Anda di halaman 1dari 4

12.

LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSIS

Rencana pemeriksaan Dari sekian banyak yang bisa kita lihat pada kasus amenorea
dijumpai pada penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan yang bermacam-macam. Sudah jelas
untuk menegakkan diagnosis yang sesuai berdasarkan etiologi, tidak perlu pemeriksaan-
pemeriksaan yang beraneka ragam, rumit, dan harga. Dewasa ini tidak banyak klinik yang
memiliki cukup fasilitas untuk melaksanakan semua pemeriksaan, dan hal itu pun tidak perlu. Di
bawah ini dibicarakan metoda-metoda yang dapat dilakukan oleh semua klinik, dan disebut pula
pemeriksaan-pemeriksaan yang memerlu- kan fasilitas-fasilitas khusus. Perlu dikemukakan di
sini tentang jenis-jenis amenorea yang memerlukan pemeriksaan lengkap, akan tetapi ada juga
yang dapat ditetapkan diagnosisnya dengan pemeriksaan sederhana. (sarwono
prawirohardjo.2007)

Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus diketahui
apakah itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu diketahui apakah ada hubungan amenorea
dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah emosional; apakah ada harapan kehamilan;
apakah penderita menderita penyakit kronis atau menahun; Apakah ada gejala-gejala penyakit
metabolik, dan lain-lain. (sarwono prawirohardjo.2007)

Sesudah anamnesis, perlu dilakukan pemeriksaan umum yang seksama; Petunjuk yang
disarankan. Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah berat badan sesuai dengan tinggi,
apakah cini-ciri gender sekunder bertumbuh dengan baik, apakah ada tanda hirsutisme; semua
ini penting untuk pembuatan diagnosis. (sarwono prawirohardjo.2007)

Terdapat lima kelainan anatomis yang lazim dijumpai pada individu 46,XX
yang dapat menyebabkan amenore. (sarwono prawirohardjo.2007)

1. Digenesis mulleri (tidak adanya uterus dan vagina bagian atas karena
kelainan kongenital)
2. Agenesis vagina (tidak adanya vagina karena kelainan kongenital)
3. Septum vagina transversa (akibat kegagalan penyatuan mulleri dan sinus urogenital yang
berasal dari bagian vagina)
4. Himen imperforate (tidak memungkinkan darah menstruasi keluar dari vagina)
5. Amenore pada Sindrom Asherman dapat terjadi akibat tindakan – tindakan
seperti miomektomi dan seksio cesarea tetapi paling sering setelah D & C dengan
komplikasi (misalnya eliminasi endometrium yang terlalu bersemangat, hasil konsepsi
terinfeksi) atau akibat endometritis tuberkulosa.

Pada pemeriksaan ginekologik, dapat diketahui adanya berbagai jenis ginatresi,


keberadaan aplasia vaginae, keadaan klitoris, aplasia uteri, keberadaan

Dengan anamnesis, pemeriksaan umum, dan pemeriksaan ginekologik, pemeriksaan


klinis yang diberikan pada bab amenorea, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
tumor sebagi, ovarium, dan sebagainya banyak kasus amenorea dapat diketahui sebabnys berikut
: (sarwono prawirohardjo.2007)

1. Pemeriksaan foto Roentgen dari thoraks terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella
tursika untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut

2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui keberadaan estrogen yang dapat


dibuktikan berkat pengaruhnya

3. Tes terkait untuk dapat dilihat diabetes mellitus

4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan

5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium, dan untuk

6. Pemeriksaan metabolisme basal atau, jika ada fasilitasnya, periksa T3 dan T4 untuk
mengetahui penggunaan glandula tiroidea.

