Berat badan penting diukur sebelum proses persalinan mulai, gunanya untuk mengantisipasi
kemungkinan penyulit kehamilan, persalinan seperti gangguan pertumbuhan bayi atau makrosomia
(Bayi Besar). Berat badan janin secara sederhana dapat diukur dengan mempergunakan rumus
diantaranya rumus Johnson Toshack. Rumus ini dihitung berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU) yaitu
jarak dari bagian atas tulang kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (Fundus) dalam centimeter
(cm) dikurangi 11, 12 atau 13, hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan bayi dalam gram.
Frekuensi denyut jantung janin pada usia 25 minggu adalah 150 x/menit. Sedangkan pada saat
aterm adalah 110-150x/menit, dan sebelum akhir periode tersebut, 160 kali/ menit dianggap sebagai
batas maksimum frekuensi denyut jantung normal. Namun, belum ada penelitian yang menyebutkan
frekuensi DJJ secara spesifik pada kehamilan primigravida maupun multigravida. Dan nilai normal denyut
jantung janin antara 120-160 kali permenit. Denyut jantung janin dasar menurun tajam seiring
peningkatan usia gestasi sebagai akibat maturnya tonus parasimpatis. Pemeriksaan denyut jantung janin
diukur 1 menit penuh.Namun pada kenyataan di lapangan sering ditemukan pengukuran DJJ pada
pemeriksaan kehamilan hanya untuk mengetahui ada tidaknya bunyi, tanpa mengetahui frekuensinya,
sehingga tidak bisa mendeteksi jika ada kemungkinan ketidakteraturan atau frekuesinya lebih kecil dari
110, dan lebih besar dari 160. DJJ kurang dari 110x/menit dianggap sebagai bradikardia janin. Sedangkan
pada kondisi takhikardia janin apabila terjadi peningkatan frekuensi DJJ di atas 160x/menit, yang
disebabkan oleh berbagai factor, di antaranya hipoksia janin, anemia, dan obat-obatan.
Denyut jantung janin dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya yaitu posisi ibu, aktivitas uterus,
dan umur kehamilan ibu yang diakibatkan kesimbangan kematangan saraf simpatis dan parasimpatis,
stress janin, dan kecemasan yang dirasakan oleh ibu hamil.
His
His yang berlangsung normal oleh ketika kekuatannya mampu membuat serviks uteri membuka
dan kepala janin turun. Frekuensi his yang adekuat selama 3-4x/10 menit dengan lamanya berkisar
antara 40-50 detik. Menjelang KALA II his semakin lama berkisar 4-5x/menit dan lamanya 60-90 detik di
periksa dengan cara palpasi di fundus uteri,teraba keras jika kontraksi sedang berlangsung.
Tanda vital-vital
- Tensi : untuk mengetahui faktor resiko hipertensi. Batas normal 120/80 - <140/90
mmHg
- Nadi : dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80x/menit. Denyut nadi
100x/menit atau lebih dalam keadaan santai merupakan pertanda buruk
- Pernafasan : untuk menegtahui fungsi sistem pernafasan normalnya 16-24x/menit
- Suhu tubuh : suhu tubuh yang normalnya adalah 36-37,5 OC perlu diwaspadai
adanya infeksi
Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan genitalian interna dilakukan dengan kedua tangan (bimanual), dua jari atau satu
jari dimasukkan ke vagina satu jari kedalam rectum, sedang tangan yang lain (empat jari) diletakkan di
dinding perut.
Untuk memperoleh hasil yang sebaik-baiknya, penderita berbaring dalam posisi lithotomi,
diberitahu bahwa padanya akan dilakukan pemeriksaan dalam dan harus santai, tidak boleh
menegangkan perutnya. Pemeriksa menggunakan sarung tangan dan berdiri atau duduk di depan vulva
Sebelum tangan kana dimasukkan dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas lisol. Waktu
tangan akan dimasukkan kedalam vagina, jari telunjuk dan jari tengah diluruskan ke depan, ibu jari lurus
ke atas, dan dua jari lainnya dalam keadaan fleksi. Vulva dibuka dengan tangan kiri. Mula-mula jari
tengah di masukkan kedalam introitus vagina, lalunkomissura jari posteriorvdi tekan ke belakang supaya
introitus menjadi lebih lebar. Baru kemudian jari telunjuk dimasukkan juga. Cara ini dimaksudkan untuk
menghindari rasa nyeri, apabila dinding belakang uretra tertekan terlampau keras oleh kedua jari yang
dimasukkan sekaligus. Ini tentu tidak berlaku bagi multipara dengan introitus dan vagina yang sudah
lebar.
Pada multipara dan pada virgo apabila memang mutlak diperlukan pemeriksaan dalam
dilakukan dengan satu jari (jari telunjuk) pada virgo jika perlu dalam keadaan narcosis.
Himen yang masih utuh atau kaku (himen rigidus) merupakan kontraindikasi dalam pemeriksaan
pervagina. Apabila tidak halnya demikian, sebaiknya dua jari dimasukkan ke dalam vagina. Diperiksa
apakah introitus vagina dan vagina sempit atau luas; apakah dinding vagina kicin atau kasar bergaris-
garis melintang (rugae vaginalis); apakah teraba polip, tumor, atau benda asing; apakah teraba lubang
(fistula); apakah ada kelainan bawaan, seperti septum vagina; apakah puncak vagina teraba kaku oleh
jaringan parut atau karsinoma servitis tingkat II dan III.
Pada pemeriksaan vagina tidak boleh dilupakan perabaab kacum douglasi dengan
menempatkan ujung jari di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior dapat disebabkan oleh
Perabaan Serviks
Ke mana menghadapnya
Bentuknya apakah bulat atau terbelah melintang
Besar dan konsstensinya
Apakah agak turun kebawah
Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri internum.
Penurunan kepala saat proses persalinan harus menunjukan kemajuan, Bidan atau dokter SpOG
harus bisa membaca penurunan kepala janin baik dengan bidang hodge, station atau perlimaan, dan
semuanya akan dipantau dengan partograf.
Pada pemeriksaan VT derajat desensus ditentukan berdasarkan "zero station". Zero point
berada pada posisi setinggi dengan spina ischiadika (panggul tengah) dan derajat desensus diperkirakan
berada pada beberapa cm diatas atau dibawah zero point. Bila bagian terendah janin sudah berada pada
titik zero, maka disebut sudah engage.
4/5 : Ketika dilakukan VT teraba H I-II, dan kepala sulit digerakkan atau digoyangkan, bila
dilakukan perabaan palpasi abdominal bagian terbesar kepala belum masuk panggul
3/5 : Ketika dilakukan VT teraba H II-III, dan ketika dilakukan palpasi teraba bagian terbesar
kepala belum masuk panggul
2/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III +, dan ketika dilakukan palpasi teraba bagian terbesar
kepala sudah masuk panggul
1/5 : Ketika dilakukan VT teraba H III-IV dan kepala sudah di dasar panggul
0/5 : Kepala janin telah berada pada posisi H IV dan sudah terlihat di perineum
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari atau perlimaan adalah :
3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga panggul.
2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan 3/5 bagian
terbawah telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul
SUMBER :
Santjaka Hana Islamiyah, dkk. 2011. Studi Ketepatan Taksiran Berat Janin Berdasarkan
Statistik Dan Tinggi Fundus Uteri. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 2 No. 1 Edisi Juni 2011.
Chabibah Nur, dkk. 2017. Perbedaan Frekuensi Denyut Jantung Janin Berdasarkan Paritas Dan
Usia Kehamilan. Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017 ISSN:2089-6778.
Wiknjosastro,H. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo