AN ANALYS OF CONFLICT
Kelompok 4 :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
Agency Theory merupakan cabang dari game theory, yakni mempelajari design kontrak
antara principal dan agency dimana agency termotivasi untuk bekerja dengan baik demi menarik
principal. Diharapkan sebuah kontrak dapat efisien yang akhirnya akan memberikan biaya yang
rendah bagi prinsipal.
Dalam kontrak perusahaan, terdapat 2 hubungan yang menarik, yakni kontrak kerja
antara owner dengan agency dan kontrak pinjaman antara perusahaan dan kreditur. Agency
Theory ini relevan dengan akuntansi, karena kedua jenis kontrak ini bergantung pada saat
perusahaan melaporkan laba. Dalam hal kontrak kerja, perolehan bonus manajemen berdasarkan
laba yang diperoleh perusahaan. sementara kontak pinjaman laba juga diamati oleh peminjam,
serta biasanya terdapat perlindungan untuk pemberian pinjaman.
Akibatnya kebijakan akuntansi penting bagi manajer. Hal ini karena terletak pada
kompensasi manajemen dan untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang.
1. Agency Theory
A. Introduction
Agency Theory adalah pengembangan dari suatu teori yang mempelajari suatu desain
kontrak dimana para agency bekerja atau bertugas atas nama principal ketika keinginan atau
tujuan agency bertolak belakang maka akan terjadi suatu konflik. Konflik agency muncul karena
adanya pemisahan peran atau perbedaan kepentingan antara principal dengan agency. Secara
aktual Agency Theory memiliki karakteristik kooperatif dan non kooperatif.
Owner dan Manager dalam Agensi Kontrak tentunya melakukan kesepakatan yang
mengikat. Masing-masing pihak harus mampu berkomitmen untuk kontrak yang mengikat
mereka untuk bekerja sama sesuai dengan aturan.
Terdapat beberapa cara pengontrolan perusahaan terhadap moral hazard yang mungkin
dilakukan oleh pegawainya:
2. Direct monitoring
Sebuah kontrak dimana pemilik memantau langsung kerja manager dapat disebut
sebagai first-best. Hal ini memberikan pemilik utilitas dicapai maksimal dan
memberikan agen utilitas reservasinya.
3. Indirect Monitoring
Jika upaya manager tidak diamati secara langsung, maka ada kamungkinan
dibeberapa kondisi manager dapat melakukan moral hazard
❖ Manajemen laba
WR Scott mendefinisikan earning management sebagai ''the choice by a manager of
accounting policies so as to achieve some specific objective" yang artinya pilihan yang
dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu.
Konsep earning management menggunakan pendekatan agency theory yang
menyatakan bahwa "praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara
kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya". Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu
sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya,
antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi.
Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena principal tidak dapat
memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja
sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik). Agent mempunyai lebih banyak
informasi mengenai kapasitas diri,lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.
Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh
principal dan agent.
Adanya asumsi bahwa individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi
dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent
tersebut adalah yang disebut sebagai earning management.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu usaha
atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan tertentu
yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu.
Ada dua cara memahami earning management yaitu sebagai berikut:
1. Memandang earning management sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos
politik.
2. Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan
dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang
terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai
pasar perusahaannya melalui earning management
Dalam kasus informasi pasca keputusan, secara khusus mengasumsikan bahwa pemilik tidak
dapat mengamati terhadap laba yang benar terealisasi. Karena manajer yang mengelola yang
berhubungan dengan laporan keuangan, memiliki kemampuan untuk memengaruhi sistem
akuntansi, serta dapat mencipatkan laba karena untuk tujuan diri sendiri, oleh sebab itu hanya
manajerlah yang dapat mengamati hal ini.
Ada beberapa cara yang manajer oportunistik dapat membahayakan kepentingan pemberi
pinjaman, misalnya dengan
• Menanggung resiko proyek yang terlalu besar, terutama jika perusahaan mendekati
financial distress
Hal diatas dapat memberi kekhawatiran bagi para kreditur. Kreditur yang rasional tentu
akan memikirkan secara matang supaya terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkannya.
Mislanya dengan cara menaikkan suku bunga, atau dengan memberikan syarat dalam perjanjian
pinjaman dimana manajer setuju untuk membatasi deviden yang mengakibatkan perusahaan
dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang rendah. bukti empiris bahwa pemberi
pinjaman suku bunga rendah sebagai perjanjian utang diperkuat dilaporkan oleh Beatty, Weber,
dan Yu (Z008).
Holmstrom berasumsi bahwa usaha agen tidak bisa diobservasi oleh principal, tetapi
imbalan bisa diobservasi pada akhir periode. Holmstrom menunjukkan kemungkinan
mengurangi agency cost pada kontrak model second best dengan syarat bahwa ukuran kinerja
kedua (misalnya harga saham) juga bisa diobservasi dan mengandung beberapa informasi
tentang usaha manajer di luar yang terkandung dalam ukuran kinerja yang pertama (seringnya
adalah laba).
