2 ↑
Pnemonia
Tekanan
jaringan↓ ↓
Akumulasi Intoleransi
cairan
ARSDTekananaktivitas
Kelelahan
Cairan
berlebih Post.
Ketidakseimbangan
Faktorberpindah Lung
Defisit
non-kardiogenik
Isufisiensi
Tekanan
(transudat
Bed transplant
rest
/Pemasangan Pulmonary
eksudat)Gangguan
Pemasangan
Unkwnown
Tekanan
alat bantu Embolism Resiko
Area tinggi
perfusi jaringan Lymphangiticdiri Eclamasia infeksi
cairangas Gagal ginjal
pertukaran nafas
Kapiler Aspirasi As. Lambung
kronis
ParuadalahOnkotik
suatu Staling Force
sindrom
ke interstitial perawatan
klinis
fisik yang
Negative
limfatik
carsinomiclosis
komunikasi
disebabkan
selang
nafas (ventilator)
Onkotik verbal
penurunan
High altitude Pulmonary
invasi
Bahan Toksik inhalan Interstitial ↑ endotrakheal M.O
fungsi ginjal yang bersifat ↑ Plasmaberlangsung
menahun, ↓ Silicosis
progresif Interstitial
dan cukup↑lanjut, hal ini
edema

terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2004)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare,
2014).

2. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
g. Nefropati toksik, misalnya penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale
h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih).

3. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium
gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat GFR (Glomerular Filtration Rate) yang
tersisa dan mencakup :
a. Penurunan cadangan ginjal;
GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi ginjal), tetapi tidak ada
akumulasi sisa metabolik. Nefron yang sehat mengkompensasi nefron yang
sudah rusak dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi urine menyebabkan
nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi
penurunan fungsi ginal.
b. Insufisiensi ginjal
GFR turun menjadi 20%-35% dari normal. Nefron-nefron yang tersisa sangat
rentan mengalami kerusakan sendiri karena beratnya beban yang diterima.
Mulai terjadi akumulasi sisa metabolik dalam darah karena nefron yang sehat
tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretik
menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan,
sedang, dan berat, tergantung dari GFR sehingga perlu pengobatan medis.
c. Gagal ginjal terjadi apabila GFR kurang dari 20%.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir
GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional
yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus.
Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin
dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu mempertahankan homeostasis dan
pengobatantnya dengan dialisa atau penggantian ginjal.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 2014).
Pathways
Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik berdasarkan LFG menurut NKF DOQI:

Stadium Deskripsi LFG (Ml/Mnt/1,73


4. Manifestasi klinik M2
I Kerusakan ginjal disertai kerusakan LFG ≥ 90
N/meninggi
II Kerusakan ginjal disertai LFG menurun 60-89
III Penurunan Moderat LFG 35-59
IV Penurunan berat LFG 15-29
V Gagal ginjal <15/dialisis

a) Kardiovaskuler meliputi : hipertensi, gagal jantung kongestif,


b) Dermatologi meliputi : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapu, rambut tipis dan kasar.
c) Pulmoner meliputi : krekles, sputum kental, nafas dangkal dan nafas kussmaul.
d) Gastrointestinal meliputi : anoreksia, mual, muntah, cegukan, nafas berbau
ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut, konstipasi dan diare, perdarahan
saluran cerna.
e) Neurologi meliputi : tidak mampu konsentrasi, kelemahan dan keletihan,
konfusi atau perubahan tingkat kesadaran, disorientasi, kejang, rasa panas pada
telapak kaki.
f) Muskuloskeletal meliputi : kram otot, kekeuatan otot hilang, kelemahan pada
tungkai. (Smeltzer & Bare, 2014)

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
b) Pemeriksaan EKG; untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
c) Pemeriksaan USG, untuk menilai besar dan bentuk ginjal , tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostat.
d) Pemeriksaan radiologi
e) Renogram, intravenous pyelography, retrograde pyelography, renal aretriografi
dan venografi, CT scan, MRI, renal biopsy, pemeriksaan rotgen dada,
pemeriksaan rotgen tulang, foto polos abdomen.
6. Komplikasi

a. Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara lain :

1) Hiperkalemia
2) Perikarditis
3) Hipertensi
4) Anemia
5) Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2014)

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
a. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
b. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi
obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi
anemia.
c. Dialisis
d. Transplantasi ginjal

