Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

OBSTETRI
Diajukan untuk memenuhi tugas:
Hemoragik Postpartum Karena Laserasi Jalan Lahir

Dosen Pembimbing:
Dr.H. Erman Ramli . Sp.OG

Disusun oleh:
Gheni Mulia Silvy syuhada
Rahmi fitri Sindi Aristi
N. Ayfia setra Siti Zahara
Selsa Yolanda. E Sonia Putri Anyer

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG


D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang Hemoragik
Postpartum Karena Laserasi Jalan Lahir

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Obstetri yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih belum sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
kemudahan bagi kita semua.

Bukittinggi, 09 September
2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................................i


Daftar isi ....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendarahan Postpartum .............................................................................. 3
2.2 Laserasi Jalan Lahir ........................................................................................................ 3
2.3 Faktor risiko terjadinya laserasi jalan lahir ..................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Laserasi Jalan Lahir ...................................................................................... 7
2.5 Tanda-Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir ............................................................... 7
2.6 Ciri dan Khas Robekan Jalan Lahir ................................................................................ 7
2.7 Komplikasi Robekan Jalan Lahir .................................................................................... 7
2.8 Pencegahan Robekan Perinium....................................................................................... 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perdarahan pasca persalinan merupakan masalah yang cukup banyak dan menjadi salah
satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi. Perdarahan post partum merupakan keadaan
dimana ibu mengalami kehilangan darah lebih dari 500 cc selama 24 jam, dalam hal ini
menyebabkan kondisi serius pada ibu dan menyebabkan kematian ibu. Dalam proses persalinan
pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke uterus. Atonia uteri
dan subinvolusi uteri menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang
melebar tidak akan menutup sempurna dan mengakibatkan perdarahan terjadi terus menerus. (
Anggraini, Yetti: 2015)
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi
228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan
menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).

Salah satu faktor terjadinya perdarahan tersebut adalah laserasi atau robekan jalan lahir
yang menyebabkan terbukanya pembuluh darah. Robekan jalan lahir ini dapat mencapai
kandung kemih danorgan lainnya, sehingga sangat rentan terkena infeksi. Perdarahan
menyebabkan syok pada ibu karena jumlah darah yang keluar terlalu banyak, sehingga syok ini
dapat menyebabkan komplikasi lainnya yang menyebabkan kematian ibu.( Elisabeth Siwi
Walyani, 2016:7)

Laserasi jalan lahir terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum dapat terjadi karena 2 hal, yaitu episiotomi dan
ruptur perineum. Episiotomi adalah robekan yang disengaja untuk mempermudah jalan keluar
bayi, yang akan menimbulkan rasa sakit.. ( Fatimah, Prastya Lestari, 2019:139). Sedangkan, ruptur
perineum adalah robekan yang terjadi ketika bayi lahir, baik secara spontan maupun dengan alat
bantu tindakan. ( Fatimah, Prastya Lestari, 2019:159).

Kejadian laserasi jalan lahir dari data WHO pada tahun 2015 pada ibu bersalin di dunia
terdapat 2,7 juta kasus, dimana angka ini diperkirakan akan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050.
Di Benua Asia sendiri 50 % ibu bersalin mengalami laserasi jalan lahir. Di Amerika 26 juta ibu
bersalin yang mengalami laserasi jalan lahir, 40% diantaranya mengalami laserasi jalan lahir
karena kelalaian bidannya.

1
Di Asia Laserasi jalan lahir juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50%
dari kejadian rupture perineum didunia terjadi di Asia. Prevalensi ibu bersalin yang mengalami
rupture perineum di Indonesia pada golongan umur 25 – 30 tahun yaitu 24 % sedang pada ibu
bersalin usia 32–39 tahun sebesar 62 %. Ruptur perineum menjadi penyebab perdarahan ibu
postpartum (Aprilia, 2014).

Laserasi perineum merupakan penyebab perdarahan kedua setelah atonia uteri, hal ini
sering terjadi pada primigravida karena pada primigravida perineum masih utuh, belum terlewati
oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi robekan perineum. Trauma dalam persalinan
terutama karena laserasi jalan lahir dapat mempengaruhi psikologis ibu dalam menghadapi
persalinan berikutnya. Sehingga banyak ibu yang merasa takut akan persalinan karena adanya
riwayat persalinan dengan derajat laserasi yang membuat ibu merasa tidak nyaman. Trauma
persalinan mengenai laserasi jalan lahir dipengaruhi oleh berbagai faktor resiko ada yang tidak
dapat diubah dan ada pula yang dapat dirubah fsktor tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Menjelaskan tentang hemoragik postpartum karena laserasi jalan lahir ?

