Anda di halaman 1dari 41

INFARK MIOKARDIUM

Disusun Oleh :
Kelas B/19 Keperawatan

K
E
L
O
M
P
O
K
3
Anggota :

Evi Wijayanti ( A1C21908 )


Yiyin Saputri ( A1C219097 )
Ihma Quari Susanti ( A1C219070 )
Imam Ardiansyah ( A1C219084 )
Sindi Arianti Wijaya ( A1C219100 )
Agustina ( A1C219146 )
Dolfina Layan ( A1C219071 )
Iin Fatmala ( A1C219
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


Ta’ala.  atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul, “ INFARK MIOKARDIUM ” dapat kami selesaikan dengan baik.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media
internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam
pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah
memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Ibu
Tut Handayani, S. Kep., Ns., M. Kes dan juga kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami,
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat
pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan
saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah
yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Makassar, 31 Oktober 2021

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyumbatan koroner atau serangan jantung dan infark miokardium
mempunyai arti yang sama namun istilah yang disukai adalah infark
miokardium, di Amerika serikat terjadi jutaan serangan penyakit ini partahun.
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu.
Gejala yang sering muncul pada penderita infark miokardium biasanya
Nyeri dada yang tiba – tiba dan berlangsung terus menerus, nyeri akan terasa
semakin berat sampai tidak tertahankan, rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa
menyebar kebahu dan lengan dan biasanya lengan kiri. Dan menetap selama
berjam - jam sampai beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat
maupun nitrogliserin, nyeri biasanya sering diserai napas pendek, pucat,
berkeringat dingin, pusing kepala,mual dan muntah - muntah
Banyak penelitian menunjukkan pasien dengan infark miokardium
biasanya pria, diatas 40 tahun dan mengalami aterosklerosis pada pembuluh
koronernya, sering disertai hipertensi aterial, serangan bisa terjadi juga pada
pria atau wanita muda diawali 30 an atau bahkan 20-an, wanita yang memakai
kontrasepsi, pil, dan merokok mempunyai resiko sangat tinggi, namun secara
keseluruhan,angka kejadian infark miokardium pada pria lebih tinggi di
banding dengan wanita pada semua usia. Meskipun pasien biasanya pria dan
berusia 40 tahun, namun semua umur yang mengalami gejala dan tanda-tanda
yang sudah disebutkan diatas perlu segera ditangani.

B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan
penyakit Akut Miokard Infark Tujuan Khusus :
1. Mengetahui Definisi penyakit Akut Miokard Infark.
2. Mengetahui Etiologi penyakit Akut Miokard Infark
3. Mengetahui Patofisiologi penyakit Akut Miokard Infark.
4. Mengetahui Manifestasi klinik penyakit Akut Miokard Infark.
5. Mengetahui Pemeriksaan penunjang penyakit Akut Miokard Infark .
6. Dapat melakukan Asuhan Keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi pada penyakit Akut Miokard Infark.
7. Mengetahui cara kegawatdaruratan pada infark miokard akut.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat
suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang.
Infark miocard akut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu.

B. ETIOLOGI
1. faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1. Faktor pembuluh darah :
a) Aterosklerosis.
b) Spasme
c) Arteritis
2. Faktor sirkulasi :
a) Hipotensi
b) Stenosos aurta
c) insufisiensi
3. Faktor darah :
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
1. Aktifitas berlebihan
2. Emosi
3. Makan terlalu banyak
4. hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1. Kerusakan miocard
2. Hypertropimiocard

3. Hypertensi diastolic

2. Faktor predisposisi :
a. faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1. usia lebih dari 40 tahun
2. jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
3. hereditas
4. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1. Mayor :
a) hiperlipidemia
b) hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes
e) Obesitas
f) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2. Minor:
a) Inaktifitas fisik
b) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius,
kompetitif).
c) Stress psikologis berlebihan.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak
mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian
atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak
tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar
ke bahu dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan
tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).

e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.


f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis
berat, pening atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).

2. Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6
jam, memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak
dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T
tinggi dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan
yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang
menandakan adanya nekrosis. Skor nyeri menurut White :
1 = tidak mengalami nyeri
2 = nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
3 = nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya
aktifitas, mislnya kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk
kepala dan lainnya.

