Anda di halaman 1dari 41

STUDI KASUS ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA NYERI
DENGAN PENYAKIT TUMOR MAMAE DEXTRA TERHADAP PASIEN
NY.D DI RUANG SHAFA
RSU MUHAMMADIYAH METRO

Disusun sebagai laporan individu untuk memenuhi syarat kompetensi


praktik klinik KDKK

Oleh :

NADIA MAULIDA (2115471081)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI D III
KEBIDANAN METRO
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


NYERI DENGAN PENYAKIT TUMOR MAMAE TERHADAP NY.D
DI RUANGAN SHAFA
RSU MUHAMMADIYAH METRO

Penulis:

NADIA MAULIDA
NIM.2115471081

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Rumah Sakit

SADIMAN,AK,M.KES TIKA WIDYAS TUTI,A.md.kep.


NIP. 196708031987031001 MBM.1144100

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan Metro

ISLAMIYATI,AK.,M.KM
NIP. 197204031993022001

ii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikkan studi kasus
individu yang berjudul “Asuhan Pemenuhan Kebutuhan Dasar manusia, Dengan
Penyakit Tumor mamae dextra Terhadap Pasien NY.D .di ruangan shafa RSU
MUHAMMADIYAH METRO” yang di ajukan guna untuk memenuhi salah satu
tugas pada program studi DIII kebidanan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Islamiayat,AK.,M.KM sebagai Ketua Program Studi DIII Prodi Kebidanan
metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
2. Sadiman,AK.,M.Kes sebagai Pembimbing Institusi Pendidikan DIII Prodi
Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tanjung Karang.
3. Tika widyas tuti,A,Md.kep sebagai pembimbing lahan praktik di ruangan shafa
RSU MUHAMMADIYAH METRO
4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dan saling mendukung
selama penyusunan studi kasus ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusun laporan ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan studi kasus ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca
maupun penulis.

Metro, September 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………….. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………iii
DAFTAR ISI………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….. 1
B. Tujuan ……………………………………………………………2

BAB II TINJAUAN TEORITIS KASUS ASUHAN KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA NYERI
A. Pengertian Nyeri……………………………………………………3
B. Teori nyeri…………………………………………………………. 3
C. Faktor yang mempengaruhu nyeri………………………………….4
D. Tanda dan Gejala………………………………………………….. 5
E. Patofisiologi ………………………………………………………..6
F. Etiologi ……………………………………………………………. 7
G. Klasifikasi nyeri………………………………………………….. 7
H. Penatalaksanaan medis …………………………………………… 8
I. Konsep asuhan keperawatan……………………………………… 12

BAB III ASUHAN KESEHATAN


Pengkajian………………………………………………………… 17
Data subjektif ……………………………………………………. 17
A. Biodata pasien……………………………………………… 17
B. Riwayat Kesehatan………………………………………….. 17
C. Data pola kebiasaan sebelum dan setelah sakit…………………… 18
D. Data psikososial…………………………………………………… 19
E. Data spiritual………………………………………………………… 20
Data objektif ……………………………………………………………… 20
A. Pemeriksaan fisik umum……………………………………………. 20
B. Pemeriksaan tanda tanda vital……………………………………… 21
C. Pemeriksaan fisik head to too……………………………………… 21
D. Periksaan khusus penunjang……………………………………… 27
E. Program pengobatan………………………………………………. 28
F. Identifikasi masalah……………………………………………….. 29
G. Rencana Tindakan………………………………………………… 30
H. Pelaksanaan Tindakan dan evaluasi……………………………… 31
Catatan pelaksanaan Tindakan keperawatan…………………………… 33

BAB IV
Kesimpulan dan saran……………………………………………………..35
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………3

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh setiap
manusia dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan, salah satunya adalah
kebutuhan rasa aman dan nyaman. Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan
ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah atau nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik
mencakup empat aspek yaitu fisik, sosial, psikososial dan lingkungan. Secara
umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah bebas dari
rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri merupakan kondisi yang
mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya
tanda dan gejala pada pasien (Wahyudi & Wahid. A, 2016). Nyeri menurut
International Association for Study of Pain (IASP) adalah pengalaman sensorik
atau emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman
kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif
(aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan
psikologis) (Wiarto, 2017). Nyeri merupakan pengalaman yang tidak dapat
dihindari seiring proses penuaan, lansia lebih berisiko mengalami bermacam
gangguan yang berhubungan dengan nyeri, lansia berisiko tinggi mengalami nyeri
akut dan nyeri kronik yang dapat berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-
hari dan kualitas hidup mereka (Maas et al. 2011). Berdasarkan definisi di atas
nyeri dapat terjadi pada setiap individu terlebih pada lansia (berisiko tinggi)
dengan penyebab yang berbeda pada setiap individu.
Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada wanita.
Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki

1
ciri-ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan bila
dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,
sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke jaringan
sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.
Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini
terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada
wanita usia muda 10-30 tahun (www.depkes.go.id)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebutuhan dasar manusia nyeri
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian dengan masalah gangguan
kebutuhan dasar manusia tentang nyeri dengan penyakit tumot mamae
dextra
b. Mahasiswa dapat menganalis data dengan masalah gangguan
kebutuhan dasar manusia tentang nyeri
c. Mahasiswa dapat memberikan tindakan asuhan gangguan nyeri
d. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi asuhan gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia tentang nyeri.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS KASUS ASUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA NYERI

A. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat,
2009)
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri
adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri
adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak yang
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

B. TEORI NYERI
Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya
(Barbara C.Long, 1989):
 Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit
masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang
bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris
tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

3
 Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal
ini mengakibatkan suatu respons yang merangsan ke bagian yang lebih
tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan response dan
otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi
oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
 Teori Pengendali Gebang (Gate Control Theory). Menurut teori
ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang keduanya
berada di dalam akar ganglion doralis. Rangsangan pada serat besar akan
meninggalkan aktivitas subtansia gelatinosa yang mengakibatkan
tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan
menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat
besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan kedalam medulla spinalis melalui serat eferen dan
reaksinta mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil
akan menghambat aktivitas substansi gelatinosa dan membuka pintu
mekanisme,sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan
menghantarkan rangsangan nyeri.
 Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada niciceptor  melalui
transmisi impuls-implus saraf, sehingga implus nyeri menjadi efektif
oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri
menjadi efektif oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang
memblok implus-implus pada serabut lamban dan endogen opiate
system supresif

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi nyeri


Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah :
a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,

4
merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor,seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya
pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang
dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol,
obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang
menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,
nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri.
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa
fator, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu,
nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut dan
cemas, usia dan lain-lain.

D. Tanda dan Gejala


 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan

5
 Tekanan darah meningkat
  Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat

E. Patofisiologi
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian dinding
arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan ke
serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal
root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn, terdiri atas beberapa lapisan
atau laminae yang saling bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga berbentuk
substansia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls
nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung
ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract
(STT) atau jalur spinothalamus tract (SRT) yang membawa informasi tentang
sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur non-opiate. Jalur opiate ditandai
oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari
thalamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal dari sumsum
tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin
merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. System supresif lebih
mengaktifkan stimulasi nociceptor yagn ditransmisikan oleh serabut A. Jalur
non-opiate merupakan jalur desendens yang tidak memberikan respons terhadap

6
naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya. (Barbara C Long.
1989)

F. Etiologi
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor
nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan missal:oedema Pemekaan pada reseptor nyeri
bradikinin merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan
merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor
karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia
jaringan

G. KLASIFIKASI NYERI
a. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental pain
Yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2) Steady pain

7
Yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.
3) Paroxymal pain
Yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.Nyeri
tersebut menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan :


1) Nyeri akut
Nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir dalam enam,
bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.Rasa nyeri
mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, atau pun pada suatu
penyakit arteriosderosis pada arteri koroner.
2) Nyeri kronis
Nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya
beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Ragam
pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan periode yang diselingi interval
bebas dari nyeri lalu timbul kembali dan begitu seterusnya. Ada pula pola
nyeri kronis yang konstan, artinya rasa nyeri tersebut terus menerus terasa
makin lama semakin meningkat intensitasnya walau pun telah diberika
pengobatan, misalnya nyeri karena neoplasma.