8. Asuhan keperawatan
 Pengkajian Keperawatan

a. PENGKAJIAN  PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
§ Airway
1)      Lidah jatuh kebelakang
2)      Benda asing/ darah pada rongga mulut
3)      Adanya sekret
§  Breathing
1)      pasien sesak nafas dan cepat letih
2)      Pernafasan Kusmaul
3)      Dispnea
4)      Nafas berbau amoniak
§  Circulation
1)   TD meningkat
2)   Nadi kuat
3)   Disritmia
4)   Adanya peningkatan JVP
5)   Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6)   Capillary refill > 3 detik
7)   Akral dingin
8)   Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
§  Disability : pemeriksaan neurologis è GCS menurun bahkan terjadi
koma, Kelemahan dan keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan
pada tungkai
A : Allert         : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons   è kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd
rangsangan nyeri
U : Unresponsive è kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon
thd nyeri

b. PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1) AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2) Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3) Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
§  Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang
disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
§  Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi
saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga
dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)

Anamnesa
1. Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
2. Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan
kalium
3. Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
4. Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan
HCO3
5. Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun,
nausea, ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.
6. Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.
7. Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan
kesadaran, perubahan fungsi motorik
8. Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
9. Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido
10. Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul
11. Lain-lain : Penurunan berat badan
Masalah keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan
yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah  
dan prosedur dialysis.
K.    INTERVENSI KEPERAWATAN

N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
O
1 Gangguan pertukaran gas b/d kongesti NOC : NIC :
paru, hipertensi pulmonal, penurunan   Respiratory Status : Gas Airway Management
perifer yang mengakibatkan asidosis exchange          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
laktat dan penurunan curah jantung.   Respiratory Status : jaw thrust bila perlu
ventilation          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Definisi : Kelebihan atau kekurangan   Vital Sign Status          Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
dalam oksigenasi dan atau pengeluaran Kriteria Hasil : nafas buatan
karbondioksida di dalam membran   Mendemonstrasikan          Pasang mayo bila perlu
kapiler alveoli peningkatan ventilasi          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan oksigenasi yang          Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Batasan karakteristik : adekuat          Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
-           Gangguan penglihatan   Memelihara kebersihan tambahan
-           Penurunan CO2 paru paru dan bebas          Lakukan suction pada mayo
-           Takikardi dari tanda tanda          Berika bronkodilator bial perlu
-           Hiperkapnia distress pernafasan          Barikan pelembab udara
-           Keletihan   Mendemonstrasikan          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
-           somnolen batuk efektif dan suara keseimbangan.
-           Iritabilitas nafas yang bersih,          Monitor respirasi dan status O2
-           Hypoxia tidak ada sianosis dan
Respiratory Monitoring
-           kebingungan dyspneu (mampu
         Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
-           Dyspnoe mengeluarkan sputum,
respirasi
-           nasal faring mampu bernafas
         Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
-           AGD Normal dengan mudah, tidak
penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular
-           sianosis ada pursed lips)
dan intercostal
-           warna kulit abnormal (pucat, Tanda tanda vital
         Monitor suara nafas, seperti dengkur
kehitaman) dalam rentang normal
         Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
-           Hipoksemia
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
-           hiperkarbia
         Catat lokasi trakea
-           sakit kepala ketika bangun
         Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
-           frekuensi dan kedalaman nafas
paradoksis )
abnormal
         Auskultasi suara nafas, catat area penurunan /
Faktor faktor yang berhubungan :
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
-       ketidakseimbangan perfusi
         Tentukan kebutuhan suction dengan
ventilasi
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas
perubahan membran kapiler-alveolar
utama
         Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
  Monitro IV line
  Pertahankanjalan nafas paten
  Monitor AGD, tingkat elektrolit
  Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
  Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
  Monitor pola respirasi
  Lakukan terapi oksigen
  Monitor status neurologi
  Tingkatkan oral hygiene

2 Penurunan curah jantung b/d respon NOC : NIC :


fisiologis otot jantung, peningkatan       Cardiac Pump Cardiac Care
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau effectiveness   Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
peningkatan isi sekuncup       Circulation Status   Catat adanya disritmia jantung
      Vital Sign Status   Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac
Kriteria Hasil: putput
  Tanda Vital dalam   Monitor status kardiovaskuler
rentang normal   Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
(Tekanan darah, Nadi, jantung
respirasi)   Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
  Dapat mentoleransi   Monitor balance cairan
aktivitas, tidak ada   Monitor adanya perubahan tekanan darah
kelelahan   Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
  Tidak ada edema antiaritmia
paru, perifer, dan   Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
tidak ada asites kelelahan
Tidak ada penurunan   Monitor toleransi aktivitas pasien
kesadaran   Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
ortopneu
  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
  Monitor kualitas dari nadi
  Monitor adanya pulsus paradoksus
  Monitor adanya pulsus alterans
  Monitor jumlah dan irama jantung
  Monitor bunyi jantung
  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  Monitor suara paru
  Monitor pola pernapasan abnormal
  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  Monitor sianosis perifer
  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : Fluid management