D. PATOFISIOLOGI
Umumnya infak miokart akut didasari oleh adanya arterisklerosis
pembuluh darah koroner. Nekrosis miokart akut hampir slalu terjadi akibat
penyumbatan total arteria koronaria oleh thrombus yang bentuk pada plaque
aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering ruptur. Kerusakan miokard dari
endokardium sampai epikardium, menjadi komplet dan irefersibel dalam 3- 4
jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses remodeling miokard
yang mengalami injuri terus berlanjut sampai beberapa minggu karena daerah
infak meluas dan daerah non infak mengalami dilatasi
Setelah terjadi infark miokard akut, daerah miokard setempat akan
memperlihatkan penonjolan sistolik dengan akibat penurunan isi sekuncup
( strok volume ) dan peningkatan mekanisme akhir sistilik dan akhir diastolik
ventikrel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri yang lama akan
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan intersisium paru. Pemburukan
hemodinamik ini tidak saja disebabkan karena daerah infark, tetrapi juga
daerah iskemik disekitarnya. Miokard relatif masih baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan energik untuk mempertahankan curah
jantung, tatapi dengan kaibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard.
Kompensasiini juga tidak akan memadai bila daerah yang berangkutan
mengalami iskemik ataujuga fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus
kompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal sebaikny
abila infark dan miokard yang harus kompensasi sudah buruk akibat siskemik
atau infark tekanan akhir diastolik, fentrikel kiri akan naik dan gagal jantung
terjadi. Terjadinya penyakit mekanis akan rubtur seperti ruptur septum
ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anirisma ventrikel akan memperburuk
faal hemodinamik.
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada
menit – menit atau jam – jam pertama setelah serangan. Hal inidisebabkan
2. Gagal jantung dan edema
paru
Aterosklerosis
Trombosis
3. Shock Konstriksi arteri koronaria
4. Ruptur miokard
5. Henti Jantung Nafas Alir
Cardio
( an darah
Pulmo
ke nary
ntungArrest
ja )
menurun

Oksigen dan nut


risi turun

Jaringan Miocard Iskemik

Nekrose lebih dari 30 menit

Supply dan kebut


uhan oksigenke jantung tidak sei
mbang

Supply Oksigen ke Miocard turun

Metabolisme an aerob Seluler hipoksia

Kerusakan pertu
kTimbu
aran gas
nan asamlaktat meningkat Integritas membr
an sel berubah
F. PATH WAYS nyeri

Fatique Cemas Resiko


Kontraktilitas penurunan curah jantung
turun

Intoleransi aktifitas

COP turun Ke gagalan pompa jantung

Gangguan perfusi jaringan


Gagal jantung

Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler


oleh perubahan – perubahan masa refrakter, daya hantar rangsangan dan
kkepekaaan terhadap rangsangan. Sistim saraf otonom juga berperan basar
terhadap terjadinya aritmia. Pada pasien IMA inferior umumnya mengalami
peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat kecenderuangan bradi aritmia
meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan
mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

E. Petalaksanaan Medis Farmakologi pada Infark Miokard Akut (IMA)

Penanganan infark miokard akut menurut PERKI (2013) dikenal dengan istilah
MONA. MONA merupakan singkatan yang digunakan untuk membantu para
profesional medis dalam penanganan awal infark miokard akut. MONA singkatan
dari morfin, oksigen, nitrigliserin, dan aspirin.

1. Morfin

Morfin diberikan pada pasien akut miokard infark untuk mengurangi rasa nyeri
yang tidak teratasi oleh nitrogliserin. Morfin ini diberikansebanyak 2,5 mg (2-4
mg) mg intravena, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis total 20 mg. Morfin
mengikat reseptor opiat di otak yang menurunkan persepsi nyeri.Pasien yang
diberi morfin harus selalu dimonitor untuk menentukan reaksi pasien terhadap
obat. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan morfin berupa rasa pusing,
mual, mulut kering, sakit kepala, hipotensi, dan lain- lain. Selain menghilangkan
nyeri, morfin juga mendilatasi pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi beban
kerja jantung dengan menurunkan tekanan pengisian jantung (preload) dan
mengurangi tekanan saat otot jantung harus memompa darah (afterload). Morfin
juga bermanfaat dalam mengatasi ansietas pasien.

2. Oksigen
Ketika aliran darah menurun ke jantung pada infark miokard akut, sebagian dari
jantung mengalami kekurangan oksigen sehingga diperlukan oksigen tambahan
untuk meningkatkan oksigenasi jantung. Oksigen harus diberikan segera jika
saturasi oksigen arteri < 95% atau yang mengalami distress respirasi. Oksigen
dapat diberikan melalui kanula nasal atau masker selama 6 jam pertama.Menurut
Potter& Perry (2005) macam-macam pemberian oksigenasi adalah:

a. Nasal Kanul, memberikan oksigen secara kontinu dengan kecepatan aliran 2-6
liter/ menit dan konsentrasi oksigen kecil dari 50%. Indikasi pemberian nasal
kanul adalah pada pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu
untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

b. Simple Mask, memberikan oksigen kontinu dengan kecepatan aliran 6-8 liter/
menit dan konsentrasi oksigen 40- 60%.

c. Rebreathing Mask, memberikan oksigen dengan aliran 9-15 liter/ menit dan
konsentrasi oksigen 60-90%. Rebreathing mask ini diberikan pada pasien yang
kadar tekanan CO2 yang rendah (Pa CO2 normal 35-45 atm).

d. Nonrebreathing Mask, pemberian oksigen dengan aliran 9-15 liter/ menit dan
konsentrasi oksigen 60-90%. Nonrebreathing mask ini diberikan pada pasien yang
kadar CO2 nya yang tinggi.

3. Nitrat

Selain morfin, nitrogliserin digunakan juga untuk mengurangi nyeri dada.


Penggunaan nitrogliserin dapat membantu arteri dan vena dilatasi sehingga dapat
menurunkan beban kerja jantung dan mengurangi kebutuhan oksigen.
Nitrogliserin dapat diberikan secara sublingual dengan dosis 0,3 mg sampai 0,4
mg setiap lima menit sampai tiga dosis. Nitrogliserin ini tidak boleh diberikan
kepada pasien dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg, bradikardia (<
50 kali/ menit), atau takikardia.

4. Aspirin

Aspirin juga merupakan bagian dari pengobatan awal untuk infark miokard akut.
Aspirin digunakan untuk mencegah pembentukan gumpalan lanjut dengan
mengurangi agregasi platelet. Dosis aspirin yang diberikan sebanyak 160-325 mg.

Adapaun terapi lain yang dapat diberikan untuk penanganan pada IMA yaitu :

Terapi fibrinoltik

Terapi fibrinolitik merupakan strategi reperfusi yang penting, terutama di layanan


medis yang tidak dapat melakukan IKP pada paisen IMA-EST dalam waktu yang
disarankan. Terapi firbinolitik direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak
awitan gejala pada psien-pasien tanpa kontraindikasi apabila IKP primer tidak
bisa dilakukan oleh tim yan berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis
pertama (kelas 1-A). pada pasien pasien yang datang segera (kurang 2 jam sejak
awitan gejala) dengan infark yang besar dan resiko perdarahan rendah, fibrinolitik
perlu dipertimbangkan bila waktu antara KMP dengan inflasi balon lebihdari 90
menit (kelas IIa-B). Fibrinolitik harus dimulai diruang gawat darurat.Agen yang
spesifik terhadap firbin (tenecteplase, ateplase, replase) lebih disarankan
dibandingkan agen-agen yang tidak spesifik terhadap fibrin (streptokinase). Harus
diberikan aspirin oral. Klopidogrel diindikasikan diberikan sebagai tambahan
untuk aspirin. Antikoagulan direkomendasikan pada pasien IMA-EST yang
diobati dengan fibrinolitik sampai repaskularisasi (bila dilakukan) atau selama
dirawat dirumah sakit sampai 5 hari (kelas 1-A). antikoagulan yang digunakan
dapat berupa :
1. Enoxaparin subkutan (lebih disarankan dibandingkan heparin tidak terfraksi )
(kelas 1-A)

2. Heparin tidak terfraksi diberikan secara bolus intravena sesuai berat badan dan
infus selama 3 hari (kelas 1-C)

3. Pada pasien-pasien yang mendapatkan streptokinase, fondaparinux intravena


secara bolus dilanjutkan dengan dosis subkutan 24 jam kemudian (kelas IIa-B).

F. Terapi Diet pada Infark Miokard Akut (IMA)

1. Nutrisi Preventif

Untuk mencegah penyakit koroner/ kardiovaskuler,kita perlu memperhatikan


beberapa hal berikut ini:

a. Mempertahankan kadar kolestrol total <200 mg/dL rasio kolesterol total: HDL
kolesterol <4,5 LDL-kolesterol <100 mg/dL (bila pasien pernah mengalami
serangan jantung koroner atau menderita penyakit diabetes)

b. Mempertahankan IMT agar kurang dari 23 dan lingkaran perut kurang dari
80cm (pada wanita) serta kurang dari 90cm (pada laki-laki) jika hal ini di
mungkinkan.

c. Mengurangi asupan lemak penuh hingga kurang dari 5% dari total kalori atau
gunakan hanya 2-3 sendok makan minyak( khususnya minyak nabati yang
mengandung asam lemak tak-jenuh) perhari.hindari makanan yang banyak
mengandung lemak jenuh seperti tercantum dalam tabel 3-2. cara memasak yang
baik untuk mengurangi asupan lemak ini adalah merebus,mengukus,
menanak,menumis,memanggang,membakar dan memepes.

d. Tingkatkan asupan lemak tak-jenuh tunggal (MUFA),seperti minyak zaitun,


minyak kanola, minyak kacang dan alpukat, hingga sekitar 20% dari total kalori
per hari. Makan makanan yang mengandung asam lemak omega-3 seperti ikan
laut (lihat tabel 3-3) dan minyak tak jenuh-ganda (PUFA) dalam jumlah sekitar
10% dari total kalori per hari. Dalam penelitian diet jantung di Lyon (Lyon Diet
Heart Study),prancis,terhadap 600 orang responden dengan riwayat serangan
jantung koroner ternyata diet mediteranian yang terdiri atas menu
sayuran,buah,sereal utuh,ikan dan minyak zaitun atau kanola sebagai sumber
ternyata menghasilkan angka insidensi serangan jantung ulang yang lebih kecil
bila di bandingkan dengan kelompok sama yang makan biasa (Lorgeril M.et
al,1999).

