Nim : 200407562049
Kelas : 30 G
TUGAS UNIT 13 BK
1. PENGERTIAN PROGRAM EVALUASI BK
2. TUJUAN EVALUASI BK
3. LANGKAH LANGKAH DALAM PROGRAM EVALUASI BK
2.Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Dalam fase kedua ini
dilakukan dengan memilih alat-alat/instumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangkan alat-alat evaluasi yang diperlukan untuk memperoleh data yang diperlukan,
yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu diantaranya,
angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
3.Mengumpulkan dan menganalisis data. Dalam fase pelaksanaan evaluasi ini, guru
melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Setelah data
diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan
belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai. Analisis hasil
pengumpulan data dapat melalui statistik atau non-statistik
4.Melakukan tindak lanjut. Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka guru dapat dilakukan
kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-
hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa
hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
4. Berikut dikemukakan beberapa model evaluasi program yang populer dan banyak dipakai
sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program dari beberapa ahli,
yaitu:
(1) Goal Oriented Evaluation Model.
Model ini dikembangkan oleh Tyler. Menurut model ini yang menjadi sasarannya adalah
tujuan program yang sudah ditetapkan (Sugiyono, 2011). Dalam model ini seorang evaluator
secara terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya Purwanto dan Atwi Suparman menyebutkan bahwa Goal Oriented Evaluation
adalah evaluasi yang menekankan pada penilaian ketercapaian tujuan (Purwanto dan
Suparman, 1999). Dengan demikian evaluasi model ini memfokuskan pada bagaimana tujuan
yang telah ditetapkan itu sudah terlaksana dan tercapai atau belum. Menurut model ini
proses pencapaian tidak mendapat perhatian utama, yang menjadi perhatian utama adalah
tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.
Model ini dikembangkan oleh Stake Kaufman. Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan
dalam evaluasi yaitu pada deskripsi (description) dan pertimbangan (judgement). Model
evaluasi Stake ini merupakan analisis proses evaluasi yang membawa dampak yang cukup
besar dalam bidang ini, meletakkan dasar yang sederhana namun merupakan konsep
yang cukup kuat untuk perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi (Widoyoko,
2013).
(6) Model EPIC Robert L. Hammond.
Model Evaluation Program for Innovative Curriculum (selanjutnya disebut model EPIC)
dikembangkan oleh Robert L. Hammond. Model evaluasi ini berorientasi pada tujuan.
Penilaian dalam pemikiran ini tidak hanya memusatkan perhatian pada tercapai tidaknya
tujuan, tetapi juga melakukan kajian terhadap persoalan. Untuk mengidentifikasi faktorfaktor
yang mempengaruhi keberhasilan suatu program pendidikan. Hammond sangat berpengaruh
pada bidangnya dan seringkali mengadvokasi serta menjadi konselor bagi guru dan pekerja
lainnya yang terlibat di dalam pendidikan.
(7) Model Logic (Owen)
Logic model adalah alat untuk melakukan perencanaan atas program yang akan dilaksanakan.
Disamping itu logic model juga dapat digunakan untuk melakukan evaluasi atas program atau
kegiatan yang telah selesai maupun yang sedang berjalan serta program yang masih dalam
tahap perencanaan (Kellog, WK., 2004).
(8) Model Measurement dari Thorndike
Pengukuran (measurement) sangat erat kaitannya dengan kualitas sebuah obyek
pengukuran, yang dilukiskan dalam bentuk unit- unit tertentu, seperti meter, gram dan
persentil, sehingga hasil pengukuran selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan. Sehingga hasil
dari pengukuran itu dipandang sebagai kegiatan dalam menentukan “besarnya” sesuatu sifat
(atribut tertentu) yang dimiliki obyek, orang, kejadian maupun peristiwa, dalam bentuk unit
ukuran tertentu. Thorndike, mencontohkan dia berkeyakinan: if anything exists, it exists in
quantity, and if it exists in quantity it can be measured (Sudjana dan Ibrahim, 2001).
(9) Model Illuminative dari Parlett dan Hamilton
Model ini dikembangkan sebagai reaksi atas model Measurement dan Goal Atteinment.
Model ini menekankan pada penilaian kualitatif dan terbuka. Obyek yang dinilai tidak ditinjau
sebagai sesuatu yang terpisah tetapi melainkan dalam hubungan dengan suatu learning
milleau, dalam koteks sekolah sebagai lingkungan material dan psikososial, kerjasama di
antara siswa, dengan guru dan staf sekolah lainnya.
(10) Model Discrepancy dari Provus
Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam
rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan
dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut (Micinova, 2014).
Selanjutnya Micinova, (2014) menyebutkan bahwa standar adalah kriteria yang telah
dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang efektif. Penampilan adalah: sumber,
prosedur, manajemen dan hasil nyata yang tampak ketika program dilaksanakan.