Anda di halaman 1dari 5

KATA-KATA TERAKHIR DARIMU

 Kicau burung di pagi hari membangunkanku dari mimpi yang indah. Ku lihat jam dinding
dikamarku sudah menunjukan pukul 06.00. Langsung saja aku bersiap untuk bersekolah. Di meja
makan sudah tersedia makanan yang lezat dan orang tua ku sudah menunggu untuk sarapan
bersama.

“selamat pagi pah, selamat pagi mah” kataku kepada mereka.

“selamat pagi juga anakku tersayang, ayo kita sarapan dulu”  balas papahku.


Akhirnya setelah semuanya selesai, aku dan papahku pergi memulai aktifitas seperti
biasa. Di dalam mobil papahku mengajakku untuk makan siang berdua

“sepertinya sudah lama papah tidak makan siang bersama anak papah yang
tersayang ini, bagaimana kalo nanti siang kita makan siang berdua. Kamu mau
tidak?” ajak papah kepadaku.

“waaah aku sangat senang pah, yasudah memang mau makan siang dimana nanti?”
jawabku dengan senang.

“yasudah nanti papah jemput kamu ya, jangan telat ya sayang, oke?” “oke deh papah”.
Ternyata tanpa terasa aku sudah sampai di sekolahku.

“dadah papah, sampai ketemu nanti, I love you”

“oke, I love you too honey”. Di dalam kelas, teman-temanku sudah ramai. Akupun
langsung duduk disebelah sahabatku yang bernama Clara. Seperti biasa, kalau kita
sudah bertemu, kita selalu bercerita.

“Disya, kemarin anggra sms aku, katanya kenapa kamu enggak bales smsdia?


Yasudah aku bilang aja enggak tahu. Memangnya kamu kenapa enggak bales
smsnya Anggra sih?” kata Clara kepadaku. Anggra adalah kekasihku.

“aku lagi enggak ada pulsa ra, jadi enggak bisa bales smsnya Anggra” sahutku.

“oh begitu, yasudah nanti istirahat kamu ketemuan aja sama Anggra,kayanya dia
mau ngomong sesuatu deh sama kamu” kata Clara.

“iya, nanti kamu temani aku ya ra”


“baiklah”. Pelajaran pertamapun dimulai. Ibu dewi, wali kelasku membagikan hasil
ulangan fisika minggu kemarin. Ternyata nilai ku sangat memuaskan. Aku sangat
senang sekali. Beberapa jam berlalu, bel sekolah berbunyi menandakan waktu
istirahat. Sesuai dengan saran Clara tadi, langsung saja aku bertemu dengan Anggra
di kantin sekolah. Anggra menatapku dengan serius, sepertinya ada yang ingin dia
katakana kepadaku.

“hai Disya” sapa Anggra kepadaku. Aku hanya membalas dengan senyuman.

“kenapa smsku enggak kamu balas?” Tanya dia kepadaku.

“maaf ya, Disya enggak ada pulsa” jawabku. “oh begitu, yasudah tidak apa-apa. Ada
yang aku ingin bicarakan.” Tatapan Anggra semakin serius, akupun semakin
penasaran.

“yasuadah, memangnya kamu mau ngomong apa? Sepertinya serius sekali” tanyaku


kembali kepada dia. Anggra baru saja ingin berbicara kepadaku, Clara langsung
memotongnya.

“maaf ya, sebaiknya aku kekelas duluan deh, soalnya aku takut ganggu kalian. Sya,
aku kekelas ya, kalo ada apa-apa sms aku aja” sahut Clara. Aku hanya mengangguk.
Anggara melanjutkan pembicaraannya,

“Disya, kalau kita long distance gimana? Kamu sanggup enggak?” Tanya Anggra
kepadaku.

 “maksudmu apa Anggra? Aku enggak ngerti.” Tanyaku kembali.

“sebenernya, berat banget harus bilang ini ke kamu sya, tapi aku
harusngomongin ini sama kamu. Jadi ayahku ditugaskan untuk kerja
di Singapore, aku dan keluargaku terpaksa harus ikut ayahku” Anggra menjelaskan
semuanya kepadaku. Aku hanya terdiam, tak tahu harus bagaimana, karna
mendengarnya saja hatiku sudah sedih.

“memangnya kamu kapan mau berangkat ke Singapore? Lalu kamu tidak akan


kembali lagi kesini?” tanyaku dengan wajah sangat sedih.

“aku berangkat minggu depan, aku tidak tahu aku bisa kembali lagi kesini atau
tidak, tapi akan aku usahakan” bel masuk pun berbunyi. Aku tidak menanggapi
apapun, aku langsung berlari menuju kelas. Di kelas, Clara melihat wajahku sangat
sedih, dia bertanya kepadaku

 “kamu kenapa sya? Apa yang terjadi?” aku langsung menceritakan semuanya
kepada Clara dengan berurai air mata.
 “jadi apa yang harus aku lakukan sekarang ra?” aku meminta pendapat Clara.

“aku juga bingung, sebaiknya menurutku kamu enggak apa-apa long distance, kan
kamu masih bias smsan, telefon-telefonan atau chatting. Zaman sekarang kan sudah
maju teknologinya sya” saran Clara.

“mungkin benar katamu, yasudah walaupun aku sangat sedih, tapi akan aku
relalakan dan aku coba” kataku.

 “iya Disya, kamu pasti bias” tanggapan Clara dengan semangat. Tidak terasa waktu
pulang pun tiba. Handphone ku bordering, ternyata ada telefon dari papahku.
hamper saja aku lupa ada janji kepada papahku.

“hallo nak, apa kamu sudah pulang? Papah sudah ada di depan sekolahmu, papah
tunggu ya” kata papah.

“sudah pah, iya tunggu sebentar ya aku nanti kesana” jawabku, lalu telefonnya aku
matikan dan aku berpamitan dengan Clara. Disaat aku berjalan, aku melihat Anggra
yang sedang menatapku dari kejauhan, tanpa berlama-lama aku terus melanjtukan
langkahku menuju gerbang sekolah. Sesampainya di depan sekolah, aku melihat
mobilku sudah menungguku.

“oke apa anak papah sudah siap?” Tanya papahku sambil tersenyum.

“siap dong pah” jawabku dengan senang. Aku mencoba untuk menikmati makan


siangku dengan papah, aku tidak mau mengingat kata-kata anggra tadi. Karena
menurutku makan siang dengan papahku jarang sekali, dan aku tidak ingin merusak
moment penting ini. Makan siang itu ku lewati dengan gembira, papahku  pun sangat
bahagia. Sesampainya dirumah, Anggra menelefon aku.

“hallo sayang, bagaimana tanggapanmu tentang hal yang kita omongintadi?” Tanya


Anggra.

“hmmm menurutku kalau begitu aku tidak bisa apa-apa lagi, kamu boleh kok pergi
ke Singapore, kan sekarang teknologi sudah maju, jadi kita nanti bisasmsan, telefon-
telefonan, atau chatting” jelasku kepadanya.

“kamu benar tidak apa-apa? Jujur aku sangat senang dan tenang mendengar
penjelasanmu ini, aku janji akan selalu mengabarkanmu, aku sayang kamu Disya”
kata Anggra dengan senang. Dan aku hanya menghela nafas.

“Anggra, aku sedih” kataku dengan suara pelan.


“Aku tahu Disya, kamu pasti sedih. Aku pun merasakan hal yang sama denganmu,
tapi kita harus yakin, kalau kita benar-benar saling menyayangi, kita pasti bisa
melewati ini” kata Anggra dengan tegas. Seminggu pun berlalu, dan waktu yang
sangat menyedihkan pun tiba. Anggra dan keluarganya sudah siap ingin berangkat
ke Airport menuju ke Singapore. Aku di minta oleh Anggra untuk ikut
ke Airport, karena Anggra ingin sebelum kepergiannya ke Singapore, dia ingin
melihat kekasihya. Di airport sambil menunggu pesawat datang, Anggra mengeluh
kepadaku “Sya, kenapa ya dadaku sesak, aku seperti susah untuk bernafas” aku
memang melihat wajah Anggra sangat pucat.

“mungkin kamu kecapean, kamu jangan lupa minum obat ya” saranku kepadanya.
Dia hanya tersenyum sambil mengelus rambutku.

“Disya, kamu tahu tidak? Aku sangat menyayangimu. Aku berjanji aku tidak akan
meninggalkanmu.” Janjinya kepadaku.

“iya Anggra, aku juga sangat menyayangimu. Aku juga berjanji. Ingat ya, disana kamu
tidak boleh nakal, harus benar belajarnya, Disya percaya sama Anggra” kataku
kepadanya. Anggra hanya tersenyum. Beberapa saat kemudian, pesawat pun datang.
Saat-saat terakhir, Anggra memegang tanganku dan berkata

“Disya, ingat janji kita tadi. Kamu jangan sedih ya, pasti aku akan usahakan untuk
datang kesini menemuimu lagi, aku pergi ya, I love you” kata Anggra kepadaku.

“iya, aku selalu ingat janji kita. I love you too” kataku. Anggra dan keluarganya pun
pergi meninggalkan Jakarta menuju Singapore. Disaat dia pergi, aku masih melihat
wajahnya yang sangat pucat. Dan perasaanku seperti tidak enak. Aku hanya berdoa,
semoga tidak terjadi apa-apa. Satu hari pun berlalu. Aku dan Anggra berkomunikasi
seperti biasa, dia menceritakan suasana disana. Tetapi dia selalu mengeluh tentang
sesak nafasnya itu. sempat terfikir dalam otakku tentang hal yang kurang
menyenangkan, tetapi aku abaikan itu. aku hanya meminta Anggra untuk minum
obat dan beristirahat. Semalaman dia tidak menghubungiku tanpa alasan yang jelas.
Aku sangat khawatir. Pagi harinya, aku melihathandphone ku, ada 10 misscall dari
Anggra. Dan aku juga mendapat satu pesan yang berisi,

Innalilahi wa Innalihi roji’un, Disya ini ayahnya Anggra, semalam Anggra sesak nafas,
dia sangat sulit bernafas, lalu om bawa dia ke Rumah Sakit terdekat, Anggra sudah
meminta om untuk menghubungi Disya, tapi tidak di angkat-angkat juga, nyawa
Anggra tidak bisa tertolong lagi oleh dokter, Angga menderita serangan Jantung,
nanti pemakamannya di Jakarta. Om harap Disya bisa menerima semua ini.
Aku merasa tidak berdaya. Ternyata firasat aku benar. Aku sangat sedih, rasanya
aku seperti mimpi. Kenapa aku harus mengalami ini semua? Ini semua tidak adil.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Beberapa jam pun berlalu, aku yang ditemani oleh
Clara dan orang tua ku, pergi menuju pemakaman itu. aku hanya bisa menatap
makam orang yang sangat aku cintai dengan tatapan kosong, aku masih tidak
percaya dengan semua ini. Anggra adalah orang yang sangat baik yang pernah aku
kenal, dia sangat setia mendampingiku. Sudah 2tahun kita bersama menjalin
hubungan, menurutku itu bukan waktu yang singkat. Sekarang, aku hanya bisa
berdoa semoga dia tenang di alam sana, dalam lindungan Tuhan yang maha Esa. Dan
aku masih ingat, kata-kata terakhir darimu adalah I LOVE YOU. 

     

Anda mungkin juga menyukai