Holmstrom menunjukkan secara formal bahwa sebuah kontrak yang didasarkan pada
sebuah pengukuran kinerja seperti net income kurang efisien daripada first best (Laba), sumber
dari kerugian efisiensi adalah kebutuhan agen yang risk averse (menolak risiko) untuk
mentolerensi risiko dalam rangka menghasilkan kecenderungan untuk menolak.
Hal ini mengakibatkan munculnya sebuah pertanyaan apakah second-best contract dapat
dibuat lebih efisien dengan mendasarkan pada pengukuran second performance dalam
penambahannya pada net income.
Sebagai contoh, harga saham juga merupakan informasi mengenai kinerja manajer.
Sebagai efeknya, net income dan harga saham bersama-sama akan merefleksikan lebih baik
mengenai usaha manajer sekarang daripada hanya salah satu saja. Tentu saja, harga saham
cenderung tidak stabil dan dipengaruhi oleh kejadian ekonomi secara luas.
Namun, analisa Holmstrom menunjukan bahwa tidak peduli seberapa mengganggunya variabel
kedua, variable tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari second best contract,
jika variabel tersebut mengandung paling sedikit beberapa tambahan informasi usaha. Hal ini
memunculkan pertanyaan mengenai apa karakteristik yang harus dimiliki sebuah pengukuran
performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk kontribusi pada efficient compensation
contracts.
Salah satu dari karakteristik penting adalah sensitivitas. Sensitivitas adalah kadar dimana
nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat seiring dengan kerja keras manajer.
Karakteristik penting lainnya adalah keakuratan dalam memprediksi imbalan dari usaha manajer.
❖ Kekakuan Kontrak
Kontrak cenderung untuk “rigid” (kaku) pada waktu ditandatangani. Alasan untuk
kekakuan ini perlu didiskusikan. Di lain pihak, kita mungkin bertanya, jika konsekuensi ekonomi
mempunyai tempat dalam kontrak yang diikuti oleh manajer, mengapa tidak menegosiasi ulang
kontrak yang mengikuti perubahan dalam GAAP atau keadaan tidak terduga lainnya.
Manejer yang kurang beruntung dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan-
peraturan akuntansi di pertengahan jalan yang mungkin ditekan untuk menghilangkan
ketidaksukaan mereka pada akuntan-akuntan yang memperkenalkan perubahan peraturan
daripada pihak lainnya.
Rekonsiliasi Atas Teori Pasar Sekuritas Efisien Dengan Konsekuensi Ekonomi Teori
keagenan mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling baik biasanya
mendukung kompensasi manajer pada satu atau lebih pengukuran kinerja. Kemudian, manajer
termotivasi untuk memaksimalkan kinerja mereka. Kinerja yang lebih tinggi membawa pada
ekspektasi imbalan yang lebih tinggi, ini juga merupakan tujuann yang diharapkan oleh
pemegang saham. Pensejajaran (usaha dan imbalan) ini menjelaskan mengapa kebijakan
akuntansi mempunyai konsekuensi ekonomi, disamping implikasi dari teori pasar sekuritas
efisien. Dalam teori pasar sekuritas efisien, hanya kebijakan akuntansi yang mempengaruhi arus
kas yang diharapkan menghasilkan konsekuensi ekonomi. Berdasarkan pendapat atas dasar
kontrak, konsekuensi ekonomi tidak bergantung pada kebijakan akuntansi yang memiliki
pengaruh langsung ke arus kas.
Sehingga, konsekuensi ekonomi dan pasar sekuritas efisien tidak selalu tidak konsisten.
Kadang, mereka dapat digabungkan dengan positive accounting theory, dengan dukungan
normatif dari agency theory yang menyarankan mengapa perusahan memasuki pekerjaan dan
kontrak hutang yang bergantung pada informasi akuntansi.
Teori pasar efisien memprediksikan bahwa harga sekuritas yang merupakan interaksi
dari investor-investor memiliki beberapa sifat pembanding. Efisiensi menyatakan bahwa
informasi mengandung pengungkapan, bukan kondisi pengungkapan itu sendiri, melainkan
penilaian pasar. Teori ini menyimpulkan bahwa harga secara langsung merefleksikan
keseluruhan kemampuan untuk memproses informasi dan pengetahuan dari para investor. Laba
bersih dan nomor laporan keuangan lainnya penting bagi manajer karena remunerasi manajer
tergantung pada laba bersih dan biasanya kontrak pinjaman jangka panjang melibatkan perjanjian
di mana manajer tidak mengambil tindakan tertentu yang mungkin bertentangan dengan
kepentingan pemberi pinjaman.
Tidak ada dalam teori pasar sekuritas efisien yang bertentangan dengan kekhawatiran
manajerial tentang kebijakan akuntansi. Mengingat kedua teori membantu kita melihat bahwa
manajer mungkin campur tangan dalam kebijakan akuntansi meskipun kebijakan ini akan
meningkatkan kegunaan keputusan laporan keuangan kepada investor. Manajer percaya bahwa
kebijakan akuntansi adalah cara untuk berkomunikasi dalam info ke pasar.
KESIMPULAN
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi
yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan
aspek perilaku manusia dalam model ekonomi.
Dalam Agency Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi
yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara
prinsipal dan agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam
perusahaan dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama.
Prinsipal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas
nama prisipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk
menjalankan perusahaan.