e. Jika kadar trigliserida tinggi,kurang konsumsi hidratarang sederhana seperti


gula pasir,gula aren,madu,dan makanan manis lainnya.perbanyak konsumsi
hidratarang kompleks seperti sayuran,buah,dan sereal/ bijian yang utuh serta
makanan berserat lainnya (agar-agar,kolang-kaling,selasih,rumput laut,cincau).

f. Jika kadar homosistein dalam darah tinggi,diet yang dapat di lakukan untuk
menurunkannya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan nabati yang
kaya akan asam folat dan vitamin B6 seperti sayuran hijau serta biji-bijian atau
kacang-kacangan yang utuh.

g. Tingkatkan asupan serat pangan hingga 35 gram/ hari dengan konsumsi jenis-
jenis makanan seperti di sebutkan di atas (lihat pula tabel 3-19)

h. Makan makanan yang banyak mengandung nutrient antioksidan seperti vitamin


E,C dan beta-karoten (tabel 3-4,3-7,3-13,dan 3-18) yang akan mengurangi kadar
LDL teroksidasi. LDL teroksidasi lebih sukardifagositosis oleh sel-sel fagosit
seperti makrofag dari pada LDL biasa sehingga bentuk teroksidasi ini lebih
bertahan dalam serum.

i. Pertimbangkan suplementasi 500 mg vitamin C dan 200 IU vitamin E per hari.

j. Lakukan olahraga aerobic selama 30 menit per hari.

2. Nutrisi Kuratif

Terapi nutrisi harus di tujukan kepada hal-hal berikut ini:

a. Lakukan penimbangan berat badan dengan memperhatikan lingkaran perut

b. Kurangi asupan kolesterol hingga <300 mg/dL. Pada pasien diabetes dengan
dislipidemia, asupan kolesterolnya harus dikurangi hingga di bawah 200 mg/ hari.

c. Kurangi asupan total lemak hingga kurang-lebih 20% dari total kalori.

d. Kurangi asupan lemak jenuh hingga di bawah 5% dari total kalori.

e. Tingkatkan asupan serat, khususnya serat larut,hingga 25-35 gram per hari
untuk mengikat kolesterol yang di hasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk
garam empedu sehingga kolesterol ini tidak di serap kembali oleh usus.

f. Tingkatkan konsumsi ikan,khususnya ikan laut yang kaya akan asam lemak
omega-3,paling tidak 2-3 kali seminggu.

g. Ganti konsumsi daging merah dengan daging putih seperti ayam kampung dan
ikan atau dengan protein nabati seperti tempe atau tahu (kedelai mengandung
soya-lecithine dan isoflavon yang dapat menurunkan kadar LDL kolesterol.)
h. Terapi diet dan olahraga harus di coba terlebih dahulu sebelum menggunakan
obat-obat penurun kolesterol

3. Tujuan diet

a. Memberikan makanan secukupnya tanpa memeberatkan kerja jantung.

b. Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk.

c. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air.

4. Jenis Diet

a. Diet jantung I: untuk pasien jantung akut spt MCI ( Myocardium infarc) atau
dekompensasi kordis berat. Bentuk makanan berupa cairan 1-1,5 l/hari. Diberikan
beberapa hari.

b. Diet jantung II: bentuk makanan saring atau bubur. Setelah masa akut terlewati.
Bila ada odema diberikan rendah garam.

c. Diet jantung III: bentuk makanan lunak atau biasa. Kondisi tidak berat. RG bila
ada odema dan hipertensi.

d. Diet jantung IV: bentuk makanan biasa. Perpindahan dari DJ III. Keadaan baik.
RG bila ada odema dan hipertensi.

e. Manajemen diet

5. Syarat diet

a. Energi sesuai dengan kebutuhan, bila kegemukan diturunkan.


b. Lemak: <30%. Perhatikan konsumsi Lemak jenuh antara 7-10% dari energi
total.

c. Protein 10-20% kebutuhan total energi.

d. Kolesterol <300mg.

e. KH sedang 50-60% kebutuhan total energi.

f. Vitamin dan mineral cukup. Perlu suplemen vitamin bila konsumsi makanan ≤
1200 kkal/hari

6. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan

a. Produk makanan jadi: cake, pie, pastries, biskuit, kue-kue berlemak.

b. Daging berlemak, kambing, babi, jerohan, otak, sosis, sardin, kuning telur 3
butir/minggu, susu whole, keju, es krim.

c. Nabati dimasak dengan santan, minyak, sayuran dan buah diawet

d. Mayones, salad dressing dari telur, mentega dll.

