Anda di halaman 1dari 13

RESUME

AN ANALYS OF CONFLICT

Mata Kuliah Teori Akuntansi

Kelompok 4 :

Wahyudi Makmur (003804292020)


Nuryanti Hayong (004504292020)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
Agency Theory merupakan cabang dari game theory, yakni mempelajari design kontrak
antara principal dan agency dimana agency termotivasi untuk bekerja dengan baik demi menarik
principal. Diharapkan sebuah kontrak dapat efisien yang akhirnya akan memberikan biaya yang
rendah bagi prinsipal.
Dalam kontrak perusahaan, terdapat 2 hubungan yang menarik, yakni kontrak kerja
antara owner dengan agency dan kontrak pinjaman antara perusahaan dan kreditur. Agency
Theory ini relevan dengan akuntansi, karena kedua jenis kontrak ini bergantung pada saat
perusahaan melaporkan laba. Dalam hal kontrak kerja, perolehan bonus manajemen berdasarkan
laba yang diperoleh perusahaan. sementara kontak pinjaman laba juga diamati oleh peminjam,
serta biasanya terdapat perlindungan untuk pemberian pinjaman.
Akibatnya kebijakan akuntansi penting bagi manajer. Hal ini karena terletak pada
kompensasi manajemen dan untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang.

1. Agency Theory
A. Introduction

Agency Theory adalah pengembangan dari suatu teori yang mempelajari suatu desain
kontrak dimana para agency bekerja atau bertugas atas nama principal ketika keinginan atau
tujuan agency bertolak belakang maka akan terjadi suatu konflik. Konflik agency muncul karena
adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara principal dengan agency. Secara
aktual Agency Theory memiliki karakteristik kooperatif dan non kooperatif.

Yang dimaksudkan dengan karakteristik Kooperatif adalah para pemain dapat


menegoisasikan kontrak yang mengikat yang memungkinkan mereka merencanakan strategi
bersama. Contohnya pada kegiatan kartel. Sedangkan yang dimaksud dengan karakteristik Non-
kooperatif adalah situasi dimana dua pemain saling memperhitungkan kemungkinan perilaku
satu sama lain sambil masing-masing menetapkan harganya. Contohnya industri ologopolistik
Dalam konsep teori agensi, manajemen sebagai agen semestinya mengutamakan
kepentingan pemegang saham, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan manajemen hanya
mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utililitas. Manajemen dapat
melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan perusahaan secara keseluruhan yang
dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan perusahaan. Bahkan untuk mencapai
kepentingannya sendiri, manajemen dapat bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk
melakukan rekayasa. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan
agency problem yang salah satunya disebabkan oleh adanya asimetri informasi.
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric
Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi
informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka
akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI yang tinggi,
menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk
kepentingan diri sendiri.
Terjadinya Asymmetric Information ini merupakan perilaku yang menyimpang atau
Moral Hazard yang dilakukan oleh karyawan agen khususnya manajer.

B. Agency Contracts Between Firm Owner and Manager

Owner dan Manager dalam Agensi Kontrak tentunya melakukan kesepakatan yang
mengikat. Masing-masing pihak harus mampu berkomitmen untuk kontrak yang mengikat
mereka untuk bekerja sama sesuai dengan aturan.

Pada dasarnya, pemilik ingin menyewa manajer untuk mengoperasikan perusahaannya,


dimana pemilik tidak akan memiliki kontrol langsung atas tindakan yang diambil oleh menejer.
Untuk memaksimalkan payoff yang diharapkan, pemilik ingin manajer untuk bekerja keras.
Namun kebanyakan manajer, akan lebih memilih untuk tidak bekerja keras dikarenakan tidak
adanya control langsung yang dilakukan oleh pemilik, serta keinginan manager untuk tidak
bekerja keras yang akan merugikan perusahaan merupakan moral hazard.

