Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib disetiap jenjang pendidikan.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak terlepas dari empat keterampilan
berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa sangat
penting bagi manusia, sebagai makhluk sosial, manusia perlu berinteraksi dengan sesama
manusia lainnya dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik secara lisan maupun
tulisan.
Keterampilan berbahasa yang dilakukan manusia yang berupa menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis yang dimodali kekayaan kosakata, yaitu aktivitas intelektual, karya
otak manusia yang berpendidikan. Kemampuan berbahasa bukanlah insting, tidak dibawa
sejak lahir, melainkan didapat dari hasil belajar sampai terampil berbahasa untuk kebutuhan
berkomunikasi.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia membaca merupakan salah satu keterampilan yang
harus ditekankan. Hal tersebut dijabarkan dalam Standart Kompetensi ( SK ) yakni
menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Dalam kegiatan membaca ini siswa
diharapkan mampu menyimpulkan isi cerita anak. Akan tetapi dalam kegiatan membaca
untuk menyimpulkan isi cerita anak mengalami kesulitan.
Pada siswa kelas V SD Negeri 112279 Aek Kanopan mengalami kesulitan dalam
menyimpulkan isi cerita anak. Hal tersebut dapat diketahui saat mengajar di kelas V pada
pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak. Saya memerintahkan mereka, untuk
membaca dan menyimpulkan isi cerita pada teks yang ada di buku. Namun mereka banyak
yang masih kebingungan dalam menyimpulkan teks pada cerita anak, terlihat dengan siswa
cenderung pasif dalam pembelajaran, tidak adanya tanya jawab antara siswa dan guru.
Proses pembelajaran materi ini, guru sering menggunakan model pembelajran
langsung tanpa adanya penjelasan pada materi tersebut. Sehingga menimbulkan masalah pada
siswa,banyak yang mengobrol sendiri, serta kurang antusiasnya siswa terhadap
pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah bosan dan tidak tertarik dalam setiap
psoses pembelajaran. Model ini juga kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa
cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif, pada materi cerita anak ,menyimpulkan isi
cerita anak ini bukan hanya pemahama teori tetapi juga menekankan keaktifan siswa untuk
membaca dan memahami isi cerita. Sehingga para siswa mampu membuat kesimpulan dari
cerita anak.
Akibat dari siswa kurang dalam membaca cerita anak pembelajaran membaca untuk
menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca mengalami kesulitan sehingga menyebabkan
sebagian besar siswa, memperolah nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai
KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap
Kompetensi Dasar (KD) yaitu70, akan tetapi pada materi cerita anak memperoleh nilai rata-
rata 65,5 yang diperoleh dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan presentase
25%. Sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM dengan presentase 75%.
Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart nilai yang
seharusnya diperoleh.Sebagai alternatif solusi masalah, dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti menggunakan Metode Resitasi sehingga dapat meningkatkan pemahaman membaca
dan menulis terutama dalam pembelajaran membaca. Metode resitasi atau penugasan adalah
metode pembelajaran yang menekankan pada pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan
atas diri sendiri melalui sejumlah tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa di luar jam sekolah
dalam rentang waktu tertentu dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru dengan tujuan untuk
merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Djamarah dan Zein (2010), resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan untuk
merangsang anak agar aktif belajar, baik secara individual ataupun secara kelompok. Metode
resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri sendiri
suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang
mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka
ingat. Penggunaan metode resitasi (tugas), diberikan dengan harapan agar siswa memiliki
hasil belajar yang lebih maksimal.
Metode Resitasi ini mendorong siswa untuk bekerja sama dalam tim dengan anggota-
anggotanya. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat menyimpulkan isi cerita anak yang
mereka baca. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahan siswa tentang cerita anak.
Hasil belajar dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V pada hari Senin tanggal
07 November 2021 Metode pembelajaran Resitasi mempunyai peran untuk meningkaatkan
hasil belajar siswa dalam kelompok dan individu. Saat belajar kelompok ada tanggung jawab
dari setiap anggota untuk menguasai materi yang diberikan guru. Siswa dari kelompok tinggi
membantu siswa dari kelompok rendah agar memahami konsep, siswa dari kelompok rendah
berani menanyakan kekurangan mengertinya pada anggota kelompoknya agar tidak
tertinggal. Tanggung jawab setiap anggota kelompok ini dapat meningkatkan kepercayaan
diri pada setiap anggota kelompoknya, karena ada peningkatan penguasaan materi
pembelajaran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 112279 Aek Kanopan mampu meningkatan
hasil belajar siswa setiap siklus menunjukkan bahwa siklus I secara keseluruhan di dapat
persentase ketuntasan sebesar 64.3% naik sebanyak 23.8% dari pra siklus . kemudian pada
siklus II ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 76.2% naik sebanyak 11.9% dibandingkan
dengan siklus I.