G. KOMPLIKASI
1. Aritmia ; ekstra sistol, bradikardia, AV block, takikardia, dan fibrilasi
ventrikel

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EKG
Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
2. Enzim Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hiperkalemi

4. Sel darah putih


Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA
berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut
atau kronis
7. GDA
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding
ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel miocardia
missal lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium : terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah jantung (MUGA)
Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding
regional dan fraksi ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Biasanya
dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad
fase AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan untuk menggambarkan
15. Nuklear Magnetic Resonance (NMR)
Memungkinkan visualisasi aliran darah, serambi jantung atau katup
ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau infark dan
bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan
sehubungan dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.

I. PENATALAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
12. Pengobatan trombolitik sebagai usaha reperfusi harus sudah dimulai dlam
waktu 30 menit sejak pasien mulai diperiksa. Pengobatan trombolitik
memberi hasil yang baik bila diberikan dalam jangka waktu 6 jam pertama
setelah serangan
13. obat anti platelet adalah aspirin 160 mg – 32 mg di mulai hari pertama
sekurang- kurangnya selama 30 hari, untuk mengurangi perluasan infark.
Obat lain untuk mengurangi luas infark adalah nitrat intravena atau per
oral.

J. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airways
- Sumbatan atau penumpukan secret
- Wheezing atau krekles
2. Breathing
- Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
- Ronchi, krekles
- Ekspansi dada tidak penuh
- Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
- Nadi lemah , tidak teratur
- Takikardi
- TD meningkat / menurun
- Edema
- Gelisah
- Akral dingin
- Kulit pucat, sianosis
- Output urine menurun
K. PENGKAJIAN SEKUNDER.
1. Aktifitas Gejala :
- Kelemahan
- Kelelahan
- Tidak dapat tidur
- Pola hidup menetap - Jadwal olah raga tidak teratur Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
Tanda :
- Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya
dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
- Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung
atau penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur
Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,krekles
mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir 3.
Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
6. Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
- Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat
- Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
- Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes
mellitus , hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
- dispnea tanpa atau dengan kerja
- dispnea nocturnal
- batuk dengan atau tanpa produksi sputum - riwayat merokok,
penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit,
perawatan di RS Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
- Menarik diri

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri ditandai dengan :
 nyeri dada dengan / tanpa penyebaran
 wajah meringis
 gelisah
 delirium
 perubahan nadi, tekanan darah.
Tujuan :
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan selama di RS
Kriteria Hasil:
 Nyeri dada berkurang misalnya dari skala 3 ke 2, atau dari 2 ke 1
 ekpresi wajah rileks / tenang, tak tegang
 tidak gelisah
 nadi 60-100 x / menit,
 TD 120/ 80 mmHg
Intervensi :

Observasi karakteristik, lokasi, waktu, dan perjalanan rasa nyeri dada
tersebut.
 Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan dan
istirahat.
 Bantu klien melakukan tehnik relaksasi, mis nafas dalam, perilaku
distraksi, visualisasi, atau bimbingan imajinasi.
 Pertahankan Olsigenasi dengan bikanul contohnya ( 2-4 L/ menit ) 
Monitor tanda-tanda vital ( Nadi & tekanan darah ) tiap dua jam.
 Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam pemberian analgetik.
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan factor-faktor
listrik, penurunan karakteristik miokard Tujuan :
Curah jantung membaik / stabil setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama di RS
Kriteria Hasil :
 Tidak ada edema
 Tidak ada disritmia
 Haluaran urin normal  TTV dalam batas normal
Intervensi :
 Pertahankan tirah baring selama fase akut
 Kaji dan laporkan adanya tanda – tanda penurunan COP, TD
 Monitor haluaran urin
 Kaji dan pantau TTV tiap jam
 Kaji dan pantau EKG tiap hari
 Berikan oksigen sesuai kebutuhan
 Auskultasi pernafasan dan jantung tiap jam sesuai indikasi
 Pertahankan cairan parenteral dan obat-obatan sesuai advis
 Berikan makanan sesuai diitnya

Hindari valsava manuver, mengejan ( gunakan laxan )
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan , iskemik, kerusakan otot
jantung, penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria ditandai
dengan :
 Daerah perifer dingin
 EKG elevasi segmen ST & Q patologis pada lead tertentu
 RR lebih dari 24 x/ menit
 Kapiler refill Lebih dari 3 detik
 Nyeri dada
 Gambaran foto torak terdpat pembesaran jantung & kongestif paru ( tidak
selalu )
 HR lebih dari 100 x/menit, TD > 120/80AGD dengan : pa O2 < 80 mmHg,
pa Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg
 Nadi lebih dari 100 x/ menit
 Terjadi peningkatan enzim jantung yaitu CK, AST, LDL/HDL
Tujuan :
Gangguan perfusi jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan
tindakan perawatan di RS.
Kriteria Hasil:
 Daerah perifer hangat
 tak sianosis
 gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
 RR 16-24 x/ menit
 tak terdapat clubbing finger
 kapiler refill 3-5 detik
 nadi 60-100x / menit
 TD 120/80 mmHg

Intervensi :
 Monitor Frekuensi dan irama jantung
Observasi perubahan status mental
 Observasi warna dan suhu kulit / membran mukosa
 Ukur haluaran urin dan catat berat jenisnya
 Kolaborasi : Berikan cairan IV l sesuai indikasi
 Pantau Pemeriksaan diagnostik / dan laboratorium mis EKG, elektrolit ,
GDA( Pa O2, Pa CO2 dan saturasi O2 ). Dan Pemberian oksigen
4. Resiko kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan
penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air , peningkatan
tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma.
Tujuan :
Keseimbangan volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan
keperawatan selama di RS Kriteria Hasil :
 tekanan darah dalam batas normal
 tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
 paru bersih
 berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
 Ukur masukan / haluaran, catat penurunan , pengeluaran, sifat konsentrasi,
hitung keseimbangan cairan
 Observasi adanya oedema dependen
 Timbang BB tiap hari
 Pertahankan masukan total caiaran 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler
 Kolaborasi : pemberian diet rendah natrium, berikan diuetik.
5. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke
alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan membran alveolar- kapiler

( atelektasis , kolaps jalan nafas/ alveolar edema paru/efusi, sekresi berlebihan
/ perdarahan aktif ) ditandai dengan :
 Dispnea berat
Gelisah
 Sianosis
 perubahan GDA
 hipoksemia
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O 2 < 80 mmHg, pa Co2 >
45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan keperawtan
selama di RS.
Kriteria hasil :
 Tidak sesak nafas
 tidak gelisah
 GDA dalam batas Normal ( pa O2 < 80 mmHg, pa Co2 > 45 mmHg dan
Saturasi < 80 mmHg ) Intervensi :
 Catat frekuensi & kedalaman pernafasan, penggunaan otot Bantu
pernafasan
 Auskultasi paru untuk mengetahui penurunan / tidak adanya bunyi nafas
dan adanya bunyi tambahan misal krakles, ronki dll.
 Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas
misalnya , batuk, penghisapan lendir dll.
 Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
 Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama
kerja atau tanda vital berubah.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miocard dan kebutuhan, adanya iskemik/ nekrotik jaringan miocard

ditandai dengan gangguan frekuensi jantung, tekanan darah dalam aktifitas,
terjadinya disritmia, kelemahan umum Tujuan :
Terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan selama di RS
Kriteria Hasil :
 klien berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan klien
 frekuensi jantung 60-100 x/ menit
 TD 120-80 mmHg
Intervensi :
 Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD selama dan sesudah
aktifitas
 Tingkatkan istirahat ( di tempat tidur )
 Batasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan aktifitas sensori yang tidak
berat.
 Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktifitas, contoh bengun
dari kursi bila tidak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selam 1 jam setelah
mkan.
 Kaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak toleran terhadap
aktifitas atau memerlukan pelaporan pada dokter.
7. Cemas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
Tujuan :
cemas hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di
RS
Kriteria Hasil :
 Klien tampak rileks
 Klien dapat beristirahat  TTV dalam batas normal
Intervensi :
 Kaji tanda dan respon verbal serta non verbal terhadap ansietas
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
 Ajarkan tehnik relaksasi
 Minimalkan rangsang yang membuat stress
 Diskusikan dan orientasikan klien dengan lingkungan dan peralatan
 Berikan sentuhan pada klien dan ajak kllien berbincang-bincang dengan
suasana tenang
 Berikan support mental
 Kolaborasi pemberian sedatif sesuai indikasi
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi
jantung / implikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang ,
kebutuhan perubahan pola hidup ditandai dengan pernyataan masalah,
kesalahan konsep, pertanyaan, terjadinya kompliksi yang dapat dicegah
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang kondisi penyakitnya menguat setelah diberi
pendidikan kesehatan selama di RS Kriteria Hasil :
 Menyatakan pemahaman tentang penyakit jantung , rencana pengobatan,
tujuan pengobatan & efek samping / reaksi merugikan  Menyebutkan
gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
 Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh buku,
program audio/ visual, Tanya jawab dll.
 Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah garam ) dan
aktifitas yang berlebihan,
 Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
 Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh : jalan,
kerja, rekreasi aktifitas seksual.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
SISTEM KARDIOVASKULER
PADA TN. M DI RUANG IGD RS Dr. KARIADI SEMARANG

A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Register : 226427
Diagnosa Medis : AMI
Tanggal Masuk : 24 Juli 2007 jam
14.30

B. Keluhan Utama : Nyeri dada kiri


C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan kemarin sore tanggal 23 Juli 2007 dada kirinya terasa nyeri
lalu menjalar ke lengan kiri sehingga tangan kiri terasa kram, nyeri semakin
parah kalau dibuat untuk aktivitas. Tanggal 24 Juli 2007 jam 11.00 nyeri
semakin parah hingga pasien merasa lemah, lalu keluarga membawa pasien
periksa ke dokter dan disarankan dibawa ke rumah sakit untuk dirawat inap.
Tanggal 24 Juli 2007 jam 14.30 pasien masuk di ruang IGD RS Dr.
Kariadi dan didiagnosa AMI.

