Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK DAN


ETIK PROFESI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9


1.NADIA MAULIDA (2115471081)
2.ASSYFA NUANSA SUKMA (2115471079)
3.REMASINTOE (2115471080)
4.SOLEHA (2115471078)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PRODI KEBIDANAN METRO
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN DAN FUNGSI
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK PROFESI”. Ada pun tujuan pembuatan
tugas ini untuk melengkapi tugas mata kuliah ETIKA PROFESI KEBIDANAN
yang di berikan oleh dosen pembimbing mata kuliah ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ETIKA PROFESI
KEBIDANAN, Ibu Hj.Ulvi Mariati.,SKp,M.kes karena atas kerelaan hati beliau
yang telah memberikan ilmu yang beliau miliki kepada kami, sehingga sangat
membantu kami dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini
lebih baik selanjutnya. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
bahan pembelajaran bagi kita semua.
            Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………..i
DAFTAR ISI.......................................................................... ii  
1.1    BAB I  PENDAHULUAN.............................................................1
A.  Latar Belakang................................................................  1               
B. Tujuan Penulisan..............................................................1
C. Rumusan Masalah..............................................................1
D. Metode Pengumpulan Data...................................................1

1.2 BAB II  PEMBAHASAN..........................................................2


  A. Pengertian................................  2
  B. Unsur-Unsur Majelis Pertimbangan Etika Bidan...............3
  C. Dasar Penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi ...............3
  D.Tujuan ..............................................4
  E. Lingkup Majelis Etika Kebidanan .....................................5
  F. Perorganisasian Majelis Etik Kebidanan..............................5
  G.Tugas ......................................................6
H .Peran…………………………………………………………….7
I .Fungsi…………………………………………………………7

 BAB III PENUTUP.........................................................8


A. KESIMPULAN……………………………………8
B.   SARAN.....................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................   9  

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

     Majelis etik profesi adalah merupakan badan perlindungan hukum terhadap


para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang
diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
     Dengan berbagai ragamnya kasus yang dihadapi oleh tenaga kesehatan,
khususnya bidan, maka perlu adanya suatu majelis pertimbangan etik
profesi  sebagai suatu badan perlindungan hukum  yang mampu untuk
melindungi  berbagai permasalahan dan kasus yang terjadi.

B.      Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini:
1.      Tujuan Umum
   Sebagai seorang calon bidan dan seorang bidan nantinya wajib mengetahui apa
itu majelis pertimbangan etik profesi, dan jika nantinya menghadapi masalah
dalam lingkup kebidanan, kepada siapa bidan mendapat perlindungan.

C.   Rumusan Masalah

Apa peran dan fungsi majelis pertimbangan etik profesi ?

D. Metode Pengumpulan Data

1. Study Internet

1
BAB II
PEMBAHASAN

PERAN DAN FUNGSI MAJELIS PERTIMBANGAN KODE ETIK DAN


ETIK PROFESI

A.           Pengertian

Pengertian majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap


para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang
diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum. Realisasi Majelis
Etika Profesi Bidan adalah dalam bentuk MPEB dan Majelis Pembelaan Anggota
(MPA).

Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma, etika dan agama. Tetapi apabila ada
kesalahan dan menimbulkan konflik etik, maka diperlukan wadah untuk
menentukan standar profesi, prosedur yang baku dan kode etik yang di sepakati,
maka perlu di bentuk Majelis Etika Bidan, yaitu MPEB dan MPA.

Tujuan dibentuknya Majelis Etika Bidan adalah untuk memberikan perlindungan


yang seimbang dan objektif kepada Bidan dan Penerima Pelayanan.

Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB


adalah adanya unsur unsur pihak pihak terkait :
1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Tenaga pemberi, yaitu bidan.

Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat


1.  Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan
kepada menteri.
2.  Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode etik
kedokteran gigi, perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.

2
3.  Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi
dengan instansi terkait
4.  MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk mengurus
persoalan etik tenaga kesehatan.

Tugas dan Wewenag  MP2EPM Wilayah Profinsi


1. Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik , dan
mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode etik.
2.  Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara aktif
etik profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan organisasi
profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I.
3.  Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
4.  MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen Kesehatan
Profinsi berwenang memanggil mereka yang bersangkutan dalam suatu etik
profesi.

B. Unsur-Unsur Majelis Pertimbangan Etika Bidan


MPEB merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan sehubungan
dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan dan tidak
melakukan indikasi penyimpangan hukum.
Latar belakang dibentuknya Majelis Pertimbangan Etika Bidan atau MPEB adalah
adanya unsur-unsur pihak-pihak terkait:
 Pemeriksa pelayanan untuk pasien
 Sarana pelayanan kesehatan
 Tenaga pemberi pelayanan yaitu bidan.

C. Dasar Penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi


Dasar penyusunan Majelis Pertimbangan Etika Profesi adalah Majelis Pembinaan
dan Pengawasan Etik Pelayanan Medis (MP2EPM), yang meliputi:
1. Kepmenkes RI no. 1464/Menkes/X/2010.
Memberikan pertimbangan, pembinaan, pengawasan, dan mengikut sertakan
terhadap semuaprofesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
2. Peraturan Pemerintah no. 1464 Tahun 2010 BAB V Pasal 21

3
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan
yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
3. Surat keputusan Menteri Kesehatan no. 640/Menkes/Per/X/1991, tentang
pembentukan MP2EPM.
Dasar Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan atau MDTK adalah sebagai berikut:
1. Pasal 14 Ayat 1 UUD 1945
2. UU no. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. KEPRES tahun 1995 Tentang Pembentukan MDTK.