Terdapat beberapa cara pengontrolan perusahaan terhadap moral hazard yang mungkin
dilakukan oleh pegawainya:

1. Merancang Kontrak untuk Mengendalikan Moral Hazard


Pemilik akan menyewa manager untuk mengoperasikan perusahaannya, sehingga
tidak lagi peduli atas tindakan yang dipilih oleh manajer. Hal ini disebut sebagai
masalah internal keputusan manajer. Yang harus dilakukan manajer adalah
menghindari risiko atau harus menanggung semua risiko. Sebagai alternatif, pemilik
bisa memberikan manajer bagian dari imbalannya. Kontrak tersebut memberikan
motivasi bagi manajer untuk memilih tindakan yang lebih baik. Ini disebut sebagai
insentif-kompatibilitas. Oleh karena itu, kepentingan kedua pihak yang sejajar, karena
keduanya menginginkan perusahaan untuk dijalankan dengan baik. Dalam kontrak
terbaik kedua, agency cost adalah biaya untuk principal dalam memotivasi agen
melalui kontrak bagi hasil. Manajer harus menanggung sebagian risiko untuk
meyakinkan pemilik bahwa alternatif kerja keras akan dipilih.

2. Direct monitoring
Sebuah kontrak dimana pemilik memantau langsung kerja manager dapat disebut
sebagai first-best. Hal ini memberikan pemilik utilitas dicapai maksimal dan
memberikan agen utilitas reservasinya.

3. Indirect Monitoring
Jika upaya manager tidak diamati secara langsung, maka ada kamungkinan
dibeberapa kondisi manager dapat melakukan moral hazard

4. Masalah Pemberi Pinjaman-Agensi (pemegang obligasi)


Masalah antara lembaga pemberi pinjaman-manager merupakan masalah moral
hazard. Hal ini timbul dari kenyataan bahwa kreditor biasanya tidak bisa mengamati
tindakan manajer dari perusahaan bahwasannya mereka memiliki kontrak dengan
kreditor. Keduanya baik manajer dan kreditur ingin memaksimalkan utilitas total
yang diharapkan. Untuk mencegah manajer dari memanipulasi angka akuntansi
pemberi pinjaman, mencakup persyaratan dalam kontrak mereka untuk mewajibkan
manajer dalam menjaga rasio utang ekuitas mereka pada tingkat tertentu misalnya.

5. Memberikan Bagian Keuntungan bagi Manager


Memberikan bagian keuntungan kepada manager merupakan cara mengatasi moral
hazrd yang paling efisien. Karena dengan adanya pembagian untungan kepada
manager, maka manager akan bekerja keras untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan karena si manager juga akan mendapatkan dari keuntungan tersebut.

3. Keuntungan Informasi yang Dimiliki Manajer


Ketika net income digunakan sebagai pengukuran kinerja, manajer akan memiliki
informasi yang lebih dibanding informasi yang dimiliki pemilik. Hal ini disebabkan manajer
mengendalikan sistem akuntansi perusahaan, sedangkan pemilik hanya dapat mengamati
perusahaan berdasarkan net income yang dihasilkan oleh manajer sehingga memicu terjadinya
earnings management.
Berdasarkan teori, kontrak kompensasi, manager bisa saja didesain untuk memotivasi
manajer agar melaporkan earning sesungguhnya. Tetapi tidak dilakukan dalam prakteknya
karena biaya mahal. GAAP dapat digunakan untuk membatasi sejauh mana earning dapat diatur,
akuntan dapat memberikan insentif bagi manager untuk bekerja keras.

❖ Manajemen laba
WR Scott mendefinisikan earning management sebagai ''the choice by a manager of
accounting policies so as to achieve some specific objective" yang artinya pilihan yang
dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu.
Konsep earning management menggunakan pendekatan agency theory yang
menyatakan bahwa "praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara
kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya". Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya,
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena principal tidak dapat
memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja
sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Agent mempunyai lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri,lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.
Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agent.
Adanya asumsi bahwa individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi
dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent
tersebut adalah yang disebut sebagai earning management.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu usaha
atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu
yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu.
Ada dua cara memahami earning management yaitu sebagai berikut:
1. Memandang earning management sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos
politik.
2. Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai
pasar perusahaannya melalui earning management
Dalam kasus informasi pasca keputusan, secara khusus mengasumsikan bahwa pemilik tidak
dapat mengamati terhadap laba yang benar terealisasi. Karena manajer yang mengelola yang
berhubungan dengan laporan keuangan, memiliki kemampuan untuk memengaruhi sistem
akuntansi, serta dapat mencipatkan laba karena untuk tujuan diri sendiri, oleh sebab itu hanya
manajerlah yang dapat mengamati hal ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earning Management


