1
Andrey Sujatmoto, 2014, Hukum HAM dan Hukum Humaniter, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, hlm.171
2
Arlina Permanasari, op.cit, hlm. 11.
Eksekusi hukum humaniter secara khusus ditafsirkan sebagai
implementasi hukum yang mengandung standar hukum humaniter dalam
konteks dan perspektif sehingga tujuannya tercapai. Implementasi hukum
humaniter mencakup kegiatan-kegiatan berikut, termasuk langkah-langkah
untuk mencegah, implementasi hukum, fase hukum dan tahap lainnya.3
4
Upaya pencegahan dilakukan dengan cara meliputi penyebaran
pengetahuan tentang hukum humaniter di tingkat nasional dan internasional,
dengan menyelenggarakan kursus pelatihan bagi kader profesional dan dengan
memberikan fasilitas pelatihan kepada badan-badan negara seperti militer.
Dengan menyusun undang-undang dan peraturan terkait dan oleh
menerjemahkan teks terkait ke dalam hukum humaniter.
Tahap implementasi adalah pelaksanaan pengawasan terhadap
pelaksanaan hukum humaniter selama masa konflik. 5 Dilakukan oleh negara
yang dilindungi atau negara yang dilindungi pada saat terjadi konflik dan
pelaksanaan pengawasan dan aksi kemanusiaan oleh International Committee
of Red Cross (ICRC).6
Tindakan yang kontras terhadap pelanggaran hukum humaniter.7
Berdasarkan Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan tahun 1977,
telah ditetapkan bahwa negara-negara anggota memiliki kewajiban untuk
mencegah dan menghukum pelanggaran hukum humaniter.60 Dalam
ketentuan pasal 49 ayat 1 Konvensi Jenewa 1949, dikatakan bahwa:8
“The high contracting parties undertake to enact any legislation
necessary to provide effective penal sanctions for person committing,
or ordering to be committed, any of the grave breaches of the present
Convention defined in the following article.”
3
H. Jaka Triyana dkk. 2015. Konteks Dan Perspektif Politik Terkait Hukum Humaniter
Internasional Kontemporer. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada. Hlm 1
4
H. Jaka Triyana, Op.Cit., hlm 4
5
Ibid
6
Pasal 126 Konvensi Jenewa III dan pasal 143 Konvensi Jenewa IV tahun 1949
7
H. Jaka Triyana, Op.Cit., hlm 5
8
Pasal 1 (Common article), pasal 49 ayat 1 Konvensi Jenewa I, pasal 87 dan pasal 90 Protokol
Tambahan 1977.
Kewajiban ini menyiratkan bahwa negara-negara anggota harus
memberlakukan undang-undang nasional yang memberikan sanksi pidana yang
efektif bagi siapa saja yang melakukan atau memerintahkan untuk melakukan
pelanggaran serius terhadap hukum humaniter. itu dapat diambil oleh
mekanisme internasional melalui pengadilan ad hoc atau permanen seperti
ICC. Pada dasarnya kejahatan perang adalah kejahatan internasional, sehingga
pada prinsipnya kejahatan tersebut dapat diadili oleh ICC. Mekanisme
peradilan ICC hanya mengadili orang. Selain itu, dikenal pula sanksi atas
pelanggaran hukum humaniter yang terbagi menjadi dua:
a. Sanksi kepada negara atau lembaga seperti complaint (diprotes),
Reprisal,dan Pembayaran ganti rugi atau kompensasi.
b. Sanksi kepada Individu seperti pelaku pelanggaran diadili sebagai penjahat
perang atau pelaku International Crimes sehingga pelaku bisa diadili oleh
peradilan negara manapun dan peradilan internasional atau ICC.
9
H. Jaka Triyana. Op.Cit. hlm 6
timbul langsung dari konflik bersenjata, baik yang bersifat internasional
maupun non-internasional.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa hukum humaniter
merupakan bagian dari hukum internasional, oleh karena itu sumber hukum
humaniter sama dengan sumber hukum internasional yang mengacu pada Pasal
38 (1) Statuta Mahkamah Internasional. Keadilan yang mengatur tentang
sumber hukum yang berlaku, yaitu:
a. International convention whether general or particular estabilishing rules
expressly recognized by the contesting state.
b. International custom as evidence of a general practices accepted as law.
c. The general principle as law recognized by civilized nation.
d. Subject to the provision of article 59, judicial decisions and theaching of
most highly qualified publicists of the nation, as subsidiary means for the
determination of rules of law.
10
Arlina Permanasari, op.cit, hlm. 22.
a) Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional.
b) Konvensi II tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat.
c) Konvensi III tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa Tanggal 22
Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut.
11
http://pusham.uii.ac.id/ham/15_Chapter9.pdf
g) Konvensi VII tentang Pengubahan Kapal Dagang menjadi Kapal
Perang;
h) Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau Otomatis di dalam laut;
i) Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang;
j) Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang
perang di laut;
k) Konvensi XI tentang Pembatasan Tertentu terhadap Penggunaan Hak
Penangkapan dalam Perang di Laut;
l) Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-Barang Sitaan
m)Konvensi XIII tentang Hak dan Kewajiban Negara Netral dalam
Perang di Laut.
b. Hukum Jenewa
Hukum Jenewa yang mengatur tentang perlindungan korban perang
terdiri dari beberapa kesepakatan pokok, yaitu empat Konvensi Jenewa
tahun 1949, yang masing-masing adalah:
1) Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perbaikan Keadaan Anggota
Angkatan Perang Yang Luka dan Sakit di Medan Pertempuran Darat;
2) Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perbaikan Keadaan Anggota
Angkatan Perang Di Laut Yang Luka, Sakit dan Korban Karam;
3) Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlakuan Terhadap Tawanan
Perang;
4) Konvensi Jenewa tahun 1949 tentang Perlindungan Orang-orang Sipil di
Waktu Perang.