D.           Tujuan
1.Pembentukan Majelis Pertimbangan Etika Bidan
 Untuk memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada
bidan dan penerima pelayanan.
 Untuk memberikan keadilan pada bidan bila terjadi kesalah pahaman
dengan pasien atas pelayanan yang tidak memuaskan yang bisa
menimbulkan tuntutan dari pihak pasien.

2. Keberadaan Majelis Pertimbangan Etika Bidan


 Meningkatkan Citra IBI dalam meningkatkan Mutu Pelayanan yang
diberikan.
 Terbentuknya lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran
terhadap kode etik bidan Indonesia.
 Meningkatkan Kepercayaan diri anggota IBI.
 Meningkatkan kepecayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.

4
E. Lingkup Majelis Etika Kebidanan
Meliputi :
1.  Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan
bidan (Permenkes No. 1464/Menkes/PER/2010/tahun 2010).
2. Melakukan suvei lapangan, termasuk tentang teknis dan pelaksanaan praktik,
termasuk penyimpangan yang terjadi. Apakah pelaksanaan praktik bidan sesuai
dengan Standar Praktik Bidan, Standar Profesi dan Standar Pelayanan Kebidanan,
juga batas-batas kewenangan bidan.
3. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
4. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang umum kesehatan, khususnya yang
berkaitan atau melandasi praktik bidan.

F.            Perorganisasian Majelis Etik Kebidanan


1.   Majelis etik kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri, otonom
dan non struktural.
2.  Majelis etik kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
3.  Majelis etik kebidanan pusat berkedudukan di ibu kota negara dan majelis etik
kebidanan propinsi berkedudukan di ibu kota propinsi.
4.  Majelis etik kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.
5.  Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang
6.   Masa bakti anggota majelis etik kebidanan selama tiga tahun dan sesudahnya,
jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang berlaku, maka anggota
tersebut dapat dipilih kembali.
7.      Anggota majelis etik kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh menteri
kesehatan
8.      Susunan organisasi majelis etik kebidanan terdiri dari:
 Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan
dibidang hukum
 Sekretaris merangkap anggota
 Anggota majelis etik bidan

5
G.      Tugas
Tugas MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan
berkoordinasi dengan pengurus inti dalam IBI tingkat nasional. MPEB secara
internal memberikan saran, pendapat dan buah pikiran tentang masalah pelik yang
sedang dihadapi khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode etik bidan dan
pembelaan aggota.
DPEB dan MPA memiliki tugas antara lain:
1. Mengkaji
2. Menangani
3. Mendampingi anggota yang mengalami permasalahan dalam praktek
kebidanan yang berkaitan dengan permasalahan hukum. Dalam menjalankan
tugasnya, sehubungan dengan pelaksanaan kode etik profesi, bidan dibantu oleh
suatu lembaga yang disebut Majelis Pertimbangan Kode Etik Bidan Indonesia dan
Majelis Pertimbangan Etika Profesi Bidan Indonesia.

1.   Tugas Majelis Pertimbangan Etika Bidan


 Tugas secara umum:
1.  Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat.
2.   Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
3.   Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
4.   Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya
ditentukan pengurus.

1. Meneliti dan menentukan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam


menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan
2.  Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat, pasien dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan
3.  Permohonan secara tertulis dan disertai data-data

6
4.   Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsultasi ke majelis etik
kebidanan pada tingkat pusat
5.   Sidang majelis etik kebidanan paling lambat tujuh hari, setelah diterima
pengaduan. Pelaksanaan sidang menghadirkan dan meminta keterangan dari bidan
dan saksi-saksi.
6.  Keputusan paling lambat 60 hari dan kemudian disampaikan secara tertulis
kepada pejabat yang berwenang.
7.  Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan daerah IBI
ditingkat propinsi.

H.   Peran
Majelis Pertimbangan Etika Bidan (MPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota
(MPA) secara internal berperan memberikan saran, pendapat dan buah pikiran
tentang masalah pelik yang sedang dihadapi khususnya yang menyangkut
pelaksanaan kode etik bidan dan pembelaan anggota.

I.     Fungsi
Dewan Pertimbangan Etika Bidan (DPEB) dan Majelis Pembelaan Anggota
(MPA) memiliki fungsi, antara lain:
 Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidan sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat
 Melaporkan hasil kegiatan sesuai dengan bidang dan tugasnya secara
berkala
 Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas
pengurus pusat
 Membentuk Tim Teknis sesuai dengan kebutuhan

7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
majelis etika profesi merupakan badan perlindungan hukum terhadap para bidan
sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien akibat pelayanan yang diberikan
dan tidak melakukan indikasi penyimpangan hukum.
majelis pertimbangan etik profesi ada 2 yaitu MP2EPM wilayah pusat dan
MP2EPM wilayah propinsi. dalam suatu majelis pertimbangan terdapat suatu
badan konsil kebidanan yaitu badan yang dibentuk dalam rangka melindungi
masyarakat penerima jasa pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, dan badan pertimbangan kesehatan merupakan badan independen,
yang memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang kesehatan, dan
berkedudukan di pusat dan daerah.

B. saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dijadikan ilmu
yang dapat diterapkan dalam profesi kita nantinya.

8
Daftar Pustak
http://www.kasusmalpraktekbidan.id/html

Anda mungkin juga menyukai