Pemenikssn pemerikssan yang memerlukan fasilitas khusus : (sarwono


prawirohardjo.2007)

1. Laparakopi dengan laparoskopi dapat diketahui adaya hipoplasia uteri yang berat, aplasia
uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium (Sindrom Stein- Leventhal) dan
sebagainya

2. Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita seorang wanita, Akan
tetapi, kromatin seks positif belum berarti bahwa penderita yang seharusnya seorang
wanita yang, genetik normal karena kromatin seks positif dijumpai pula gambaran
kromosom 44 XXY, 44 XXX bintang porno mesuk seperi XXiko, XXXY atau gambaran
mosokaik seperti XX/XO, XXXY atau XXYY

3. Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel-sel guna mempelajari hal ikhwal kromosom
anatara lain apabila fenotipe tidak sesuai dengan genotipe

4. Pemerikssan kadar hormon

Dapat pula duiagmopsis diferensial dari amenore didekati dengan melakukan tes-tes yang
dinamakan tes-tes fungsional (sarwono prawirohardjo.2007)

1. Diberikan sebagai langkah pertama bagi penderita 100 mg progesteron (dalam minyak)
intramuskulus. Jika terjadi 2-7 hari terjadi perdarahan penghentian perdar), ini artinya
estrogen endogen dalam tubuh. Dapat diambil kesimpulan bahwa poros hipotalamus-
hipofisis-ovariu masih dilakukan, meskipun minimal. Pada penderita ini tidak ada
galaktorea, dan ada kadar prolaktin normal, menganggap kemungkin an adanya tumor
hipofisis. Jika ditemukan kadar prolaktin tinggi, perlu dipikirkan tumor hipofisis. Potret
Roentgen biasa atau politomografi dari sella tursika dapat membantu untuk mengetahui
ada tidaknya tumor itu. Jika tidak terjadi perdarahan, ada 2 kemungkinan:

a) uterus tidak di bereaksi

b) tidak ada pembuatan estrogen

2. Untuk membedakan antara 2 mengeluarkan ini, sebagai langkah ke-2, diberikan kepada
penderita 2,5 mg estrogen terkonjugasi (Premarin, Estimasi hari per hari selama 21 hari,
ditambah dengan 10 mg Asetas medroksi min progesteron sehari untuk 5 hari terakhir

Jika tidak timbul perdarahan dalam 2 minggu setelah berhentinya pemberian obat, dapat
disangkal bahwa uterus tidak dapat digunakan lagi (misalnya pada adhesi intra uterin
yang luas seperti penelusuran Asherman)

3. Jika timbul perdarahan dapat dilakukan langkah ke 3, Lngah ini terdiri atas pemeriksaan
FSH dengan jalan radioimmuno-assay a.

a) Jika kadar FSH lebih tinggi dari 40 MIU / ml, sebab amenorea karena gangguan
fungsi ovarium (angka normal perbedaan antara 5-25 MIU / ml misalnya pada
menopause prematur

b) Jika kadar FSH rendah, maka sebab amenore ialah gangguan fungsi hipofisis atau
alat-alat lebih atas

Dengan pemeriksaan roentgen dari sella tursika dapat dapat ditentukan ada tidaknya
hipofisis

Tinjauan Umum Tentang Penanggulangan Amenorea.

Amenorea sendiri tidak selalu membutuhkan terapi. Misalnya, seorang wanita lebih dari
40 tahun tanpa alasan yang perlu khawatir. Penderita-penderita dalam kategori ini yang meminta
terapi wanita-wanita muda yang setuju tentang infertilitas, atau yang sangat terganggu oleh tidak
datangnya haid. (sarwono prawirohardjo.2007)

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan perbaikan kesehatan, termasuk perbaikan
gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, dan sebagainya. Pengurangan berat
badan pada wanita dengan pengaruh baik terhadap amenorea dan obesitas tidak jarang memiliki
oligomenorea. Pemberian tiroid tidak banyak gunanya, kecuali jika ada hipotiroidi. Demikian
pula pemberian kortikosteroid hanya bermanfaat pada amenorea berdasarkan masalah fungsi
glandula suprarenalis (penyakit Tambahan laten). (sarwono prawirohardjo.2007)
Pemberian estrogen bersama dengan progesteron dapat menimbulkan perdarahan secara
siklis. Akan tetapi, perdarahan ini bersifat withdrawel bleeding, dan bukan haid yang didahului
oleh ovulasi. (sarwono prawirohardjo.2007)

Terapi yang penting bila ada pemeriksaan ginekologi tidak ada kelainan yang mencolojk
yang dapat menyebabkan ovulasi. Dalam ahl ini ada 2 cara yaitu dengan opemberian hormon
gonadotropin yang berasal dari hipofisis dan yang lain pemberian klomifen. (sarwono
prawirohardjo.2007)

Anda mungkin juga menyukai