1.3. Tujuan Masalah


Agar mahasiswa mengetahui dan bisa menjelaskan tentang hemoragil postpartum
karena laserasi jalan lahir

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pendarahan Postpartum


Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500 ml atau lebih darah setelah
kala tiga persalinan selesai. Setara dengan pengeluaran darah 1000 ml pada seksio sesarea.13
Perdarahan postpartum adalah perdarahan masif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab kematian
ibu disamping perdarahan karena hamil ektopik dan abortus.

2.2. Laserasi Jalan Lahir


Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang
semakin manipulatif dan traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu
dihindarkan memimpin persalinan saat pembukaan serviks belum lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forceps atau vakum ekstraksi,
atau karena versi ekstraksi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, laserasi), luka episiotomi,
robekan perineum spontan derajat ringan sampai rupture perineum totalis (sfingter ani
terputus), robekan pada dinding vagina, ferniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris, uretra dan
bahkan yang terberat rupture uteri. Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik biasanya
karena ada robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan
inspeksi pada vulva, vagina dan serviks dengan memakai speculum untuk mencari sumber
perdarahan dengan ciri warna darah yang segar dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori prawirohardjo (2010) bahwa paritas merupakan
salah satu faktor yang yang mempengaruhi kejadian laserasi jalan lahir. Hal ini disebabkan karena
sering didapatkan perineum yang masih kaku terutama pada ibu primigravida yang baru kehamilan
pertama. Berat badan lahir > 2500 gram lebih berisiko terjadi laserasi jalan lahir dibandingkan
<25000 gram. Kejadian laserasi jalan lahir terjadi pada berat badan bayi baru lahir>2.5600 gram
yang disebabkan karena proses persalinan yang tidak terkendali seperti proses meneran atau
mengejan yang tidak terkontrol/tergesagesa, fisik dan psikis ibu yang belum stabil dan persalinan

3
macet. Pada keadaan ini semestinya berat badan bayi baru lahir 2500-4000 gram mempunyai
resiko lebih rendah untuk terjadi laserasi jalan lahir lika pemantauandan pertolongan persalinan
dilaksanakandengan baik (Suryani, 2013).

Gejala yang timbul berupa perdarahan dari jalan lahir yang keluar segera setelah
persalinan. Di dalam darah yang keluar biasanya mengandung darah, beberapa bagian dari jaringan
otot uterus, mukus atau lendir, dan sel darah putih.

Pada keadaan yang normal darah yang keluar segera setelah melahirkan kurang dari 500cc.
Namun, pada keadaan ketika perdarahan postpartum merupakan sebuah kelainan, darah yang
muncul lebih dari 500cc. Keadaan tersebut disertai gejala lain:

 Darah berwarna merah segar.


 Nyeri pada perut bawah.
 Demam.
 Pernapasan cepat.
 Keringat dingin.
 Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan.

Diagnosis Perdarahan Postpartum

Diagnosis perdarahan postpartum ditegakkan oleh dokter dengan melihat gejala klinis dari pasien.
Dokter menentukan diagnosis perdarahan postpartum jika menemukan perdarahan lebih dari
500cc dalam 24 jam pasca persalinan.

Untuk mencari penyebab perdarahan dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter meliputi:

 USG, untuk melihat bagian dalam uterus apakah ada sisa plasenta yang tertinggal
 Pemeriksaan faktor pembekuan, untuk melihat adanya kelainan pembekuan atau tidak.

4
Pengobatan Perdarahan Postpartum

Pada keadaan akut, yaitu ketika kehilangan darah sangat banyak, tindakan pertama yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan cairan pengganti melalui infus. Tindakan memperbaiki
keadaan umum pengidap merupakan prioritas utama pengobatan. Selanjutnya, pengobatan
dilakukan dengan memperbaiki penyebab dari perdarahan postpartum, seperti:

 Pemberian obat-obatan untuk memperkuat kontraksi uterus, seperti oksitosin.


 Melakukan tindakan kuret apabila terdapat sisa jaringan plasenta yang tertinggal di dalam
uterus.
 Pemberian transfusi darah dan komponen darah apabila terdapat perdarahan masif pada
pengidap

Pencegahan Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum mengenai pada kelompok yang tidak berisiko sekalipun, sehingga tindakan
pencegahan aktif harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan meliputi:

 Identifikasi dan koreksi anemia pada ibu hamil sebelum persalinan.


 Pemeriksaan tanda vital sebelum persalinan juga penting untuk mengidentifikasi
kemungkinan perdarahan yang terjadi.
 Untuk petugas kesehatan, manajemen aktif saat persalinan dan tindakan persalinan yang
menghindarkan dari terjadinya perdarahan pascapersalinan.

2.3. Faktor risiko terjadinya laserasi jalan lahir


a) Faktor maternal

(1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering)

(2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan

(3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan

(4) Edema dan kerapuhan pada perineum

5
(5) Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum

(6) Arcus pubis dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan

kepala bayi ke arah posterior

(7) Perluasan episiotomy

b) Faktor janin

(1) Bayi yang besar

(2) Posisi kepala yangg abnormal – misalnya presentasi muka dan occipitoposterior

(3) Kelahiran bokong

(4) Ekstraksi forcep yang sukar

(5) Distosia bahu

(6) Anomali kongenital, seperti hydrocephalus

faktor-faktor lain yang menyebabkan kehilangan darah secara berlebihan, bila terjadi laserasi
yaitu:

1. Interval yang lama antara dilakukan episiotomy dan kelahiran anak

2. Perbaikan episiotomi setelah bayi dilahirkan tanpa semestinya yaitu ditunggu terlalu lama.

3. Pembuluh darah yang putus pada ujung episiotomi tidak berhasil dijahit.

4. Pemeriksaan inspeksi tidak dilakukan pada serviks dan vagina bagian atas

5. Kemungkinan terdapatnya beberapa tempat cidera tidak terpikirkan

6. Ketergantungan pada obat-obat oksitoksik serta disertai penundaan terlalu lama


mengeksploitasi uterus

6
2.4. Klasifikasi Laserasi Jalan Lahir

Menurut (Sulistyawati,2012: 181) derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :

1) Derajat I laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarhan dan posisi luka baik

2) Derajat II laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum.Jahit menggunakan teknik yang sesuai kondisi pasien

3) Derajat III laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum,otot spingter ani

4) Derajat IV laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum,otot spingter ani,rectum

2.5. Tanda-Tanda dan Gejala Robekan Jalan Lahir

Tanda dan gejala robekan jalan lahir diantaranya adalah perdarahan, darah segar yang
mengalir setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dengan baik, dan plasenta normal. Gejala yang
sering terjadi antara lain pucat, lemah, pasien dalam keadaan menggigil

2.6. Ciri dan Khas Robekan Jalan Lahir

1) Kontraksi uterus kuat, keras, dan mengecil

2) Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir.Perdarahan ini terus menerus setelah
massage atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak
berkurang.Dalam hal apapun, robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karna tak
jarang perdarahan terjadi karna robekan dan ini menimbulkan yang fatal seperti terjadi
syok (Rukiyah, 2012)

3) Bila perdarahan berlangsung meski kontraksi uterus baik dan tidak didapatkan adanya
retensi plasenta maupun sisa plasenta, kemungkinan telah terjadi perlukaan jalan lahir.

2.7. Komplikasi Robekan Jalan Lahir

1) Perdarahan Seorang wanita dapat meninggal karna perdarahan pasca persalinan dalam
waktu 1 jam setelah melahirkan.Penilaian dan penatalaksanaan yang cermat selama kala

7
1 dan kala 4 persalinan sangat penting.Menilai kehilangan darah yaitu dengan cara
memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah
perdarahan dan menilai tonus otot.

2) Fistula Fistula dapat terjadi tanda diketahui penyebabnya karna perlukaan pada vagina
menembus kandung kencing atau rectum.Jika kandung kencing luka, maka air kencing
akan segera keluar melalui vagina.Fistula dapat menekan kandung kemih atau rectum yang
lama antara janin dan panggul sehingga terjadi iskemia

3) Hematoma Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada persalinan karna adanya
penekanan kepala janin serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa nyeri pada
perineum dan vulva berwarna biru dan merah

4) Infeksi Infeksi masa nifas adalah peradangan disekitar alat genetalia pada kala
nifas.Perlukaan pada persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh
sehinnga dapat menimbulkan infeksi (Fatimah, prasetya.2019 : hal 171-173)

2.8. Pencegahan Robekan Perinium

Perineum massage adalah teknik menjahit perineum disaat hamil atau beberapa minggu
sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang melembutkan jaringan ikat,
sehingga jaringan perineum lebih elastic dan lebih mudah merenggang.Teknik ini dapat
dilakukan satu kali sehari selama beberapa minggua terakhir kehamilan didaerah perineum

Teknik pijat perineum

1) Cucilah tangan ibu terlebih dahulu dan pastikan kuku ibu tidak panjang.pijatan ini dapat
dilakukan sendiri atau sama pasangan

2) Berbaringlah dalam posisi yang nyaman.Beberapa wanita ada yang berbaring miring dan
mneggunakan bantal untuk menyangga kaki mereka, ada yang menggunakan posisi
semilitotomi atau posisi mengangkang.jika pemijatan dilakukan saat berdiri letakkan kaki
satu dikursi dan kaki yang lain berada sekitar 60-90 cm dari kursi

3) Ibu dapat menggunakan cermin untuk pertama kali mengetahui daerah perineum tersebut

8
4) Gunakan minyak kelapa, atau sweet almond. Lakukan pemijatan sebelum mandi pagi dan
sore.

5) Letakkan satu atau dua ibu jari (atau jari lainnya bila ibu tidak sampai) sekitar 2-3cm di dalam
vagina. Tekan ke bawah dan kemudian menyamping pada saat bersamaan. Perlahan-lahan
coba regangkan daerah tersebut sampai ibu merasakan sensasi seperti terbakar, perih, atau
tersengat.

6) Tahan ibu jari dalam posisi seperti di atas selama 2 menit sampai daerah tersebut menjadi
tidak terlalu berasa dan ibu tidak terlalu merasakan perih lagi.

7) Tetap tekan daerah tersebut dengan ibu jari. Perlahan-lahan pijat ke depan dan ke belakang
melewati separuh terbawah vagina

8) Lakukan ini selama 3-5 menit. Hindari pembukaan saluran kemih karna dapat mengakibatkan
infeksi dan iritasi dan ibu dapat memulai dengan pijatan ringan dan semakin ditingkatkan
tekanannya seiring dengan sensivitas yang berkurang.

9) Ketika sedang memijat, tarik perlahan bagian terbawah dari vagina dengan ibu jari tetap
berada di dalam. Hal ini akan membantu meregangkan kulit di mana kepala bayi saat
melahirkan nanti akan meregangkan perineum itu sendiri.

10) Setelah ibu selesai melakukan, kompres hangat jaringan perineum selama 10
menit.Lakukan secara perlahan dan hati-hati.Kompres hangat ini akan sangat meningkatkan
sirkulasi darah, sehingga otot diperineum kendur. (Fatimah, prasetya.2019 : hal 60-67)

9
BAB Ill
Penutup

A. Kesimpulan

Perdarahan pasca persalinan merupakan masalah yang cukup banyak dan menjadi salah
satu faktor penyebab kematian ibu dan bayi. Perdarahan post partum merupakan keadaan dimana
ibu mengalami kehilangan darah lebih dari 500 cc selama 24 jam, dalam hal ini menyebabkan
kondisi serius pada ibu dan menyebabkan kematian ibu. Dalam proses persalinan pembuluh darah
yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke uterus. Atonia uteri dan subinvolusi
uteri menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tidak akan
menutup sempurna dan mengakibatkan perdarahan terjadi terus menerus. ( Anggraini, Yetti: 2015)
Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian ibu di Indonesia. Penurunan AKI
di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun
demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor terjadinya perdarahan tersebut adalah
laserasi atau robekan jalan lahir yang menyebabkan terbukanya pembuluh darah. Robekan jalan
lahir ini dapat mencapai kandung kemih danorgan lainnya, sehingga sangat rentan terkena infeksi.
Perdarahan menyebabkan syok pada ibu karena jumlah darah yang keluar terlalu banyak, sehingga
syok ini dapat menyebabkan komplikasi lainnya yang menyebabkan kematian ibu.

B. Saran

Penulis berharap semoga makalah ini dapt di pahami oleh pembaca. Dan semoga makalah
ini dpat membantu pembaca dalam materi tersebut. Penulis meminta kepada pembaca semoga
dapat memberikan saran dan kritikan yang mendukung untuk kebaikan makalah ini selnjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/310-1583-1-PB.pdf
https://www.halodoc.com/kesehatan/perdarahan-postpartum
https://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk20/article/view/156

11

Anda mungkin juga menyukai