1. Identifikasi Masalah
a. Guru kurang menciptakan suasana belajar yang aktif siswa yang focus dengan
materi yang mereka terima.
b. Guru kurang menjelaskan materi tersebut kepada siswa , guru hanya menyuruh
siswa membaca dan menyimpulkan tanpa diberi contoh terlebih dahulu
c. Tidak ada pengawasan dari guru langsung dalam proses kegiatan siswa.
d. Metode yang digunakan kurang tepat. Sehingga siswa kesulitan memahami bacaan
dan menyimpulkan isi cerita atau dongeng
e. Tidak adanya Tanya jawaban antara guru dan siswa sehingga menyebabkan siswa
kebingungan terhadap materi tersebut.
2. Analisis Masalah

Dari identifikasi masalah, dengan adanya permasalahan tersebut maka dapat


dilihat bahwa peserta didik pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia kurang antusias
dan guru yang kurang menerapkan beberapa model atau metode belajar yang menarik
untuk dapat meningkatkan kepahaman siswa dalam menyimpukan isi teks cerita anak.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V dapat meningkat
dengan metode yang tepat?
2. Apakah pemahaman siswa dapat meningkat dengan metode pembelajaran yang tepat ?
3. Apakah penerapan metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang tepat dapat
memperbaiki pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi
Menyimpulkan Cerita atau Dongeng kelas V SDN 112279 Aek Kanopan.
2. Untuk meningkatkan kepahaman siswa di kelas V dengan metode pembelajaran yang
tepat.
3. Dengan penerapan metode pembelajaran tersebut dapat meningkatkan perbaikan
pembelajaran di kelas V SDN 112279 Aek kanopan.

D. Manfaat Penelitian

Bagi Siswa

 Siswa dapatmenyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.


 Siswa dapatmelengkapi cerita sederhana pada teks cerita anak.
 Siswa dapat menuliskan kembali cerita dengan bahasa sendiri

Bagi Guru

 Untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan / profesional guru dalam kegiatan


pembelajaran di kelas.
 Guru dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam mengajar.
 Hasil perbaikan pembelajaran ini dapat secara langsung dimanfaatkan untuk
kepentingan kualitas kegiatan belajar mengajar dikelas dan dapat meningkatkan
wawasan pemahaman guru tentang pembelajaran.
Bagi sekolah

Meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus meningkatkan mutu pendidikan dan


penyelenggaraan pendidikan serta membangun institusi sekolah sebagai sekolah yang
memiliki keunggulan dalam inovasi pembelajaran dan mutu kelulusannya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Benyamin S. Bloom ( Irawan, 1996 12-13 ) pada hakekatnya aktivitas


belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dengan adanya pengalaman atau
peristiwa yang memungkinkan terjadinya akivitas siswa dala memperoleh
informasi,ide,keterampilan ,cara berfikir ,pemahaman terhadap nilai-nilai dan sarana
mengeksplorasi potensi siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas ini meliputi
aspek kognitif,afektif dan psikomotor.

Selain itu secara kognitivisme bahwa belajar mementingkan kegiatan mental peserta
didik dalam persepsi dan pemecahan masalah yang sulit. Bahwa belajar diartikan sebagai
suatu proses mental untuk memperoleh pemahaman interaksi antara individu dengan
lingkngannya, melalui interaksi ini tersusun tanggapan imajinasi dan pandangan baru yang
secara bersama-sama membentuk pemahaman untuk memecahkan masalah. Sedangkan dalm
kajian afektif belajar meliputi proses pengenalan,pemberian
tanggapan,penghargaan,pemahaman nilai-nilai yang harus dimiliki siswa sebagai suatu hasil
belajar.

Maka dari itu guru harus melakukan suatu penelitian guna untuk mengetahui apa yang
menjadi kendala siswa dalam belajar khususnya pelajaran Bahasa Indonesia . Guru
melakukan suatu tindakan dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran. PTK
sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di
kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah
yang timbul di kelasnya sendiri dengan menerapkan berbagai macam teori dan teknik
pembelajaran yang relevan secara kreatif. Disamping itu guru melaksanakan tugas utamanya
mengajar di kelas. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
yang sering dihadapi oleh guru di kelasnya

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan
bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan
oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau
pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini,
dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan
(Harjodipuro, 1997).

Selanjutnya dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk
memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk
mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis
terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap
terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk
berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka
sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah


dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi
dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup
professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran;
keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi
anak didik untuk menjadi dewasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK
ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan
yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu
perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan
belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu,
dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran
yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan
tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.matan Arosbaya -Bangkalan .
A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa memegang peranan yang sangat penting
dalam menjaga keutuhan dan rasa persatuan warga negara Indonesia. Bahasa Indonesia
berperan sebagai perekat kebersamaan untuk menyamarkan titik-titik perbedaan pada bangsa
yang majemuk ini. Oleh karena itulah, pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting
untuk membentuk generasi penerus bangsa yang bersatu dan berdaulat. Berikut adalah
penjabaran singkat mengenai hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia.

B. Pengertian belajar dan pembelajaran

Kita mulai dengan memahami definisi belajar dan pembelajaran menurut para ahli.


Menurut Saud dan Rukmana (2006:3), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Sedangkan pembelajaran menurut Hamalik dalam Taopik (2005:7),pembelajaran


adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta
didik.

Secara umum bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasar ujaran atau
suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Selain itu, bahasa juga dapat dimaknai sebagai
alat komunikasi antar manusia (anggota masyarakat) berupa lambang bunyi ujaran yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas,


2006:81),pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.

Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia adalah


sebuah upaya untuk mengarahkan peserta didik sehingga terampil berkomunikasi dalam
Bahasa Indonesia, baik itu secara lisan maupun tulisan, serta baik dalam situasi formal
maupun informal. Selain terampil berkomunikasi, peserta didik diharapkan memiliki sikap
apresiatif terhadap karya sastra Bahasa Indonesia, para tokoh-tokoh kebahasaan, guru, dan
sesama pelajar. Tujuan tentu saja, untuk menanamkan benih dan menumbuh kembangkan
rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara Indonesia, yang pada akhirnya menjadikan
NKRI yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

 
C. Pengertian Metode Resitasi ( Penugasan )

1. Metode Resitasi

Metode resitasi atau penugasan adalah metode pembelajaran yang menekankan pada
pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri melalui sejumlah
tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa di luar jam sekolah dalam rentang waktu
tertentu dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru dengan tujuan untuk merangsang
siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Bentuk tugas yang dapat diberikan adalah tugas-tugas dalam bentuk daftar sejumlah
pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan
diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Masalah tugas yang dilaksanakan
oleh siswa dapat dilakukan luar kelas, misalnya di halaman sekolah, di laboratorium, di
perpustakaan, di bengkel, maupun di rumah siswa asal tugas itu dapat dikerjakan.

Berikut definisi dan pengertian metode pembelajaran resitasi dari beberapa sumber buku: 

 Menurut Majid (2013), resitasi adalah metode belajar yang mengkombinasikan


penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian, dan pemeriksaan atas diri sendiri. 
 Menurut Djamarah dan Zein (2010), resitasi adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar yang
bertujuan untuk merangsang anak agar aktif belajar, baik secara individual ataupun
secara kelompok. 
 Menurut Slameto (1991), resitasi adalah cara penyajian bahan pelajaran yang
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jadwal sekolah dalam
rentang waktu tertentu dan hasilnya dipertanggung jawabkan kepada guru.
 Menurut Ahmadi dan Prasetya (1997), resitasi adalah metode pengerjaan rumah yaitu
murid diberi tugas di luar jam pelajaran, dimana anak-anak dapat mengerjakan
tugasnya tidak hanya di rumah, tetapi dapat di perpustakaan, di laboratorium, di
kebun percobaan dan sebagainya untuk dibertanggung jawabkan kepada guru. 
 Menurut Syaiful (2008), resitasi adalah cara penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian belajar
dan harus dipertanggung jawabkannya.
 Menurut Daradjat (2011), resitasi adalah metode pembelajaran yang menekankan
pada pemberian tugas oleh guru kepada anak didik untuk menyelesaikan sejumlah
kecakapan, keterampilan tertentu.

2. Tujuan Metode Resitasi 

Menurut Djamarah dan Zain (2010), tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif
belajar, baik secara individu maupun secara kelompok. Melalui metode resitasi siswa
kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat
mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas,
memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa.

Menurut Hamdayama (2014), metode pemberian tugas belajar atau resitasi memiliki
beberapa tujuan, antara lain adalah sebagai berikut: 

1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima. 


2. Melatih siswa ke arah belajar mandiri. 
3. Siswa dapat membagi waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.
4. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan
tugas. 
5. Memperkaya pengalaman-pengalaman disekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar
kelas.

Metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari
sendiri sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri,
sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan
lebih lama mereka ingat. Penggunaan metode resitasi (tugas), diberikan dengan harapan agar
siswa memiliki hasil belajar yang lebih maksimal.

3. Jenis-jenis Metode Resitasi 

Menurut Nasution (2000), terdapat dua jenis metode resistasi, yaitu: 

1. Penugasan Individu. Penugasan individu adalah suatu penugasan yang dibebankan


kepada masing-masing peserta didik. Tugas individual lebih ditekankan kepada
pembinaan kognitif-afektif-psikomotor siswa secara individual. Melalui tugas
individual siswa dituntut menurut kesanggupan dan kerajinan masing-masing. Namun
demikian, siswa tetap diberi kesempatan untuk berdialog dengan siswa lain, namun
tetap tugas yang harus diselesaikannya bersifat perorangan.
2. Penugasan Kelompok. Penugasan kelompok adalah suatu langkah yang digunakan
oleh pendidik untuk membantu peserta didik supaya mereka mampu melakukan kerja
sama di dalam kelompok-kelompok yang sengaja dibentuk guna melaksanakan
kegiatan pembelajaran tertentu yang ditugaskan kepada para peserta didik. Siswa
didorong atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas dan mereka harus
mengkoordinasi usahanya menyelesaikan tugasnya. Tugas-tugas itu dikerjakan dalam
kelompok secara bergotong royong.

4.Langkah-langkah Metode Resitasi 

Menurut Djamarah dan Zein (2010), langkah-langkah metode resitasi dapat dilakukan
melalui beberapa langkah atau fase, yaitu sebagai berikut: 

1. Fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya


mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai, jenis tugas yang sesuai dengan
kemampuan siswa, serta adanya petunjuk yang dapat membantu dan disediakan waktu
yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. 
2. Fase pelaksanaan tugas. Dalam fase ini diberikan bimbingan atau pengawasan oleh
guru, diberikan dorongan sehingga anak mau melaksanakan, diusahakan atau
dikerjakan oleh anak sendiri, mencatat semua hasil yang diperoleh dengan baik dan
sistematis. 
3. Fase pertanggung jawaban tugas. Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa
yang telah dikerjakan, ada tanya jawab dan diskusi, penilaian hasil pekerjaan siswa
baik dengan tes atau non-tes atau cara lainnya.

Sedangkan menurut Shalahuddin (1987), metode resitasi akan lebih efektif apabila
dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 

1. Tugas yang akan dikerjakan murid harus jelas dan tegas pembatasannya, dengan
demikian murid tidak ragu-ragu dalam mengerjakan tugasnya. 
2. Tugas yang diberikan harus sesuai dengan taraf perkembangan kecerdasan maupun
minta murid. 
3. Waktu untuk mengerjakan tugas harus jelas. 
4. Adakan kontrol yang sistematis, sehingga mendorong anak untuk bekerja dengan
sungguh-sungguh. 
5. Tugas yang diberikan hendaknya dapat memperkaya pengalaman murid baik untuk di
sekolah di rumah maupun di masyarakat. 
6. Tugas yang diberikan hendaknya dapat bermanfaat baik untuk kebutuhan murid pada
saat sekarang maupun yang akan datang.

5.Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi 

Setiap metode pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing


begitu juga dengan metode pembelajaran resitasi. Menurut Hardini dan Puspitasari (2012),
kelebihan dan kekurangan metode resitasi adalah sebagai berikut: 

a. Kelebihan Metode Resitasi 

Kelebihan atau keunggulan metode resitasi adalah: 

1. Memupuk rasa percaya diri sendiri. 


2. Memberi kebiasaan siswa untuk mencari, mengelola informasi dan
mengkomunikasikan sendiri.
3. Mendorong belajar, sehingga tidak mudah bosan.
4. Membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 
5. Mengembangkan kreativitas siswa. 
6. Mengembangkan pola berpikir dan ketrampilan siswa.
b. Kekurangan Metode Resitasi 

Kekurangan atau kelemahan metode resitasi adalah: 

1. Guru tidak dapat mengontrol apakah siswa telah mengerjakan tugas dengan benar. 
2. Guru sulit membedakan siswa yang aktif dan pasif jika tugas diberikan secara
berkelompok. 
3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan keadaan individu
siswa. 
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek,Tempat dan Waktu Penelitian


1. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V 112279 Aek Kanopan dengan
jumlah siswa 20 orang siswa.

2. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas V SDN 112279 Aek
Kanopan Kecamatan Kualuh Hulu dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

No Hari/Tanggal Mata Pelajaran Keterangan


1. Rabu,03 November 2021 Bahasa Inonesia Siklus I
2. Selasa,09 November 2021 Bahasa Indoesia Siklus II

B. DESAIN, PROSEDUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN

a. Desain Penelitian
Menurut para ahli desain penelitian dapat diartikan sebagai suatu
rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan – hubungan antara variable
secara komprehensif sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan
jawaban atas pertanyaan – pertanyaan riset. Rencana tersebut mencakup hal-
hal yang akan dilakukan periset, mulai dari membuat hipotesis dan
implikasinya secara oprasional sampai analisis akhir (Umar, 2007, hal.6).
Dalam penelitian ini yang penulis gunakan adalah siswa kelas V SD
Negeri 112279 Aek Kanopan. Adapun jumlah siswa kelas V adalah 20 siswa.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa khusnya dalam
menyimpulkan isi cerita .
Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Nazir, 2014, hal.4) menurut pendapat
Nazir, maka penelitian dilakukan dengan dua tahap, yaitu pelaksanaan dan
perencanaan.

PELAKSANAAN

SIKLUS I PENGAMATAN
PERENCANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN
SIKLUS II

REFLEKSI
a. Perencanaan

1. Menentukan rumusan masalah yang di teliti.

2. Menemtukann upaya-upaya perbaikan yang mungkin dapat dilakukan dengan

menyiapkan bahan bahan pembelajaran menyusun daftar pertanyaan mengatur

strategi pembelajaran, dan mengubah mtode pembelajaran semenarik mungkin.

3. Menyusun RPP sesuai dengan materi pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
kelas V SD
4. Membuat lembar pengamatan.

b. Pelaksanaan
1. Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP pembelajaran Bahasa Indonesia
2. Memberikan tugas membuat kesimpulan isi cerita
3. Meminta supervisor untuk mengisi lember pengamatan yang sudah dipersiapkan dan
catatan hal-hal yang perlu perbaikan pembelajaran

c. Pengamatan
1. Pengamatan (suvervisor II) mengamati pelaksanaan dan menigisi lembar pengamatan
2. Pengamatan bersama peneliti menyimpulkan tentang perbaikan pembelaaran bahasa
indonesia.

d. Refleksi
1. Peneliti dan pengamat Supervisor mendiskusikan hasil pengamatan setiap kali selesai
pembelajaran.
2. Peneliti dan pengamat Supervisor II jika menemukan hal yang fositip agar tetap
mempertahankanya
3. Peneliti dan pengamat supervisor II merencanakan perbaikan siklus II
Siklus II

a. Rencana

1. Menentukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran yang mungkin dapat

meningkatkan kemampuan belajar siswa seperti:

a. Memilih metode belajar yang tepat

b. Menyiapkan bahan-bahan yang mungkin akan diperlukan

c. Mengatur strategi pembelajaran yang sistematis

2. Menyusun pelaksanaan perbaikan pembelajaran

b. Pelaksanaan
1. Menyepakati mekanisme pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan supervisor II
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai RPP perbaiakan siklus II pembelajaran Bahasa
Indonesia.
3. Membagi kelompok belajar kepada siswa
4. Memberi penugasan kepada siswa guna mengukur pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran
5. Mengawasi setiap kegiatan pnuasan terhadap kelompok belajar
6. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
belajarnya.
7. Meminta supervisor untuk mengisi lember pengamatan yang sudah dipersiapkan dan
catatan hal-hal yang perlu perbaikan pembelajaran

c. Pengamatan
1. Pengamatan (suvervisor II) mengamati pelaksanaan dan menigisi lembar pengamatan
2. Pengamatan bersama peneliti menyimpulkan tentang hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Hasil refleksi tersebut diambil sebagai acuan dalam mengambil langkah tindakan
selanjutnya bila
dirasakan pelaksanaan tindakan yang telah disajikan kurang memuaskan atau tidak sesuai
dengan harapan.

Anda mungkin juga menyukai