D. Pengkajian
1. Airways

 Tidak ada keluhan batuk, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing.
2. Breathing

 Tidak ada keluhan sesak, RR = 32 x / menit.


 Tidak ada penggunaan alat bantu pernapasan.

3. Circulation
 N = 96 x / menit.

 TD = 150 / 90 mmHg.

 Ekstremitas dingin, sering mengeluarkan keringat dingin.

 Kulit pucat.
4. Disability

 KU : kesakitan, kesadaran compormentis, reaksi terhadap cahaya positif,


Pengkajian fokus
Nyeri : Pasien mengeluh nyeri dada, seperti diremas-remas, ditusuk-tusuk dan
terasa ditindih benda berat sekali. Skala nyeri 8.
Pemeriksaan fisik secara fokus

 KU : kesakitan

 Kesadaran : CM

 TTV

 TD : 150 / 90 mmHg

 N : 96 x / menit

 RR : 32 x / menit

 S : 36 0C
E. Pengkajian Fokus
No. Tanggal Data DS dan DO TTD
1 24-07-07DS : – Klien mengeluh nyeri dada seperti diremas-remas,
ditusuk-tusuk
 Klien mengeluh dadanya terasa berat seperti
ditindih benda berat.
 Klien mengatakan khawatir, merasa takut untuk
beraktivitas sedikitpun.
 Klien merasa cemas, takut akan terjadi sesuatu
pada dirinya.
DO : – Skala nyeri = 8
 Wajah tampak meringis kesakitan.
 Klien tampak memegangi dada kirinya.
 RR = 32 x / menit
 N = 96 x / menit
 TD = 150 / 90 mmHg
 Ekstremitas dingin, keluar keringat dingin, kulit
pucat.
 Klien tampak cemas dan ketakutan.

F. Analisa Data
No. Tanggal Data Problem Etiologi TTD
1. 24-07- DS : – Klien mengeluh nyeri Nyeri dada Iskemik jaringan
2007 dada kirinya seperti sekunder
ditusuk-tusuk dan terhadap
diremas-remas. sumbatan arteri
 Klien juga mengeluh koroner.
dadanya terasa berat
seperti ditindih benda
berat.
DO : – Skala nyeri = 8
 Klien tampak
meringis kesakitan.
 Klien tampak
memegangi dada
kirinya.
 TD = 150/90 mmHg,
N = 96x/mnt, RR =
Ketidak
32x/mnt.
2. Intoleransi seimbangan
DS : – Klien mengatakan
aktivitas suplai O 2 dengan
1. Nyeri dada berhubungan dengan iskemik jaringan sekunder terhadap
sumbatan arteri koroner.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2 dengan
kuatir, merasa takut kebutuhan
kebutuhan tubuh.
untuk beraktivitas tubuh.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian / perubahan kesehatan.
sedikitpun.
4. Resiko penurunan COP berhubungan dengan peningkatan tahanan vaskuler sistemik.
 Klien mengatakan
merasa lemah, jika
H. Rencana Keperawatan
beraktivitas nafasnya
No Dx. Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
terasa cepat sekali.
1. Nyeri dada Setelah dilakukan tindakan  Monitor KU dan TTV.
DO : – Klien tampak lemah.
berhubungan dengan keperawatan selama 1x15
 Pantau nyeri
 Klien tampak
iskemik jaringan menit nyeri dada klien sekunder (karakteristik,
Ancaman lokasi,
berbaring di atas
terhadap berkurang dengan KH : sumbatan arteri intensitas, durasi).
tempat tidur sambil kematian atau
 Skala nyeri 1 – 5
3. mengatur nafasnya. Kecemasan  Ajarkan teknik relaksasi
perubahan
koroner. DS : – Klienmerasa
Klien mengatakan
cemas nyeri (nafas dalam dan perlahan).
kesehatan.
berkurang
dan ketakutan akan  Kolaborasi pemberian
 Klien tenang.
penyakitnya. oksigen dan th/ obat.
DO : – Klien tampak cemas.
 Klien tampak Peningkatan
Setelah dilakukan tindakan  Monitor KU dan TTV.
2. Intoleransi aktifitas keperawatan
bingung dan selama 1x24 tahanan vaskuler
berhubungan
4. dengan Resiko  Monitor frekuensi irama
sistemik.
ketakutan.
jam toleransi aktivitas
penurunan jantung.
ketidakseimbangan pasien
DS : – Klien meningkat dengan
mengeluh
antara suplai O2 COP  Meningkatkan istirahat dan
nafasnya cepat,
KH :
dengan kebutuhan seperti habis berlari- batasi aktivitas, jelaskan
 Frekuensi jantung danlariTD(ngos-ngosan). peningkatan aktivitas
tubuh. dalam batas normal
DO : TD = 150/90 mmHg bertahap.
 Kulit hangat, merahNmuda.
= 96x/mnt, regular,  Menganjurkan pasien
 Frekuensi pernafasan
kuat
normal. untuk menghindari
Ekstremitas dingin peningkatan tekanan
Kulit pucat.