C. Nyeri berdasarkan berat ringannya :


1) Nyeri Ringan
Nyeri dengan intensitas rendah. Pada nyeri ini, seseorang bias
menjalankan aktivitasnya seperti biasa. (tidak mengganggu aktivitas).
2) Nyeri Sedang
Nyeri dengan intensitas sedang \ menimbulkan reaksi (fisiologis maupun
psikologis)
3) Nyeri Berat
Nyeri dengan inyensitas yang tinggi. Pada nyeri ini, seseorang sudah
dapatmelakukan aktivitas karena nyeri tersebut sudah tidak dapat

8
dikendalikan oleh orang yang mengalaminya. Penggunaan obat analgesic
dapat membantu pada nyeri ini.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyer, misalnya
keridakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik – tekhnik
berikut ini
 Teknik latihan pengalihan : a. Menonton televisi
b. Berbincang – bincang dengan orang lain
c. Mendegarkan music
 Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru – paru
dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot –
otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama
sambil terus berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan
rileks.
 Stimulasi kulit
- Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
- Menggosok punggung
- Menggompres dengan air hangat atau dingin
- Memijat dengan air mengalir

3. Pemberian obat analgesic


Merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri karena obat
ini memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri. Walaupun analgesic dapat
menghilangkan nyeri dengan efektif, perawat dan dokter masih cenderung

9
tidak melakukan upaya analgesic dalam penanganan nyeri karena informasi
obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiran klien akan mengalami
ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan dalam menggunakan
analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan.
Ada 3 jenis analgetik, yakni :
a.       Non Narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
b.      Analgesik narkotik atau opiate
c.      Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik

4. Pemberian stimulator listrik


Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus
yang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi :
Transcutaneus electrical stimulator (TENS), digunakan
untuk ,engendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan
menempatkan beberapa electrode diluar.
 Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan
alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan
dibawah kulit dengantransistor timah penerima yang dimasukkan kedalam
kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
 Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus
alat penerimatransistor dicangkok melalui kantung kulit intraclavicula atau
abdomen, yaitu electrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum
sumsum tulang belakan.

PATHWAY

Etiologi

Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan


dingin yang infeksi dalam jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
jaringan 10
Pemekaan pada
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)

Merangsang nosiseptor

Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c

Medulla spinalis

Hipotalamus, thalamus dan sistem limbik

Otak
(kortrks somasensorik)

Persepsi nyeri

Nyeri

Nyeri pada
Nafsu makan ekstrimitas
Intoleransi Gangguan rasa nyaman
menurun
aktivitas
Gangguan
Nafsu makan mobilitas
Deficit Ansietas Intoleransi Gangguan rasa
menurun fisk
perawatan aktivitas nyaman
diri

Intake berkurang Stress Risiko


Deficit Pengabaian berlebihan ketidakberdayaan
perawatan diri
diri Gangguan
Risiko pola tidur
berpakaian
keetidakseimbangan
nutrisi kurang dari Deficit
Ketidakefektifan
perawatan
kebutuhan pemeliharaan
diri
kesehatan
mandi
11
kurus Risiko
keterlambatan
pertumbuhan
dan
perkembanganRisiko harga
diri rendah
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
situasional
1. Pengkajian

a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari


bantuan
 Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
 Riwayat penyakit dahulu
 Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah
pernah
 Riwayat kesehatan keluarga
 Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
 Riwayat nyeri : keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri,
kualitas, dan waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
‘PQRST’ :
a)      P (Pemicu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri.
Hal ini berkaitan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan tahanan terhadap nyeri adalah alkohol, obat-obatan, hipnotis,
gesekan atau gasukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang dapat menurunkan tahanan terhadap

12
nyeri adalah kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain.
b)      Q (Quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul, atau
tersayat.
Contoh sensasi yang tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau
laserasi, dan lain-lain. Sensasi tumpul, seperti ngilu, linu, dan lain-lain.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui ; nyeri kepala :
ada yang membentur.
c)      R (Region), daerah perjalanan nyeri.
Untuk mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta utnuk menunjukkan
semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi nyeri dengan
baik dengan lebih spesifik, perawat kemudian meminta klien untuk
melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan
apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar kesegala arah), meliputi
beberapa tempat atau melibatkan segmen terbesar tubuh.
d)     S (Severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis
ini juga sulit untuk dipastikan.
e)      T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi nyeri.
Perawat mengajukan pertanyaan utnuk menentukan awitan, durasi dan
rangsangan nyeri. Kapan nyeri mulai dirasakan? Sudah berapa lama nyeri
yang dirasakan? Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang
sama setiap hari? Seberapa sering nyeri kembali kambuh?
 Macam skala nyeri
1)      Skala Numerik Nyeri
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya
rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan
pendapat subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini ,

13
dikenal juga sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan
keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang
sangat hebat.