 Respiratory status :          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Definisi : Pertukaran udara inspirasi Ventilation          Pasang urin kateter jika diperlukan
dan/atau ekspirasi tidak adekuat   Respiratory status :          Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
Airway patency (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
Batasan karakteristik :   Vital sign Status          Monitor status hemodinamik termasuk CVP,
-    Penurunan tekanan Kriteria Hasil : MAP, PAP, dan PCWP
inspirasi/ekspirasi  Mendemonstrasikan          Monitor vital sign
-    Penurunan pertukaran udara per batuk efektif dan suara          Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
menit nafas yang bersih, tidak (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
-    Menggunakan otot pernafasan ada sianosis dan          Kaji lokasi dan luas edema
tambahan dyspneu (mampu          Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
-    Nasal flaring mengeluarkan sputum, intake kalori harian
-    Dyspnea mampu bernafas dengan          Monitor status nutrisi
-    Orthopnea mudah, tidak ada pursed          Berikan diuretik sesuai interuksi
-    Perubahan penyimpangan dada lips)          Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi
-    Nafas pendek  Menunjukkan jalan dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
-    Assumption of 3-point position nafas yang paten (klien          Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
-    Pernafasan pursed-lip tidak merasa tercekik, muncul memburuk
-    Tahap ekspirasi berlangsung irama nafas, frekuensi Fluid Monitoring
sangat lama pernafasan dalam          Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
-    Peningkatan diameter anterior- rentang normal, tidak dan eliminaSi
posterior ada suara nafas          Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
-    Pernafasan rata-rata/minimal abnormal) seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
  Bayi : < 25 atau > 60  Tanda Tanda vital dalam kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi
  Usia 1-4 : < 20 atau > 30 rentang normal (tekanan hati, dll )
  Usia 5-14 : < 14 atau > 25 darah, nadi, pernafasan)          Monitor serum dan elektrolit urine
  Usia > 14 : < 11 atau > 24          Monitor serum dan osmilalitas urine
-    Kedalaman pernafasan          Monitor BP, HR, dan RR
  Dewasa volume tidalnya 500 ml          Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
saat istirahat irama jantung
  Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg          Monitor parameter hemodinamik infasif
-    Timing rasio          Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
-    Penurunan kapasitas vital perifer dan penambahan BB
         Monitor tanda dan gejala dari odema
Faktor yang berhubungan :
-    Hiperventilasi
-    Deformitas tulang
-    Kelainan bentuk dinding dada
-    Penurunan energi/kelelahan
-    Perusakan/pelemahan muskulo-
skeletal
-    Obesitas
-    Posisi tubuh
-    Kelelahan otot pernafasan
-    Hipoventilasi sindrom
-    Nyeri
-    Kecemasan
-    Disfungsi Neuromuskuler
-    Kerusakan persepsi/kognitif
-    Perlukaan pada jaringan syaraf
tulang belakang
-    Imaturitas Neurologis
4 Kelebihan volume cairan b/d NOC : NIC :
berkurangnya curah jantung, retensi   Electrolit and acid base Fluid management
cairan dan natrium oleh ginjal, balance          Timbang popok/pembalut jika diperlukan
hipoperfusi ke jaringan perifer dan   Fluid balance          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
hipertensi pulmonal          Pasang urin kateter jika diperlukan
Kriteria Hasil:          Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
Definisi : Retensi cairan isotomik   Terbebas dari edema, (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
meningkat efusi, anaskara          Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
Batasan karakteristik :   Bunyi nafas bersih, PAP, dan PCWP
-          Berat badan meningkat pada tidak ada          Monitor vital sign
waktu yang singkat dyspneu/ortopneu          Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
-          Asupan berlebihan dibanding   Terbebas dari distensi CVP , edema, distensi vena leher, asites)
output vena jugularis, reflek          Kaji lokasi dan luas edema
-          Tekanan darah berubah, hepatojugular (+)          Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
tekanan arteri pulmonalis   Memelihara tekanan intake kalori harian
berubah, peningkatan CVP vena sentral, tekanan          Monitor status nutrisi
-          Distensi vena jugularis kapiler paru, output          Berikan diuretik sesuai interuksi
-          Perubahan pada pola nafas, jantung dan vital sign          Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, dalam batas normal dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
suara nafas abnormal (Rales atau   Terbebas dari          Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
crakles), kongestikemacetan paru, kelelahan, kecemasan memburuk
pleural effusion atau kebingungan
-          Hb dan hematokrit menurun,   Menjelaskanindikator Fluid Monitoring
perubahan elektrolit, khususnya kelebihan cairan          Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
perubahan berat jenis eliminaSi
-          Suara jantung SIII          Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
-          Reflek hepatojugular positif seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
-          Oliguria, azotemia kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati,
-          Perubahan status mental, dll )
kegelisahan, kecemasan          Monitor berat badan
         Monitor serum dan elektrolit urine
Faktor-faktor yang berhubungan :          Monitor serum dan osmilalitas urine
-          Mekanisme pengaturan          Monitor BP, HR, dan RR
melemah          Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
-          Asupan cairan berlebihan irama jantung
-          Asupan natrium berlebihan          Monitor parameter hemodinamik infasif
         Catat secara akutar intake dan output
         Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
         Monitor tanda dan gejala dari odema