Menurut Scott (2010), motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning
management antara lain :
1. Earning management for bonus purposes.
Menyatakan bahwa manajer akan meningkatkan net income perusahaan untuk
memaksimalkan bonus yang mereka terima.
2. Other contractual motivations
Ada 2 tujuan untuk menggambarkan earning management dari sisi kontrak, yaitu:
a. Kontrak antara manajer dengan perusahaan
Perusahaan memberi kebebasan bagi manajer untuk melakukan earning management
dengan tujuan agar target perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuannya
perusahaan menawarkan bonus
b. Kontrak antara perusahaan dengan kreditur
Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur pada awal kontrak telah
ditentukan adanya persyaratan-persyaratan tertentu antara perusahaan dengan kreditur.
3. Political motivation
Perusahaan besar yang kegiatan usahanya menyentuh masyarakat pada umumnya
cenderung mengurangi laba yang dilaporkan untuk mengurangi political cost.
4. Taxation Motivation
Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan agar pajak penghasilan yang
dibayarkan perusahaan semakin kecil.
5. Changes of Chief Executive Officer (CEO)
CEO yang mengundurkan diri atau pensiun cenderung membuat kondisi perusahaan
terlihat bagus dengan meningkatkan laba. Hal ini dilakukan agar bonus yang mereka
terima pada saat pengunduran diri meningkat.

❖ The Revelation Principal


Pemilik memiliki utilitas yang lebih rendah dari pada manajer. Mengingat adanya
pemisahan tugas kepemilikan dan control, tidak mungkin pemilik dapat mengamati dalam
hal pengelolaan akuntansi serta sistem pelaporan perusahaan.
Pemilik diharapkan akan menggunakan kondisi tertentu supaya manajer benar benar
melaporkan laba sesuai keinginan principal.
Kondisi-kondisinya yaitu :
• Pemilik harus mampun berkomitmen bahwa laba harus diungkap kebenarannya
dengan memberikan syarat tertentu. Misalnya dengan diberikannya kompensasi.
• Tidak ada batasan dalam bentuk kontraknya. Misalnya kontrak kompensasi tidak
menyediakan bonus kecuali kinerja manajer melebihi tingkat tertentu. Ketika
pembatasan ada, maka tidak bisa dipastikan bahwa kontak yang telah ada akan
termotivasi pada kebenaran laba yang diungkap.
• Tidak ada batasan kepada kemampuan manajer untuk mengomunikasikan infromasi.
Hal ini terjadi misalnya dalam sebuah kontrak dimana ada motivasi untuk melaporkan
pelaporan laba secara jujur, hal ini tentu manajer akan mengelola risiko yang ada
diperusahaan. Dengan adanya pengelolaan risiko, manajer akan berfikir terkait dengan
utilitas yang diterimanya. Jika manajer berfikir yang diterima tidak sesuai dengan yang
dilakukan, maka hal ini akan memutus komunikasi jujur antara principal dan agen.
Akibatnya pemilik dapat memperkirakan bahwa manajemen melaporkan kebiasan
dalam laporan keuangannya termasuk pada laba.

❖ Control of earning management


Kontrol manajemen laba dilakukan terhadap pengidentifikasian akan kelalaian
manajer.Dalam mengontrol manajemen laba yang oportunistik, diperlukan respon yang kuat
terkait tatakelola perusahaan. Misalnya terdapat komite audit dan kompensasi yang
independen, untuk memantau manajemen.

❖ Teori keagenan dengan Norma Psikologis


Teori keagenan dengan Norma Psikologis diambil dari penelitian Fischer dan Huddart
(2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara psikologi perilaku individu ditentukan
oleh norma-norma pribadi dan social. Norma individu berasal dari karakteristik bawaan,
seperti sadar akan bekerja keras dan memandang bahwa manajemen laba itu buruk.
Sementara norma social didefinisikan sebagai perilaku rata-rata kelompok.
Norma-norma ini memengaruhi perilaku individu. Dengan demikian seorang manajer
dengan etos kerja yang kuat dan menolak manajemen laba, akan memerlukan sedikit
motivasi kerja keras daripada manajer yang mempunyai etos kerja yang lemah dan
menerima kuat norma sosial. Hal ini tentunya manajer akan termotivasi untuk bekerja lebih
keras, dengan kemungkinan manajemen laba dapat dilakukan. Norma individu dan sosial
keduanya dapat memengaruhi usaha manajer.

4. Perlindungan terhadap Kreditur dari Kegunaan Informasi Managemen


Moral Hazard lainnya yang perlu diperhatikan terkait dengan moral hazard manager.
Dimana manager dapat berperilaku oportunis terhadap kepentingan terbaik dari pemberi
pinjaman, sehingga akan menguntungkan dirinya sendiri.

Ada beberapa cara yang manajer oportunistik dapat membahayakan kepentingan pemberi
pinjaman, misalnya dengan

• Membayar dividen yang berlebihan

• Melakukan pinjaman tambahan

• Menanggung resiko proyek yang terlalu besar, terutama jika perusahaan mendekati
financial distress

Hal diatas dapat memberi kekhawatiran bagi para kreditur. Kreditur yang rasional tentu
akan memikirkan secara matang supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkannya.
Mislanya dengan cara menaikkan suku bunga, atau dengan memberikan syarat dalam perjanjian
pinjaman dimana manajer setuju untuk membatasi deviden yang mengakibatkan perusahaan
dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang rendah. bukti empiris bahwa pemberi
pinjaman suku bunga rendah sebagai perjanjian utang diperkuat dilaporkan oleh Beatty, Weber,
dan Yu (Z008).

5. Penerapan Teori Agensi Pada Akuntansi Model Agensi Holmstrom

Holmstrom berasumsi bahwa usaha agen tidak bisa diobservasi oleh principal, tetapi
imbalan bisa diobservasi pada akhir periode. Holmstrom menunjukkan kemungkinan
mengurangi agency cost pada kontrak model second best dengan syarat bahwa ukuran kinerja
kedua (misalnya harga saham) juga bisa diobservasi dan mengandung beberapa informasi
tentang usaha manajer di luar yang terkandung dalam ukuran kinerja yang pertama (seringnya
adalah laba).

Holmstrom menunjukkan secara formal bahwa sebuah kontrak yang didasarkan pada
sebuah pengukuran kinerja seperti net income kurang efisien daripada first best (Laba), sumber
dari kerugian efisiensi adalah kebutuhan agen yang risk averse (menolak risiko) untuk
mentolerensi risiko dalam rangka menghasilkan kecenderungan untuk menolak.
Hal ini mengakibatkan munculnya sebuah pertanyaan apakah second-best contract dapat
dibuat lebih efisien dengan mendasarkan pada pengukuran second performance dalam
penambahannya pada net income.

Sebagai contoh, harga saham juga merupakan informasi mengenai kinerja manajer.
Sebagai efeknya, net income dan harga saham bersama-sama akan merefleksikan lebih baik
mengenai usaha manajer sekarang daripada hanya salah satu saja. Tentu saja, harga saham
cenderung tidak stabil dan dipengaruhi oleh kejadian ekonomi secara luas.

Namun, analisa Holmstrom menunjukan bahwa tidak peduli seberapa mengganggunya variabel
kedua, variable tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari second best contract,
jika variabel tersebut mengandung paling sedikit beberapa tambahan informasi usaha. Hal ini
memunculkan pertanyaan mengenai apa karakteristik yang harus dimiliki sebuah pengukuran
performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk kontribusi pada efficient compensation
contracts.

Salah satu dari karakteristik penting adalah sensitivitas. Sensitivitas adalah kadar dimana
nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat seiring dengan kerja keras manajer.
Karakteristik penting lainnya adalah keakuratan dalam memprediksi imbalan dari usaha manajer.

❖ Kekakuan Kontrak

Kontrak cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu ditandatangani. Alasan untuk
kekakuan ini perlu didiskusikan. Di lain pihak, kita mungkin bertanya, jika konsekuensi ekonomi
mempunyai tempat dalam kontrak yang diikuti oleh manajer, mengapa tidak menegosiasi ulang
kontrak yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau keadaan tidak terduga lainnya.