G. Diagnosa Keperawatan
 Melaporkan tidak abdominal (mengejan
angina / terkontrol dalam dll).
Kecemasan rentang waktu selama th/.
berhubungan denganSetelah dilakukan tindakan
3. ancaman kematian / keperawatan selama 1x24  Kaji tingkat kesemasan
perubahan kesehatan.
jam cemas berkurang pasien
dengan KH :  Anjurkan keluarga
 Cemas berkurang. terdekat untuk
 Pasien tampak tenang. memberikan support
Resiko penurunan  Jelaskan pada pasien
COP berhubungan tentang kondisi dan
dengan peningkatan situasi saat ini.
tahanan vaskuler
Setelah dilakukan tindakan
4. sistemik.
keperawatan selama 1x24  Pantau TD, RR, dan nadi
jam penurunan COP tidak  Auskultasi adanya
terjadi dengan KH : murmur.
 TD, RR dan N batas  Auskultasi bunyi nafas.
normal.  Kolaborasi O 2 sesuai
 Tidak ada keluhan sesak. kebutuhan.
 Lakukan ECG.

I. Implementasi dan Evaluasi


No
Tanggal Implementasi Respon Evaluasi TTD
Dx
1. 24-07-  Monitor KU dan S : Klien mengeluh S : Klien
2007 TTV. kesakitan terutama mengatakan
dada kiri. masih nyeri tapi
O : KU = kesakitan, sudah
CM berkurang
N = 96 x/mnt dengan adanya
RR = 32 x/mnt O 2.
TD = 150/90aktivitas dan nyeri.
pe
mmHg
ni
S : Klien mengeluh n
g
 Memantau nyeri. nyeri dada terasa
ka
seperti ta
ditusuktusuk, n
O : Klien tampak
diremasremas dan
berhati-hati dalam
seperti ditindih
O : Klien tampak
benda berat.
tenang skala
O : Skala nyeri 8
nyeri
Nyeri dada kiri
A : Masalah belum
S:-
teratasi penuh.
 Mengajarkan teknik O : Klien tampak P : Pasien
menarik nafas
relaksasi (nafas dalam dan dipindahkan ke
dalam secara ruang Hasan
perlahan). perlahan.
untuk
S:- dilanjutkan th/
 Memberikan O2.
O : O2 3 liter, canul yang diberikan.
S:-
 Melakukan
O : Infus 20 Hs/mnt
pemasangan infuse
dan pemberian obat
anti nyeri.

 Menjelaskan pada
S : Klien mengatakan
klien untuk
2. 24-07- kalau banyak
meningkatkan
2007 bergerak dadanya
istirahat,
aktivitas membatasi semakin terasa
secara
bertahap. bergerak.
Men
gkaj
 Menganjurkan pasien untuk S : Klien
i
mengatakan menghindari tidak akan
ting
peningkatan tekanan melakukan
kat
abdominal mengejan dulu.
(mengejan). O : Pasien tampak
sering nafas
dalam secara
perlahan.
S : Pasien mengatakan kecemasan. takut Anugerah, P.
terjadi Jakarta: EGC;

sesuatu yang tidak 1994 (Buku asli


diterbitkan
diinginkan. tahun 1992)
3. 24-07- O : Pasien tampak
7. Doengoes,
2007 tegang, cemas dan M.E.,
Moorhouse,
bingung. M.F., Geissler,
DAFTAR PUSTAKA A.C. Nursing
care plans:
Guidelines for
Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic
planning and
Approach. Edisi
documenting
VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti.
patients care.
Jakarta : EGC ; 1997
Alih bahasa:
1. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume
Kariasa, I.M.
2. Jakarta : EGC ; 1998
Jakarta: EGC;
2. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing
1999 (Buku asli
Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
diterbitkan
3. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A
tahun 1993)
nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa :
8. Suyono, S, et
Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996
al. Buku ajar
(Buku asli diterbitkan tahun 1989)
ilmu penyakit
4. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s
dalam. Edisi
textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih
ketiga. Jakarta:
bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli
Balai Penerbit
diterbitkan tahun 1996)
FKUI; 2001
5. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa
: Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan
tahun 1996)
6. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical
concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa :
9. Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.
Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
10. Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan,
Jakarta, EGC, 2002

Anda mungkin juga menyukai