Keterangan :
0      : tidak nyeri
1-3   : nyeri ringan
4-6   : nyeri sedang
7-9   : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10    : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol

2)      Visual Analog Scale


Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa
bebas mengekspresikan nyeri ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan
sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.
Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada _____________________________________________ Sangat


rasa nyeri _ Nyeri

3. Skala Wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan
wajah bahagia hingga wajah sedih, juga digunakan untuk

14
"mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat dipergunakan mulai anak
usia 3 (tiga) tahun.

c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum,
eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan
suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan
produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah.

d. Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum
 Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh,
warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
 Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
 Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1) Inspeksi : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,
keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2) Palpasi : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan
payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna,
dan pengisian kapiler.
3) Perkusi : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja
diafragma.

15
4) Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi
gesekan, atau suara napas tambahan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Gangguan  pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
5. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas
6. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
8. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas
9. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri

3. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam,masalah   nyeri teratasi dengan kriteria hasil :
a. Adanya penurunan intensitas nyeri
b. Ketidaknayaman akibat nyeri berkurang
c.tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri

16
BAB III

ASUHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA NYERI DENG


AN TUMOR MAMAE TERHADAP NY. D
DI RUANGAN SHAFA
RSU MUHAMMADIYAH METRO

A. Pengkajian
Pasien masuk rumah sakit : 18 september 2022
Pengkajian dilaksanakan : 19 september 2022
Diagnosa medis : Tumor mamae dextra

Data Subyektif

1. Biodata Pasien

Nama initial : NY.D


Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : trisnomulyo batang hari nuban,lampung tengah

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan benjolan di payudara bagian Kanan sudah lebih 1
tahun
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Terdapat benjolan di payudara sebelah kanan Benjolan berdiameter 3cm
teraba bulat dan keras tidak merah, nyeri tekan,nyeri hilang timbul nyeri

17
dirasakan seperti di sayat- sayat, dengan skala nyeri 6, benjolan sudah di
rasakan sudah lebih dari satu tahun

c. Riwayat Kesehatan lalu


Setelah dilakukan pengkajian Pasien mengatakan pernah oprasi tumor
mamae di bagian kiri pada tahun 2019, pasien mengatakan hanya dia yang
mengalami tumor payudara, pasien juga mengatakan bahwa sebelum nya
tidak pernah merasakan sakit seperti hipertensi,jatung dan diabetes .

d. Riwayat Kesehatan keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak memeliki penyakit serius seperti
hipertensi,DM. dan lain lain

3. Data pola kebiasaan pasien sebelum dan saat sakit


a. Pola makan dan minum sebelum sakit saat sakit
Makan
- frekuensi 3×/hari 3×/hari
- jenis sayur dan lauk pauk sayur dan lauk pauk
- jumlah sedang sedang
- kesulitan tidak ada tidak ada

Minum
- frekuensi 9-10 gelas/hari 9-10 gelas/hari
- jenis air putih air putih
- jumlah banyak banyak
- kesulitan tidak ada tidak ada

b. Pola istirahat tidur sebelum sakit saat sakit

Istirahat siang sebentar pasien tidak tidur siang karna


-jumlah jam 2jam karna tergaggu oleh nyeri
-kesulitan/masalah tidak ada

Istirahat malam normal 4 jam


-jumlah jam 8 jam sering terbangun
-kesulitan/masalah tidak ada karna nyeri

18
c. Pola eliminasi sebelum sakit saat sakit

BAB
-frekuensi 1×/hari belum BAB
-Konsistensi padat
-warna coklat
-bau khas fheses
-kesulitan/masalah tidak ada

BAK
-frekuensi 4×/hari 4×/hari
-Konsistensi cair cair
-warna putih kekuningan putih kuning
-bau khas urine khas urine
-kesulitan/masalah tidak ada tidak ada

d. personal hygiene sebelum sakit saat sakit


Mandi
-frekuensi 2×/hari selama di RS pasien
-kesulitan/masalah tidak ada tidak mandi

Gigi
-frekuensi sikat gigi 2×/hari 2×/hari
-kesulitan/masalah tidak ada tidak ada

Rambut
-frekuensi cuci rambut 3×/1 minggu di RS belum mencuci
-kesulitan/masalah tidak ada rambut

Kuku
-frekuensi potong kuku 1 minggu sekali 1 minggu sekali
-kesulitan/masalah tidak ada tidak ada

19
4. Data psikososial

-Persepsi pasien tentang sakit : pasien merasa penyakit yang dideritanya


disebabkan oleh terlalu sering menghirup
asap rokok dari lingkungan sekitat

-Harapan tentang penyembuhan :pasien berharap cepat sembuh dan pulang


kerumah

-Apa yang dipikirkan saat ini :ingin segera sembuh dan pulih

-Kebiasaan merokok : tidak ada, pasien tidak meroko

-Kebiasaan minum alkohol : tidak ada, pasien tidak mengkonsumsi alkohol

-Ketergantungan obat : tidak ada, pasien tidak ketergantungan


obat

5. Data spiritual
-Kemampuan beribadah : disiplin sholat 5 waktu

-keyakinan tentang sehat- sakit : pasien meyakini bahwa sakit merupakan


musibah yang diberikan oleh tuhan dan akan
mengambil hikmah nya

-Keyakinan tentang penyembuhan : yakin bahwa akan cepat sembuh dan pulih

-Kebutuhan dibimbing oleh ahli agama (ustadz dll): tidak

20
Data Obyektif

6. Pemeriksaan Fisik Umum


1. Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2. Keadaan Umum/ Keadaan Sakit : Sedang
3. Tinggi Badan : 160 cm
4. Berat Badan : 49 kg

7. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital


1. Suhu : 36.3o C
2. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
3. Denyut Nadi : 78x/ menit
4. Pernapasan : 20x/ menit
5. Saturasi oksigen : 97%

8. Pemeriksaan fisik head to too


1.kulit,rambut,dan kuku
a. kulit
inspeksi
-warna kulit : sawo matang
-lesi :tidak ada
Palpasi
- Kelembaban : lembab tidak kering
- Turgor : elastis normal dalam waktu kurang 1 detik
- Edema : tidak ada edema

21
- Suhu : 36,3˚
- Tekstur : halus

b. Rambut
Inspeksi
- Warna : hitam
- Distribusi : merata dan bersih
- Kuantitas : baik

Palpasi
- tekstur : kasar
-

c. kuku
inspeksi
-warna : merah muda sedikit gelap
-sudut kuku :tumpul

2. Kepala dan Leher

a. kepala

Inspkesi:

- bentuk kepala/ wajah: bentuk kepala bulat dan simetris

-Kulit kepala ada benjol/lesi: tidak ada benjolan/ lesi

b. mata

Inspeksi: - Bentuk mata : mata kanan dan kiri posisi simetris

- Ketajaman Penglihatan : pengeriksaan lapang pandang


normal,tidak
Memakai kacamata
- Gerakan otot mata : Gerakan otot pada mata aktif,
Dapat berkedip
- Kelopak mata : kelopak mata normal
- Konjungtiva : berwarna merah muda(normal)

22
- Sklera : tidak ikterik, warna jernih putih normal
- Pupil : pupil isorik besar nya sama normal 2-4
-Reflek : reflek pada cahaya normal membesar di
Tempat gelap dan mengcil ditempat
Terang.

c.Telinga

Inspeksi
- bentuk aurikel : telinga kanan dan kiri simetris, normal cekung
- tragus : tragus normal
- mastoid : normal tidak ada kemerahan atau lesi
- kanal telinga : bentuk kanal telinga normal
- gendang telinga : gendang telinga normal berwarna putih tulang

d.Hidung

Inspeksi
- H. eksternal : ukuran hidung normal tidak ada pembesaran
- kepatenan lubang : normal bisa menghirup o2 dengan baik
- mukosa hidung : mukosa hidung berwarna merah muda dan selalu basah
- pernapasan cuping hidung (CPH) : tidak ada pernapasan cuping hidung

e. Mulut

Inspeksi
-bibir : warna bibir merah muda,tidak ada lesi pada bibir
- mukosa oral :bibir lembab
- gigi geligi :gigi normal tidak berlubang
- gusi : gusi berwarna merah muda
- lidah : lidah pada pasien normal berwarna merah muda

f. Leher

Inspeksi
- otot leher : otot pada leher normal tidak kaku
-Nodus limfe :normal tidak ada pembesaran atau lesi
- kelenjar tiroid :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid tidak ada
Tidak ada pembesaran vena jugularis

Palpasi kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

23
3. Payudara

Inspeksi
-bentuk dan kesimetrisan : bulat, tidak simetris karena ada benjolan di
Bagian payudara sebelah kanan
Palpasi
- konsis tensi payudara : payudara bagian kiri kenyal, sedangkan di
Bagian payudara sebelah kanan teraba keras
Di bagian benjolan
- Massa : terdapat bejolan/ massa di payudara bagian
Sebelah kanan, besar 3cm, bentuk nya bulat,
Keras dan nyeri tekan.

4. Dada

Inspeksi
- Bentuk dada klien dari depan dan belakang : bentuk dada tidak
Simetris karena ada
Pembengkakan di
Payudara bagian kanan
- bentuk tulang belakang : pada saat di inspeksi bentuk tulang belakang
Normal tidak ada gangguan seperti scoliosis
Palpasi

- paru : pada saat di palpasi tidak ada krepitas, bentuk simetris


- taktil fremitus : bunyi teraba ( tujuh tujuh)
- jantung : teraba iktus kordis atau denyut jantung
- letak PMI : letak PMI di midlavikula sinistra(kiri) setinggi interkosta
4 dan 5 yaitu di bawah payudara

Auskultasi
- paru : - suara nafas : pada saat di auskultasi suara napa vasakuler
Tidak ada suara tambahan, irama regular
( normal)

- jantung : - bunyi jantung I/II : pada saat di auskultasi terdapat bunyi


LUP-DUP (normal)
- bunyi jantung tambahan s3/s4 : pada saat di auskultasi

24
Terdapat bunyi mute
Dan tapak kuda

5. Perut

Inspeksi
Kulit : - warna : sawo matang
- pola vena : tidak tampak spedernevi
- bentuk abdomen : simetris
- striae : terdapat striae
- jaringan perut : tidak terdapat jaringan perut
- pergerakan dinding perut : pergerakan simetris
- massa / benjolan : tidak ada massa di bagian perut

Auskultasi
- bising usus : normal, bising usus terdengal 15×/ menit
- bising pembuluh darah : tidak terdapat bunyi seperti mur-mur di
Aorta dan di arteri iliaka dan pulmonalis

Perkusi abdomen : terdengar suara timpani di seluruh lapang abdomen

Palpasi : - hepar : tidak terdapat nyeri tekan


- limpa : tidak ada pembesaran pada limfa
- ginjal : tidak ada pembesaran di ginjal
- kandung kemih : tidak terdapat bendungan kandung kemih

6. Ekstermitas
a.Atas
Inspeksi
- adakah pengecilan otot : tidak terdapat pengecilan otot/ atrofi
- kesulitan pergerakan sendi : tidak ada kesulitan dalam pergerakan sendi
- deformitas : tidak ada deformitas ( perubahan bentuk )
- pembengkakan : tidak ada pembengkakan

Palpasi
- tonus otot : os dapat mempertrahan kan posisi bagian sebelah kanan 5
Dan bagian sebelah kiri 5
- edema : tidak terdapt edema pada tungkal

25
- pembengkakan :tidak ada pembengkakan
- keterbatasan gerak : rentang gerak aktif
- krepitas : tidak ada krepitas
- akral : hangat ( normal)
- capillary refill time ( CRT ) : kurang lebih 2 detik

Perkusi
-Reflek patella : saat pemeriksaan reflek patella di dapatkan hasil positif
-Kekuatan otot : 5 5

b. Bawah
Inspeksi
- adakah pengecilan otot : tidak terdapat pengecilan otot/ atrofi
- kesulitan pergerakan sendi : tidak ada kesulitan dalam pergerakan sendi
- deformitas : tidak ada deformitas ( perubahan bentuk )
- pembengkakan : tidak ada pembengkakan

Palpasi
- tonus otot : os dapat mempertrahan kan posisi bagian sebelah kanan 5
Dan bagian sebelah kiri 5
- edema : tidak terdapt edema pada tungkal
- pembengkakan : tidak ada pembengkakan
- keterbatasan gerak : rentang gerak aktif
- krepitas : tidak ada krepitas
- akral : hangat ( normal)
- capillary refill time ( CRT ) : kurang lebih 2 detik

Perkusi
-Reflek patella : saat pemeriksaan reflek patella di dapatkan hasil positif
-Kekuatan otot :

5 5

26
9. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang
a.Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi Rutin

Lekosit 9.48 3
10 / μl 5 – 10

Eritrosit H 5.66 0
10 / μl 3.08 – 5.05

Hemoglobin 15.5 g/dl 12 – 16

Hematokrit 47.3 % 37 – 48

MCV 83.5 fL 80 – 92

MCH 27.4 Pg 27 – 31

MCHC 32.8 g/dL 32 – 36

Trombosit L 148 3
10 / μl 150 – 450

RDW 12.8 % 12.4 -14.4

MPV H 10.40 fL 7.3 – 9

Rapid Antigen SA Negative Negative


RS-cov-2

HBSAG Non reaktif Non reaktif

CT 12 Menit 9-15

BT 3 Menit 1-7

27
GDS 104 Mg/dl 70-200

b. Hasil Pemeriksaan (Rontigen, USG,EKG) dan lain-lain:


RO. THORAX
Trachea di tengah,mediastinum tak melebar.
Hilus tak menebal, arkus aorta baik.
Cor: CTR tidak dinilai, bentuk dan besar normal
Pulmo: corakan vaskuler normal, tak tampak bercak di kedua paru.
Hemidiafragma kanan normal, sinus kostofrenikus kanan kiri baik
Kesan:
Cor letak baik.
Pulmo: tak tampak infiltar

10. Program Pengobatan


Obat Dosis p s s m p s s m

Anbacim 1g/12 jam 06 18


(injeksi)

Ketorolac 30mg/8jam 06 1 2
(injeksi) 4 2

Asam 500mg/8jam 06 1 2
tranexamat 4 2

(injeksi)

28
11. Identifikasi Masalah KDM/ Analisa Data
Data Penunjang (DS, DO) Masalah

DS: - pasien mengatakan nyeri dibagian mame kanan


P: pasien mengatakan nyeri saat bergerak Nyeri akut
Q: nyeri seperti disayat-sayat dengan tumor
R: nyeri pada payudara kanan mamae dextra
S: skala nyeri 6 (1-10)
T: nyeri muncul hilang dan timbul

-Pasien mengatakan tidur nya sering terganggu karna nyeri

- Pasien mengatakn nyeri dibagian luka post op

DO: - pasien tampak menahan nyeri


-Pasien tampak meringis kesakitan
- pasien tampak pucat dan gelisah
TD:110/70 mmhg N: 78×/ menit
RR: 20×/menit S: 36,3˚
- Terdapat luka oprasi di mamae kanan, dengan luka
jahitan 5cm

29
12. Rencana tindakan
Masalah Kriteria hasil keperawatan Rencana tindakan

Nyeri akut Setelah di lakukan perawatan - Identifikasi

dengan selama 2×24 jam lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,dan


tumor Diharap kan nyeri berkurang , kualitas nyeri
mamae dengan kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
dextra - Keluhan nyeri menuru - Ajarkan Teknik nonfarmakologi untuk
- Meringis menuru mengurangi nyeri
- Gelisah menurun - Kolaborasi pemberian analgetic
- Skala nyeri menurun 6-4 - Melakukan ttv
- Dapat mengidentifikasi aktivitas - Mengajarkan Teknik distraksi
yang dapat meningkatkan nyeri/ - Menganjurkan pasien agar luka post op
menurun kan nyeri tidak terkena air
- Anjurkan pasien untuk memakan
makanan yang tinggi protein umtuk
mempercepat proses penyembuhan
luka post op seperti : telur, ikan
gabus.daging dan lain lain
- Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin

30
13. Pelaksanaan Tindakan dan evaluasi/ catatan perkembangan

Hari jam Implementasi Evaluasi ( SOAP )


/tanggal

19-09-22 15.48 - Identifikasi S. - pasien mengatakan nyeri


lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,da pada luka post op
P: pasien mengatakan nyeri
n kualitas nyeri
saat Bergerak.
- Identifikasi skala nyeri dengan skala
Q: nyeri seperti di sayat-sayat
nyeri 6
- Ajarkan Teknik nonfarmakologi R: nyeri pada payudara
bagian Kanan.
(relaksasi nafas dalam)
untuk mengurangi nyeri S: skala nyeri 6 (1-10)

- Kolaborasi pemberian T:nyeri muncul hilang dan


analgetic(ketorolac 1g/8jam) timbul

- Melakukan ttv O.-pasien tampak menahan


- Mengajarkan Teknik distraksi
- terdapat luka post op 3cm,
- Menganjurkan pasien agar luka post op luka Terlihat basah
tidak terkena air
TD: 110/70mmhg ,
- Anjurkan pasien untuk memakan RR:20×/M
makanan yang tinggi protein umtuk
N :78×/M S: 36,3
mempercepat proses penyembuhan
A. Masalah teratasi Sebagian
luka post op seperti : telur, ikan
gabus.daging dan lain lain
P. lanjutkan intervensi
- Mengatur posisi pasien senyaman
mungkin -pantau ttv

- kaji ulang skala nyeri

- anjurkan pasien untuk

31
Distraksi

(mengaliskan rasa nyeri)

- Kolaborasi pemberian
analgetic( ketorolac)

Hari jam Implementasi Evaluasi ( SOAP )


/tanggal

20-09-22 15.48 - Identifikasi S. - pasien mengatakan nyeri


lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,da Sudah menuru
P: pasien mengatakan nyeri
n kualitas nyeri saat bergerak
- Identifikasi skala nyeri dengan skala
Q: nyeri seperti di sayat-sayat
nyeri 6
R: nyeri pada payudara
- Ajarkan Teknik nonfarmakologi bagian Kanan.
(relaksasi nafas dalam)
S: skala nyeri 2 (1-10)
untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian T:nyeri muncul hilang dan
timbul
analgetic(ketorolac 1g/8jam)
- Melakukan ttv O.-pasien tampak lebih
tenang
- Mengajarkan Teknik distraksi
- Menganjurkan pasien agar luka post op - pasien tampak tidak
gelisah
tidak terkena air
- Anjurkan pasien untuk memakan TD: 110/70mmhg ,
RR:20×/M
makanan yang tinggi protein umtuk
mempercepat proses penyembuhan N :78×/M S: 36,3

luka post op seperti : telur, ikan B. Masalah sudah teratasi


gabus.daging dan lain lain
- Mengatur posisi pasien senyaman P. hentikan intervensi
mungkin

32
CATATAN PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : NY.D Diagnosa medis :tumor mamae dextra


Umur : 25 Tahun
Masalah : Nyeri akut Hari ke/tanggal : 1/ 19-09-2022

jam Tindakan paraf

33
15.48 - mengindentifikasi lokasi nyeri, karakteristik
durasi,frekuensi, kuliatan dan intensitas nyeri

15.55 -Mengidentifikasi skala nyeri 6(1-10)

- Melakukanttv pada pasien


15.55 TD: 110/70 mmhg
N : 78×/menit
RR: 20×/menit
S : 36,3˚

16.28 - Mengajarkan teknin nonfarmakologi atau Teknik relaksasi


nafas dalam

16.30
- mengkolaborasikan pemberian analgetic

16.41 - mengatur posisi pasien senyaman mungkin

16.50 - menganjurkan pasien agar luka post op tidak terkena air

16.58 - mengajrkan Teknik distraksi( mengalihkan rasa nyeri)

17.12 - menganjurkan pasien untuk memakan makanan tinggi prot


ein untuk mempercepat penyembuhan luka

CATATAN PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama pasien : NY.D Diagnosa medis :tumor mamae dextra


Umur : 25 Tahun
Masalah : Nyeri akut Hari ke/tanggal : 2/ 20-09-2022

jam Tindakan paraf

34
09.15 - mengindentifikasi lokasi nyeri, karakteristik
durasi,frekuensi, kuliatan dan intensitas nyeri

10.05 -Mengidentifikasi skala nyeri 6(1-10)

- Melakukanttv pada pasien


10.58 TD: 110/70 mmhg
N : 78×/menit
RR: 20×/menit
S : 36,3˚

- melakukan injeksi iv bolus


11.03
(anbacim,ketorolac, asam tranexamat)

13.00 - Mengajarkan teknin nonfarmakologi atau Teknik relaksasi


nafas dalam

16.30
- mengkolaborasikan pemberian analgetic

16.41 - mengatur posisi pasien senyaman mungkin

16.50 - menganjurkan pasien agar luka post op tidak terkena air

16.58 - mengajrkan Teknik distraksi( mengalihkan rasa nyeri)

17.12 - menganjurkan pasien untuk memakan makanan tinggi prot


ein untuk mempercepat penyembuhan luka

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

35
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan penerapan asuhan keperawatan padaNy.D
kebutuhan dasar manusia nyeri dengan tumor mamae dextra di RSU muhamma
diyah metro dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum pelaksanaan asuhan
keperawatan baik dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan dan dokumentasi
keperawatan pada tumor mamae sudah sesuai dengan teori dan prosedur yang ada.

B.Saran
1. Penulis
Lebih meningkatkan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak
lagi sehingga dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan karsinoma mamae dengan ilmu-ilmu terkini.

2. institusi
Institusi pendidikan Sebagai referensi bagi pendidikan keperawatan tentang
pengetahuan penyakit tumor mamae

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

36
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-

 2014, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

37

Anda mungkin juga menyukai