Kontrak yang tidak mengantisipasi semua kemungkinan realisasi keadaan merupakan


kontrak yang tidak lengkap. Membangun sebuah komitmen formal untuk menenegosiasikan
kembali kontrak di bawah tangan adalah mungkin, namun jika negosiasi kembali tersebut adalah
baik untuk manajer, prospek dari negosiasi kembali tersebut mengurangi usaha insentif manejer,
yang tidak termasuk dalam ketertarikan investor. Akibatnya, konsekuensi dari memasuki kontrak
hanya karena hal tersebut merupakan sebuah kontrak. Keadaan yang tidak terduga sebelumnya
menyebabkan biaya untuk perusahaan dan/atau manejer tersebut.

Manejer yang kurang beruntung dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan-
peraturan akuntansi di pertengahan jalan yang mungkin ditekan untuk menghilangkan
ketidaksukaan mereka pada akuntan-akuntan yang memperkenalkan perubahan peraturan
daripada pihak lainnya.

Rekonsiliasi Atas Teori Pasar Sekuritas Efisien Dengan Konsekuensi Ekonomi Teori
keagenan mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling baik biasanya
mendukung kompensasi manajer pada satu atau lebih pengukuran kinerja. Kemudian, manajer
termotivasi untuk memaksimalkan kinerja mereka. Kinerja yang lebih tinggi membawa pada
ekspektasi imbalan yang lebih tinggi, ini juga merupakan tujuann yang diharapkan oleh
pemegang saham. Pensejajaran (usaha dan imbalan) ini menjelaskan mengapa kebijakan
akuntansi mempunyai konsekuensi ekonomi, disamping implikasi dari teori pasar sekuritas
efisien. Dalam teori pasar sekuritas efisien, hanya kebijakan akuntansi yang mempengaruhi arus
kas yang diharapkan menghasilkan konsekuensi ekonomi. Berdasarkan pendapat atas dasar
kontrak, konsekuensi ekonomi tidak bergantung pada kebijakan akuntansi yang memiliki
pengaruh langsung ke arus kas.

Sehingga, konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak selalu tidak konsisten.
Kadang, mereka dapat digabungkan dengan positive accounting theory, dengan dukungan
normatif dari agency theory yang menyarankan mengapa perusahan memasuki pekerjaan dan
kontrak hutang yang bergantung pada informasi akuntansi.

Teori pasar efisien memprediksikan bahwa harga sekuritas yang merupakan interaksi
dari investor-investor memiliki beberapa sifat pembanding. Efisiensi menyatakan bahwa
informasi mengandung pengungkapan, bukan kondisi pengungkapan itu sendiri, melainkan
penilaian pasar. Teori ini menyimpulkan bahwa harga secara langsung merefleksikan
keseluruhan kemampuan untuk memproses informasi dan pengetahuan dari para investor. Laba
bersih dan nomor laporan keuangan lainnya penting bagi manajer karena remunerasi manajer
tergantung pada laba bersih dan biasanya kontrak pinjaman jangka panjang melibatkan perjanjian
di mana manajer tidak mengambil tindakan tertentu yang mungkin bertentangan dengan
kepentingan pemberi pinjaman.
Tidak ada dalam teori pasar sekuritas efisien yang bertentangan dengan kekhawatiran
manajerial tentang kebijakan akuntansi. Mengingat kedua teori membantu kita melihat bahwa
manajer mungkin campur tangan dalam kebijakan akuntansi meskipun kebijakan ini akan
meningkatkan kegunaan keputusan laporan keuangan kepada investor. Manajer percaya bahwa
kebijakan akuntansi adalah cara untuk berkomunikasi dalam info ke pasar.
KESIMPULAN

Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi
yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan
aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.

Dalam Agency Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi
yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara
prinsipal dan agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam
perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama.

Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas
nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk
menjalankan perusahaan.

Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanat oleh


prinsipal kepadanya. Inti dari Agency Theory (Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak yang
tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan.
Inti dari Game Theory itu sendiri lebih kepaada 2 hal yaitu Cooperative & Non – Coperative.
Implikasi dari Teori Agensi terhadap Akuntansi (1) Model Egency Holmstrom, (2) Rigidity of
contracts, (3) Reconciliation of efficient

Anda mungkin juga menyukai