5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh   Nutritional Status : Nutrition Management
food and Fluid Intake   Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil :   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
keperluan metabolisme tubuh.   Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
berat badan sesuai   Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Batasan karakteristik : dengan tujuan   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
-    Berat badan 20 % atau lebih di   Berat badan ideal vitamin C
bawah ideal sesuai dengan tinggi   Berikan substansi gula
-    Dilaporkan adanya intake badan   Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
makanan yang kurang dari RDA   Mampu untuk mencegah konstipasi
(Recomended Daily Allowance) mengidentifikasi   Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
-    Membran mukosa dan kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
konjungtiva pucat   Tidak ada tanda tanda   Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
-    Kelemahan otot yang digunakan malnutrisi harian.
untuk menelan/mengunyah Tidak terjadi   Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-    Luka, inflamasi pada rongga penurunan berat badan   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
mulut yang berarti   Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
-    Mudah merasa kenyang, sesaat dibutuhkan
setelah mengunyah makanan
-    Dilaporkan atau fakta adanya Nutrition Monitoring
kekurangan makanan   BB pasien dalam batas normal
-    Dilaporkan adanya perubahan   Monitor adanya penurunan berat badan
sensasi rasa   Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-    Perasaan ketidakmampuan   Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
untuk   mengunyah makanan   Monitor lingkungan selama makan
-    Miskonsepsi   Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam
-    Kehilangan BB dengan makan
makanan   cukup   Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
-    Keengganan untuk makan   Monitor turgor kulit
-    Kram pada abdomen   Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
-    Tonus otot jelek   Monitor mual dan muntah
-    Nyeri abdominal dengan atau   Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
tanpa patologi   Monitor makanan kesukaan
-    Kurang berminat terhadap   Monitor pertumbuhan dan perkembangan
makanan   Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
-    Pembuluh darah kapiler mulai konjungtiva
rapuh   Monitor kalori dan intake nuntrisi
-    Diare dan atau steatorrhea   Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
-    Kehilangan rambut yang cukup dan cavitas oral.
banyak (rontok) Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
-    Suara usus hiperaktif
-    Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :


Ketidakmampuan pemasukan atau
mencerna makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau ekonomi.

6 Intoleransi aktivitas b/d curah jantung NOC : NIC :


yang rendah, ketidakmampuan memenuhi   Energy conservation Energy Management
metabolisme otot rangka, kongesti   Self Care : ADLs   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, Kriteria Hasil : aktivitas
dyspneu dan status nutrisi yang buruk   Berpartisipasi dalam   Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
selama sakit aktivitas fisik tanpa keterbatasan
disertai peningkatan   Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue tekanan darah, nadi   Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
Definisi : Ketidakcukupan energu secara dan RR   Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
fisiologis maupun psikologis untuk   Mampu melakukan secara berlebihan
meneruskan atau menyelesaikan aktifitas aktivitas sehari hari   Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
yang diminta atau aktifitas sehari hari. (ADLs) secara mandiri   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Batasan karakteristik : Activity Therapy


a.       melaporkan secara verbal   Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
adanya kelelahan atau kelemahan. dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
b.      Respon abnormal dari tekanan   Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
darah atau nadi terhadap aktifitas mampu dilakukan
c.       Perubahan EKG yang   Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
menunjukkan aritmia atau iskemia dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
d.      Adanya dyspneu atau   Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
ketidaknyamanan saat sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
beraktivitas. diinginkan
  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
Faktor factor yang berhubungan : kursi roda, krek
         Tirah Baring atau imobilisasi   Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
         Kelemahan menyeluruh   Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
         Ketidakseimbangan antara luang
suplei oksigen dengan kebutuhan   Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
         Gaya hidup yang kekurangan dalam beraktivitas
dipertahankan.   Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
DAFTAR PUSTAKA

Jusman. 2012. Insiden Penyakit Gagal Ginjal Kronik.


Muhammad, As’adi 2012 Serba-Serbi Gagal Ginjal. Jogjakarta:DIVA Pres.
Nursalam. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta. Salemba Medika

Rizki Kurniadi Hari Maret 14, 2012


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai